Home / Romansa / CINTA TERLARANG TUAN PRESDIR / Permintaan Gila Bos Posesif

Share

Permintaan Gila Bos Posesif

last update Last Updated: 2024-12-04 22:04:17

Tak ada alasan untuk menolak panggilan dari sang atasan. Bagaimana kalau pria itu menghubunginya untuk mempertanyakan masalah pekerjaan? Tapi.. setelah apa yang terjadi, apakah mungkin alasan itu yang akan pria itu gunakan?

Terlepas apa yang terjadi pada mereka berdua kemarin, Thalita mengesampingkan segalanya. Ia memilih menyudahi kebimbangannya dan kemudian menekan tombol hijau lalu ia letakkan ponsel tersebut ke daun telinganya.

“Ada yang bisa saya bantu, Pak Baskara?” tanya Thalita profesional.

“Siapa yang barusan datang? Kenapa dia malam-malam datang ke apartemen kamu? Buang makanan itu!” hardik Baskara di ujung telepon.

Dari mana Baskara tahu apa yang terjadi di sekelilingnya barusan? Apakah pria itu masih ada di apartemen ini?

Buru-buru Thalita membuka pintu lalu mengedarkan pandangannya ke segala arah mencoba mencari tahu di mana keberadaan sang atasan posesif tersebut.

Nihil.

Tak ada tanda-tanda bahwa pria itu ada di sekitar kamar huniannya. Lalu di mana dia sekarang?

Tak mau banyak menerka, Thalita menutup pintu lalu menyandarkan punggungnya dengan ponsel yang masih menempel di daun telinganya.

“Pak Baskara, siapa pun yang datang barusan bukan menjadi urusan Bapak. Dan mengenai makanan yang saya terima barusan adalah makanan kesukaan saya. Apa saya tidak boleh menyantap makanan kesukaan saya hanya karena permintaan Bapak barusan?” balas Thalita lantang dan berani.

Wanita itu memang terkenal tegas, dirinya berprinsip untuk menjadi wanita karier yang tak mudah untuk ditindas. Selama pekerjaannya benar dan berjalan sesuai jobdesk, ia tak takut pada siapa pun, termasuk atasannya yang setelah kejadian panas itu menjadi semakin seenaknya kepada dirinya.

“Waw, baru kali ini ada wanita yang berani menentangku! Kamu lupa kalau aku memegang kartu trufmu? Bagaimana kalau video panas kita tersebar di dunia maya?” Baskara bertindak mengintimidasi sekali lagi. “Kalau kamu nggak mau video itu tersebar, turuti perintahku! Buang makanan itu dan jangan pernah menemui laki-laki itu lagi!” lanjutnya menuntut.

“Pak Baskara, tolong jangan bersikap seenaknya! Lagipula saya yakin di video tersebut pasti ada Bapak juga. Apa Bapak mau mempermalukan diri sendiri dan dilihat oleh orang banyak?” balas Thalita berani.

Mendengar pertanyaan lawan bicaranya, Baskara tertawa terbahak-bahak.

Ada apa dengan pria itu? Di mana letak kelucuannya? Apa bosnya sudah gila?

Tawa itu raib seketika.

“Aku suka keberanian kamu, Thalita. Nggak cuma keberanian, tapi sikapmu yang tegas dan jujur membuatku makin nggak tahan untuk segera memelukmu erat-erat saat ini juga. Yang perlu kamu tahu adalah di dalam video itu hanya ada kamu yang sedang tertidur pulas setelah permainan panas kita. Sementara aku… Aku? Aku tentu saja tidak ada di video itu. Karena apa? Aku terlalu sibuk mengabadikan momen itu di dalam ponsel, hati dan juga pikiranku. Tubuhmu mengalihkan duniaku, Thalita,” puji Baskara yang langsung mematikan panggilan tersebut secara sepihak.

Degg degg degg degg

Suara jantung Thalita berdebar tak karuan. Wanita itu memegangi dadanya dan terlihat panik. Ia merasakan kepanikan luar biasa dibandingkan beberapa saat lalu ketika Baskara ada di hadapannya. Pria itu tak ada di sini, tapi semua ucapannya barusan seolah-olah menunjukkan bahwa pria itu ada di dalam kamar hunian ini bersamanya.

“Kenapa Pak Baskara jadi seperti ini? Sebenarnya apa yang membuatnya berubah? Di mana Bos panutan yang selama ini aku hormati? Kenapa saat ini dia berubah seperti monster berkedok presdir perusahaan?” gumam Thalita sembari menatap semangkuk tom yam yang belum sempat dinikmati olehnya.

~~~~

“Baskara, jangan lupa nanti datang ke perjamuan makan malam keluarga Yola, ya. Kalau Nenek nggak mengingatkan kamu, kamu pasti lupa,” ucap Seruni pada sang cucu usai mereka berlima selesai menyantap sarapan pagi bersama di ruang makan.

Teddy, kakek Baskara, terlihat memperhatikan sang cucu yang tampak tak suka. “Ada apa, Bas? Apa kamu sibuk sampai nanti malam?”

“Sibuk? Bukankah itu sudah menjadi kewajibanku? Kalau aku nggak sibuk, mungkin sekarang aku cuma di rumah sambil tiduran, Kek,” jawab Baskara sembari memiringkan senyumnya.

Teddy geleng-geleng kepala menyaksikan sendiri bagaimana keras kepalanya seorang Baskara.

“Hari ini aku benar-benar sibuk, Kek. Aku nggak janji bisa datang ke perjamuan makan malam keluarga Yola. Jangan tunggu aku! Kalau aku bisa, mungkin aku menyusul. Pekerjaanku hari ini sangat banyak, iya kan, Rico?” ucap Baskara dan langsung menyudahi pembicaraan dengan menjatuhkan pada Rico sebagai kambing hitam.

Rico yang baru saja datang dan hendak menemui tuannya langsung terkejut ketika semua orang di ruangan itu menatap ke arahnya. Tapi tak ada salahnya jika ia mengikuti permainan sang bos demi keberlangsungan hidupnya.

“Betul, Pak. Pak Baskara memiliki banyak pekerjaan yang harus diurus hari ini,” tanggap Rico cepat.

Baskara melirik sekilas Rico lalu bangun dari tempat duduknya.

“Semuanya, aku duluan,” pamit Baskara sambil mengangkat tangannya lalu melambai seraya berjalan cepat meninggalkan ruang makan.

Sepeninggal Baskara dan Rico, Yola menatap bingung ke arah Seruni.

Seruni mengusap lembut punggung tangan Yola, berusaha menenangkan kegelisahan cucu menantunya. “Baskara pasti akan datang. Nanti siang Nenek akan membujuknya, oke?”

Teddy melirik sekilas ke arah istrinya. “Ma, jangan paksa Baskara. Jangan sampai Baskara kehilangan kendali dan marah karena hal ini. Papa yakin kalau dia bisa dan nggak sibuk, dia pasti akan datang. Ini kan acara besar, perjamuan keluarga Yola untuk kelulusan adiknya menjadi seorang dokter. Baskara pasti akan menyempatkan diri kalau dia sudah benar-benar luang dan tidak sibuk lagi,” katanya kemudian tanpa berpihak pada salah satu di antara Yola dan Baskara.

“Kalau itu orang penting, aku yakin Mas Baskara akan menyempatkan diri, Kek. Kecuali, kalau orang itu nggak penting, mungkin dia nggak akan pernah menyempatkan waktunya sedetik pun,” ujar Vivian pada sang kakek dengan nada sinis sembari menatap sekilas pada kakak iparnya.

“Vivian, jaga ucapanmu! Jangan sampai siapa pun berpikir yang bukan-bukan gara-gara ucapanmu barusan. Kamu ini anak kuliahan, tapi mulut kok kayak nggak disekolahin,” hardik Seruni pada cucu bungsunya yang sedari dulu menunjukkan ketidaksukaan pada Yola.

Vivian tersenyum smirk tanpa rasa takut ketika Seruni ataupun Yola menatap ke arahnya. Tak ada raut penyesalan di wajahnya. Yang ada malah rasa bangga karena berhasil buka suara tentang apa yang ada di benaknya semenjak lama.

‘Sialan kamu Vivian! Awas kamu, aku pasti bakal balas penghinaan kamu barusan!’ batin Yola sembari berusaha sekuat tenaga menunjukkan pada Vivian atau orang-orang di sekelilingnya bahwa ia baik-baik saja.

~~~~

Keesokan harinya…

“Ya Tuhan, lima menit lagi. Jangan sampai aku terlambat!” desah Thalita sembari mempercepat langkahnya menuju kotak besi di hadapannya guna mencapai tempat tujuan.

Lantai 11.

Belum sempat Thalita menekan tombol menuju ke lantai di mana ia bekerja, Baskara dan Rico masuk ke dalam lift secara bergantian.

Thalita tersentak. Ia mundur secara refleks dan hampir mengenai dinding lift. Untungnya hal itu tak sampai terjadi karena…

Satu tangan besar sudah berada di pinggangnya, menahan tubuhnya agar tak membentur dinding lift. Thalita terperanjat ketika pemilik tangan itu adalah Baskara. Dan hal itu juga diperhatikan secara langsung oleh Rico.

“Pak Baskara—”

“It's okay, kamu baik-baik saja. Kenapa kamu malah bengong? Belum puas kamu memandangi wajahku? Apa aku terlalu tampan sampai kamu tidak bisa mengedipkan matamu?”

Lamunan Thalita buyar seketika. Ia memosisikan diri dan menjaga jarak dari kedua pria dewasa nan tampan tersebut.

“Terima kasih, Pak Baskara,” ucap Thalita singkat, “saya duluan, permisi,” lanjutnya begitu pintu lift terbuka.

Wanita itu melarikan diri darinya. Baskara tidak marah sama sekali. Pria itu malah tersenyum puas sembari mengusap bibir bawahnya. “Menarik! Cepat atau lambat kamu akan jatuh ke tanganku dengan sendirinya, tanpa paksaan tentu saja,” gumam Baskara sembari melangkah cepat keluar dari lift yang mengantarkannya ke lantai tempatnya memimpin perusahaan ini.

Rico di belakangnya hanya bisa menatap heran dan tak banyak bicara.

‘Apa yang aku dengar barusan nggak salah, kan?’ Rico hanya bisa membatin.

~~~~

“Suruh Thalita datang ke ruanganku sekarang juga! Dan aku minta tolong sama kamu keluar untuk membeli sebuket bunga mawar merah untuk seseorang,” titah Baskara pada Rico yang baru saja memasuki ruang kerja atasannya.

“Baik, Pak. Dan untuk bunga, bunga untuk siapa, Pak? Bu Yola atau Nyonya Seruni sebagai penerimanya?” Rico menjalankan perintah dengan tanggap dan cekatan, demi menghindari kesalahan, pria itu meminta penjelasan.

“Tulis saja, untuk wanitaku! Cepat pergi dan suruh Thalita kemari sekarang juga!” tegas Baskara tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponsel di tangan.

“Baik, Pak,” sahut cepat Riko tanpa banyak bertanya lagi.

Tak lama kemudian, seseorang yang telah ditunggu cukup lama oleh Baskara mengetuk pintu. Baskara melirik sebentar lalu menekan remote pintu ruangannya dan tampaklah seorang wanita cantik yang dinantikannya ada di sana.

“Masuk!” titah Baskara sembari memaju-mundurkan jari telunjuknya menyuruh Thalita masuk ke dalam ruangannya.

Thalita berusaha bersikap profesional. Ia masuk ke dalam ruangan sembari menenteng berkas-berkas yang harus ditandatangani oleh sang atasan. Setelah berbasa-basi ringan, wanita itu meminta izin duduk di kursi yang berseberangan dengan Baskara.

Kini keduanya hanya dipisahkan oleh meja kayu jati mahal di tengah-tengah mereka.

“Kenapa kamu duduk di sana? Bagaimana aku bisa memeriksa berkas-berkas kalau kamu duduk di sana? Sekarang aku minta kamu duduk di sini!” hardik Baskara sembari memberi kode pada Thalita melalui matanya mengarah ke atas pangkuannya.

Thalita membelalakkan mata. Sang atasan menginginkan dirinya duduk di atas pangkuan pria itu. “Apa maksud Bapak? Saat ini kita sedang di kantor, Pak. Jangan berbuat macam-macam!” Wanita itu memberikan peringatan.

“Berarti kalau di luar, aku bebas melakukan apa saja sama kamu?”

Sialan!

Thalita tak berkutik. Apa yang harus ia lakukan?

“Kalau kamu tidak duduk di sini sampai hitungan ketiga, aku nggak masalah memberikan video rekaman malam panas kita ke Bu Namira dan Bu Jani. Kamu tahu betul siapa mereka, kan?” ancam Baskara tak main-main. “Satu… Dua… “

To be continue….

~~~~

Related chapters

  • CINTA TERLARANG TUAN PRESDIR   Mari Kita Lanjutkan, Wanitaku!

    “Stop, Pak! Jangan lanjutkan lagi!” Thalita mengangkat telapak tangannya dan menghentikan upaya Baskara melanjutkan hitungan. Baskara tersenyum penuh kemenangan. “Maka kemari dan duduklah di atas pangkuanku! Jadilah anak yang baik dan penurut!”Thalita menguatkan hati dan pikirannya. Ia meraup udara sebanyak mungkin guna menetralkan pikirannya yang penuh gejolak gara-gara ucapan Baskara.Menoleh ke belakang memperhatikan pintu adalah hal yang pertama kali Thalita lakukan sebelum melangkah mendekat ke arah sang atasan. Ia tak punya pilihan lain. Lebih baik baginya mengalah dan melakukan apa yang diminta Baskara daripada pria itu melakukan apa yang baru saja ia katakan beberapa saat sebelumnya. Jadilah Thalita duduk di pangkuan Baskara dengan rasa sungkan dan keraguan. Harga dirinya telah hancur gara-gara perbuatan pria ini. Lalu apa lagi yang harus ditutupinya? Tubuhnya telah menjadi santapan malam yang panas untuk sang presdir tampan. Ia seperti tak memiliki harga diri dan martabat

    Last Updated : 2024-12-21
  • CINTA TERLARANG TUAN PRESDIR   Rona Merah

    Degub jantung Thalita semakin kencang. Wanita itu merasakan takut dan juga panik ketika pria di hadapannya semakin mendekat ke arahnya. Tubuh pria itu seperti busur yang siap memanah lawan. “Pak–” Thalita mencoba mengangkat tangannya untuk mendorong dada bidang Baskara yang ditutupi jas mahal menjauh darinya. Namun, hal itu tak mungkin terjadi karena kalah cepat dengan pergerakan Baskara. Pemilik Banyu Biru Grup tersebut meraih buket bunga yang ada di atas meja dan menyerahkannya pada Thalita masih dengan posisi terakhir.“Bunga cantik untuk wanita yang cantik, sangat cocok sekali,” puji Baskara pada Thalita saat ia menyerahkan buket bunga. Thalita sesaat merasa terkesima ketika mendapatkan buket bunga tersebut. “Untuk saya, Pak?”“Kalau bukan untuk kamu lalu untuk siapa lagi? Di ruangan ini hanya ada aku dan kamu. Tidak mungkin aku membeli bunga ini untuk diriku sendiri, kan?” balas Baskara cepat dengan tatapan matanya yang seksi.Thalita tak tahu harus bagaimana. Hatinya kembali

    Last Updated : 2024-12-23
  • CINTA TERLARANG TUAN PRESDIR   Ancaman Pak Bos!

    “Bisa-bisa apa, Thalita? Kenapa mendadak kamu nggak bisa bicara? Apa jangan-jangan kamu mau menjelek-jelekkan saya, ya?” tantang Baskara dengan sengaja. Tidak ada ‘aku’ saat pria itu berbicara dengan Thalita di depan orang-orang. Pembicaraan formal. Tak mengandung nada kemesraan sedikit pun. Pintar sekali pria ini bertindak di depan orang-orang tentang tabiat aslinya! Thalita hanya mampu membatin tanpa bisa mengungkap hal itu secara langsung di depan seluruh karyawan yang berada di bawah naungan Banyu Biru Grup.“Mana mungkin saya berani menjelek-jelekkan Bapak. Saya tidak berani, Pak.” Thalita mengaku. Ia jujur walau sebenarnya jika ia memiliki kesempatan, ia juga ingin melakukan apa yang dituduhkan padanya. “Oh begitu,” Baskara tersenyum penuh misteri dengan sembunyi-sembunyi. “Satu jam lagi ke ruangan saya! Saya mau laporan yang saya minta dibawa ke ruangan saya satu jam lagi. Ingat, hanya satu jam! Tidak boleh terlambat. Paham?!” lanjutnya seperti biasa dengan nada tegas tanpa

    Last Updated : 2024-12-25
  • CINTA TERLARANG TUAN PRESDIR   Aku Butuh Kamu, Bas...

    “Eh i-itu, Pak,” Thalita terbata-bata. Haruskah ia jujur dan tak boleh menutupi sesuatu di hadapan sang atasan yang amat posesif ini? Thalita berada di dalam persimpangan. “Itu apa?” desak Baskara tak sabar.“Saskia mengira saya memiliki hubungan dengan Pak Rico,” ungkap Thalita pada akhirnya.Tak ada keinginan di dalam diri Thalita untuk mengutarakan hal semacam ini di hadapan Baskara. Ia bukan seorang pengadu. Tapi kali ini ia dipaksa untuk jujur dan tak diperkenankan menutupi sesuatu. Ia yakin Baskara adalah orang yang tak mudah percaya pada ucapan seseorang dengan mudahnya. Pria itu pasti menginginkan kejujuran dan penjelasan nyata. Dan itu menjadi tugasnya saat ini. “Bagaimana bisa Saskia mengira kamu memiliki hubungan dengan Rico?” Kernyitan jelas berada di kening Baskara.Pertanyaan macam apa ini? Bukankah semua ini terjadi gara-gara ulah Baskara si bos menyebalkan? Bagaimana bisa pria itu bersikap tak tahu apa-apa dan bertanya dengan entengnya? Sialan!“Kalau bukan karena

    Last Updated : 2024-12-26
  • CINTA TERLARANG TUAN PRESDIR   Tatapan Intimidasi

    “Aku nggak tahu bisa atau nggaknya. Aku benar-benar sibuk,” kata Baskara dengan ekspresi tak suka. Pria itu menyalakan mode loud speaker agar tidak perlu repot-repot menempelkan benda pipih canggih tersebut ke daun telinganya. “Baskara, bagaimanapun juga aku adalah istri kamu. Apa salah seorang istri meminta haknya pada suaminya sendiri? Nggak, kan? Di saat aku butuh kamu, kamu nggak selalu ada di sisiku. Lalu aku ini kamu anggap apa, Baskara? Mau sampai kapan kamu tega memperlakukan aku seperti ini? Sampai kapan?” ungkap Yola meminta penjelasan dengan suara yang terdengar serak seolah menahan tangis.“Cukup, Yola! Kamu nggak usah membahas hal ini lagi. Aku malas debat sekarang. Kerjaanku banyak dan aku nggak punya waktu untuk membahas hal yang nggak penting semacam ini. Kalau nggak ada hal lain, aku matikan sekarang teleponnya. Aku sibuk.” Baskara mengambil sikap tegas dan tak menginginkan ada yang berani membantahnya.Tak mau ada perdebatan lagi, Baskara mematikan panggilan lebih

    Last Updated : 2024-12-27
  • CINTA TERLARANG TUAN PRESDIR   Kenapa Kamu Diam?

    Baskara mencondongkan tubuhnya ke depan agar ia dengan mudah melakukan apa yang didiktekan kepalanya. Pria itu meraih dagu Thalita lalu mengecup bibir merekah di hadapannya, yang terlihat jelas bahwa sang sekretaris cantik belum siap dengan aksinya. Kedua bibir saling bertemu. Saling merasakan sensasi satu sama lain yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.Hingga tak sengaja pelayan yang telah siap menyajikan makanan pesanan mereka menangkap basah kejadian tersebut.“Oh maaf, Pak–” kata pelayan itu dengan ekspresi tak enak hati karena datang di situasi yang tidak tepat. Di dalam benak sang pelayan, ia benar-benar merutuki perbuatannya. Ia tahu jelas siapa pria di hadapannya yang sangat disegani oleh semua karyawan di restoran ini. Pria itu adalah seorang bos besar dan tentu saja sangat kaya. Bagaimana kalau pria di hadapannya itu mengadukan perbuatannya pada pemilik restoran dan berujung memecat dirinya? Ketakutan tampak jelas di wajah pelayan itu. Tangan yang memegang nampan b

    Last Updated : 2024-12-28
  • CINTA TERLARANG TUAN PRESDIR   Mundur? Mimpi!

    “Wanita mana pun yang melihat Pak Baskara pasti akan dengan mudahnya menjatuhkan hati mereka pada Bapak. Itu akan terjadi jika mereka tahu kalau Bapak belum memiliki pasangan. Sama seperti saya saat ini. Andai Bapak adalah pria yang masih single, mungkin saya akan memberikan kesempatan pada Bapak untuk mendapatkan hati saya. Tapi Bapak sadar dengan jelas bahwa ada perbedaan jauh di antara kita. Selain status sosial, Bapak adalah pria beristri, dan saya adalah wanita single. Tidak mungkin bagi kita melanjutkan hubungan melebihi batas. Saya sadar posisi saya saat ini, Pak.” Thalita memberikan argumentasi.Baskara tersenyum sinis. “Mulutmu manis sekali, Thalita. Bagaimana bisa kamu mengatakan hal itu padaku? Aku tahu jelas kamu memiliki perasaan yang sama denganku. Kenapa kamu harus menutupi hal itu dariku? Kenapa? Apa kamu menemukan pria lain setelah kamu melewati malam panas denganku saat itu? Atau saat itu aku tidak bisa memuaskanmu?” Pria itu memberikan sindiran halus pada wanita yan

    Last Updated : 2024-12-29
  • CINTA TERLARANG TUAN PRESDIR   Diam Dan Nikmati!

    Thalita merasa keheningan menyergap di antara mereka usai pria itu mengakhiri kalimatnya. Yang ada hanyalah adu saling tatap satu sama lain tanpa pembicaraan. Baskara memiringkan senyumnya sekali lagi dengan tatapan sarat makna. Pria itu segera menyendokkan makanan yang sudah berada di atas piringnya lalu kembali melanjutkan melahap makan siangnya tanpa menunggu jawaban Thalita.Makan siang pun usai. Baskara keluar dari ruangan bersama Thalita secara beriringan. Sebisa mungkin Thalita memperlihatkan pada semua orang bahwa mereka tidak memiliki hubungan spesial melebihi atasan dan bawahan.Tiba-tiba Baskara meletakkan tangannya di pundak Thalita. Seketika suasana terasa canggung.“Baskara!” panggil seseorang padanya.Suara itu terdengar tak asing. Baskara menurunkan tangannya yang sempat berada dengan nyamannya di bahu Thalita dan mengarahkan pandangan pada seseorang yang menyebut namanya. “Oh, Papa,” tanggap Baskara pada ayah mertuanya. Ferry, ayah mertua Baskara, datang ke restora

    Last Updated : 2024-12-30

Latest chapter

  • CINTA TERLARANG TUAN PRESDIR   Mulai Curiga

    Rico masih belum bisa mengatasi rasa heran yang menggelayut di dalam pikirannya. Sang bos mengajaknya check in di hotel hanya untuk…Mandi?Yang benar saja?! Apakah ada lelucon yang tak segaring ini? Akal sehatnya terus mempertanyakan. “Kalau kamu mau pesan makanan, pesan saja, nanti billnya masukkan ke dalam tagihanku,” kata Baskara yang secara tidak langsung mengembalikan kesadaran Rico ke dunia nyata. Rico tersentak kaget mendengar ucapan sang bos padanya sebelum mengambil jubah mandi dan menghilang ke dalam kamar mandi hotel yang dilengkapi fasilitas mewah. “Apa ini bedanya orang yang terlahir kaya dan orang miskin? Cuma mau mandi saja harus ke hotel. Kenapa nggak pulang ke rumah saja? Ck!” gumam Rico sembari geleng-geleng kepala. Nada dering Baskara yang ada di atas tempat tidur membuat fokus Rico terpecah. Ia menengok sekilas ke arah pintu kamar mandi dan ponsel tuannya secara silih berganti. “Nyonya Yola telepon, bagaimana ini? Haruskah aku memberitahu Pak Baskara kalau N

  • CINTA TERLARANG TUAN PRESDIR   Antar Aku Ke Hotel!

    “Kamu akan tahu hubungan seperti apa yang aku maksud!” tegas Baskara yang tanpa aba-aba langsung membopong tubuh Thalita ke atas ranjang.Pria itu bergerak mendominasi. Ia mencium Thalita tanpa perlawanan berarti dari wanita itu. Sekuat apa pun Thalita melawan, tak akan sanggup mengalahkan dirinya. Baskara yang diselimuti amarah segera melucuti pakaian Thalita walau wanita itu terus berusaha mendorong tubuhnya agar bergerak menjauh.“Kamu benar-benar membuatku marah, Sayang,” ucap Baskara ketika tubuh wanita itu tak lagi tertutup selembar kain pun.“Pak Baskara–” Tak ada gunanya melawan. Pria itu benar-benar menunjukkan kemarahannya pada Thalita yang telah ia anggap sebagai wanitanya.Baskara menjelajah ke setiap inci tubuh Thalita. Ia membuat Thalita yang awalnya menolak dan terus menolak kini mau tak mau memberinya celah untuk masuk ke dalam inti tubuhnya. “Aku tahu kamu juga menginginkanku, Thalita. Aku akan memuaskanmu,” bisik Baskara di daun telinga Thalita. Pria itu menekan s

  • CINTA TERLARANG TUAN PRESDIR   Hubungan Macam Apa?

    Rico terlihat kebingungan ketika menenteng paperbag yang di dalamnya terisi beberapa harta karun milik Baskara sebelum memasuki mobil mewah tuannya. Baskara mengernyit heran. Ia pun segera meminta Rico untuk menyalakan mesin mobil agar secepatnya membawa dirinya ke apartemen Thalita. “Apa yang sedang kamu perhatikan, Rico? Kamu masih ingin bekerja denganku atau sudah bosan dan ingin mencari pekerjaan lain?”“Ah, begini Pak… bukan maksud saya seperti itu, Pak. Saya hanya merasa heran saja kenapa Bapak membeli barang-barang semacam ini? Saya masih tetap ingin bekerja dengan Bapak. Saya tidak memiliki keinginan untuk bekerja dengan orang lain, Pak,” aku Rico dengan nada yang sedikit terbata-bata.“Bagus kalau begitu. Lebih baik kamu segera mengantarku ke apartemen Thalita dan jangan banyak bertanya!” titah Baskara pada anak buah sekaligus kepercayaannya. ‘Ke apartemen Thalita? Ada urusan apa Pak Baskara semalam ini datang ke sana? Sebenarnya apa yang terjadi di antara mereka?’ Kerutan

  • CINTA TERLARANG TUAN PRESDIR   Ide Licik Tuan Presdir

    Kenapa yang ada di hadapannya saat ini adalah Junior? Kenapa bukan Baskara? Thalita merasa munafik sekarang. Bukankah seharusnya ia lega jika pria yang ada di hadapannya saat ini bukanlah Baskara. Tapi anehnya kenapa ia malah merasa kecewa? Junior kembali mengetuk pintu setelah menekan bel namun belum juga dibukakan oleh sang penghuni kamar. Thalita yang ada di dalam sana segera mempersiapkan diri agar dirinya bisa terlihat biasa-biasa saja di depan Junior. CeklekPintu terbuka lebar. Thalita mengulas senyum manis pada sang sahabat. “Maaf nunggu lama, oh ya ada apa kamu ke sini, Jun?” “Aku nggak dipersilakan masuk, nih? Kamu tega membiarkan seorang tamu tetap berdiri di depan pintu? Tega sekali kamu, Ta,” rajuk Junior menggoda si pemilik kamar. “Apaan sih, Jun. Ya sudah ayo masuk! Oh by the way, kamu sudah makan belum? Aku barusan masak, tapi cuma masak sop ayam, mau?” “Mau banget dong. Kebetulan aku belum makan. Habis dari lokasi pemotretan, aku langsung ke sini,” lapor Junior

  • CINTA TERLARANG TUAN PRESDIR   Kenapa Dia?

    Malam harinya…Thalita memainkan ujung rambutnya sembari menatap ke luar jendela kamar apartemennya. Tatapannya memang benar ke arah depan tapi saat ini fokusnya tak ada di sana. Pikiran Thalita tak tentu arah usai membaca pesan Baskara tadi sore di kantor. Pria itu mengatakan akan….Ah apa yang sebenarnya dipikirkan Baskara di dalam kepalanya? Entahlah…Nada dering ponselnya berbunyi. Thalita buru-buru melangkah mendekati benda pipih canggih miliknya di atas meja kecil di dekat tempat tidur. “Tante Jani? Tumben malam-malam begini menghubungi aku? Apa ada kaitannya sama Ibu, ya?” gumam Thalita dengan pikiran menerka-nerka. Thalita segera menekan tombol hijau miliknya, panggilan antara Tante dan keponakan pun tersambung. Wanita muda itu sengaja meletakkan ponselnya dalam mode loud speaker di atas meja.“Assalamualaikum, Thalita,” sapa hangat sang tante. Thalita tersenyum senang, sepertinya tantenya akan memberitahu dirinya informasi yang baik alih-alih hal yang membuatnya khawatir.

  • CINTA TERLARANG TUAN PRESDIR   Baca Pesanku!

    Baskara segera memasang wajah tenang usai membentak sang adik di depan Thalita. “Ini ruang kerjaku. Dan ditambah lagi Thalita masih banyak yang harus dikerjakan. Tidak bisakah kamu mencari waktu lain untuk membicarakan hal seperti itu? Ini bukan biro jodoh, jadi kamu nggak perlu mencarikan cowok untuk Thalita. Dia sudah ada yang punya,” tegas Baskara yang tetap tampil santai dengan ucapannya barusan. “Tapi barusan Mbak Thalita bilang kalau dia belum punya pacar. Ya wajar aja dong kalau aku mau kenalin Mbak Thalita sama cowok. Siapa tahu mereka cocok. Lagipula aku sadar kok, Mas, ini di kantor bukan biro jodoh. Mas Ibas kenapa, sih? Dih, Mas Ibas sok tahu, ah! Mana mungkin juga Mbak Thalita bohong sama aku, niat aku juga baik kok, cuma pengen wanita secantik Mbak Thalita punya pacar syukur-syukur malah bisa jadi jodohnya, nggak macam-macam,” bela Vivian terhadap ujaran Baskara mengenai Thalita padanya. “Yang bilang mau macam-macam juga siapa? Kamu pikirannya malah ke mana-mana. Hais

  • CINTA TERLARANG TUAN PRESDIR   Mendadak Jadi Mak Comblang

    “Memangnya memastikan keselamatan adik sendiri nggak boleh?” balas Baskara sekenanya. Kening Vivian berkerut. “Memastikan keselamatan? Mas Ibas jangan bikin aku ketawa ngakak deh, nggak lucu tahu! Bilang aja kalau Mas Ibas kangen sama adiknya yang cantik ini, pasti aku bakal percaya,” canda Vivian sembari terkekeh geli. Ck!“Iya, aku kangen sama adikku yang cantik tiada duanya ini. Sekarang percaya?” Baskara kembali mengecoh sang adik dengan jebakan yang sama seperti celetukan Vivian sebelumnya.“Nggak asyik ah, Mas! Nggak seru!” Vivian bersungut-sungut. “Yang bilang seru juga siapa?” tanggap Baskara cepat. Mendadak ia teringat sesuatu. “Ini cuma alasan kamu, kan? Sebenarnya kamu ke sini karena ada alasan lain selain menanyakan apa alasan Mas tadi siang, kan? Hayo ngaku! Kalau kamu pulang lebih awal, kenapa juga kamu mampir ke sini? Kenapa nggak langsung pulang aja? Kenapa mesti repot-repot datang ke sini cuma mau nanyain perkara nggak penting kayak barusan?” cecar Baskara mendomi

  • CINTA TERLARANG TUAN PRESDIR   Boomerang!

    ‘Siapa yang nggak takut sama aku di perusahaan ini? Beraninya dia datang dan mengusik kesenanganku! Aku akan memberi hukuman pada orang itu,’ gerutu Baskara merutuki perbuatan seseorang di depan pintu ruangannya. “Kamu beruntung ada orang yang rela dihukum demi kamu, Thalita. Tapi jangan senang dulu, kamu tetap akan mendapatkan hukuman dariku. Ingat itu!” tegas Baskara pada Thalita. Thalita tak menyia-nyiakan kesempatan yang datang padanya. Bisa pergi dari ruangan ini secepat yang ia bisa adalah sebuah kelegaan tersendiri. Ia segera memperbaiki penampilannya yang cukup mencolok dan semua itu adalah hasil dari kenakalan sang atasan yang posesif. Entah sejak kapan dua kancing kemeja yang membalut tubuh bagian atasnya terbuka? Thalita hampir saja melupakan hal itu. Baskara menekan tombol remote di meja dan terbukalah pintu di ruangannya. Bukan karyawan perusahaan yang datang mengetuk pintu melainkan adik kandungnya, Vivian. Tentu saja hal ini mengecewakannya. Karena apa? Karena tak mu

  • CINTA TERLARANG TUAN PRESDIR   Hukuman Dari Pak Presdir!

    Thalita mengumpulkan keberanian. Ia tak boleh merasa takut pada lelaki seperti Baskara. Selama ia tak melakukan kesalahan, ia tidak diijinkan untuk merasa takut. Degg degg degg degg Jantung wanita itu berdetak amat cepat. “Thalita!!” panggil Saskia yang membuat Thalita segera mengarahkan pandangannya. “Ada apa?” tanya Thalita sembari menoleh ke belakang seraya melangkahkan kaki menuju ke pintu ruangan Baskara.“Pak Baskara marah kenapa lagi? Kamu perlu aku untuk menemani kamu ke dalam apa nggak?” Saskia menunjukkan kepedulian.Yang benar saja! Bagaimana kalau nanti di dalam sana Baskara kembali melakukan hal di luar nalar padanya tepat di hadapan Saskia? Bisa-bisa kejadian tersebut menjadi trending topik dan tidak akan pernah selesai tanpa ada konfirmasi dari pihak Baskara dan juga dirinya. Tak hanya itu, bagaimana kalau Baskara melakukan hal yang tidak-tidak melebihi hanya sekedar ciuman? Oh tidak! Membayangkan hal itu saja sudah berhasil membuat keringat dingin mengucur deras

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status