Pembalasan Berkelas untuk Mantan Suami Culas

Pembalasan Berkelas untuk Mantan Suami Culas

last updateLast Updated : 2024-05-20
By:  Cucan_ApprilliaaOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
39Chapters
2.4Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Alma berencana membalas perbuatan suami dan selingkuhannya. Ia kembali datang setelah terpuruk akibat kegagalan rumah tangganya di masa lalu. Ia memutuskan untuk tinggal di depan rumah mantan suaminya. Lalu, bagaimana reaksi mantan suami dan keluarganya melihat kehadiran Alma?

View More

Chapter 1

Bab 1

"Kamu yakin mau kembali ke sana lagi, Nduk?" Ibu bertanya dengan ragu.

Aku menutup mataku, mengambil nafas dalam-dalam dan menghembuskan secara perlahan. Kembali membuka mata dan menatap wajah Ibu. Kami berdua saat ini sedang duduk di gubuk pinggir sawah, menikmati makan siang yang sengaja aku bawa untuk Ibu.

"Yakinlah, Bu. Masa lalu itu terbayang-bayang terus. Rasanya belum lega dan ikhlas kalau belum bisa memberikan pembalasan pada mereka semua," jawabku penuh keyakinan.

Ibu mendesah panjang. "Ibu udah gak bisa lagi mencegah kamu. Ibu harap, kamu gak melakukan sesuatu yang ujungnya bisa membahayakan diri kamu sendiri, Nduk. Ibu takut, kamu malah yang nantinya bisa dalam bahaya kalau mereka sadar dengan niat buruk kamu."

"Ibu tenang saja, aku gak mungkin bertindak gegabah. Aku sudah siapkan banyak rencana. Semua sudah aku susun dengan rapi dan cantik. Jadi, Ibu gak perlu khawatir. Aku bisa jaga diri, Bu."

"Iya, Nduk. Ibu hanya bisa mendoakan kamu. Semoga, Allah melindungi setiap langkah kamu. Ambillah yang menjadi hakmu, Nduk. Doa Ibu selalu bersamamu."

"Iya, Bu, aamiin ... terima kasih juga, Bu, karena Ibu sudah memberikan segalanya untuk aku," ucapku, lalu memeluk tubuh Ibu.

"Kamu anak Ibu satu-satunya, itu sudah jadi kewajiban Ibu," ucap Ibu. Ibu membalas pelukanku. Bisa kurasakan, kasih sayang tulus dari Ibu.

*****

Pagi ini, aku memacu mobil yang aku kemudikan dengan kecepatan sedang menuju rumah yang baru aku beli Minggu lalu. Sebuah rumah yang cukup besar yang bertepatan di depan rumah mantan suamiku. Setelah sempat terpuruk satu tahun yang lalu karena perceraian, aku memutuskan untuk kembali bangkit. Menjadi orang baru dengan perubahan baru.

Aku mencoba bangun dari mimpi buruk yang selalu menghantuiku. Masih teringat jelas, bagaimana rasa sakit yang ditorehkan oleh mantan suamiku dan selingkuhannya. Juga mantan mertua dan juga kakak ipar yang ikut mendukung perselingkuhan mereka. Akan kubalas semua perbuatan mereka satu persatu, agar mereka juga merasakan, bagaimana sakitnya hati ini.

Aku bersyukur, masih memiliki seorang Ibu yang begitu menyayangiku. Ibu rela menjual sawahnya untuk memberikan modal padaku untuk melancarkan aksi balas dendam ku. Dari hasil penjualan sawah Ibu itulah, aku bisa membeli sebuah mobil dan juga rumah. Serta uang untuk dijadikan modal membangun sebuah usaha yang telah aku rencanakan.

Tepat pukul 16.00 sore, aku telah tiba di sebuah perkampungan padat penduduk di pinggir kota. Sebuah perkampungan yang menjadi tempat tinggalku dan menjadi saksi bagaimana perjalanan rumah tanggaku dulu. Tak lama, mobil yang aku kemudikan berhenti tepat di depan pagar sebuah rumah yang telah aku beli Minggu lalu. Netra ini memandang sebuah bangunan yang berada tepat di sebrang rumahku. Pas sekali, wajah-wajah orang yang menjadi incaranku ada di sana.

Seperti yang aku inginkan, mereka semua menatap mobilku dan saling berbisik. Ini adalah waktu yang tepat untuk turun dari mobil dan memperlihatkan pada mereka, bahwa aku telah datang kembali. Aku membuka pintu mobil dengan perlahan, lalu menurunkan kaki putih jenjangku yang terlihat jelas karena aku memakai dres dibawah lutut. Sepasang sepatu hak tinggi berwarna merah cerah aku pakai untuk memadukan dress putih yang aku pakai.

Setelah turun dari mobil, aku membuka kaca mata hitam yang menempel di hidung bangirku. Lalu menatap orang-orang yang sedang memandangku dengan wajah terkejut. Siapa lagi kalau bukan Mas Wijaya, juga Lastri selingkuhannya yang kini telah menjadi istrinya. Juga mantan Ibu mertua dan mantan kakak iparku Mbak Rosi.

"Alma ...." Terdengar suara Mas Wijaya yang menyebut namaku lirih. Begitu juga dengan ketiga wanita yang berada di sampingnya.

Aku tersenyum lebar menatap mereka semua. Mas Wijaya terlihat memandangku tanpa berkedip dengan mata berbinar. Menyadari itu, Lastri langsung memukul lengan Mas Wijaya yang membuat aku menahan tawa. Terlihat wajah kesal Lastri melihat suaminya memandang diriku.

Dan lucunya, Mas Wijaya tak memperdulikan Lastri dan malah berdiri dan berjalan menghampiriku.

"Alma ... kamu Alma kan?" tanya Mas Wijaya ketika ia telah berada di hadapanku.

"Iya, Mas, aku Alma," jawabku dengan senyum semanis mungkin.

"Ka-kamu cantik sekali sekarang, Al?" ucap Mas Wijaya dengan wajah penuh kekaguman.

"Iya, ternyata kamu beneran Alma? Ya ampun ... Ibu gak nyangka kamu sekarang secantik ini? Apa kamu jadi wanita sukses, Al?" serobot mantan Ibu mertua yang kini ikut menghampiriku.

"Alhamdulillah, Bu," jawabku setenang mungkin. Meskipun dalam hati, aku ingin sekali menertawakan mereka.

"Kalian apa-apaan sih, Mas, Bu. Ayo pulang!" ucap Lastri menarik tangan Mas Wijaya dengan kasar.

"Kamu itu yang apa-apaan sih, Las! Sibuk aja. Kamu gak lihat, kami lagi bicara sama Alma?" ujar Ibu sewot. Bertambah kesal saja wajah Lastri mendengar ocehan Ibu.

"Kok Ibu malah marahin aku?" Raut wajah Lastri semakin merah padam.

"Eh, Alma! Ngapain kamu datang kemari lagi? Kamu mau ganggu rumah tangga aku dan Mas Wijaya, hah!" bentak Lastri padaku.

"Kamu ini kenapa sih, Las! Tiba-tiba aja marah-marah gak jelas!" oceh Mas Wijaya pada Lastri. Terlihat Mas Wijaya menarik lengannya dari tangan Lastri. Wajah Lastri tampak terlihat terkejut dengan mulut ternganga melihat Mas Wijaya suaminya justru terlihat membelaku.

Aku sangat suka melihat drama ini. Drama pertengkaran antara Lastri dan Mas Wijaya. Baru beberapa menit aku tiba di sini saja, sudah terjadi pertengkaran diantara mereka. Apalagi melihat wajah kesal Lastri, membuat aku merasa sangat senang. Kita lihat saja, bagaimana reaksi Lastri jika tahu bahwa aku akan tinggal di depan rumah mereka. Rumah mereka? Bukan! Lebih tepatnya, rumahku yang mereka rebut dengan cara licik.

******

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
39 Chapters
Bab 1
"Kamu yakin mau kembali ke sana lagi, Nduk?" Ibu bertanya dengan ragu.Aku menutup mataku, mengambil nafas dalam-dalam dan menghembuskan secara perlahan. Kembali membuka mata dan menatap wajah Ibu. Kami berdua saat ini sedang duduk di gubuk pinggir sawah, menikmati makan siang yang sengaja aku bawa untuk Ibu."Yakinlah, Bu. Masa lalu itu terbayang-bayang terus. Rasanya belum lega dan ikhlas kalau belum bisa memberikan pembalasan pada mereka semua," jawabku penuh keyakinan.Ibu mendesah panjang. "Ibu udah gak bisa lagi mencegah kamu. Ibu harap, kamu gak melakukan sesuatu yang ujungnya bisa membahayakan diri kamu sendiri, Nduk. Ibu takut, kamu malah yang nantinya bisa dalam bahaya kalau mereka sadar dengan niat buruk kamu.""Ibu tenang saja, aku gak mungkin bertindak gegabah. Aku sudah siapkan banyak rencana. Semua sudah aku susun dengan rapi dan cantik. Jadi, Ibu gak perlu khawatir. Aku bisa jaga diri, Bu.""Iya, Nduk. Ibu hanya bisa mendoakan kamu. Semoga, Allah melindungi setiap lang
last updateLast Updated : 2024-01-15
Read more
Bab 2
"Kok kamu malah jadi marahin aku sih, Mas!" Lastri bicara dengan nada tinggi. Wajahnya merah, mungkin ia merasa malu sekaligus marah.Wanita mana yang tak malu diperlakukan kasar seperti itu oleh suaminya sendiri? Dan yang lebih menyakitkan, di depan mantan istri suaminya yaitu diriku. Aku tetap berusaha setenang mungkin menyaksikan drama ini."Lastri! Kamu ini apa-apaan sih? Sama suami kok gak ada sopan-sopannya. Ngomong pakai teriak-teriak. Gak malu kamu!" Kini giliran mantan Ibu mertua yang memarahi Lastri. Bertambah merah padam saja wajah Lastri saat ini. Apalagi, mantan Ibu mertua bicara dengan nada ketus."Kok Ibu malah jadi ikut-ikutan Mas Wijaya sih? Ibu gak ingat, bukankah, Ibu dulu sangat membenci Alma?!""Jaga mulut kamu ya, Lastri! Jadi perempuan kok bawel banget. Suka-suka Ibu dong. Sana masuk!" Ibu berkata dengan marah dan malah mengusir Lastri untuk masuk ke dalam rumah."Keterlaluan! Kenapa kalian jadi bersikap begini hanya gara-gara kedatangan wanita tak tahu malu ini
last updateLast Updated : 2024-01-15
Read more
Bab 3
"Assalamualaikum ...."Terdengar suara salam dari depan rumahku. Aku yang baru selesai mandi dan berganti pakaian segera bergegas menuju ke depan. Aku menoleh ke arah jam dinding besar yang terpasang di ruang tengah rumahku. Waktu masih menunjukkan pukul 06.30 pagi. Aku bingung, siapa orang yang bertamu ke rumahku sepagi ini?Jika dipikir, aku juga baru menempati rumah ini malam tadi. Aku juga belum sempat bertemu dengan tetangga sekitar rumah, kecuali keluarga Mas Wijaya."Waalaikumsalam ...," jawabku, setelah pintu ruang tamu terbuka.Aku sedikit tersentak dan terkejut, sebab yang datang bertamu sepagi ini adalah Mas Wijaya. Aku tak menyangka, pria yang berstatus mantan suamiku itu datang ke rumahku sepagi ini. Jujur saja, aku sedikit merasa takut. Sebab, aku hanya tinggal seorang diri di rumah ini. Suasana pagi ini juga tampak sepi. Tak kulihat ada orang yang berlalu-lalang di depan rumah.Mas Wijaya berulang kali memandangku dari atas hingga bawah. Membuat aku merasa sangat risih
last updateLast Updated : 2024-01-15
Read more
Bab 4
Aku kembali masuk ke dalam rumah untuk mengeringkan rambut yang masih basah. Kejadian pagi ini benar-benar membuat kepala ini sedikit sakit. Meskipun aku senang melihat keributan antara Mas Wijaya dan Lastri, tapi aku juga merasa malu karena pagi ini aku harus menjadi pusat perhatian orang-orang di sekitar rumahku. Ini semua terjadi karena kecerobohanku yang lupa mengunci pintu pagar rumah.Bagaimanapun juga, aku harus menjaga nama baikku di kampung ini. Aku yakin, saat ini aku pasti sedang menjadi pusat pergunjingan warga sekitar. Apalagi, warga sekitar rumahku pasti tahu betul bahwa aku adalah mantan istri Mas Wijaya.Maka dari itu, aku harus tetap menjaga nama yang selama ini tak pernah tercoreng sekalipun. Sebab selama menikah dengan Mas Wijaya dulu, aku tak pernah membuat masalah apapun di kampung ini.Sebelum memulai usaha membuka toko sembako, aku harus segera mencari asisten rumah tangga untuk membantu pekerjaan rumah sekaligus menemaniku di rumah ini. Jika perlu, hari ini jug
last updateLast Updated : 2024-01-15
Read more
Bab 5
Aku memandang sebuah spanduk besar yang terpasang tepat di depan pintu masuk toko grosir Mas Wijaya. Tertera nama toko grosir ini—Grosir Wijaya. Dari luar toko aku bisa melihat betapa banyaknya isi di dalam toko tersebut. Kardus-kardus yang berisi kebutuhan pokok memenuhi dalam toko hingga sampai batas pintu masuk.Aku berjalan dengan santai memasuki area toko grosir itu. Setelah masuk, aku sedikit terpukau sebab dalam toko ini ternyata jauh lebih luas dibandingkan dilihat dari luar. Mungkin, banyaknya barang yang memadati isi toko ini membuat toko ini nampak sempit.Aku melihat Mas Wijaya sedang sibuk di meja kasir membantu karyawannya yang seorang wanita untuk melayani pembeli yang sepertinya sedang membayar barang belanjaan. Saking sibuknya, Mas Wijaya sepertinya tak menyadari kehadiranku di sini."Cari apa, Mbak?" tanya seorang karyawan pria dengan ramah padaku."Oh, saya mau belanja barang-barang sembako untuk isi toko, Mas," jawabku."Apa Mbak punya catatan barang-barang apa saj
last updateLast Updated : 2024-01-15
Read more
Bab 6
Dengan wajah merah padam penuh kemurkaan, Lastri berjalan tergopoh-gopoh menggendong anaknya menghampiri kami. Yang membuatku miris, Lastri datang ke toko grosir Mas Wijaya hanya menggunakan baju daster yang terlihat tak enak di pandang mata.Pantas saja Mas Wijaya mudah berpaling pada wanita lain, sebab Lastri tak bisa merawat diri. Melihat penampilan Lastri, aku jadi berkaca pada diriku sendiri saat masih menjadi istri Mas Wijaya dulu. Sebab seperti itulah penampilanku dulu.Wajar saja jika aku dulu tak bisa merawat diri, sebab Mas Wijaya hanya seorang pengangguran. Aku tak memiliki banyak uang untuk membeli kebutuhan pribadi. Jangankan untuk kebutuhan pribadi, untuk makan saja kami susah. Itulah mengapa aku akhirnya memutuskan untuk pergi bekerja ke luar negeri.Sebenarnya, Ibuku melarang keras aku untuk bekerja di luar negeri dan menyuruhku untuk menjual sebagian sawah milik Ibu. Tapi aku menolak, aku tak ingin menjadi beban untuk Ibuku. Apalagi kalau sampai Ibu mertuaku tahu Ibuk
last updateLast Updated : 2024-02-05
Read more
Bab 7
Aku mematut diri di depan cermin. Wajah putih glowing, hidung mancung dan dagu yang sedikit lancip, menambah sempurnanya paras dan bentuk wajah ini. Belum lagi, leher jenjang dan tubuh langsing membuat aku semakin percaya diri. Tapi merawat tubuh hingga seperti ini tidaklah mudah. Aku butuh waktu satu tahun untuk mendapatkan tubuh seideal ini. Aku bahkan sampai harus jatuh sakit karena menjalani diet ketat. Mungkin jika tak ingat ambisiku untuk bisa langsing, aku tak akan melakukan diet itu.Dulu, saat aku masih menjadi istri Mas Wijaya, jangankan merawat diri, ingin makan enak saja aku tak pernah bisa. Jika ingin makan enak, aku harus pulang dulu ke rumah ibuku. Itupun harus menempuh perjalanan jauh dari kampung ini. Aku masih ingat jelas, bagaimana menderitanya diriku saat menjadi istri Mas Wijaya. Setiap hari, aku hanya makan lauk pauk seadanya. Sambal terasi dan ikan asin adalah menu andalanku. Meskipun tak pernah makan enak, anehnya, tubuhku semakin bertambah gemuk. Mungkin kare
last updateLast Updated : 2024-02-06
Read more
Bab 8
Lastri langsung memukul lengan Mas Wijaya karena aksinya meyapaku. Lalu menarik kasar tangan Mas Wijaya untuk masuk ke dalam rumah. Mereka terlihat adu mulut sebelum akhirnya masuk ke dalam rumah. Entah apa yang mereka bicarakan, aku tak bisa dengan jelas mendengarnya. Wajar saja, istri mana yang tak marah bila suaminya malah menyapa wanita lain di depan istrinya sendiri. Bahkan, keberadaan Lastri seolah tak dianggap oleh Mas Wijaya.Aku segera menutup rolling door toko dan segera masuk untuk mandi dan membersihkan diri. Aku sedikit bingung dengan hubungan rumah tangga Lastri dan Mas Wijaya. Aku merasa, hubungan mereka memang tak harmonis. Aku pikir, selama ini mereka hidup bahagia. Tapi nyatanya tidak, bisa jadi itu memang sebuah karma yang Tuhan berikan untuk mereka karena pernah mendzolimi aku."Bu Alma, makan malam udah siap," kata Nana yang berpapasan denganku."Iya, Na. Nanti saja kita makan bersama setelah sholat magrib. Aku mau mandi dulu.""Iya, Bu."Aku bergegas masuk ke dal
last updateLast Updated : 2024-02-12
Read more
Bab 9
Aku tersenyum miring melihat layar ponselku yang masih menampilkan nominal uang yang baru saja ditranfer oleh Mas Wijaya. Meskipun nominal uang ini belum sebanding dengan uang yang sudah ia ambil dariku, tapi ini sudah cukup lumayan. Setidaknya, ini awal yang baik. Aku akan pastikan, akan ada uang-uang yang lainnya yang akan aku dapatkan dari Mas Wijaya.Setelah semua uangku yang pernah diambil oleh Mas Wijaya sudah terkumpul semuanya, barulah aku akan pergi meninggalkannya. Aku jadi tak sabar, melihat reaksi Mas Wijaya seandainya ia tahu rencana licikku ini. Agar ia juga merasakan, bagaimana rasa sakit yang pernah aku rasakan dulu.Sebuah notif pesan masuk dalam ponselku. Ternyata pesan itu dari Mas Wijaya.["Al, aku udah kirim uangnya ke nomor rekening kamu.] Isi pesan dari Mas Wijaya. Benar dugaanku, uang masuk itu memang dari Mas Wijaya.["Terima kasih, Mas."] balasku. Aku menutup ponselku kembali dan memasukkannya dalam kecil yang aku bawa.Aku kembali berjalan ke area pasar yang
last updateLast Updated : 2024-02-17
Read more
Bab 10
"Nana, Nana ...!" panggilku berulang kali. Tapi tak ada jawaban dari Nana.Aku berjalan menuju ruang makan, makanan untuk sarapan sudah tersaji di meja makan. Dapur juga sudah terlihat bersih dan rapi. Tak ada tumpukan cucian piring dan bekas perabot untuk memasak. Lantai rumah juga sudah bersih dan juga wangi seperti habis dipel. Lalu, kemana perginya Nana?Aku mendesah kesal, harusnya saat ini aku sudah siap untuk membuka toko. Jika Nana tak ada, siapa yang akan membantuku menurunkan barang belanjaan di mobil yang lumayan banyak? Aku sedikit khawatir dengan kepergian Nana. Entahlah, pikiran-pikiran buruk tiba-tiba membuat hati ini gusar.Aku berjalan menuju kamar Nana, ingin memastikan bahwa Nana tak pergi dari rumah. Sebab itulah yang aku pikirkan saat ini. Aku membuka lemari baju Nana. Semua baju Nana masih tersusun rapi di sana. Aku bernapas lega, ternyata, apa yang aku pikirkan salah. Mungkin saja saat ini Nana hanya keluar rumah sebentar. Sepertinya, pemikiranku terlalu berlebi
last updateLast Updated : 2024-02-17
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status