Ingin memberikan kejutan ulang tahun untuk sang kekasih, tapi Juliet justru mendapati pria itu tengah bergulat panas di atas ranjang bersama sahabat baiknya. Dipenuhi rasa kecewa dan marah, Juliet pun pergi ke klub malam untuk pertama kalinya, tapi siapa sangka ia berakhir menghabiskan malam bersama dengan Wilson, CEO Arogan tempat kekasihnya bekerja! Tak sampai di sana, Wilson juga tak mau melepas Juliet begitu saja?! Bagaimana ini?
view more“Aku keluar dulu, Pak,” ucap Juliet sambil membuka pintu mobilnya. “Tunggu!” cegah Wilson, menahan lengan Juliet. “... Ada apa, Pak? Kalau mau membahas soal menu sarapan besok, kita lanjutkan nanti—” Dug! Juliet terkejut saat tiba-tiba saja Wilson mengusap bibir Juliet. Seketika itu ia menjauhkan wajahnya, mundur. “K–kenapa?” Wilson terdiam sesaat. “Warna lipstik mu membuat mataku sakit,” jawabnya. Mendengar itu, Juliet mengerutkan kening. Dia benar-benar heran, padahal cukup gelap di dalam mobil. Kenapa juga warna lipstik yang soft itu harus membuat matanya sakit? ‘Dasar bedebah sialan!’ batin Juliet. “Kalau begitu, daripada mata anda sakit terlalu lama, aku keluar dulu saja,” buru-buru Juliet keluar dari mobil itu. Ah, lega!!! Wilson menghela napasnya. Matanya seolah menerawang dalam. “Perempuan bodoh ini...” gumamnya. Begitu Juliet keluar dari
Juliet menatap dengan tatapan ngeri. “Apa-apaan ini?” bisiknya. Tangannya gemetar saat memegang buku menu lebih mirip buku dosa besar bagi isi dompetnya. Desert seukuran koin lima ratus rupiah dihargai empat ratus ribu rupiah. Dan itu belum termasuk pajak dan servis 21%. Dompet Juliet pasti sedang Tremor sekarang. “Aku harus cari cara supaya bisa kabur,” batinnya. Dia menelan ludah berkali-kali. Jantungnya seperti ikut berdetak sesuai jumlah angka nol yang tercetak tebal di sebelah kanan nama menu. Sementara itu, di seberangnya, Wilson duduk dengan sangat tenang dan elegan. Mengenakan jas berpotongan rapi, pria itu tampak seperti pangeran dalam dongeng, pangeran super tampan yang sayangnya berjiwa jutaan iblis dalam tubuhnya. “Rasanya lumayan juga,” gumam Wilson sambil mengunyah potongan wagyu steak yang nyaris transparan karena kelembutannya. Juliet hanya menatapnya. Tatapan yang pen
Juliet akhirnya sampai di kantor tempatnya bekerja, nyaris saja terlambat. Napasnya masih memburu, sepatu hak tingginya seperti ingin memberontak dari kakinya. Pegal sekali! “Gila… baru sekali ini jalan kaki dari parkiran belakang rasanya seperti naik gunung,” gumamnya dalam hati. Biasanya, Juliet memang selalu naik Bus. Bahkan untuk jarak dua blok pun dia lebih memilih duduk manis dalam kabin ber-AC. Tapi sejak drama bersama Argan dan misi ‘mengantarkan sarapan untuk CEO menyebalkan’, gaya hidupnya jadi ikut terseret perubahan yang tidak dia inginkan. Begitu sampai di mejanya, Juliet langsung menjatuhkan diri ke kursi kerja. Anggota tim pemasaran sudah mulai sibuk sejak tadi, suara ketikan dan gumaman pelan memenuhi ruangan itu. Juliet menghembuskan napas panjang, merapikan rambutnya sekilas, lalu menyalakan laptopnya. Hari ini dia harus fokus. Harus bereskan laporan mingguan, lalu setor ke kepala divisi sebelum siang tiba. Dia membuka spreadsheet, mengintip angka-ang
Argan menjatuhkan tubuhnya ke kursi kerja dengan wajah yang keruh. Matanya kosong, pandangannya tertuju pada layar komputer yang sejak tadi tidak bergerak. Tangannya terulur pelan, namun justru mengusap wajahnya dengan kasar, berulang kali, seolah ingin menghapus kebingungan yang menumpuk di kepalanya setelah melihat Juliet pergi ke ruang kerja Wilson. Juliet... Kenapa Juliet bisa-bisanya mengantar sarapan ke Wilson, CEO tempatnya bekerja? Ini bagaikan mimpi untuknya. Itu hal yang sangat tidak masuk akal. Juliet bukan karyawan di perusahaan tempatnya bekerja. Bahkan selama ini, Argan tahu betul kalau Juliet tidak pernah sekalipun menyinggung soal Wilson. Tidak ada kedekatan. Tidak ada obrolan. Tidak ada tanda-tanda yang mengarah ke sana. “Dia berubah belakangan ini dan perubahan itu apakah sejak ada sesuatu dengan Pak Wilson?” gumam Argan lirih. Pikirannya makin berkecamuk. Apa mungkin Juliet punya hubungan khusus dengan Wilson? Atau jangan-jangan Juliet sengaja mend
Argan melangkahkan kaki meninggalkan rumah Juliet dengan perasaan campur aduk, kesal, bingung, dan merasa terjebak dalam situasi yang tidak bisa ia kuasai. Pernyataannya Kenapa Juliet bisa berubah seperti sekarang ini tidak mendapatkan jawaban dari yang bersangkutan. Kalimat mengambang yang diucapkan oleh Juliet sebelum dia pergi benar-benar membuat Argan pusing. “Sepertinya kau butuh waktu lama untuk pulih, ya? Ya sudah... lebih baik sekarang kau pulang dan istirahat yang lama.” Argan mengusap wajahnya dengan kasar. Barang-barangnya di apartemen hilang entah ke mana. Uang 50 juta yang ia harapkan kembali telah raib. Mobil milik Juliet, yang diam-diam ingin ia kuasai juga tak tersentuh lagi. Langkahnya terasa semakin berat. Setiap langkah seolah menekan kesadarannya akan satu hal yang selama ini ia remehkan, Juliet bukanlah gadis bodoh yang bisa terus-menerus ia tipu. Argan mendesah panjang, mencoba berpikir. “Apa mungkin... Juliet tahu tentang aku dan Rania,
Juliet tersentak kaget. Sadar telah menerima panggilan telepon dari Argan, Ia pun segera mengakhiri telepon. Sudahlah... Dia benar-benar sangat kelelahan sekarang. Otak dan tubuhnya butuh istirahat. Juliet melanjutkan tidurnya. Ah, ia sudah tidak peduli lagi. Namun, hal itu jelas berbanding terbalik dengan Argan. Dia sudah pusing karena mobilnya diambil Juliet, lalu uang 50 juta yang ada di tangan Juliet, dan Sekarang semua barang-barang pemberian Juliet tidak ada. Argan langsung meninggalkan apartemen, menuju ke tempat di mana Juliet tinggal. Dia harus mendapatkan penjelasan dari kekasihnya itu, sekaligus mengambil kembali apa yang Juliet ambil. ****Juliet menggosok matanya yang terasa begitu berat. Kantuk masih menguasai tubuhnya, tapi di hadapannya, Argan duduk dengan ekspresi penuh rasa frustrasi. Pria itu tampak tersiksa, berjalan pun sudah cukup menyakitkan baginya, tetapi tetap memaksakan diri untuk banyak bergerak hari ini tanpa mobil, dan sekarang harus datang
Wilson berdecih kesal melihat tingkah Juliet. “Kenapa otakmu bahkan lebih mesum daripada yang aku duga?” sinis nya. Juliet berdecih sebal. Ia menurunkan tangannya. Matanya yang tadi terlihat waspada kini terlihat kikuk. “Harusnya Pak Wilson mengatakan saja secara jelas maunya apa. Kalau bicaranya setengah-setengah seperti itu, ya tentu saja bukan salahku yang akan salah paham,” balas Juliet yang tak mau terlalu dipojokkan. Wilson menghela napasnya. Tatapan tajam dan serius. “Sebagai bukti permintaan maaf yang tulus darimu, aku ingin kau datang setiap pagi untuk mengantarkan sarapan kepadaku. Ingat, wajahmu juga harus terlihat tulus selayaknya orang yang menyesal.” Juliet terperangah tak percaya. Matanya membesar, sulit percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. “Apa?” suaranya nyaris bergetar. “Kenapa aku harus mengantarkan sarapan setiap pagi, Pak Wilson? Bukankah ada cara yang lebih mudah untuk menyelesaikan masalah ini?” Wilson menegakkan tubuhnya, menatapnya seolah perm
Juliet menggigit bibirnya, menahan tawa kecil yang hampir lolos. “Aku harus bayar uang sekolah adikku dan beberapa tunggakannya. Aku janji akan mengembalikan uangnya saat Kepala Divisi transfer nanti.” Argan terdiam cukup lama. Juliet bisa membayangkan pria itu sedang berpikir keras. “Argan, kumohon...” Juliet berbisik pelan, memaksimalkan kesan putus asa. “Ah, baiklah. tapi, janji untuk transfer aku setelah Kepala divisi mengirimkan uang padamu, ya?” ucap Argan dan suaranya terdengar masih tidak rela. “Iya.” Dan beberapa detik kemudian, 50 juta itu pun sampai di account bank Juliet! Melihat itu, Juliet pun tertawa terbahak-bahak. “Bagus! Argan, kau selalu berjanji akan mengembalikan setiap uang yang pinjam dariku. Kurang lebih, seperti itulah caramu meminjam uang dariku selama ini. Jadi... cobalah rasakan bagaimana rasanya menikmati janji palsu,” ucap Juliet. Dia pernah berpikir bahwa hidupnya pasti akan hancur lebur dan berantakan jika tidak bersama dengan argan lagi. Tern
Di sisi lain, Juliet tengah meminta izin kepala divisinya untuk cuti. Dia sebenarnya merasa tak enak, tapi dia harus melakukannya. Dari seberang, ia dapat mendengar Kepala Divisinya menghela napas. “Juliet, kau memiliki performa yang baik dalam pekerjaan. Tolong berhentilah terobsesi terhadap kekasihmu itu, kau akan rugi sendiri.”Juliet tersenyum pilu. Ternyata semua orang pun sudah bisa melihat dengan jelas.“Bu Kepala divisi, aku sudah sadar akan hal itu. Kali ini, cuti terakhirku untuk menyelesaikan semuanya.”Terdengar helaan napas dari seberang sebelum akhirnya atasan Juliet itu setuju.Begitu panggilan telepon berakhir, Juliet pun kembali fokus mengemudi. Dia menajamkan matanya sambil mencengkram kemudi mobil dengan erat. “Argan, semua yang aku berikan padamu, aku akan mengambilnya lagi! Lihat saja saat kau pulang kerja nanti. Semoga kau suka dengan hasil karyaku.”Tak lama, Juliet pun sampai di apartemen Argan dengan napas mulai sesak.Terlebih bayangan perselingkuhan yang
Juliet mengernyitkan kening kala merasakan pandangannya kabur.Belum lagi, kepalanya sakit, seperti dihantam palu baja berulang kali.Wanita bermata almond itu mengerjap beberapa kali–mencoba mengumpulkan kesadarannya, hingga ia tersadar bahwa ruangan tempatnya ini sangatlah asing.“Aku ada di mana…?” bisiknya, hampir tak terdengar.Ingatan Juliet benar-benar terputus setelah meminum wine di Bar Starlight.Ya, semalam, Juliet sebenarnya berencana memberikan kejutan ulang tahun untuk kekasihnya. Sebuah jam mahal yang diinginkan pria itu telah dia persiapkan.Namun siapa sangka, Juliet justru menemukan pria itu berselingkuh dengan sahabat Juliet sendiri. Entah sejak kapan perselingkuhan diantara mereka terjadi. Semakin Juliet mengingat, semakin sesak dadanya. Patah hati dan marah, Juliet membalas dendam dengan mencampur lem perekat ke dalam pelumas yang mereka gunakan untuk saat berhubungan intim secara diam-diam. Tidak peduli apa yang akan terjadi dengan mereka, sakit dihatinya be...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments