Thalita amat terkejut ketika terbangun di pagi hari di sebuah kamar hotel. Rasa terkejut itu belum usai karena dirinya kembali dikejutkan dengan adanya penampakan bercak merah di alas tidurnya. Di dalam pusara kecemasannya, seseorang keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan handuk kecil guna menutupi aset berharganya. “Sudah bangun kamu? Bagaimana tidurmu? Nyenyak?” Baskara memiringkan senyumnya. “Kenapa saya ada di sini, Pak? Dan semalam apa yang terjadi di antara kita?” “Kamu pura-pura lupa? Oh baiklah, biar aku ingatkan, semalam kamu begitu liar di atas ranjang. Aku sampai kewalahan.” “Bohong! Bapak kan atasan saya. Kita nggak mungkin melakukan itu, kan, Pak?” “Ck! Untuk apa aku berbohong? Karena aku sudah berkata jujur maka kuperintahkan padamu… Mulai hari ini, kamu adalah wanitaku, Thalita. Ini perintah!” Masalah tidak berhenti di situ saja, pria yang telah melakukan hubungan panas semalam bersama Thalita adalah pria beristri. Lalu apa yang akan terjadi pada keduanya?
View MoreSemua mata tertuju pada kedua insan manusia yang tercipta begitu serasi. Thalita dan Baskara menghentikan ucapan mereka sejenak sebelum akhirnya sang penguasalah yang mengambil alih perseteruan. “Saya sudah menikah,” kata Baskara secara lantang yang membuat Jani membelalakkan matanya. Namun, belum sempat Tante dari sekretaris cantiknya angkat bicara guna menolak mentah-mentah dirinya, Baskara sudah melanjutkan kata-katanya. “Saya sudah dalam proses perpisahan dengan istri saya jauh sebelum saya mendapatkan hati Thalita. Perpisahan saya dan istri saya ini tidak ada kaitannya dengan Thalita. Thalita bukan perebut suami orang atau istilah jaman sekarang disebut dengan pelakor. Thalita adalah wanita yang baik dan saya cintai selama ini. Saya dan istri saya menikah bukan karena cinta. Dan saya tidak bisa melanjutkan pernikahan tersebut atas dasar keterpaksaan yang ujung-ujungnya hanya akan menyakiti perasaan satu sama lain. Maka dari itu saya memutuskan akan menikahi Thalita setelah saya
“E-eh maaf, Tante. Habisnya….” Thalita tak jadi melanjutkan kata-katanya. Ia melihat pemandangan tak terduga di sekelilingnya. Baskara masih menggenggam erat tangan Namira. Hal itu membuat Thalita bertanya-tanya dengan maksud Baskara melakukannya. ‘Apa yang sebenarnya Pak Baskara lakukan di tempat ini? Kenapa dia menggenggam tangan ibuku?’ Thalita menatap heran sekaligus mencoba mencari tahu dengan tujuan Baskara melakukan hal itu pada ibunya. Mencoba menyelami apa yang diperhatikan Thalita saat ini, Baskara pun melepaskan genggaman tangannya dari Namira. Ia tersenyum pada Namira lalu menatap penuh kerinduan pada Thalita. Senyuman tulus ia berikan pada wanita cantik yang telah ia renggut kehormatannya. Thalita salah tingkah. Wanita itu memalingkan wajahnya karena malu dan belum siap untuk menghadapi sikap Baskara yang tak terprediksi seperti barusan.“Thalita,” panggil Baskara yang membuat pandangan mereka segera bertemu.“Ada apa, Pak?” tanya Thalita refleks seperti di saat dirin
“Kalau kamu ingin tahu, datang saja ke sini!” ucap Baskara dengan santainya lalu mematikan panggilan tanpa menunggu tanggapan dari lawan bicaranya.Baskara tersenyum puas penuh akan hasrat kemenangan. Ia bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya. Tidak mungkin bagi Thalita untuk duduk diam dan tak melakukan apa pun usai diberitahu olehnya tentang keberadaannya di rumah masa kecil wanita itu.“Mohon maaf, Nak Baskara, sebenarnya ada apa ini, ya? Dalam rangka apa Nak Baskara datang ke sini membawa begitu banyak buah tangan? Dan barusan apa yang dikatakan Thalita? Apa dia akan menyusul ke sini?” cecar tanya Jani sebagai bibi dari wanita cantik yang amat disukai oleh pria matang di hadapannya.Baskara hanya tersenyum lalu menengok ke arah Rico sebelum akhirnya menatap kedua mata Namira, ibu kandung Thalita yang duduk di sebelah Jani. “Tujuan saya ke sini adalah… saya ingin mengungkapkan fakta bahwa saya adalah pacar Thalita. Hubungan kami sudah sangat serius. Jadi lebih tepatnya say
