Ayo Bercerai, Kapten!

Ayo Bercerai, Kapten!

last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-12
โดย:  Kinan Larasatiอัปเดตเมื่อครู่นี้
ภาษา: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
3 การให้คะแนน. 3 ความคิดเห็น
32บท
528views
อ่าน
เพิ่มลงในห้องสมุด

แชร์:  

รายงาน
ภาพรวม
แค็ตตาล็อก
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป

"Kamu yakin ingin mengakhirinya seperti ini?" suara berat Nathan, sang kapten pilot, terdengar tenang, tapi matanya menyimpan pergolakan. Rachel menatapnya tanpa ragu. "Aku sudah cukup lelah, Nathan. Aku ingin kebebasan, bukan sekadar menjadi istri seorang kapten yang lebih mencintai langit dibanding rumahnya sendiri." Nathan menghela napas, menatap wanita yang pernah menjadi dunianya. "Jadi ini keputusan akhirnya?" Rachel tersenyum tipis, lalu meletakkan surat cerai di meja. "Kecuali kamu punya alasan kuat untuk menahanku." Nathan menggenggam dokumen itu, jemarinya sedikit gemetar. "Dan jika aku berkata aku masih mencintaimu?" Rachel tersenyum pahit. "Cinta saja tidak cukup, Kapten. Kamu sangat tau, apa yang aku inginkan." #fb : indriani_sonaris

ดูเพิ่มเติม

บทล่าสุด

การดูตัวอย่างฟรี

Chapter Satu

Hujan rintik-rintik menyelimuti landasan bandara ketika Nathan melangkah keluar dari kokpit. Seragam kapten pilotnya masih rapi, tapi matanya menyiratkan kelelahan. Dia baru saja menyelesaikan penerbangan belasan jam. Di tengah lorong kedatangan, Rachel berdiri dengan mantel cokelatnya yang elegan. Tangan kanannya menggenggam amplop putih, dan tatapannya tak lagi lembut seperti dulu."Kita harus bicara." Suaranya datar, tapi cukup menusuk.Nathan mengusap tengkuknya, menatap wanita yang pernah ia panggil rumah. "Kamu memilih waktu yang sempurna seperti biasa."Rachel tersenyum tipis, sinis. "Aku tidak sabar, kalau hanya menunggumu di rumah."Nathan mendekat, menyadari amplop itu—dokumen perceraian. Matanya menyipit. "Jadi, kamu benar-benar ingin mengakhiri semuanya?"Rachel menyerahkan amplop itu dengan tangan yang mantap. "Kamu selalu lebih mencintai terbang dibanding aku, Nathan. Kurasa, aku tidak bisa memakluminya lagi. Nathan menatapnya dalam-dalam, mencari sesuatu di mata Rache...

หนังสือน่าสนใจจากยุคเดียวกัน

ถึงผู้อ่าน

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

ความคิดเห็น

user avatar
Yanti Wijaya
Ceritanya Menarik juga membawa perasaan kita larut dalam alurnya. Sakit bgt ngebayangin jadi Rachel. Moga akhirnya kalian bisa bahagia menjalani rumah tangga yg sesungguhnya bahagia bersama Nathan dan Rachel.
2025-03-14 09:47:48
0
user avatar
fitri hd
ceritanya bagus dan menarik pokoknya tidak pernah gagal banyak pelajaran yang bisa di ambil tiap baca cerita ka indri ini pokoknya top banget bintang lima
2025-03-13 01:27:12
0
user avatar
Jeon Shanty
ceritanya bagus dan sedikit mendebarkan seorang kapten yg hampir di tinggal istri yg tdk pernah dia tau kegiatan nya apa di rumah, istri yg selalu di tinggal pergi karena kecintaan nya terhadap pekerjaannya sehingga membuat Rachel putus asa dan memilih untuk berpisah... lanjut Thor seru nih......
2025-03-12 16:14:49
0
32
Chapter Satu
Hujan rintik-rintik menyelimuti landasan bandara ketika Nathan melangkah keluar dari kokpit. Seragam kapten pilotnya masih rapi, tapi matanya menyiratkan kelelahan. Dia baru saja menyelesaikan penerbangan belasan jam. Di tengah lorong kedatangan, Rachel berdiri dengan mantel cokelatnya yang elegan. Tangan kanannya menggenggam amplop putih, dan tatapannya tak lagi lembut seperti dulu."Kita harus bicara." Suaranya datar, tapi cukup menusuk.Nathan mengusap tengkuknya, menatap wanita yang pernah ia panggil rumah. "Kamu memilih waktu yang sempurna seperti biasa."Rachel tersenyum tipis, sinis. "Aku tidak sabar, kalau hanya menunggumu di rumah."Nathan mendekat, menyadari amplop itu—dokumen perceraian. Matanya menyipit. "Jadi, kamu benar-benar ingin mengakhiri semuanya?"Rachel menyerahkan amplop itu dengan tangan yang mantap. "Kamu selalu lebih mencintai terbang dibanding aku, Nathan. Kurasa, aku tidak bisa memakluminya lagi. Nathan menatapnya dalam-dalam, mencari sesuatu di mata Rache
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-23
อ่านเพิ่มเติม
Chapter Dua
Nathan memasukkan kode ke layar sentuh di pintu rumahnya. Dengan bunyi klik halus, kunci otomatis terbuka, dan dia mendorong pintu cukup lebar untuk masuk sambil menarik koper kecilnya.Begitu melangkah ke dalam, udara dingin langsung menyergapnya. Rumah besar itu terasa hampa, sepi, dan menyesakkan. Tidak ada suara langkah ringan Rachel, tidak ada aroma teh favoritnya yang biasa menyambutnya setiap pulang.Dia menarik napas dalam, mencoba mengabaikan perasaan aneh yang mulai merayapi dadanya. Langkah kakinya menggema di lantai marmer saat ia berjalan menuju ruang tamu. Sepasang sepatu hak tinggi yang dulu sering berserakan di dekat sofa sudah tidak ada. Bantal favorit Rachel yang biasa ia peluk saat menonton film juga menghilang.Nathan menghela napas, melemparkan jas pilotnya ke sandaran kursi dan menjatuhkan diri ke sofa. Dia menatap langit-langit untuk beberapa saat, membiarkan pikirannya berkelana.Rachel benar-benar pergi.Matanya melirik meja di sudut ruangan. Sebuah pot kecil
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-23
อ่านเพิ่มเติม
Chapter Tiga
Tok tok tokLaela membuka pintu rumah pagi itu, ekspresi terlihat tenang tanpa ada keterkejutan, karena tidak ada lagi tempat untuk Rachel sembunyi selain di tempat ini. “Pagi, Tante. Apa Rachel ada di sini?” tanya Nathan. “Rachel masih tidur, apa perlu Tante bangunkan?” tanya Laela.Nathan menggeleng pelan. “Tidak perlu, Tante. Aku bisa menunggunya.”Laela menatap Nathan sejenak sebelum akhirnya membuka pintu lebih lebar, mempersilakannya masuk. “Silakan duduk. Mau teh atau kopi?”“Kopi saja, Tante. Terima kasih.”Nathan melangkah masuk, matanya menyapu ruangan dengan cepat. Suasana rumah yang lebih tenang, dibanding rumahnya yang dia tempati bersama Rachel, mungkin lebih tepatnya, tempat untuk Rachel tempati sendiri. Beberapa menit berlalu dalam keheningan. Nathan duduk di sofa, jemarinya saling menggenggam, pikirannya berkecamuk. Saat suara langkah kaki terdengar dari tangga, ia langsung menoleh.Rachel muncul, masih mengenakan pakaian tidur, rambutnya berantakan. Ekspresinya me
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-23
อ่านเพิ่มเติม
Chapter Empat
“Sial!” keluh Nathan menundukkan kepalanya. Hatinya sakit bukan main. Sudah tidak hari lamanya, dia memberikan waktu pada Rachel, berharap wanita itu berhenti marah dan mau pulang, tetapi kenyataannya dia tetap menolak permintaan Nathan. Pria itu menatap layar ponselnya yang di mana sebuah pesan singkat dari Rachel yang membalas semua pesan panjangnya. “Kita lebih baik bercerai saja, Nathan. Aku merasa, sudah tidak ada harapan lagi bersamamu. Aku lelah, aku benar-benar sangat lelah… “ Itulah pesan yang semakin menyesakkan dadanya. Tidak pernah sekalipun, Nathan merasakan perasaaan sesak seperti ini. Rachel yang begitu egois dan tetap mengutamakan egonya, ataukah Nathan yang terlalu egois dan tidak pernah menghargai keberadaan Rachel selama ini.Nathan meremas ponselnya, jari-jarinya bergetar menahan emosi yang semakin menyesakkan dada. Pesan dari Rachel terasa seperti belati yang menusuk tepat di jantungnya."Aku lelah, aku benar-benar sangat le
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-26
อ่านเพิ่มเติม
Chapter Lima
“Jadi, kamu akan kembali pada Nathan, Hel?” tanya Laela. Saat ini, mereka sedang bersama di meja makan setelah anak-anak Laela yang seorang janda, pergi sekolah. “Aku meminta waktu untuk memikirkannya. Mungkin perceraian akan tertunda. Dia akan menunggu keputusanku,” ucap Rachel.Laela menatap Rachel dengan sorot mata penuh pertimbangan. Ia menyendok sup ke dalam mangkuknya dengan gerakan perlahan, seolah sedang menyusun kata-kata yang tepat untuk diucapkan."Kamu masih mencintainya, kan?" tanya Laela akhirnya.Rachel tidak langsung menjawab. Ia hanya mengaduk-aduk nasinya dengan sendok, tatapannya kosong."Cinta bukan satu-satunya alasan untuk bertahan, Tante," ujarnya pelan. "Aku lelah, aku sakit hati. Dan Nathan... dia terlalu sering menganggap keberadaanku tidak sepenting pekerjaannya."Laela menghela napas, menyandarkan tubuhnya ke kursi. "Tapi dia sedang berusaha, Rachel. Dia bahkan mau ikut program kehamilan, sesuatu yang selama ini selalu kamu inginkan, dan dia selal
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-26
อ่านเพิ่มเติม
Chapter Enam
Nathan merasakan aliran darahnya mendingin. Matanya terpaku pada kata-kata itu. Spesialis kejiwaan?Rachel… pergi ke psikiater?Tangannya tanpa sadar mencengkeram ponsel lebih erat. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Rachel tidak pernah membicarakan ini padanya?Dadanya terasa sesak, napasnya tersendat.Apa yang selama ini dia tidak tahu? Karena merasa sangat penasaran, Nathan membuka cctv rumahnya yang jarang dia buka, selain untuk melihat Rachel sedang apa. Tapi karena penasara, Nathan memutar setiap waktu di tanggal-tanggal saat dia sedang tidak ada di rumah dan melihat aktivitas Rachel. Dan tanpa sadar, air mata Nathan luruh membasahi pipinya. Saat dia melihat rekaman di setiap malamnya. Rachel terlihat tidak tidur, wanita itu terlihat gelisah dan terus mengintip keluar jendela, sampai Nathan melihat cctv di bagian depan rumah, tetapi tidak ada sesuatu yang aneh. Kemudian, wanita itu menangis histeris dengan memeluk lututnya sendiri dan sesekali menjambak ramb
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-26
อ่านเพิ่มเติม
Chapter Tujuh
“Kata dokter, selain anemia, asam lambungmu juga naik, Hel. Apa selama ini kamu tidak makan dengan baik?” tanya Nathan dengan tatapan sendu. Saat ini, mereka berada di ruang rawat Rachel. Wanita itu masih memilih bungkam dan menatap keluar jendela ruangan yang menunjukkan pemandangan gedung-gedung pencakar langit dan langit yang gelap. “Sampai kapan kamu akan mendiamkanku seperti ini, Hel?” tanya Nathan dengan serius menatap Rachel yang terus menghindari tatapannya. Nathan belum menanyakan apa pun tentang rekaman cctv yang dia lihat tentang kondisi Rachel. Dia menunggu waktu yang tepat sampai Rachel sehat dan keluar dari rumah sakit.Rachel masih menatap ke luar jendela, tidak segera menjawab pertanyaan Nathan. Dalam hatinya, ada banyak hal yang ingin ia katakan, tapi bibirnya terasa terlalu berat untuk mengucapkannya.“Aku hanya lelah, Nathan,” gumamnya akhirnya, masih tanpa menoleh.Nathan menghela napas, lalu duduk di tepi ranjang, memastikan jaraknya
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-12
อ่านเพิ่มเติม
Chapter Delapan
Rachel membuka matanya saat sinar matahari masuk ke celah jendela. Dia menolehkan kepalanya dan cukup terkejut kalau dia bisa tidur nyenyak tanpa mimpi buruk dan rasa cemas yang biasa dia rasakan. Sudah beberapa minggu sejak Nathan pergi bertugas dan Rachel tinggal di rumah Tantenya, dia tidak tidur dengan nyenyak dan bahkan semalaman tidak bisa tidur. Tetapi, sekarang dia bisa tidur dengan lelap tanpa perasaan gelisah lagi. Wanita itu menyadari sesuatu yang sedang dia genggam dengan cukup kuat. Wanita itu menundukkan pandangannya dan langsung melihat genggaman tangan Nathan. Pria itu dengan setia menggenggam tangannya semalaman, bahkan dia tidur dengan posisi duduk di kursi yang ada di samping brankar dan menyandarkan kepalanya ke brankar. Tidak bisa dipungkiri, kalau Rachel terharu dengan apa yang dilakukan Nathan. Tetapi, rasa kecewa dan sakitnya terlalu dalam, sampai dia terus menepis perasaan itu. Rachel tidak mau berharap lagi pada Nathan karena sudah berkali
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-13
อ่านเพิ่มเติม
Chapter Sembilan
“Gimana keadaan istri saya, Dok?” tanya Nathan pada Dokter yang melakukan pemeriksaan Rachel.“Untuk mualnya sudah tidak ada, hanya saja anemianya masih belum stabil. Pasien harus banyak-banyak istirahat dan makan yang banyak. Semoga rasa mual dan gerdnya tidak kambuh lagi. Saya sudah meresepkan beberapa obat dan antibiotiknya,” jelas Dokter di sana.Nathan mengangguk paham, matanya sesekali melirik ke arah Rachel yang tengah duduk di ranjang, mendengarkan percakapan mereka dengan ekspresi datar."Jadi, kapan Rachel bisa pulang, Dok?" tanya Nathan lagi.Dokter melihat catatan medis Rachel sebelum menjawab, "Jika kondisi anemianya membaik dalam satu atau dua hari ke depan, dia bisa pulang. Tapi tetap harus menjaga pola makan dan istirahat, jangan sampai kelelahan."Nathan menghela napas lega, lalu menatap Rachel penuh perhatian. "Dengar itu, Hel? Kamu harus makan lebih banyak dan jangan membantah kalau aku merawatmu nanti."Rachel hanya mendesah pelan, tidak ingin berdebat.Dokter ters
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-14
อ่านเพิ่มเติม
Chapter Sepuluh
“Kamu sudah siap?” tanya Nathan menatap Rachel yang sudah bersiap dan terlihat lebih segar dibanding sebelumnya. “Ya, aku sudah siap,” jawab Rachel. “Hel, kita pulang ke rumah kita, ya?” ajak Nathan dan Rachel masih diam di sana. “Aku tidak akan meninggalkanmu sendirian,” tambah Nathan seakan ingin meyakinkan Rachel. “Kumohon, pulang bersamaku ke rumah kita.” Rachel merasa tidak punya pilihan lain, dia pun lelah berdebat dengan Nathan akhir-akhir ini. Pria itu terus saja memaksanya, sampai Rachel tidak bisa mengatakan apapun. “Ya, baiklah,” jawab Rachel akhirnya. Saat itu pun, seulas senyuman terbit di bibir Nathan. “Kalian sudah siap?” tanya Laela yang kembali masuk ke dalam ruangan Rachel. “Sudah, Tante.” Nathan yang menjawab di sana. “Baiklah, Tante bawa tasnya,” ucap Laela pergi lebih dulu. Nathan mengulurkan tangannya ke arah Rachel. “Mau aku gendong?” tawarnya menggoda istrinya. “
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-15
อ่านเพิ่มเติม
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status