Area dewasa 21++ "Kau menyukainya?" Suara Jacob terdengar berat, matanya menatap dalam gadis di depannya. Luna menelan ludah, gugup dengan perasaan berdebar-debar. "Haruskah ini terjadi?" tanyanya. Jacob membelai wajah gadis itu seraya mendekat dan memberikan ciuman lembut di bibir. Ia tidak mengira bahwa dirinya akan jatuh cinta pada gadis yang berusia sepuluh tahun lebih muda darinya. Sambil tersenyum, Jacob menjawab. "Ya, ini harus terjadi dan kau pasti akan menyukainya." bisiknya dengan sensual. ___ Di hari pernikahan, kabar duka menghancurkan kebahagiaan Jacob. Kekasihnya meninggal dalam kecelakaan tragis di perjalanan menuju tempat pemberkatan, semuanya menjadi kacau meninggalkan luka mendalam bagi Jacob. Patah hati membuatnya pergi ke pulau pribadi nan jauh, yang mempertemukannya dengan gadis bernama Luna, anak korban pembulian. Hubungan yang tadinya biasa saja menjadi jauh lebih bergairah dan berhasil membuat Jacob terperangkap oleh pesona gadis sepuluh tahun lebih muda darinya. Namun semua itu tidak berjalan mulus saat rahasia tentang siapa Luna sebenarnya terungkap, dan Jacob harus memilih melepaskan Luna atau tetap memilikinya dengan konsekuensi yang tidak ia bayangkan.
Lihat lebih banyakDua hari telah berlalu, dan ancaman yang dilontarkan Russel bukanlah sekadar gertakan. Jacob tahu itu. Ia juga tahu bahwa ia harus menyiapkan sesuatu untuk melawan. Menyerah bukanlah pilihan, apalagi jika itu menyangkut Luna. Gadis itu memiliki sesuatu yang tak dimiliki orang lain, sesuatu yang membuat Jacob rela mempertaruhkan segalanya untuk mempertahankannya.Tapi, tindakannya ini bisa dibilang nekat. Taruhannya bukan main-main, perusahaan yang ia kelola selama bertahun-tahun. Orang lain pasti akan menganggapnya gila jika tahu ia rela mempertaruhkan bisnisnya hanya demi seorang perempuan. Luna bahkan tidak bisa membantunya dalam urusan bisnis. Tapi entah mengapa, Jacob tidak bisa berhenti. Ia sudah tahu seperti apa masa lalu Luna, tahu bahwa gadis itu hanya menginginkan kebebasan. Dan jika Luna jatuh ke tangan Russel, kebebasan itu mungkin akan hilang selamanya.Yang lebih mengkhawatirkan, Jacob curiga Russel telah menyiapkan sesuatu sebelum Luna kembali, sesuatu yang akan membelen
Suasana ruangan terasa seperti ruang hampa, udara yang seharusnya mengalir justru terasa membeku, menekan dada Jacob hingga nafasnya terasa berat. Namun, di balik ketegangan yang menggumpal, Jacob berusaha keras untuk tetap tenang. Dia tahu, percakapan ini tak akan berakhir hanya karena Russel meminta Luna dengan nada memaksa. Ini lebih dari sekadar permintaan, ini adalah pertarungan."Apa sebenarnya yang ingin kau katakan, Tuan Calderon? Kenapa aku harus menyerahkan Luna padamu?" tanya Jacob, suaranya datar namun sarat dengan pertahanan.Russel mengambil jeda, membiarkan Jacob duduk lebih dulu sebelum melanjutkan. Nafasnya teratur, tapi matanya menyala dengan intensitas yang tak terbendung. "Aku hanya ingin putriku kembali. Luna yang kau akui sebagai wanitamu, adalah anak kandungku.""Dia tidak bersamaku saat ini," jawab Jacob singkat, mencoba menahan gejolak dalam hatinya.Russel terkekeh, suaranya dingin seperti es yang menusuk tulang. "Kau menyembunyikannya karena kau tahu aku tak
Malam itu, udara terasa hangat meski langit telah gelap. Jacob dengan lembut membawa Luna naik dari kolam, tubuhnya yang basah diturunkan perlahan ke kursi santai. Refleks, Luna menyilangkan kedua tangannya di depan dada, menyadari bahwa pakaiannya entah sejak kapan telah terlepas. Rasa malu menyergapnya, tapi Jacob tak memberinya kesempatan untuk bersembunyi.Dengan gerakan halus, Jacob meraih tangan Luna, menariknya perlahan. "Aku sudah melihat semuanya, Luna. Bagian mana lagi dari dirimu yang belum aku lihat?" ucapnya dengan seringai menggoda.Wajah Luna memerah, panas menyebar dari pipinya hingga ke seluruh tubuh. Pandangan Jacob menyusuri setiap lekuk tubuhnya, seolah-olah ia sedang mengagumi sebuah mahakarya. Luna merasa terbakar, tapi di saat yang sama, ada sesuatu yang membuatnya tak bisa menarik diri. Jacob sudah melihat segalanya, bahkan sudah menyentuh bagian-bagian yang paling rahasia dari dirinya."Cukup!" Luna menutup wajah Jacob dengan telapak tangannya, mencoba mengalih
Mansion utama kini benar-benar sunyi. Para pelayan telah kembali ke tempat mereka masing-masing, menjauh dari area tempat tinggal Jacob, memberikan ketenangan yang hampir terasa asing di rumah sebesar ini. Setelah makan malam, Jacob melangkah menuju halaman samping, tempat kolam renang yang jarang digunakan tetap berkilauan di bawah cahaya bulan.Kolam itu memang tidak besar, kedalamannya kurang dari dua meter. Namun, airnya begitu jernih, seolah tetap terjaga meskipun tak ada sistem penyaringan canggih yang bekerja secara rutin.Jacob menjatuhkan tubuhnya di kursi santai, melemaskan otot-ototnya setelah seharian beraktivitas. Namun, baru saja ia hendak memejamkan mata, langkah ringan terdengar mendekat.Luna datang dengan anggun, membawa sebotol wine dan dua gelas di tangannya. Tatapannya menyiratkan sesuatu, bukan sekadar ingin menikmati anggur bersama, tapi juga ada pertanyaan yang mengganjal di benaknya.Jacob hanya menatapnya sekilas sebelum mengambil botol wine itu dan mulai men
Suara tawa Luna yang riang bergema di sepanjang pantai, bercampur dengan desiran ombak yang bergulung-gulung menghantam pasir. Gadis itu berlari-lari kecil, memamerkan kerang-kerang hasil tangkapannya dengan wajah yang bersinar penuh kebahagiaan. Sementara itu, Jacob sibuk membongkar bebatuan di tepi pantai, mencari gurita kecil yang bersembunyi di balik celah-celah karang. Matanya fokus, tapi sesekali dia mencuri pandang ke arah Luna, menikmati keceriaan yang terpancar dari gadis itu.Di sekitar mereka, hanya ada kedamaian. Matahari sore yang mulai turun memancarkan cahaya keemasan, menerangi pantai yang sepi. Tak ada yang bisa merusak momen indah ini, setidaknya, untuk saat ini."Apa ini masih belum cukup banyak?" tanya Luna sambil mengangkat keranjang kecil yang berisi kerang hasil tangkapannya. Matanya berbinar penuh harap, seolah ingin mendapatkan pujian dari Jacob.Jacob menoleh, senyum kecil mengembang di bibirnya. Dia memasukkan dua gurita kecil yang berhasil dia tangkap ke da
Russel berdiri di tengah ruangan, wajahnya bersinar dengan kegembiraan yang tak terbendung. Akhirnya, setelah sekian lama mencari dia tahu di mana Luna berada. Kebenaran itu seperti angin segar yang menghapus semua keraguan dan kekhawatiran yang selama ini membebani pikirannya. Tak peduli bahwa Luna saat ini sedang menjalin hubungan dengan Jacob, Russel tahu dia harus segera menjemput putrinya. Baginya, tidak ada yang lebih penting daripada memastikan Luna kembali ke pangkuannya.Di dalam ruang tahanan, Nico masih berdiri dengan ekspresi yang sulit dibaca. Dia berusaha menyembunyikan keterkejutannya, tapi matanya yang sedikit melebar dan rahang yang mengeras menunjukkan betapa dia tidak menyangka bahwa Russel ternyata menguping pembicaraan mereka. Keith yang masih terikat, menatap Nico dengan maya menyala-nyala dengan kemarahan.Russel menepuk bahu Nico dengan senyum lebar. "Kau pintar juga membuat perempuan ini berkata jujur," pujinya, suaranya penuh dengan kepuasan. "Sekarang, aku h