“Tidak dua-duanya, Pak!” ucap Rico mantap. Kegelisahan melanda. Rico benar-benar gelisah tak menentu. Hanya karena menawarkan bantuan, bagaimana ceritanya malah berakhir menjadi dua ancaman mengerikan semacam itu dari mulut sang bos?“Saya salah apa, Pak? Kenapa Bapak malah marah sama saya? Saya kan hanya menawarkan bantuan, Pak,” kejar Rico meminta penjelasan. Pria itu merasa harus menyelesaikan kesalahpahaman sebelum terjadi buru-buru lebih lanjut. “Tadi kamu bilang apa? Bunga tabur? Memangnya siapa yang mau ke kuburan? Hah?!” balas Baskara tak mau kalah dengan bawahannya.“Loh saya kira Bapak mau beli bunga karena mau ke makam. Kalau begitu saya yang salah, Pak. Tolong maafkan saya,” ucap Rico yang merasa bersalah dan tampak salah tingkah.“Ya memang kamu salah. Lagian siapa yang mau ke kuburan jam segini? Aku beli bunga itu mau ke dikasih ke seseorang. Yang pasti bukan untuk Nenek ataupun Yola. Apalagi ke kuburan jam-jam segini. Yang benar saja? Masa iya aku beli buah tangan seb
“Nggak ada maksud apa-apa, kalau kamu ingin tahu lebih jelasnya mendingan tanyakan saja langsung sama Nenekmu. Aku yakin kamu akan menemukan jawaban yang ingin kamu tahu langsung dari sumbernya. Sudah ah, aku mau pergi dulu. Ada banyak hal menyenangkan yang harus aku lakukan di luar. Lebih baik kamu menyingkir dari hadapanku. Sekarang!” usir Baskara pada Yola yang berada di ambang pintu seolah tak memberinya akses untuk segera keluar dari kamar. “Tapi Bas, aku harus ikut ke mana pun kamu pergi. Aku istri kamu, Bas,” ucap Yola terdengar memaksa. “Ikut aku? Ikut saja, tapi jangan kaget kalau besok akan ada pengacaraku yang mengurus perceraian kita. Ayo lakukan saja! Aku sudah nggak sabar untuk bisa bercerai darimu, wanita licik!” tantang Baskara dengan senyumnya yang sulit dijabarkan oleh lawan bicaranya.“Tapi Bas–”Baskara berlalu sembari melambaikan tangan. Pria itu berjalan santai tak peduli dengan ancaman Yola yang kekeuh ingin mengikutinya.Baskara menoleh ke belakang. Wanita it
‘Kalau aku tidak menguping apa yang kalian bicarakan, bagaimana aku bisa mencegah Baskara mengatakan sesuatu tentang David pada Nenek? Aku tidak akan pernah tinggal diam. Baskara tidak boleh memberitahu Nenek tentang David yang masih hidup. Aku harus melakukan sesuatu sekarang juga,’ batin Yola.Yola melangkah masuk dengan derai air mata yang membuat Seruni merasa iba. “Yola—” Seruni bangkit dari tempat duduknya karena tiba-tiba Yola berlari ke arahnya dan memeluknya. “Ada apa, Yola? Kenapa kamu menangis? Apa kamu mendengar semua yang kami bicarakan?” lanjutnya dengan ekspresi tak enak hati.“Aku mendengar semuanya, Nek. Aku—” Yola tak mampu berkata-kata. Ia berusaha menunjukkan betapa lemah dirinya saat ini terutama di depan Seruni. Hanya Seruni yang selalu ada di pihaknya dan menjadi garda depan untuknya di setiap waktu. “Yola—” Seruni menjeda ucapannya ketika melihat sang cucu hanya menyeringai sinis seolah tak memiliki empati sedikit pun pada Yola yang sedang berada dalam peluka
“Nenek sengaja menungguku di sini?” tanya Baskara basa-basi dengan seringai licik di wajahnya.“Jangan mengalihkan topik pembicaraan, Nenek ingin membicarakan sesuatu denganmu saat ini juga. Ayo kita bicarakan di ruang keluarga!” Seruni terdengar tak biasa. Wanita tua itu merasa harus menyelipkan kata-kata paksaan pada cucu kesayangannya.Baskara pura-pura mengendus bau badannya di balik jas mahal yang dikenakannya. “Tapi aku belum mandi, Nek. Nanti Nenek pasti merasa kesal kalau mencium bau yang tidak sedap di ruang keluarga saat kita sedang membahas banyak hal,” tolak halus Baskara guna menunda obrolan di antara mereka. Seruni hanya sendiri, tak ditemani Teddy. Baskara menoleh ke kanan dan ke kiri mencoba mencari keberadaan sang kakek. Tapi tetap saja hasilnya nihil. “Kita harus bicara sekarang juga. Nenek tidak menerima alasan apa pun. Lagipula Kakekmu juga tidak ada di rumah sekarang. Jadi tidak perlu menunggu kakekmu dan berpikir bisa mencari alasan lain.” Seruni menyambar leng
“Bercerai? Nggak! Aku nggak mau, Bas! Aku lebih rela memilih menunggu hatimu luluh untukku daripada bercerai darimu. Jangan mimpi kamu, Bas! Kita akan bercerai kalau akulah orang yang meminta kita untuk bercerai. Bukan kamu. Setidaknya ini adalah konsekuensi untukku karena menunggu selama dua tahun ini diabaikan olehmu. Aku percaya hatimu pasti akan kembali seperti dulu. Akan ada aku di dalam hatimu dan aku yakin hari itu akan datang cepat atau lambat.” Yola berucap lantang walau air mata terus mengiringi ucapannya.Baskara menyeringai masam. Ia mendengar ucapan Yola dengan ekspresi sinis. “Baskara, aku serius. Aku akan terus menunggu hatimu bersedia menerimaku kembali. Aku hanya mencintaimu, Baskara. Sejak aku tahu ‘David’ kabur dan mengalami kecelakaan, aku sadar bahwa dia bukan pria yang tepat untukku. Dia hanya memanfaatkan aku. Pria yang baik untukku adalah kamu. Cuma kamu. Aku yang salah karena pernah berselingkuh dengan pria seperti dia. Aku menyesal pernah menduakanmu hanya k
“Bersekongkol? Untuk apa?” balas Baskara dengan entengnya. Ia tak peduli dengan perasaan wanita di hadapannya yang tampak terluka atas sikap dan ucapannya.“Bas—” Yola menatap lekat-lekat sepasang mata tajam Baskara yang terpancar kebencian nyata terhadap dirinya. “Kita menikah bukan karena cinta, dan kecelakaan David saat itu hanyalah rekayasa. David tidak ingin menikah denganmu karena dia hanya bermain-main denganmu. David tahu kalau aku dan kamu adalah pasangan kekasih dan menjalin hubungan secara diam-diam tanpa sepengetahuan Nenek dan Kakek karena kita bertiga adalah teman dari kecil. Dia ingin memisahkan kita. Jadilah kalian berselingkuh di belakangku. Benar, kan? Tapi ternyata perselingkuhan kalian tercium olehku dan David merasa bersalah hingga akhirnya dia harus menikahimu atas perintah dariku. Dia takut aku akan membeberkan kisah panas kalian di hotel pada Nenek dan Kakek. Maka dari itu, dia terpaksa melamarmu dan berniat menikahimu secara besar-besaran. Tapi nyatanya di
Kedua matanya terbuka perlahan. Thalita menggeliat malas. “Ini di mana?” Thalita merubah posisi lalu mengedarkan pandangannya ke segala arah di tempat yang tampak asing baginya. Wanita muda itu berusaha menyingkap selimut tebal yang sebelumnya membungkus tubuhnya dengan gerakan setengah sadar. Tiba-tiba wanita itu merasakan nyeri di pangkal pahanya berpikir serentetan fakta yang terjadi bersamaan. “Aww! Sialan, ada apa ini?” Thalita membelalakkan matanya ketika menyadari bahwa dirinya tak lagi mengenakan selembar kain pun guna menutupi tubuh mulusnya, ditambah lagi ia mengetahui ada bercak merah di alas tidurnya. “Ya Tuhan, ada apa ini? Nggak mungkin ini milikku, kan? Nggak, nggak mungkin!” Berusaha menolak sekuat tenaga pun akhirnya percuma karena yang ada di dalam kamar itu hanya dirinya sendiri. Bersama siapakah ia menghabiskan malam panas di atas tempat tidur ini? Jelas-jelas ia tak mungkin rela menggelontorkan uang dengan sia-sia menyewa kamar inap hotel yang ia huni s...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments