Home / Romansa / CINTA TERLARANG TUAN PRESDIR / Permintaan Gila Bos Posesif

Share

Permintaan Gila Bos Posesif

last update Last Updated: 2024-12-04 22:04:17

Tak ada alasan untuk menolak panggilan dari sang atasan. Bagaimana kalau pria itu menghubunginya untuk mempertanyakan masalah pekerjaan? Tapi.. setelah apa yang terjadi, apakah mungkin alasan itu yang akan pria itu gunakan?

Terlepas apa yang terjadi pada mereka berdua kemarin, Thalita mengesampingkan segalanya. Ia memilih menyudahi kebimbangannya dan kemudian menekan tombol hijau lalu ia letakkan ponsel tersebut ke daun telinganya.

“Ada yang bisa saya bantu, Pak Baskara?” tanya Thalita profesional.

“Siapa yang barusan datang? Kenapa dia malam-malam datang ke apartemen kamu? Buang makanan itu!” hardik Baskara di ujung telepon.

Dari mana Baskara tahu apa yang terjadi di sekelilingnya barusan? Apakah pria itu masih ada di apartemen ini?

Buru-buru Thalita membuka pintu lalu mengedarkan pandangannya ke segala arah mencoba mencari tahu di mana keberadaan sang atasan posesif tersebut.

Nihil.

Tak ada tanda-tanda bahwa pria itu ada di sekitar kamar huniannya. Lalu di mana dia sekarang?

Tak mau banyak menerka, Thalita menutup pintu lalu menyandarkan punggungnya dengan ponsel yang masih menempel di daun telinganya.

“Pak Baskara, siapa pun yang datang barusan bukan menjadi urusan Bapak. Dan mengenai makanan yang saya terima barusan adalah makanan kesukaan saya. Apa saya tidak boleh menyantap makanan kesukaan saya hanya karena permintaan Bapak barusan?” balas Thalita lantang dan berani.

Wanita itu memang terkenal tegas, dirinya berprinsip untuk menjadi wanita karier yang tak mudah untuk ditindas. Selama pekerjaannya benar dan berjalan sesuai jobdesk, ia tak takut pada siapa pun, termasuk atasannya yang setelah kejadian panas itu menjadi semakin seenaknya kepada dirinya.

“Waw, baru kali ini ada wanita yang berani menentangku! Kamu lupa kalau aku memegang kartu trufmu? Bagaimana kalau video panas kita tersebar di dunia maya?” Baskara bertindak mengintimidasi sekali lagi. “Kalau kamu nggak mau video itu tersebar, turuti perintahku! Buang makanan itu dan jangan pernah menemui laki-laki itu lagi!” lanjutnya menuntut.

“Pak Baskara, tolong jangan bersikap seenaknya! Lagipula saya yakin di video tersebut pasti ada Bapak juga. Apa Bapak mau mempermalukan diri sendiri dan dilihat oleh orang banyak?” balas Thalita berani.

Mendengar pertanyaan lawan bicaranya, Baskara tertawa terbahak-bahak.

Ada apa dengan pria itu? Di mana letak kelucuannya? Apa bosnya sudah gila?

Tawa itu raib seketika.

“Aku suka keberanian kamu, Thalita. Nggak cuma keberanian, tapi sikapmu yang tegas dan jujur membuatku makin nggak tahan untuk segera memelukmu erat-erat saat ini juga. Yang perlu kamu tahu adalah di dalam video itu hanya ada kamu yang sedang tertidur pulas setelah permainan panas kita. Sementara aku… Aku? Aku tentu saja tidak ada di video itu. Karena apa? Aku terlalu sibuk mengabadikan momen itu di dalam ponsel, hati dan juga pikiranku. Tubuhmu mengalihkan duniaku, Thalita,” puji Baskara yang langsung mematikan panggilan tersebut secara sepihak.

Degg degg degg degg

Suara jantung Thalita berdebar tak karuan. Wanita itu memegangi dadanya dan terlihat panik. Ia merasakan kepanikan luar biasa dibandingkan beberapa saat lalu ketika Baskara ada di hadapannya. Pria itu tak ada di sini, tapi semua ucapannya barusan seolah-olah menunjukkan bahwa pria itu ada di dalam kamar hunian ini bersamanya.

“Kenapa Pak Baskara jadi seperti ini? Sebenarnya apa yang membuatnya berubah? Di mana Bos panutan yang selama ini aku hormati? Kenapa saat ini dia berubah seperti monster berkedok presdir perusahaan?” gumam Thalita sembari menatap semangkuk tom yam yang belum sempat dinikmati olehnya.

~~~~

“Baskara, jangan lupa nanti datang ke perjamuan makan malam keluarga Yola, ya. Kalau Nenek nggak mengingatkan kamu, kamu pasti lupa,” ucap Seruni pada sang cucu usai mereka berlima selesai menyantap sarapan pagi bersama di ruang makan.

Teddy, kakek Baskara, terlihat memperhatikan sang cucu yang tampak tak suka. “Ada apa, Bas? Apa kamu sibuk sampai nanti malam?”

“Sibuk? Bukankah itu sudah menjadi kewajibanku? Kalau aku nggak sibuk, mungkin sekarang aku cuma di rumah sambil tiduran, Kek,” jawab Baskara sembari memiringkan senyumnya.

Teddy geleng-geleng kepala menyaksikan sendiri bagaimana keras kepalanya seorang Baskara.

“Hari ini aku benar-benar sibuk, Kek. Aku nggak janji bisa datang ke perjamuan makan malam keluarga Yola. Jangan tunggu aku! Kalau aku bisa, mungkin aku menyusul. Pekerjaanku hari ini sangat banyak, iya kan, Rico?” ucap Baskara dan langsung menyudahi pembicaraan dengan menjatuhkan pada Rico sebagai kambing hitam.

Rico yang baru saja datang dan hendak menemui tuannya langsung terkejut ketika semua orang di ruangan itu menatap ke arahnya. Tapi tak ada salahnya jika ia mengikuti permainan sang bos demi keberlangsungan hidupnya.

“Betul, Pak. Pak Baskara memiliki banyak pekerjaan yang harus diurus hari ini,” tanggap Rico cepat.

Baskara melirik sekilas Rico lalu bangun dari tempat duduknya.

“Semuanya, aku duluan,” pamit Baskara sambil mengangkat tangannya lalu melambai seraya berjalan cepat meninggalkan ruang makan.

Sepeninggal Baskara dan Rico, Yola menatap bingung ke arah Seruni.

Seruni mengusap lembut punggung tangan Yola, berusaha menenangkan kegelisahan cucu menantunya. “Baskara pasti akan datang. Nanti siang Nenek akan membujuknya, oke?”

Teddy melirik sekilas ke arah istrinya. “Ma, jangan paksa Baskara. Jangan sampai Baskara kehilangan kendali dan marah karena hal ini. Papa yakin kalau dia bisa dan nggak sibuk, dia pasti akan datang. Ini kan acara besar, perjamuan keluarga Yola untuk kelulusan adiknya menjadi seorang dokter. Baskara pasti akan menyempatkan diri kalau dia sudah benar-benar luang dan tidak sibuk lagi,” katanya kemudian tanpa berpihak pada salah satu di antara Yola dan Baskara.

“Kalau itu orang penting, aku yakin Mas Baskara akan menyempatkan diri, Kek. Kecuali, kalau orang itu nggak penting, mungkin dia nggak akan pernah menyempatkan waktunya sedetik pun,” ujar Vivian pada sang kakek dengan nada sinis sembari menatap sekilas pada kakak iparnya.

“Vivian, jaga ucapanmu! Jangan sampai siapa pun berpikir yang bukan-bukan gara-gara ucapanmu barusan. Kamu ini anak kuliahan, tapi mulut kok kayak nggak disekolahin,” hardik Seruni pada cucu bungsunya yang sedari dulu menunjukkan ketidaksukaan pada Yola.

Vivian tersenyum smirk tanpa rasa takut ketika Seruni ataupun Yola menatap ke arahnya. Tak ada raut penyesalan di wajahnya. Yang ada malah rasa bangga karena berhasil buka suara tentang apa yang ada di benaknya semenjak lama.

‘Sialan kamu Vivian! Awas kamu, aku pasti bakal balas penghinaan kamu barusan!’ batin Yola sembari berusaha sekuat tenaga menunjukkan pada Vivian atau orang-orang di sekelilingnya bahwa ia baik-baik saja.

~~~~

Keesokan harinya…

“Ya Tuhan, lima menit lagi. Jangan sampai aku terlambat!” desah Thalita sembari mempercepat langkahnya menuju kotak besi di hadapannya guna mencapai tempat tujuan.

Lantai 11.

Belum sempat Thalita menekan tombol menuju ke lantai di mana ia bekerja, Baskara dan Rico masuk ke dalam lift secara bergantian.

Thalita tersentak. Ia mundur secara refleks dan hampir mengenai dinding lift. Untungnya hal itu tak sampai terjadi karena…

Satu tangan besar sudah berada di pinggangnya, menahan tubuhnya agar tak membentur dinding lift. Thalita terperanjat ketika pemilik tangan itu adalah Baskara. Dan hal itu juga diperhatikan secara langsung oleh Rico.

“Pak Baskara—”

“It's okay, kamu baik-baik saja. Kenapa kamu malah bengong? Belum puas kamu memandangi wajahku? Apa aku terlalu tampan sampai kamu tidak bisa mengedipkan matamu?”

Lamunan Thalita buyar seketika. Ia memosisikan diri dan menjaga jarak dari kedua pria dewasa nan tampan tersebut.

“Terima kasih, Pak Baskara,” ucap Thalita singkat, “saya duluan, permisi,” lanjutnya begitu pintu lift terbuka.

Wanita itu melarikan diri darinya. Baskara tidak marah sama sekali. Pria itu malah tersenyum puas sembari mengusap bibir bawahnya. “Menarik! Cepat atau lambat kamu akan jatuh ke tanganku dengan sendirinya, tanpa paksaan tentu saja,” gumam Baskara sembari melangkah cepat keluar dari lift yang mengantarkannya ke lantai tempatnya memimpin perusahaan ini.

Rico di belakangnya hanya bisa menatap heran dan tak banyak bicara.

‘Apa yang aku dengar barusan nggak salah, kan?’ Rico hanya bisa membatin.

~~~~

“Suruh Thalita datang ke ruanganku sekarang juga! Dan aku minta tolong sama kamu keluar untuk membeli sebuket bunga mawar merah untuk seseorang,” titah Baskara pada Rico yang baru saja memasuki ruang kerja atasannya.

“Baik, Pak. Dan untuk bunga, bunga untuk siapa, Pak? Bu Yola atau Nyonya Seruni sebagai penerimanya?” Rico menjalankan perintah dengan tanggap dan cekatan, demi menghindari kesalahan, pria itu meminta penjelasan.

“Tulis saja, untuk wanitaku! Cepat pergi dan suruh Thalita kemari sekarang juga!” tegas Baskara tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponsel di tangan.

“Baik, Pak,” sahut cepat Riko tanpa banyak bertanya lagi.

Tak lama kemudian, seseorang yang telah ditunggu cukup lama oleh Baskara mengetuk pintu. Baskara melirik sebentar lalu menekan remote pintu ruangannya dan tampaklah seorang wanita cantik yang dinantikannya ada di sana.

“Masuk!” titah Baskara sembari memaju-mundurkan jari telunjuknya menyuruh Thalita masuk ke dalam ruangannya.

Thalita berusaha bersikap profesional. Ia masuk ke dalam ruangan sembari menenteng berkas-berkas yang harus ditandatangani oleh sang atasan. Setelah berbasa-basi ringan, wanita itu meminta izin duduk di kursi yang berseberangan dengan Baskara.

Kini keduanya hanya dipisahkan oleh meja kayu jati mahal di tengah-tengah mereka.

“Kenapa kamu duduk di sana? Bagaimana aku bisa memeriksa berkas-berkas kalau kamu duduk di sana? Sekarang aku minta kamu duduk di sini!” hardik Baskara sembari memberi kode pada Thalita melalui matanya mengarah ke atas pangkuannya.

Thalita membelalakkan mata. Sang atasan menginginkan dirinya duduk di atas pangkuan pria itu. “Apa maksud Bapak? Saat ini kita sedang di kantor, Pak. Jangan berbuat macam-macam!” Wanita itu memberikan peringatan.

“Berarti kalau di luar, aku bebas melakukan apa saja sama kamu?”

Sialan!

Thalita tak berkutik. Apa yang harus ia lakukan?

“Kalau kamu tidak duduk di sini sampai hitungan ketiga, aku nggak masalah memberikan video rekaman malam panas kita ke Bu Namira dan Bu Jani. Kamu tahu betul siapa mereka, kan?” ancam Baskara tak main-main. “Satu… Dua… “

To be continue….

~~~~

Related chapters

  • CINTA TERLARANG TUAN PRESDIR   Mari Kita Lanjutkan, Wanitaku!

    “Stop, Pak! Jangan lanjutkan lagi!” Thalita mengangkat telapak tangannya dan menghentikan upaya Baskara melanjutkan hitungan. Baskara tersenyum penuh kemenangan. “Maka kemari dan duduklah di atas pangkuanku! Jadilah anak yang baik dan penurut!”Thalita menguatkan hati dan pikirannya. Ia meraup udara sebanyak mungkin guna menetralkan pikirannya yang penuh gejolak gara-gara ucapan Baskara.Menoleh ke belakang memperhatikan pintu adalah hal yang pertama kali Thalita lakukan sebelum melangkah mendekat ke arah sang atasan. Ia tak punya pilihan lain. Lebih baik baginya mengalah dan melakukan apa yang diminta Baskara daripada pria itu melakukan apa yang baru saja ia katakan beberapa saat sebelumnya. Jadilah Thalita duduk di pangkuan Baskara dengan rasa sungkan dan keraguan. Harga dirinya telah hancur gara-gara perbuatan pria ini. Lalu apa lagi yang harus ditutupinya? Tubuhnya telah menjadi santapan malam yang panas untuk sang presdir tampan. Ia seperti tak memiliki harga diri dan martabat

    Last Updated : 2024-12-21
  • CINTA TERLARANG TUAN PRESDIR   Rona Merah

    Degub jantung Thalita semakin kencang. Wanita itu merasakan takut dan juga panik ketika pria di hadapannya semakin mendekat ke arahnya. Tubuh pria itu seperti busur yang siap memanah lawan. “Pak–” Thalita mencoba mengangkat tangannya untuk mendorong dada bidang Baskara yang ditutupi jas mahal menjauh darinya. Namun, hal itu tak mungkin terjadi karena kalah cepat dengan pergerakan Baskara. Pemilik Banyu Biru Grup tersebut meraih buket bunga yang ada di atas meja dan menyerahkannya pada Thalita masih dengan posisi terakhir.“Bunga cantik untuk wanita yang cantik, sangat cocok sekali,” puji Baskara pada Thalita saat ia menyerahkan buket bunga. Thalita sesaat merasa terkesima ketika mendapatkan buket bunga tersebut. “Untuk saya, Pak?”“Kalau bukan untuk kamu lalu untuk siapa lagi? Di ruangan ini hanya ada aku dan kamu. Tidak mungkin aku membeli bunga ini untuk diriku sendiri, kan?” balas Baskara cepat dengan tatapan matanya yang seksi.Thalita tak tahu harus bagaimana. Hatinya kembali

    Last Updated : 2024-12-23
  • CINTA TERLARANG TUAN PRESDIR   Ancaman Pak Bos!

    “Bisa-bisa apa, Thalita? Kenapa mendadak kamu nggak bisa bicara? Apa jangan-jangan kamu mau menjelek-jelekkan saya, ya?” tantang Baskara dengan sengaja. Tidak ada ‘aku’ saat pria itu berbicara dengan Thalita di depan orang-orang. Pembicaraan formal. Tak mengandung nada kemesraan sedikit pun. Pintar sekali pria ini bertindak di depan orang-orang tentang tabiat aslinya! Thalita hanya mampu membatin tanpa bisa mengungkap hal itu secara langsung di depan seluruh karyawan yang berada di bawah naungan Banyu Biru Grup.“Mana mungkin saya berani menjelek-jelekkan Bapak. Saya tidak berani, Pak.” Thalita mengaku. Ia jujur walau sebenarnya jika ia memiliki kesempatan, ia juga ingin melakukan apa yang dituduhkan padanya. “Oh begitu,” Baskara tersenyum penuh misteri dengan sembunyi-sembunyi. “Satu jam lagi ke ruangan saya! Saya mau laporan yang saya minta dibawa ke ruangan saya satu jam lagi. Ingat, hanya satu jam! Tidak boleh terlambat. Paham?!” lanjutnya seperti biasa dengan nada tegas tanpa

    Last Updated : 2024-12-25
  • CINTA TERLARANG TUAN PRESDIR   Aku Butuh Kamu, Bas...

    “Eh i-itu, Pak,” Thalita terbata-bata. Haruskah ia jujur dan tak boleh menutupi sesuatu di hadapan sang atasan yang amat posesif ini? Thalita berada di dalam persimpangan. “Itu apa?” desak Baskara tak sabar.“Saskia mengira saya memiliki hubungan dengan Pak Rico,” ungkap Thalita pada akhirnya.Tak ada keinginan di dalam diri Thalita untuk mengutarakan hal semacam ini di hadapan Baskara. Ia bukan seorang pengadu. Tapi kali ini ia dipaksa untuk jujur dan tak diperkenankan menutupi sesuatu. Ia yakin Baskara adalah orang yang tak mudah percaya pada ucapan seseorang dengan mudahnya. Pria itu pasti menginginkan kejujuran dan penjelasan nyata. Dan itu menjadi tugasnya saat ini. “Bagaimana bisa Saskia mengira kamu memiliki hubungan dengan Rico?” Kernyitan jelas berada di kening Baskara.Pertanyaan macam apa ini? Bukankah semua ini terjadi gara-gara ulah Baskara si bos menyebalkan? Bagaimana bisa pria itu bersikap tak tahu apa-apa dan bertanya dengan entengnya? Sialan!“Kalau bukan karena

    Last Updated : 2024-12-26
  • CINTA TERLARANG TUAN PRESDIR   Tatapan Intimidasi

    “Aku nggak tahu bisa atau nggaknya. Aku benar-benar sibuk,” kata Baskara dengan ekspresi tak suka. Pria itu menyalakan mode loud speaker agar tidak perlu repot-repot menempelkan benda pipih canggih tersebut ke daun telinganya. “Baskara, bagaimanapun juga aku adalah istri kamu. Apa salah seorang istri meminta haknya pada suaminya sendiri? Nggak, kan? Di saat aku butuh kamu, kamu nggak selalu ada di sisiku. Lalu aku ini kamu anggap apa, Baskara? Mau sampai kapan kamu tega memperlakukan aku seperti ini? Sampai kapan?” ungkap Yola meminta penjelasan dengan suara yang terdengar serak seolah menahan tangis.“Cukup, Yola! Kamu nggak usah membahas hal ini lagi. Aku malas debat sekarang. Kerjaanku banyak dan aku nggak punya waktu untuk membahas hal yang nggak penting semacam ini. Kalau nggak ada hal lain, aku matikan sekarang teleponnya. Aku sibuk.” Baskara mengambil sikap tegas dan tak menginginkan ada yang berani membantahnya.Tak mau ada perdebatan lagi, Baskara mematikan panggilan lebih

    Last Updated : 2024-12-27
  • CINTA TERLARANG TUAN PRESDIR   Kenapa Kamu Diam?

    Baskara mencondongkan tubuhnya ke depan agar ia dengan mudah melakukan apa yang didiktekan kepalanya. Pria itu meraih dagu Thalita lalu mengecup bibir merekah di hadapannya, yang terlihat jelas bahwa sang sekretaris cantik belum siap dengan aksinya. Kedua bibir saling bertemu. Saling merasakan sensasi satu sama lain yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.Hingga tak sengaja pelayan yang telah siap menyajikan makanan pesanan mereka menangkap basah kejadian tersebut.“Oh maaf, Pak–” kata pelayan itu dengan ekspresi tak enak hati karena datang di situasi yang tidak tepat. Di dalam benak sang pelayan, ia benar-benar merutuki perbuatannya. Ia tahu jelas siapa pria di hadapannya yang sangat disegani oleh semua karyawan di restoran ini. Pria itu adalah seorang bos besar dan tentu saja sangat kaya. Bagaimana kalau pria di hadapannya itu mengadukan perbuatannya pada pemilik restoran dan berujung memecat dirinya? Ketakutan tampak jelas di wajah pelayan itu. Tangan yang memegang nampan b

    Last Updated : 2024-12-28
  • CINTA TERLARANG TUAN PRESDIR   Mundur? Mimpi!

    “Wanita mana pun yang melihat Pak Baskara pasti akan dengan mudahnya menjatuhkan hati mereka pada Bapak. Itu akan terjadi jika mereka tahu kalau Bapak belum memiliki pasangan. Sama seperti saya saat ini. Andai Bapak adalah pria yang masih single, mungkin saya akan memberikan kesempatan pada Bapak untuk mendapatkan hati saya. Tapi Bapak sadar dengan jelas bahwa ada perbedaan jauh di antara kita. Selain status sosial, Bapak adalah pria beristri, dan saya adalah wanita single. Tidak mungkin bagi kita melanjutkan hubungan melebihi batas. Saya sadar posisi saya saat ini, Pak.” Thalita memberikan argumentasi.Baskara tersenyum sinis. “Mulutmu manis sekali, Thalita. Bagaimana bisa kamu mengatakan hal itu padaku? Aku tahu jelas kamu memiliki perasaan yang sama denganku. Kenapa kamu harus menutupi hal itu dariku? Kenapa? Apa kamu menemukan pria lain setelah kamu melewati malam panas denganku saat itu? Atau saat itu aku tidak bisa memuaskanmu?” Pria itu memberikan sindiran halus pada wanita yan

    Last Updated : 2024-12-29
  • CINTA TERLARANG TUAN PRESDIR   Diam Dan Nikmati!

    Thalita merasa keheningan menyergap di antara mereka usai pria itu mengakhiri kalimatnya. Yang ada hanyalah adu saling tatap satu sama lain tanpa pembicaraan. Baskara memiringkan senyumnya sekali lagi dengan tatapan sarat makna. Pria itu segera menyendokkan makanan yang sudah berada di atas piringnya lalu kembali melanjutkan melahap makan siangnya tanpa menunggu jawaban Thalita.Makan siang pun usai. Baskara keluar dari ruangan bersama Thalita secara beriringan. Sebisa mungkin Thalita memperlihatkan pada semua orang bahwa mereka tidak memiliki hubungan spesial melebihi atasan dan bawahan.Tiba-tiba Baskara meletakkan tangannya di pundak Thalita. Seketika suasana terasa canggung.“Baskara!” panggil seseorang padanya.Suara itu terdengar tak asing. Baskara menurunkan tangannya yang sempat berada dengan nyamannya di bahu Thalita dan mengarahkan pandangan pada seseorang yang menyebut namanya. “Oh, Papa,” tanggap Baskara pada ayah mertuanya. Ferry, ayah mertua Baskara, datang ke restora

    Last Updated : 2024-12-30

Latest chapter

  • CINTA TERLARANG TUAN PRESDIR   Kenapa Jangan?

    “Tentu saja bisa, Bu Jani. Saya mencintai Thalita dengan sepenuh hati. Sejak pertama bertemu dengannya, saya merasa nyaman dan ingin selalu bersama dengan dia. Padahal saya sadar saat ini saya masih terikat pernikahan dengan wanita lain. Tapi saya tidak bisa membohongi diri saya sendiri dan terus bertahan dengan wanita yang tidak saya cintai. Jika bukan Thalita, saya lebih memilih sendiri dan keputusan untuk menceraikan istri saya sudah bulat bukan karena adanya Thalita. Jika hal ini yang membuat Bu Jani merasa khawatir, saya akan menjelaskan segalanya sedari awal. Karena saya tidak mau bersama wanita lain, jika bukan Thalita orangnya.” Baskara menjawab lugas dan tegas. Baskara mengarahkan netra gelapnya ke arah Thalita berada. Wanita itu merasa canggung dengan situasi saat ini. “Oh seperti itu.” Jani menyahut singkat. “Pertanyaan kedua, semua orang pasti akan berpikiran buruk pada Thalita jika suatu hari kamu dan istrimu bercerai. Apa yang akan kamu lakukan jika semua orang mencemo

  • CINTA TERLARANG TUAN PRESDIR   Pertanyaan Pertama

    Semua mata tertuju pada kedua insan manusia yang tercipta begitu serasi. Thalita dan Baskara menghentikan ucapan mereka sejenak sebelum akhirnya sang penguasalah yang mengambil alih perseteruan. “Saya sudah menikah,” kata Baskara secara lantang yang membuat Jani membelalakkan matanya. Namun, belum sempat Tante dari sekretaris cantiknya angkat bicara guna menolak mentah-mentah dirinya, Baskara sudah melanjutkan kata-katanya. “Saya sudah dalam proses perpisahan dengan istri saya jauh sebelum saya mendapatkan hati Thalita. Perpisahan saya dan istri saya ini tidak ada kaitannya dengan Thalita. Thalita bukan perebut suami orang atau istilah jaman sekarang disebut dengan pelakor. Thalita adalah wanita yang baik dan saya cintai selama ini. Saya dan istri saya menikah bukan karena cinta. Dan saya tidak bisa melanjutkan pernikahan tersebut atas dasar keterpaksaan yang ujung-ujungnya hanya akan menyakiti perasaan satu sama lain. Maka dari itu saya memutuskan akan menikahi Thalita setelah saya

  • CINTA TERLARANG TUAN PRESDIR   Single?

    “E-eh maaf, Tante. Habisnya….” Thalita tak jadi melanjutkan kata-katanya. Ia melihat pemandangan tak terduga di sekelilingnya. Baskara masih menggenggam erat tangan Namira. Hal itu membuat Thalita bertanya-tanya dengan maksud Baskara melakukannya. ‘Apa yang sebenarnya Pak Baskara lakukan di tempat ini? Kenapa dia menggenggam tangan ibuku?’ Thalita menatap heran sekaligus mencoba mencari tahu dengan tujuan Baskara melakukan hal itu pada ibunya. Mencoba menyelami apa yang diperhatikan Thalita saat ini, Baskara pun melepaskan genggaman tangannya dari Namira. Ia tersenyum pada Namira lalu menatap penuh kerinduan pada Thalita. Senyuman tulus ia berikan pada wanita cantik yang telah ia renggut kehormatannya. Thalita salah tingkah. Wanita itu memalingkan wajahnya karena malu dan belum siap untuk menghadapi sikap Baskara yang tak terprediksi seperti barusan.“Thalita,” panggil Baskara yang membuat pandangan mereka segera bertemu.“Ada apa, Pak?” tanya Thalita refleks seperti di saat dirin

  • CINTA TERLARANG TUAN PRESDIR   Lari-Lari

    “Kalau kamu ingin tahu, datang saja ke sini!” ucap Baskara dengan santainya lalu mematikan panggilan tanpa menunggu tanggapan dari lawan bicaranya.Baskara tersenyum puas penuh akan hasrat kemenangan. Ia bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya. Tidak mungkin bagi Thalita untuk duduk diam dan tak melakukan apa pun usai diberitahu olehnya tentang keberadaannya di rumah masa kecil wanita itu.“Mohon maaf, Nak Baskara, sebenarnya ada apa ini, ya? Dalam rangka apa Nak Baskara datang ke sini membawa begitu banyak buah tangan? Dan barusan apa yang dikatakan Thalita? Apa dia akan menyusul ke sini?” cecar tanya Jani sebagai bibi dari wanita cantik yang amat disukai oleh pria matang di hadapannya.Baskara hanya tersenyum lalu menengok ke arah Rico sebelum akhirnya menatap kedua mata Namira, ibu kandung Thalita yang duduk di sebelah Jani. “Tujuan saya ke sini adalah… saya ingin mengungkapkan fakta bahwa saya adalah pacar Thalita. Hubungan kami sudah sangat serius. Jadi lebih tepatnya say

  • CINTA TERLARANG TUAN PRESDIR   Coba Tebak!

    “Tidak dua-duanya, Pak!” ucap Rico mantap. Kegelisahan melanda. Rico benar-benar gelisah tak menentu. Hanya karena menawarkan bantuan, bagaimana ceritanya malah berakhir menjadi dua ancaman mengerikan semacam itu dari mulut sang bos?“Saya salah apa, Pak? Kenapa Bapak malah marah sama saya? Saya kan hanya menawarkan bantuan, Pak,” kejar Rico meminta penjelasan. Pria itu merasa harus menyelesaikan kesalahpahaman sebelum terjadi buru-buru lebih lanjut. “Tadi kamu bilang apa? Bunga tabur? Memangnya siapa yang mau ke kuburan? Hah?!” balas Baskara tak mau kalah dengan bawahannya.“Loh saya kira Bapak mau beli bunga karena mau ke makam. Kalau begitu saya yang salah, Pak. Tolong maafkan saya,” ucap Rico yang merasa bersalah dan tampak salah tingkah.“Ya memang kamu salah. Lagian siapa yang mau ke kuburan jam segini? Aku beli bunga itu mau ke dikasih ke seseorang. Yang pasti bukan untuk Nenek ataupun Yola. Apalagi ke kuburan jam-jam segini. Yang benar saja? Masa iya aku beli buah tangan seb

  • CINTA TERLARANG TUAN PRESDIR   Potong Gaji Atau Pecat?

    “Nggak ada maksud apa-apa, kalau kamu ingin tahu lebih jelasnya mendingan tanyakan saja langsung sama Nenekmu. Aku yakin kamu akan menemukan jawaban yang ingin kamu tahu langsung dari sumbernya. Sudah ah, aku mau pergi dulu. Ada banyak hal menyenangkan yang harus aku lakukan di luar. Lebih baik kamu menyingkir dari hadapanku. Sekarang!” usir Baskara pada Yola yang berada di ambang pintu seolah tak memberinya akses untuk segera keluar dari kamar. “Tapi Bas, aku harus ikut ke mana pun kamu pergi. Aku istri kamu, Bas,” ucap Yola terdengar memaksa. “Ikut aku? Ikut saja, tapi jangan kaget kalau besok akan ada pengacaraku yang mengurus perceraian kita. Ayo lakukan saja! Aku sudah nggak sabar untuk bisa bercerai darimu, wanita licik!” tantang Baskara dengan senyumnya yang sulit dijabarkan oleh lawan bicaranya.“Tapi Bas–”Baskara berlalu sembari melambaikan tangan. Pria itu berjalan santai tak peduli dengan ancaman Yola yang kekeuh ingin mengikutinya.Baskara menoleh ke belakang. Wanita it

  • CINTA TERLARANG TUAN PRESDIR   Nenek Vs Cucu

    ‘Kalau aku tidak menguping apa yang kalian bicarakan, bagaimana aku bisa mencegah Baskara mengatakan sesuatu tentang David pada Nenek? Aku tidak akan pernah tinggal diam. Baskara tidak boleh memberitahu Nenek tentang David yang masih hidup. Aku harus melakukan sesuatu sekarang juga,’ batin Yola.Yola melangkah masuk dengan derai air mata yang membuat Seruni merasa iba. “Yola—” Seruni bangkit dari tempat duduknya karena tiba-tiba Yola berlari ke arahnya dan memeluknya. “Ada apa, Yola? Kenapa kamu menangis? Apa kamu mendengar semua yang kami bicarakan?” lanjutnya dengan ekspresi tak enak hati.“Aku mendengar semuanya, Nek. Aku—” Yola tak mampu berkata-kata. Ia berusaha menunjukkan betapa lemah dirinya saat ini terutama di depan Seruni. Hanya Seruni yang selalu ada di pihaknya dan menjadi garda depan untuknya di setiap waktu. “Yola—” Seruni menjeda ucapannya ketika melihat sang cucu hanya menyeringai sinis seolah tak memiliki empati sedikit pun pada Yola yang sedang berada dalam peluka

  • CINTA TERLARANG TUAN PRESDIR   Jangan Dilanjutkan, Bas!

    “Nenek sengaja menungguku di sini?” tanya Baskara basa-basi dengan seringai licik di wajahnya.“Jangan mengalihkan topik pembicaraan, Nenek ingin membicarakan sesuatu denganmu saat ini juga. Ayo kita bicarakan di ruang keluarga!” Seruni terdengar tak biasa. Wanita tua itu merasa harus menyelipkan kata-kata paksaan pada cucu kesayangannya.Baskara pura-pura mengendus bau badannya di balik jas mahal yang dikenakannya. “Tapi aku belum mandi, Nek. Nanti Nenek pasti merasa kesal kalau mencium bau yang tidak sedap di ruang keluarga saat kita sedang membahas banyak hal,” tolak halus Baskara guna menunda obrolan di antara mereka. Seruni hanya sendiri, tak ditemani Teddy. Baskara menoleh ke kanan dan ke kiri mencoba mencari keberadaan sang kakek. Tapi tetap saja hasilnya nihil. “Kita harus bicara sekarang juga. Nenek tidak menerima alasan apa pun. Lagipula Kakekmu juga tidak ada di rumah sekarang. Jadi tidak perlu menunggu kakekmu dan berpikir bisa mencari alasan lain.” Seruni menyambar leng

  • CINTA TERLARANG TUAN PRESDIR   Kita Harus Bicara!

    “Bercerai? Nggak! Aku nggak mau, Bas! Aku lebih rela memilih menunggu hatimu luluh untukku daripada bercerai darimu. Jangan mimpi kamu, Bas! Kita akan bercerai kalau akulah orang yang meminta kita untuk bercerai. Bukan kamu. Setidaknya ini adalah konsekuensi untukku karena menunggu selama dua tahun ini diabaikan olehmu. Aku percaya hatimu pasti akan kembali seperti dulu. Akan ada aku di dalam hatimu dan aku yakin hari itu akan datang cepat atau lambat.” Yola berucap lantang walau air mata terus mengiringi ucapannya.Baskara menyeringai masam. Ia mendengar ucapan Yola dengan ekspresi sinis. “Baskara, aku serius. Aku akan terus menunggu hatimu bersedia menerimaku kembali. Aku hanya mencintaimu, Baskara. Sejak aku tahu ‘David’ kabur dan mengalami kecelakaan, aku sadar bahwa dia bukan pria yang tepat untukku. Dia hanya memanfaatkan aku. Pria yang baik untukku adalah kamu. Cuma kamu. Aku yang salah karena pernah berselingkuh dengan pria seperti dia. Aku menyesal pernah menduakanmu hanya k

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status