Mobil hitam yang dikendarai Nico meluncur pelan sebelum akhirnya berhenti tepat di depan gedung perkantoran megah. Saat ia melangkah keluar, pandangannya langsung tertuju pada sebuah mobil mewah yang baru saja berhenti beberapa meter darinya. Dari dalam mobil itu, Jacob Lawson muncul, wajahnya tetap tenang dan penuh dengan aura kepemimpinan yang tak tergoyahkan. Nico mendesis pelan, matanya menyipit seperti predator yang sedang mengincar mangsanya."Jacob Lawson," gumam Nico dalam hati, rasa tidak suka yang mendalam terpancar dari tatapannya. Ada sesuatu di dalam dirinya yang ingin melihat ekspresi dingin Jacob itu hancur, ingin melihat pria yang selalu tampak sempurna itu terjatuh dari singgasananya.Tanpa disadari oleh Jacob, Nico mengikuti langkahnya menuju gedung yang sama. Mereka berdua ternyata menuju ke tempat yang sama, sebuah rapat penting yang melibatkan perwakilan perusahaan Jacob dan perusahaan Russel Calderon. Hanya saja, kali ini yang mewakili Russel adalah putranya.Saat
Sebuah ruangan yang sunyi, hanya diterangi oleh cahaya redup dari lampu gantung yang menggantung di atas meja kayu besar. Nico dengan langkah hati-hati menyelinap masuk ke dalam ruang kerja ayahnya. Matanya langsung tertuju pada sebuah bingkai foto yang tak pernah berpindah posisi sejak pertama kali diletakkan di atas meja itu. Foto itu seperti benda sakral yang dijaga dengan ketat, seolah menyimpan rahasia besar.Dengan penuh rasa kesal, Nico meraih bingkai foto itu. Di dalamnya, terpampang wajah Luna yang tengah tersenyum lebar, seolah tak ada beban di dunia ini. Nico memerhatikan foto itu dengan seksama, matanya menyipit seolah mencoba mengingat sesuatu. Ada sesuatu yang mengganjal di benaknya. Wajah Luna terasa begitu familiar, seolah dia pernah bertemu dengannya di suatu tempat. Tapi di mana? Dia tidak bisa mengingatnya."Wajahnya tidak asing, tapi aku tidak tahu di mana aku pernah melihatnya," gumam Nico pelan, suaranya hampir tak terdengar. Jari-jarinya memegang erat bingkai fo
Tiga hari telah berlalu sejak Jacob meninggalkan pulau, dan kehidupan Luna seakan kembali pada ritme yang tenang dan damai. Tanpa tekanan, tanpa rasa takut, hanya kebebasan yang membuatnya bisa bernafas lega. Pulau keluarga Jacob memang seperti surga kecil yang terisolasi dari dunia luar. Di sini, Luna merasa aman, terlindungi, dan bebas menjadi dirinya sendiri.Pagi ini, Luna menghabiskan waktunya di taman luas yang dipenuhi dengan kelinci-kelinci lucu. Tawa riangnya menggema, bercampur dengan desiran angin yang membawa aroma bunga-bunga segar. Dia berlari kesana kemari, mencoba menangkap kelinci-kelinci kecil yang berlarian menghindarinya. Wajahnya bersinar dengan kebahagiaan yang tulus, seperti anak kecil yang baru saja menemukan mainan favoritnya.Setelah berhasil memasukkan anak-anak kelinci ke dalam kandang, Luna menatap mereka dengan senyum puas. "Kalian lucu sekali," bisiknya, sebelum menutup pintu kandang dengan hati-hati. Saat dia berbalik, tiba-tiba—"Aaaaah!" teriaknya kage
Suasana pemberkatan pesta pernikahan tampak damai, beberapa tamu sudah hadir dan bersiap untuk menyaksikan pemberkatan pernikahan Christian Jacob Lawson. Ia adalah pria berusia dua puluh lima tahun, di usianya yang masih cukup muda, Jacob telah memiliki segalanya.Berkat dukungan dari keluarga, Jacob telah mendapatkan kesuksesan yang begitu besar. Sebuah saham kekayaan dari sang kakek dan juga kekayaan dari ayahnya, Jacob mengendalikan semua itu dengan kecerdasannya sehingga membuatnya menjadi salah satu pria termuda yang masuk penghargaan orang terkaya dunia.Dan hari ini, kebahagiaannya akan lengkap. Ia akan menikah dengan wanita yang sangat dicintainya, Anastasya. Wanita yang kini tengah mengandung anaknya, tentu adalah kebahagiaan yang Jacob nantikan.Dengan senyum bahagia, Jacob menerima ucapan selamat dari sahabat-sahabatnya. "Selamat, Dude. Hari ini kau resmi menjadi pria beruntung," ucap seorang rekannya sambil menepuk bahunya."Terima kasih," Jacob menjawab, matanya berbinar....
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen