Share

Dia Lagi!

last update Last Updated: 2024-12-02 19:49:49

Thalita masih berdiri di ambang pintu. Ia terlalu takut memasuki kamar hunian yang amat pribadi untuknya. Saat ini ada pria asing yang mencoba menguasai tempat tinggalnya dan mulai mendominasi.

“Pak Baskara, tolong keluar dari flat saya! Saya tidak mau menjadi bahan gunjingan orang-orang sekitar. Kalau Bapak ingin bicara, kita bisa membahasnya besok di kantor. Tapi tolong jangan di sini, Pak,” tegas Thalita menghadapi atasan yang selama ini ia hormati yang kini bermetamorfosa menjadi pria aneh yang sangat terobsesi dengan dirinya.

Thalita berulangkali mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Ia tak mau tetangga yang satu lantai dengannya menganggap dirinya sebagai wanita murahan yang membawa masuk pria yang bukan suami ke dalam kamar hunian sewaannya.

Dengan banyak pemikiran di kepalanya, Thalita terus menatap intens sang atasan yang dengan bossy tetap berada di dalam apartemen studio sewaannya seolah tak takut apa pun.

“Pak Baskara, saya mohon,” pinta Thalita super tegas melebihi ucapannya beberapa detik lalu.

Baskara memiringkan senyumnya. Sepertinya ia menikmati ekspresi kepanikan yang bercampur aduk dengan ketakutan tak berdasar di wajah Thalita. Baskara bangun dari sofa single yang ada di dalam kamar sempit itu dan berjalan mendekati sekretaris cantik di hadapannya.

Tak lupa, Baskara meletakkan tangannya di bahu Thalita sembari berbisik mesra. “Sampai jumpa besok, sekretarisku yang cantik. Aku tidak bisa melupakan apa yang terjadi di antara kita. Ingat, kamu wanitaku! Tubuh dan hatimu hanya milikku.”

Usai mengatakan hal itu, Baskara tersenyum penuh misteri sebelum akhirnya ia mengecup singkat kening Thalita.

“Pas Baskara—” Thalita mengepalkan tangan di kedua sisi tubuhnya. Ia benar-benar bingung dengan apa yang terjadi barusan padanya. Seharusnya ia melawan atau marah pada pria itu, yang terjadi malah ia hanya diam dengan kedua bola mata membola sempurna.

~~~~

“Dari mana kamu, Bas? Kenapa teleponku nggak diangkat? Terlalu sibukkah kamu untuk mengangkat panggilan telepon dari istrimu?” Yola melancarkan serangan pertanyaan ketika pria yang telah menikahinya selama dua tahun lebih itu memasuki kamar mereka.

Blamm

Baskara membanting pintu dan melesat cepat menuju kamar mandi yang ada di kamar huniannya tersebut. Ia mengabaikan keberadaan sekaligus pertanyaan yang ditujukan padanya dari bibir Yola.

“Bas–” Panggilan Yola terhenti. Percuma untuknya melemparkan pertanyaan di saat seperti ini. Bukan jawaban yang ia dapatkan, perseteruanlah yang akan terjadi setelahnya jika dirinya kekeuh mengejar jawaban dari pria tampan yang berprofesi sebagai pengusaha sukses tersebut.

“Sampai kapan kita akan seperti ini, Bas?” gumam Yola sambil memegangi kepalanya yang terasa pening.

~~~~

Malam harinya di kediaman mewah Baskara…

“Baskara, sudah dua tahun kalian menikah, lalu kapan kalian akan memberiku seorang cicit? Aku sudah terlalu tua, bagaimana kalau cicitku lahir sebelum aku bisa melihatnya?” Seruni bertanya pada sang cucu tepat di hadapan pasangan suami istri muda di ruang makan usai mereka semua menyudahi makan malam bersama.

Baskara dengan santainya mengelap bibirnya dengan tisu kering seolah tak pernah menganggap pertanyaan itu ada. Walau seseorang yang melemparkan pertanyaan padanya adalah orang yang sangat ia sayangi. Pria itu hanya tersenyum dengan pembawaan tenang.

“Nenek, ini sudah malam, aku harus segera mengurus pekerjaan. Kalau masalah cicit, Nenek bisa menanyakan hal itu sama Yola. Sekarang aku ke atas dulu ya, Nek. Pekerjaanku masih banyak yang harus diurus secepatnya. Selamat malam, Nek,” ucap Baskara tenang lalu mengecup kening sang nenek dengan penuh kasih.

Tanpa membawa serta sang istri ke atas menuju kamar mereka, Baskara berjalan cepat meninggalkan ruangan itu.

Yola menatap kecewa. “Bagaimana ini, Nek? Baskara masih tetap dingin padaku. Apa yang harus Yola lakukan?”

“Sabarlah, dia pasti memiliki alasan tersendiri untuk tidak membahas masalah anak di depan Nenek. Nenek yakin cepat atau lambat kamu dan Baskara akan segera rukun dan setelah itu Nenek yakin akan ada suara tangis cicit Nenek di sini.”

“Iya, Nek.” Yola tersenyum kecut. Harapan satu-satunya hanya Seruni, Nenek Baskara, untuk membuatnya bisa memiliki anak dari pria itu. Jika dirinya bisa memiliki anak dari Baskara, besar kemungkinannya pria itu akan mencintainya seperti dulu dan anak mereka akan menjadi pengikat mereka berdua sampai akhir hayat.

‘Sialan! Nenek tua ini nggak membantu sama sekali. Aku harus segera menemukan jalan keluar dari masalahku ini. Aku harus bisa membuat Baskara kembali mencintaiku seperti dulu. Aku nggak akan menyerah!’

~~~~

“Apa yang harus aku lakukan sekarang? Pas Baskara kenapa jadi seperti ini? Selama ini dia baik dan bertanggung jawab, di mataku dia selalu bekerja dengan baik nggak terlihat seperti hidung belang. Tapi kenapa? Kenapa dia tega melakukan semua ini sama aku? Bagaimana kalau Bu Yola tahu? Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan?” Thalita berjalan mondar-mandir dengan perasaan campur aduk.

Wanita itu menggigit ibu jarinya. Ia tak pernah sefrustasi ini sebelumnya gara-gara pria bernama Baskara. Tak hanya frustasi, kesucian yang telah ia jaga selama 24 tahun juga telah raib karena pria itu.

Nada dering ponselnya mengejutkan wanita yang masih kebingungan dan pening memikirkan banyak hal di dalam hidupnya. Thalita menyambar ponselnya dan menempelkan benda pipih canggih tersebut ke salah satu daun telinganya.

“Halo, Ta,” sapa seseorang pada Thalita di ujung sana.

“Halo, Junior, ada apa?” balas Thalita dalam mood yang kurang baik.

“Kamu sudah makan apa belum? Kebetulan tadi aku lewat restoran kesukaan kamu dan aku pesan tom yam udang. Gerimis-gerimis begini makan yang berkuah kayaknya seger deh,” kata Junior dengan godaan yang membuat Thalita dilema.

Ini sudah malam. Sudah terlalu malam kalau dikatakan untuk makan malam. Tapi makanan favoritnya enggan untuk dilewatkan.

Beralih ke… Gerimis?

Apakah di luar sana sedang gerimis?

Thalita membuka jendela dan melihat ke luar. Ternyata benar, di luar sedang hujan rintik-rintik.

Jangan-jangan Junior ada di sini?!

“Tunggu dulu, kamu ada di mana sekarang? Apa jangan-jangan kamu ada di—”

“Coba tebak!” Junior mematikan panggilan secara sepihak usai menantang lawan bicaranya.

Thalita berbalik badan dan segera membuka pintu kamar huniannya tersebut.

“Junior, kamu kok ada di sini? Ini sudah malam, bagaimana kalau ada tetangga yang lihat kamu di sini? Aku nggak mau kena gosip,” cecar tanya Thalita pada Junior tepat di depan pintu.

Junior terkekeh geli. “Kan aku juga berhak atas kamar apartemen yang kamu huni sekarang. Memangnya mereka berani bilang apa?” tantang Junior tak memedulikan hal remeh semacam itu.

Junior adalah pemilik kamar apartemen yang saat ini dihuni oleh Thalita. Awalnya Thalita diminta Junior untuk menghuni apartemen tersebut tanpa bayaran sepeser pun. Tapi Thalita kekeuh untuk tetap membayar walau mereka adalah sahabat. Thalita tak mau berutang budi pada siapa pun. Apartemen yang dihuni Thalita sangat memudahkan wanita itu untuk mencapai kantor tempatnya bekerja dengan sangat cepat, hanya butuh lima atau paling lama sepuluh menit sampai di tempat kerja. Sangat efektif, bukan?

“Ini, makanlah! Kamu pasti lapar,” Junior mengulurkan bungkusan pada Thalita dan memaksa wanita itu untuk menerimanya.

“Tapi aku sudah makan di tempat Ibu, Junior,” ucap Thalita tak enak hati.

“Tapi kamu belum makan di sini. Memangnya nggak sayang menolak rejeki? Ini kan makanan kesukaan kamu. Masa ditolak? Kalau nggak mau—”

Junior belum melanjutkan kata-katanya, ia sengaja menjeda ucapannya, ia memancing pergerakan dan tindakan Thalita.

“Eh iya, oke. Aku nggak akan menolak kok. Thanks banget ya, Jun,” ucap Thalita. “Kamu baik banget. Siapa pun yang jadi pasangan kamu nanti pasti bakalan bahagia banget karena punya kamu yang super baik dan perhatian,” puji Thalita tulus tanpa maksud menjilat.

“Jangan melebih-lebihkan, Ta. Tadi kan aku sudah bilang, nggak sengaja lewat restoran kesukaan kamu. Jadinya ya mampir sekalian. Ya sudah berhubung ini sudah malam, aku balik, ya. Jangan lupa dimakan, mumpung masih hangat, kalau perlu dipanasin lagi biar tambah enak,” tanggap Junior seraya memberi saran.

Thalita mengangguk setuju. Bukannya bergegas pergi, Junior mengusap lembut pucuk kepala Thalita sembari tersenyum penuh arti.

“Jangan sampai tersedak dan jangan makan terburu-buru! Oke? Selamat malam,” ucap Junior sebelum benar-benar meninggalkan apartemen Thalita.

Sepeninggal Junior, Thalita segera menutup pintu dan meletakkan bungkusan makanan kesukaannya di meja kotak kecil di kamar huniannya tersebut.

Belum sempat menuangkan tom yam ke dalam mangkuk, seseorang menghubunginya lagi melalui panggilan telepon seluler.

Menjengkelkan!

Thalita kesal. Siapa lagi yang menghubunginya malam-malam begini? Tidak mungkin Junior yang melakukannya.

Thalita bangkit dari posisinya lalu mencari keberadaan ponselnya. Benar saja, bukan Junior yang menghubunginya melainkan…

“Pak Baskara, mau apa lagi dia? Dia lagi, dia lagi! Apa sih maunya orang ini? Angkat nggak, ya?” gumam Thalita seraya memutar otak mencari solusi terbaik.

To be continue….

~~~~

Related chapters

  • CINTA TERLARANG TUAN PRESDIR   Permintaan Gila Bos Posesif

    Tak ada alasan untuk menolak panggilan dari sang atasan. Bagaimana kalau pria itu menghubunginya untuk mempertanyakan masalah pekerjaan? Tapi.. setelah apa yang terjadi, apakah mungkin alasan itu yang akan pria itu gunakan?Terlepas apa yang terjadi pada mereka berdua kemarin, Thalita mengesampingkan segalanya. Ia memilih menyudahi kebimbangannya dan kemudian menekan tombol hijau lalu ia letakkan ponsel tersebut ke daun telinganya.“Ada yang bisa saya bantu, Pak Baskara?” tanya Thalita profesional.“Siapa yang barusan datang? Kenapa dia malam-malam datang ke apartemen kamu? Buang makanan itu!” hardik Baskara di ujung telepon.Dari mana Baskara tahu apa yang terjadi di sekelilingnya barusan? Apakah pria itu masih ada di apartemen ini? Buru-buru Thalita membuka pintu lalu mengedarkan pandangannya ke segala arah mencoba mencari tahu di mana keberadaan sang atasan posesif tersebut. Nihil. Tak ada tanda-tanda bahwa pria itu ada di sekitar kamar huniannya. Lalu di mana dia sekarang? Tak

    Last Updated : 2024-12-04
  • CINTA TERLARANG TUAN PRESDIR   Mari Kita Lanjutkan, Wanitaku!

    “Stop, Pak! Jangan lanjutkan lagi!” Thalita mengangkat telapak tangannya dan menghentikan upaya Baskara melanjutkan hitungan. Baskara tersenyum penuh kemenangan. “Maka kemari dan duduklah di atas pangkuanku! Jadilah anak yang baik dan penurut!”Thalita menguatkan hati dan pikirannya. Ia meraup udara sebanyak mungkin guna menetralkan pikirannya yang penuh gejolak gara-gara ucapan Baskara.Menoleh ke belakang memperhatikan pintu adalah hal yang pertama kali Thalita lakukan sebelum melangkah mendekat ke arah sang atasan. Ia tak punya pilihan lain. Lebih baik baginya mengalah dan melakukan apa yang diminta Baskara daripada pria itu melakukan apa yang baru saja ia katakan beberapa saat sebelumnya. Jadilah Thalita duduk di pangkuan Baskara dengan rasa sungkan dan keraguan. Harga dirinya telah hancur gara-gara perbuatan pria ini. Lalu apa lagi yang harus ditutupinya? Tubuhnya telah menjadi santapan malam yang panas untuk sang presdir tampan. Ia seperti tak memiliki harga diri dan martabat

    Last Updated : 2024-12-21
  • CINTA TERLARANG TUAN PRESDIR   Rona Merah

    Degub jantung Thalita semakin kencang. Wanita itu merasakan takut dan juga panik ketika pria di hadapannya semakin mendekat ke arahnya. Tubuh pria itu seperti busur yang siap memanah lawan. “Pak–” Thalita mencoba mengangkat tangannya untuk mendorong dada bidang Baskara yang ditutupi jas mahal menjauh darinya. Namun, hal itu tak mungkin terjadi karena kalah cepat dengan pergerakan Baskara. Pemilik Banyu Biru Grup tersebut meraih buket bunga yang ada di atas meja dan menyerahkannya pada Thalita masih dengan posisi terakhir.“Bunga cantik untuk wanita yang cantik, sangat cocok sekali,” puji Baskara pada Thalita saat ia menyerahkan buket bunga. Thalita sesaat merasa terkesima ketika mendapatkan buket bunga tersebut. “Untuk saya, Pak?”“Kalau bukan untuk kamu lalu untuk siapa lagi? Di ruangan ini hanya ada aku dan kamu. Tidak mungkin aku membeli bunga ini untuk diriku sendiri, kan?” balas Baskara cepat dengan tatapan matanya yang seksi.Thalita tak tahu harus bagaimana. Hatinya kembali

    Last Updated : 2024-12-23
  • CINTA TERLARANG TUAN PRESDIR   Ancaman Pak Bos!

    “Bisa-bisa apa, Thalita? Kenapa mendadak kamu nggak bisa bicara? Apa jangan-jangan kamu mau menjelek-jelekkan saya, ya?” tantang Baskara dengan sengaja. Tidak ada ‘aku’ saat pria itu berbicara dengan Thalita di depan orang-orang. Pembicaraan formal. Tak mengandung nada kemesraan sedikit pun. Pintar sekali pria ini bertindak di depan orang-orang tentang tabiat aslinya! Thalita hanya mampu membatin tanpa bisa mengungkap hal itu secara langsung di depan seluruh karyawan yang berada di bawah naungan Banyu Biru Grup.“Mana mungkin saya berani menjelek-jelekkan Bapak. Saya tidak berani, Pak.” Thalita mengaku. Ia jujur walau sebenarnya jika ia memiliki kesempatan, ia juga ingin melakukan apa yang dituduhkan padanya. “Oh begitu,” Baskara tersenyum penuh misteri dengan sembunyi-sembunyi. “Satu jam lagi ke ruangan saya! Saya mau laporan yang saya minta dibawa ke ruangan saya satu jam lagi. Ingat, hanya satu jam! Tidak boleh terlambat. Paham?!” lanjutnya seperti biasa dengan nada tegas tanpa

    Last Updated : 2024-12-25
  • CINTA TERLARANG TUAN PRESDIR   Aku Butuh Kamu, Bas...

    “Eh i-itu, Pak,” Thalita terbata-bata. Haruskah ia jujur dan tak boleh menutupi sesuatu di hadapan sang atasan yang amat posesif ini? Thalita berada di dalam persimpangan. “Itu apa?” desak Baskara tak sabar.“Saskia mengira saya memiliki hubungan dengan Pak Rico,” ungkap Thalita pada akhirnya.Tak ada keinginan di dalam diri Thalita untuk mengutarakan hal semacam ini di hadapan Baskara. Ia bukan seorang pengadu. Tapi kali ini ia dipaksa untuk jujur dan tak diperkenankan menutupi sesuatu. Ia yakin Baskara adalah orang yang tak mudah percaya pada ucapan seseorang dengan mudahnya. Pria itu pasti menginginkan kejujuran dan penjelasan nyata. Dan itu menjadi tugasnya saat ini. “Bagaimana bisa Saskia mengira kamu memiliki hubungan dengan Rico?” Kernyitan jelas berada di kening Baskara.Pertanyaan macam apa ini? Bukankah semua ini terjadi gara-gara ulah Baskara si bos menyebalkan? Bagaimana bisa pria itu bersikap tak tahu apa-apa dan bertanya dengan entengnya? Sialan!“Kalau bukan karena

    Last Updated : 2024-12-26
  • CINTA TERLARANG TUAN PRESDIR   Tatapan Intimidasi

    “Aku nggak tahu bisa atau nggaknya. Aku benar-benar sibuk,” kata Baskara dengan ekspresi tak suka. Pria itu menyalakan mode loud speaker agar tidak perlu repot-repot menempelkan benda pipih canggih tersebut ke daun telinganya. “Baskara, bagaimanapun juga aku adalah istri kamu. Apa salah seorang istri meminta haknya pada suaminya sendiri? Nggak, kan? Di saat aku butuh kamu, kamu nggak selalu ada di sisiku. Lalu aku ini kamu anggap apa, Baskara? Mau sampai kapan kamu tega memperlakukan aku seperti ini? Sampai kapan?” ungkap Yola meminta penjelasan dengan suara yang terdengar serak seolah menahan tangis.“Cukup, Yola! Kamu nggak usah membahas hal ini lagi. Aku malas debat sekarang. Kerjaanku banyak dan aku nggak punya waktu untuk membahas hal yang nggak penting semacam ini. Kalau nggak ada hal lain, aku matikan sekarang teleponnya. Aku sibuk.” Baskara mengambil sikap tegas dan tak menginginkan ada yang berani membantahnya.Tak mau ada perdebatan lagi, Baskara mematikan panggilan lebih

    Last Updated : 2024-12-27
  • CINTA TERLARANG TUAN PRESDIR   Kenapa Kamu Diam?

    Baskara mencondongkan tubuhnya ke depan agar ia dengan mudah melakukan apa yang didiktekan kepalanya. Pria itu meraih dagu Thalita lalu mengecup bibir merekah di hadapannya, yang terlihat jelas bahwa sang sekretaris cantik belum siap dengan aksinya. Kedua bibir saling bertemu. Saling merasakan sensasi satu sama lain yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.Hingga tak sengaja pelayan yang telah siap menyajikan makanan pesanan mereka menangkap basah kejadian tersebut.“Oh maaf, Pak–” kata pelayan itu dengan ekspresi tak enak hati karena datang di situasi yang tidak tepat. Di dalam benak sang pelayan, ia benar-benar merutuki perbuatannya. Ia tahu jelas siapa pria di hadapannya yang sangat disegani oleh semua karyawan di restoran ini. Pria itu adalah seorang bos besar dan tentu saja sangat kaya. Bagaimana kalau pria di hadapannya itu mengadukan perbuatannya pada pemilik restoran dan berujung memecat dirinya? Ketakutan tampak jelas di wajah pelayan itu. Tangan yang memegang nampan b

    Last Updated : 2024-12-28
  • CINTA TERLARANG TUAN PRESDIR   Mundur? Mimpi!

    “Wanita mana pun yang melihat Pak Baskara pasti akan dengan mudahnya menjatuhkan hati mereka pada Bapak. Itu akan terjadi jika mereka tahu kalau Bapak belum memiliki pasangan. Sama seperti saya saat ini. Andai Bapak adalah pria yang masih single, mungkin saya akan memberikan kesempatan pada Bapak untuk mendapatkan hati saya. Tapi Bapak sadar dengan jelas bahwa ada perbedaan jauh di antara kita. Selain status sosial, Bapak adalah pria beristri, dan saya adalah wanita single. Tidak mungkin bagi kita melanjutkan hubungan melebihi batas. Saya sadar posisi saya saat ini, Pak.” Thalita memberikan argumentasi.Baskara tersenyum sinis. “Mulutmu manis sekali, Thalita. Bagaimana bisa kamu mengatakan hal itu padaku? Aku tahu jelas kamu memiliki perasaan yang sama denganku. Kenapa kamu harus menutupi hal itu dariku? Kenapa? Apa kamu menemukan pria lain setelah kamu melewati malam panas denganku saat itu? Atau saat itu aku tidak bisa memuaskanmu?” Pria itu memberikan sindiran halus pada wanita yan

    Last Updated : 2024-12-29

Latest chapter

  • CINTA TERLARANG TUAN PRESDIR   Kenapa Jangan?

    “Tentu saja bisa, Bu Jani. Saya mencintai Thalita dengan sepenuh hati. Sejak pertama bertemu dengannya, saya merasa nyaman dan ingin selalu bersama dengan dia. Padahal saya sadar saat ini saya masih terikat pernikahan dengan wanita lain. Tapi saya tidak bisa membohongi diri saya sendiri dan terus bertahan dengan wanita yang tidak saya cintai. Jika bukan Thalita, saya lebih memilih sendiri dan keputusan untuk menceraikan istri saya sudah bulat bukan karena adanya Thalita. Jika hal ini yang membuat Bu Jani merasa khawatir, saya akan menjelaskan segalanya sedari awal. Karena saya tidak mau bersama wanita lain, jika bukan Thalita orangnya.” Baskara menjawab lugas dan tegas. Baskara mengarahkan netra gelapnya ke arah Thalita berada. Wanita itu merasa canggung dengan situasi saat ini. “Oh seperti itu.” Jani menyahut singkat. “Pertanyaan kedua, semua orang pasti akan berpikiran buruk pada Thalita jika suatu hari kamu dan istrimu bercerai. Apa yang akan kamu lakukan jika semua orang mencemo

  • CINTA TERLARANG TUAN PRESDIR   Pertanyaan Pertama

    Semua mata tertuju pada kedua insan manusia yang tercipta begitu serasi. Thalita dan Baskara menghentikan ucapan mereka sejenak sebelum akhirnya sang penguasalah yang mengambil alih perseteruan. “Saya sudah menikah,” kata Baskara secara lantang yang membuat Jani membelalakkan matanya. Namun, belum sempat Tante dari sekretaris cantiknya angkat bicara guna menolak mentah-mentah dirinya, Baskara sudah melanjutkan kata-katanya. “Saya sudah dalam proses perpisahan dengan istri saya jauh sebelum saya mendapatkan hati Thalita. Perpisahan saya dan istri saya ini tidak ada kaitannya dengan Thalita. Thalita bukan perebut suami orang atau istilah jaman sekarang disebut dengan pelakor. Thalita adalah wanita yang baik dan saya cintai selama ini. Saya dan istri saya menikah bukan karena cinta. Dan saya tidak bisa melanjutkan pernikahan tersebut atas dasar keterpaksaan yang ujung-ujungnya hanya akan menyakiti perasaan satu sama lain. Maka dari itu saya memutuskan akan menikahi Thalita setelah saya

  • CINTA TERLARANG TUAN PRESDIR   Single?

    “E-eh maaf, Tante. Habisnya….” Thalita tak jadi melanjutkan kata-katanya. Ia melihat pemandangan tak terduga di sekelilingnya. Baskara masih menggenggam erat tangan Namira. Hal itu membuat Thalita bertanya-tanya dengan maksud Baskara melakukannya. ‘Apa yang sebenarnya Pak Baskara lakukan di tempat ini? Kenapa dia menggenggam tangan ibuku?’ Thalita menatap heran sekaligus mencoba mencari tahu dengan tujuan Baskara melakukan hal itu pada ibunya. Mencoba menyelami apa yang diperhatikan Thalita saat ini, Baskara pun melepaskan genggaman tangannya dari Namira. Ia tersenyum pada Namira lalu menatap penuh kerinduan pada Thalita. Senyuman tulus ia berikan pada wanita cantik yang telah ia renggut kehormatannya. Thalita salah tingkah. Wanita itu memalingkan wajahnya karena malu dan belum siap untuk menghadapi sikap Baskara yang tak terprediksi seperti barusan.“Thalita,” panggil Baskara yang membuat pandangan mereka segera bertemu.“Ada apa, Pak?” tanya Thalita refleks seperti di saat dirin

  • CINTA TERLARANG TUAN PRESDIR   Lari-Lari

    “Kalau kamu ingin tahu, datang saja ke sini!” ucap Baskara dengan santainya lalu mematikan panggilan tanpa menunggu tanggapan dari lawan bicaranya.Baskara tersenyum puas penuh akan hasrat kemenangan. Ia bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya. Tidak mungkin bagi Thalita untuk duduk diam dan tak melakukan apa pun usai diberitahu olehnya tentang keberadaannya di rumah masa kecil wanita itu.“Mohon maaf, Nak Baskara, sebenarnya ada apa ini, ya? Dalam rangka apa Nak Baskara datang ke sini membawa begitu banyak buah tangan? Dan barusan apa yang dikatakan Thalita? Apa dia akan menyusul ke sini?” cecar tanya Jani sebagai bibi dari wanita cantik yang amat disukai oleh pria matang di hadapannya.Baskara hanya tersenyum lalu menengok ke arah Rico sebelum akhirnya menatap kedua mata Namira, ibu kandung Thalita yang duduk di sebelah Jani. “Tujuan saya ke sini adalah… saya ingin mengungkapkan fakta bahwa saya adalah pacar Thalita. Hubungan kami sudah sangat serius. Jadi lebih tepatnya say

  • CINTA TERLARANG TUAN PRESDIR   Coba Tebak!

    “Tidak dua-duanya, Pak!” ucap Rico mantap. Kegelisahan melanda. Rico benar-benar gelisah tak menentu. Hanya karena menawarkan bantuan, bagaimana ceritanya malah berakhir menjadi dua ancaman mengerikan semacam itu dari mulut sang bos?“Saya salah apa, Pak? Kenapa Bapak malah marah sama saya? Saya kan hanya menawarkan bantuan, Pak,” kejar Rico meminta penjelasan. Pria itu merasa harus menyelesaikan kesalahpahaman sebelum terjadi buru-buru lebih lanjut. “Tadi kamu bilang apa? Bunga tabur? Memangnya siapa yang mau ke kuburan? Hah?!” balas Baskara tak mau kalah dengan bawahannya.“Loh saya kira Bapak mau beli bunga karena mau ke makam. Kalau begitu saya yang salah, Pak. Tolong maafkan saya,” ucap Rico yang merasa bersalah dan tampak salah tingkah.“Ya memang kamu salah. Lagian siapa yang mau ke kuburan jam segini? Aku beli bunga itu mau ke dikasih ke seseorang. Yang pasti bukan untuk Nenek ataupun Yola. Apalagi ke kuburan jam-jam segini. Yang benar saja? Masa iya aku beli buah tangan seb

  • CINTA TERLARANG TUAN PRESDIR   Potong Gaji Atau Pecat?

    “Nggak ada maksud apa-apa, kalau kamu ingin tahu lebih jelasnya mendingan tanyakan saja langsung sama Nenekmu. Aku yakin kamu akan menemukan jawaban yang ingin kamu tahu langsung dari sumbernya. Sudah ah, aku mau pergi dulu. Ada banyak hal menyenangkan yang harus aku lakukan di luar. Lebih baik kamu menyingkir dari hadapanku. Sekarang!” usir Baskara pada Yola yang berada di ambang pintu seolah tak memberinya akses untuk segera keluar dari kamar. “Tapi Bas, aku harus ikut ke mana pun kamu pergi. Aku istri kamu, Bas,” ucap Yola terdengar memaksa. “Ikut aku? Ikut saja, tapi jangan kaget kalau besok akan ada pengacaraku yang mengurus perceraian kita. Ayo lakukan saja! Aku sudah nggak sabar untuk bisa bercerai darimu, wanita licik!” tantang Baskara dengan senyumnya yang sulit dijabarkan oleh lawan bicaranya.“Tapi Bas–”Baskara berlalu sembari melambaikan tangan. Pria itu berjalan santai tak peduli dengan ancaman Yola yang kekeuh ingin mengikutinya.Baskara menoleh ke belakang. Wanita it

  • CINTA TERLARANG TUAN PRESDIR   Nenek Vs Cucu

    ‘Kalau aku tidak menguping apa yang kalian bicarakan, bagaimana aku bisa mencegah Baskara mengatakan sesuatu tentang David pada Nenek? Aku tidak akan pernah tinggal diam. Baskara tidak boleh memberitahu Nenek tentang David yang masih hidup. Aku harus melakukan sesuatu sekarang juga,’ batin Yola.Yola melangkah masuk dengan derai air mata yang membuat Seruni merasa iba. “Yola—” Seruni bangkit dari tempat duduknya karena tiba-tiba Yola berlari ke arahnya dan memeluknya. “Ada apa, Yola? Kenapa kamu menangis? Apa kamu mendengar semua yang kami bicarakan?” lanjutnya dengan ekspresi tak enak hati.“Aku mendengar semuanya, Nek. Aku—” Yola tak mampu berkata-kata. Ia berusaha menunjukkan betapa lemah dirinya saat ini terutama di depan Seruni. Hanya Seruni yang selalu ada di pihaknya dan menjadi garda depan untuknya di setiap waktu. “Yola—” Seruni menjeda ucapannya ketika melihat sang cucu hanya menyeringai sinis seolah tak memiliki empati sedikit pun pada Yola yang sedang berada dalam peluka

  • CINTA TERLARANG TUAN PRESDIR   Jangan Dilanjutkan, Bas!

    “Nenek sengaja menungguku di sini?” tanya Baskara basa-basi dengan seringai licik di wajahnya.“Jangan mengalihkan topik pembicaraan, Nenek ingin membicarakan sesuatu denganmu saat ini juga. Ayo kita bicarakan di ruang keluarga!” Seruni terdengar tak biasa. Wanita tua itu merasa harus menyelipkan kata-kata paksaan pada cucu kesayangannya.Baskara pura-pura mengendus bau badannya di balik jas mahal yang dikenakannya. “Tapi aku belum mandi, Nek. Nanti Nenek pasti merasa kesal kalau mencium bau yang tidak sedap di ruang keluarga saat kita sedang membahas banyak hal,” tolak halus Baskara guna menunda obrolan di antara mereka. Seruni hanya sendiri, tak ditemani Teddy. Baskara menoleh ke kanan dan ke kiri mencoba mencari keberadaan sang kakek. Tapi tetap saja hasilnya nihil. “Kita harus bicara sekarang juga. Nenek tidak menerima alasan apa pun. Lagipula Kakekmu juga tidak ada di rumah sekarang. Jadi tidak perlu menunggu kakekmu dan berpikir bisa mencari alasan lain.” Seruni menyambar leng

  • CINTA TERLARANG TUAN PRESDIR   Kita Harus Bicara!

    “Bercerai? Nggak! Aku nggak mau, Bas! Aku lebih rela memilih menunggu hatimu luluh untukku daripada bercerai darimu. Jangan mimpi kamu, Bas! Kita akan bercerai kalau akulah orang yang meminta kita untuk bercerai. Bukan kamu. Setidaknya ini adalah konsekuensi untukku karena menunggu selama dua tahun ini diabaikan olehmu. Aku percaya hatimu pasti akan kembali seperti dulu. Akan ada aku di dalam hatimu dan aku yakin hari itu akan datang cepat atau lambat.” Yola berucap lantang walau air mata terus mengiringi ucapannya.Baskara menyeringai masam. Ia mendengar ucapan Yola dengan ekspresi sinis. “Baskara, aku serius. Aku akan terus menunggu hatimu bersedia menerimaku kembali. Aku hanya mencintaimu, Baskara. Sejak aku tahu ‘David’ kabur dan mengalami kecelakaan, aku sadar bahwa dia bukan pria yang tepat untukku. Dia hanya memanfaatkan aku. Pria yang baik untukku adalah kamu. Cuma kamu. Aku yang salah karena pernah berselingkuh dengan pria seperti dia. Aku menyesal pernah menduakanmu hanya k

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status