Pengantin Pengganti CEO Cacat

Pengantin Pengganti CEO Cacat

last updateLast Updated : 2024-08-02
By:  PenulisAksaraOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
7 ratings. 7 reviews
54Chapters
4.5Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Bagaimana jadinya jika Arancia yang tadinya berniat menghadiri pernikahan adik tirinya, justru dirinya yang menjadi pengantinnya? Sang adik menolak untuk menikah ketika para undangan telah berdatangan, dia mengucapkan dengan lantang jika dirinya tidak mau menikahi pria cacat. Membuat semua orang panik dan kelabakan, akhirnya karena tidak ingin malu. Ibu tirinya memaksa Arancia untuk menggantikan posisi sang adik tiri.

View More

Chapter 1

Bab 1 - Menjadi Pengganti

          Brakk

       "Astagfirullah! Ibu, ada apa?" tanya seorang gadis yang tengah mengaji itu. 

      Seorang wanita paruh baya dan juga wanita muda mendatangi kamarnya. Wajah mereka berdua begitu menyeramkan, menatap tajam pada gadis yang masih terduduk menggunakan mukenanya. 

      "Ibu, ada apa? Bukankah seharusnya kalian bersiap-siap?" tanyanya heran. 

       "Lepaskan mukenamu! Dan ikut bersama kami, saat ini juga!"

       Gadis cantik bermata sendu itu tampak menatap heran pada ibu tirinya itu.

        Sementara itu, gadis muda yang berdiri di samping ibunya, hanya tersenyum menyeringai. Entah apa yang tengah mereka rencanakan. 

       "Ikut aku!" ucapnya tegas seraya menarik tangan sang gadis dengan kasarnya. 

        "Ya Tuhan, Ibu tunggu! Ada apa ini?" tanyanya panik. 

         Sementara itu, wanita paruh baya itu menutup mulutnya tidak menjawab pertanyaan anak tirinya.Ia terus menarik tubuh kurus sang anak tiri. 

         Ketika tiba di luar kamar, sang ayah yang tengah duduk di atas kursi roda hanya menatap sendu pada putrinya. Ia tidak bisa berbuat apapun, meski ia ingin. 

         "Ikut aku! Dan gantikan posisi Zahra, menikah dengan kekasihnya, Kevan!" tegas wanita paruh baya itu. 

         "Tidak, Ibu! Lepaskan tanganku, bagaimana bisa aku menggantikan posisi Zahra. Ibu aku mohon jangan seperti ini!"

       Gadis itu terus mencoba memberontak. Namun cekalan di tangannya semakin erat, membuatnya kesakitan. 

     Bruk

    Gadis itu di dorong dengan begitu kasar. Hingga ia terjatuh di lantai dingin itu. Di dalam kamar sudah ada beberapa orang yang akan mendandaninya. 

     "Dandani dia! Karena dia'lah yang akan menikah dengan lelaki cacat itu!"

     ******

     Beberapa jam sebelumnya ... 

       "Apa?" 

      Teriakan wanita paruh baya itu membahana di dalam kamar sang putri, Zahra Putri. Ia kaget setelah mendengar pernyataan sang putri. 

      "Bagaimana bisa, Zahra? Bagaimana bisa kau berniat untuk membatalkan pernikahanmu dengan kekasihmu itu? Sedangkan, acara pernikahan kalian nanti pagi akan terlaksana! Bagaimana bisa kau melakukan ini, apakah kau memang berniat untuk mempermalukanku di hadapan teman-temanku hah!"

        Zahra hanya diam menatap kemarahan sang ibu. Sudah ia duga jika ibunya akan marah besar, mendengar rencananya. 

       "Oh ayolah, Bu! Bagaimana ibu tega, membiarkan anakmu yang cantik ini menikah dengan lelaki cacat seperti Kevan hmm. Meskipun mungkin dia memiliki kekayaan yang banyak, namun apakah ibu tidak akan malu mempunyai menantu cacat sepertinya? Wajahnya hancur bu, tidak tampan seperti dulu! Ibu tenang saja, lepas dari Kevan aku akan mencari lagi mangsa yang baru. Cukup memberikan tubuhku yang indah ini, maka laki-laki manapun pasti akan bertekuk lutut di bawah kendaliku," ucapnya dengan penuh percaya diri. 

          Perempuan paruh baya itu masih diam, menatap tajam pada sang putri yang memiliki ide gila. Bagaimana bisa dia berniat membatalkan sedangkan pernikahannya akan berlangganan nanti pagi, pikirnya. 

         "Gila, kau gila Zahra. Bagaimana bisa kamu masih sesantai ini, sedangkan pernikahan kalian akan berlangsung beberapa jam lagi," ucapnya gusar. 

         Zahra tersenyum menyeringai. Tentu ia tenang, sebab pernikahan ini tidak akan batal. 

         Pernikahannya akan tetap berlangsung. Dan tentu saja dengan seorang pengantin pengganti. 

         Zahra menghampiri sang ibu dan merangkul bahunya," Ibu tenang saja dan tak perlu khawatir. Sebab pernikahan ini akan tetap berlangsung dan tentunya dengan pengantin berbeda."

          Wanita paruh baya itu mendelik melihat sang putri yang tersenyum menyebalkan. Zahra pun membisikkan rencana briliannya. 

           Perempuan paruh baya itu mendengarkan dengan seksama. Kemudian, mereka pun tersenyum bersama. 

          "Idemu cemerlang sekali. Ya kita suruh saja anak itu untuk mengganti posisimu. Dengan mengorbankan ayahnya yang sudah tidak berguna itu."

          Zahra mengangguk. Membenarkan rencana sang ibu. 

         "Ya, dan setelah perempuan itu pergi meninggalkan rumah ini! Kita berdua pun bisa melenyapkan pria penyakitan itu. Aku pun sudah muak melihatnya, pria tidak berguna itu bisa kita singkirkan dan maka rumah mewah ini bisa kita miliki berdua. Bagaimana bu, apa kamu setuju dengan rencanaku?" tanya Zahra. 

         Perempuan paruh baya itu tersenyum smirk. Lalu tak berapa lama ia pun mengangguk. 

        Zahra pun tersenyum puas. Tinggal melaksanakan rencana kedua, yaitu pergi dari rumah. 

       "Baiklah, karena waktu sudah menunjukkan pukul lima pagi. Sebaiknya kita menuju kamar Arancia. Dan membawanya ke tempat para MUA itu," ujar Zahra. 

         Perempuan paruh baya itu mengangguk. Lalu dengan semangat yang membara mereka pun keluar dari kamar Zahra. Alangkah kagetnya ketika membuka kamar. 

        Pria paruh baya yang tak lain suami dan ayah dari Arancia menghadang keduanya. Pria itu menatap tajam pada sang istri yang baru saja beberapa bulan ia nikahi. 

       "Ja-ngan ka-lian la-kukan hal itu pa-da put-riku!" ucapnya terbata.

        Perempuan paruh baya itu menyeringai menatap sang suami. Lalu ia pun menunduk dan berbisik padanya. 

       "Silahkan saja, jika kamu bisa menghalangiku dan mencegahku. Maka lakukanlah Wijaya Hadikusuma," bisiknya lalu perempuan paruh baya itu menyingkirkan kursi rodanya dengan kasar. 

       "Se-kar, kau a-kan me-nyesali per-buatanmu ini!"

       Perempuan paruh baya yang bernama Sekar itu hanya mengedikkan bahunya cuek. Begitu juga dengan Zahra yang malah tersenyum mengejek pada ayah tirinya. 

      Sekar pun melangkah menuju kamar anak tirinya sedangkan Zahra menatap sang ayah tiri. Lalu ia pun berbisik lirih di telinga ayahnya. 

      "Sebaiknya persiapkan dirimu papaku tersayang. Sebab, jika anak kesayanganmu itu sudah pergi. Maka neraka menantimu."

       Zahra tersenyum puas. Sedangkan Wijaya hanya bisa menahan amarahnya. 

      Kedua wanita ular itu mendatangi kamar milik Arancia. Dan membukanya dengan sangat kasar. 

       *****

        "Tolong, jangan lakukan ini, Ibu. Mengapa harus aku yang menggantikan posisi Zahra," lirih Arancia. 

       Sekar hanya menatap datar pada Arancia. Tidak berniat menimpali ucapan anak tirinya itu. 

       Air mata jatuh membasahi kedua pipi Arancia. Ia tidak dapat membayangkan bagaimana nasibnya ke depan. 

       "Ya Allah, Ya Tuhanku. Tolong lindungi hambamu yang tidak berdaya ini. Bila ini memang suratan takdir di dalam kehidupanku, aku ikhlas. Namun berilah perlindunganmu padaku, Tuhan," batin Arancia berkecamuk. 

      Sekar hanya tersenyum sinis. Ia akui jika Arancia begitu cantik dengan wajah alaminya. Berbeda dengan putrinya, Zahra. 

      "Ma, aku pamit ke kamarku! Awasi dia, nanti takutnya dia kabur. Dan mempermalukan Mama," ucap Zahra mengompori Sekar. 

      "Pergilah, Sayang. Biar ini menjadi urusanku! Tunggu! Bagaimana dengan lelaki cacat itu, apa kamu sudah berbicara padanya?" tanya Sekar. 

      Zahra tersenyum lebar. Lalu ia mengangguk. Seolah meyakinkan pada Sekar jika ia sudah berbicara dengan Kevan sang kekasih. 

     Namun, pada kenyataannya Zahra sama sekali belum memberi kabar apapun pada Kevan. Ia sengaja. 

     "Sudah, Ibu tenang saja. Soal Kevan aku yang urus," tukas Zahra. 

      Sekar pun mengangguk tenang. Zahra pun berlalu dari sana. Arancia hanya bisa menatap nanar kepergian saudara tirinya itu. 

      "Pegang kedua tangannya dengan erat! Jika sampai dia berulah, pukul saja!" perintahnya pada para pelayan yang berada di rumahnya itu. 

       Zahra pun masuk ke dalam kamarnya. Lalu ia pun mengirimkan pesan untuk sang kekasih. 

      "Sorry, Kevan! Aku tidak bisa melanjutkan pernikahan ini, dan aku harap kamu mengerti dengan alasan yang aku punya. Namun, kamu tidak perlu khawatir, pernikahan ini akan tetap berlangsung tentu dengan pengantin penggantiku!"

      

      

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Cristina Setia
terlalu lama
2024-04-16 12:51:01
0
user avatar
vitafajar
seru ceritanyaa, ayo semangat kak updatenya! yang banyak yaa hihi
2024-04-15 00:05:38
0
user avatar
Jeni Maksum
kapan up LG kk, kq lama gak up
2024-03-18 12:29:08
0
user avatar
Princess Angel
bacanya bikin gregetan
2024-02-19 16:20:40
0
user avatar
Arya. P
novel yang bagus
2024-02-13 10:45:17
0
user avatar
Chubby Misso
Bagusss tulisannya ... Semangat update Kak ...️
2024-01-29 11:09:06
0
user avatar
Mom Aish
novelnya seru banget, semangat up ya Othor .........
2024-01-28 13:18:20
0
54 Chapters
Bab 1 - Menjadi Pengganti
Brakk "Astagfirullah! Ibu, ada apa?" tanya seorang gadis yang tengah mengaji itu. Seorang wanita paruh baya dan juga wanita muda mendatangi kamarnya. Wajah mereka berdua begitu menyeramkan, menatap tajam pada gadis yang masih terduduk menggunakan mukenanya. "Ibu, ada apa? Bukankah seharusnya kalian bersiap-siap?" tanyanya heran. "Lepaskan mukenamu! Dan ikut bersama kami, saat ini juga!" Gadis cantik bermata sendu itu tampak menatap heran pada ibu tirinya itu. Sementara itu, gadis muda yang berdiri di samping ibunya, hanya tersenyum menyeringai. Entah apa yang tengah mereka rencanakan. "Ikut aku!" ucapnya tegas seraya menarik tangan sang gadis dengan kasarnya. "Ya Tuhan, Ibu tunggu! Ada apa ini?" tanyanya panik. Sementara itu, wanita paruh baya itu menutup mulutnya tidak menjawab pertanyaan anak tirinya.Ia terus menarik tubuh kurus sang anak tiri. Ketika tiba di luar kamar, sang ayah yang tengah
last updateLast Updated : 2024-01-07
Read more
Bab 2 - Pernikahan ( Bukan) Impian
"Tuan, persiapan sudah 95%, dan sekitar jam tujuh pagi kita akan berangkat ke rumah nona Zahra," ujar pria muda yang tak lain adalah asisten kepercayaan Kevan Aktamanov. Lelaki yang tengah memandang ke luar jendela itu hanya menjawab dengan anggukan kepala. "Baiklah, jika begitu saya permisi. Ah ya ponsel Anda tadi saya lihat berkedip. Sepertinya ada pesan masuk." Lagi dan lagi Kevan hanya diam dan menjawab dengan anggukan kepalanya. Pria yang sudah memakai baju pengantinnya itu hanya menatap hamparan bunga-bunga yang tumbuh di halaman rumah belakangnya. ****** Kevan Aktamanov seorang pria tampan berusia 27 tahun itu, tampak gagah dengan pakaian pengantinnya. Pria yang berstatus seorang CEO di perusahaan Aktamanov Corp itu tampak memasang wajah dinginnya. Semenjak kecelakaan yang menyebabkan wajahnya hampir 50 persen terbakar. Membuat sikap Kevan berubah 180° . Lelaki yang tadinya bersikap hangat kini begitu dingin tak tersentuh.
last updateLast Updated : 2024-01-07
Read more
Bab 3 - Neraka Pernikahan
"Saya terima nikah dan kawinnya, Arancia Alfatunisa dengan mas kawin tersebut tunai." Kevan membaca ijab kabul dengan sekali tarikan nafas. Penghulu dan para saksi terdiam, mendengar suara tegas nan berwibawa milik Kevan. Penghulu menoleh ke kanan dan ke kiri. Lalu para saksi pun mengangguk. "Bagaimana, para saksi? Sah?" "Sah." Satu kalimat itu terdengar membahana, ketika para saksi berkata pernikahan Kevan dan Arancia sah. Arancia menunduk, memilin gaun pengantinnya. "Baiklah, kalian berdua sudah sah menjadi sepasang suami istri. Silahkan sang suami boleh mencium kening sang istri. Dan sebaliknya sang istri mencium tangan suami dengan takdzim. Dan untuk buku nikah, maaf mungkin esok atau lusa baru bisa kalian tanda tangan. Sebab buku nikah yang berada di tangan saya atas nama Kevan dan Zahra. Jadi mohon di maklumi jika kalian berdua belum bisa langsung mendapatkannya." Kevan terdiam. Kemarahan terlihat sekali di raut wajahnya. Meskipu
last updateLast Updated : 2024-01-07
Read more
Bab 4 - Awal Mula Penderitaan
"Rumah sebesar ini, tetapi tidak ada penghuninya," lirih Arancia begitu masuk ke dalam kamarnya yang luas dan mewah. Gadis cantik itu mengedarkan pandangannya. Menyapu setiap detail ruangan kamar itu. Dan Arancia akui, jika kamar yang ia tempati begitu besar dan juga indah. "Indah sekali, kamarnya lebih besar dari kamar punyaku," lirih Arancia tersenyum kecut. Bagaimana ia tidak membandingkan. Karena kenyataannya memang seperti itu, kamarnya begitu kecil berbeda dengan saudara tirinya. Luas dan nyaman. "Ya Tuhan, akan seperti apa pernikahan ini. Sedangkan di hari pertama aku menikah, lelaki itu sudah tidak ada di sini. Apa yang harus aku lakukan? Apakah aku harus bertahan atau memilih untuk menyerah?" Arancia duduk di tepi ranjang. Pakaian pengantin masih melekat di tubuhnya. Air mata tampak menetes di ujung matanya. Mengapa nasibnya tidak pernah beruntung seperti orang lain? Dirinya yang selalu tersisihkan, bahkan di saat ketika
last updateLast Updated : 2024-01-07
Read more
Bab 5- Kesedihan Arancia
"Haruskah aku membersihkan tempat ini sendiri? Jika aku membersihkannya, pasti tidak akan cukup waktu satu hari. Ya Tuhan," lirih Arancia seraya meraup wajahnya kasar. Gadis itu tampak menghembuskan napasnya lelah. Tapi ia tidak bisa mengelak dari takdir. Arancia harus menghadapinya. Dan ia yakin, dirinya pasti bisa. "Bismillah. Semoga saja tidak sampai seharian aku membersihkan Mansion luas ini." Gadis itu mulai membersihkan ruangan yang bahkan luasnya bisa sampai tiga rumah di satukan. Arancia sesekali terlihat menghela napasnya lelah. Padahal baru separuh jalan ia membersihkan lantai bawah. Belum lantai atas, halaman depan dan belakang. Yang paling Arancia benci, ia harus membersihkan kolam renang yang berada tepat di halaman belakang Mansion itu. "Kenapa ia tidak membawaku ke rumah yang sederhana saja, aku lebih suka tinggal di rumah sederhana daripada tinggal di tempat mewah tetapi sendiri," lirih Arancia. Hampir tiga jam g
last updateLast Updated : 2024-01-07
Read more
Bab 6 - Kesedihan Arancia 2
Arancia menatap sekeliling. Ruangan luas namun kosong dan dingin. Hanya ia yang tinggal di Mansion yang begitu besar nan luas. Gadis cantik itu tampak menghela nafasnya sedih, "Sampai kapan aku akan seperti ini? Aku tidak bisa bekerja, tidak bisa pula menengok ayah. Bagaimana kabarnya saat ini, apakah ia baik-baik saja? Ayah maafkan Ara, karena Ara belum bisa menengok ayah, Ara rindu," lirihnya. Tidak terasa air mata jatuh membasahi kedua pipi mulusnya. Ia terduduk di lantai yang dingin itu seraya menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Hidupnya terasa kosong, padahal baru beberapa hari ia menikah. Namun, Arancia tidak pernah bertemu kembali dengan pria yang menjadi suaminya. "Kamu dimana? Akan bagaimana nasib pernikahan ini? Sedangkan nahkoda kapalnya tidak ada." Sementara itu, di lain sisi Kevan melihat aktivitas Arancia di tablet yang tengah ia pegang. Rencananya beberapa hari ke depan ia akan melakukan operasi wajah
last updateLast Updated : 2024-01-13
Read more
Bab 7 -Operasi
"Mari tuan, dan tolong maafkan saya karena harus menyentuh anda," ucap seorang dokter paruh baya pada Kevan. Ia sengaja meminta izin, karena tahu jika orang yang akan ia operasi tidak suka jika sembarangan orang menyentuhnya. Maka dirinya mencari aman, sebelum pria itu mengamuk. Kevan hanya menganggukkan kepalanya, tanpa mengeluarkan suaranya. Atmosfer ruang operasi begitu terasa tegang. "Lakukan," ucap Kevan dingin. Dokter paruh baya itu menyuntikkan obat supaya Kevan tertidur. Operasi ini harus berhasil karena jika tak berhasil, tidak hanya pekerjaan mereka yang akan menjadi jaminannya. Namun, nyawa mereka pun akan melayang jika sampai melakukan kesalahan. Kevan menginginkan wajahnya yang dulu kembali. Dia tidak mau sedikitpun ada yang berubah. Oleh karena itu, mereka para dokter berserta perawatnya begitu tegang. "Baiklah, kita mulai operasi ini. Dan kita berdoa supaya semuanya di lancarkan, relax dan fokus," ucapnya.
last updateLast Updated : 2024-01-14
Read more
Kepulangan Kevan
Satu bulan kemudian .... "Ini sudah satu bulan, tetapi lelaki itu belum juga datang. Ya Tuhan, kehidupan rumah tangga seperti apa yang tengah aku lalui ini?" lirih Arancia. Ya Arancia pikir, ketika ia pertama kali keluar dari Mansion ini tanpa izin dari suaminya. Arancia mengira suaminya akan langsung datang sebab ia pergi tanpa seizinnya. Namun, semua itu ternyata hanya harapan kosong belaka. Arancia terlalu mengharapkan pernikahan ini akan berjalan seperti yang lainnya. Meskipun ia hanyalah seorang pengantin pengganti. "Ayah, Ara rindu. Maafkan Ara belum bisa menemui ayah. Entah bagaimana kabar ayah," gumam Arancia. Saat ini, ia tengah berada di taman belakang sehingga ia tidak mengetahui kedatangan Kevan beserta para anak buahnya. Lelaki itu masih memakai topeng, sengaja ia tidak ingin memperlihatkan wajahnya. Kevan tampak turun dari dalam mobilnya, mata tajamnya menelisik keadaan Mansion yang sepi. Alisnya tampak terangk
last updateLast Updated : 2024-01-17
Read more
Bab 9 - Di Kurung
"Aku mohon lepaskan aku, tolong," pinta Arancia mengiba pada Kevan. "Aku mohon jangan kurung aku di gudang, salahku apa padamu," lanjut Arancia lirih. Tubuh ringkihnya di tarik dengan kuat oleh para bodyguard Kevan. Tubuh ringkih Arancia mencoba berontak, namun semua itu percuma. Cekalan tangan para pria bertubuh besar itu begitu kuat. Tenaga Arancia kalah oleh tenaga mereka. "Ya Allah, Ya Tuhanku. Aku hanya berpasrah padamu. Tolong tunjukkan kebesaranmu untukku, hamba-Mu yang begitu lemah," batin Arancia bersenandika. Brukk Tubuh ringkih Arancia di lempar dengan sangat kasar, di atas lantai dingin gudang milik Kevan. Air mata membasahi kedua pipi Arancia. Tubuhnya bergetar hebat, keadaan gudang begitu gelap. Tempat yang paling Arancia benci. "Hikz, ibu ... tolong aku. Di sini gelap," ucapnya begitu pelan. Arancia memeluk tubuhnya sendiri, menenggelamkan kepalanya di antara kedua lututnya. Tangisan begitu pilu terdengar
last updateLast Updated : 2024-01-18
Read more
Bab 10 - Kabar Duka
"Sakit," lirih Arancia. "Ibu, tolong Ara, ayah," gumam Arancia. Setelah di siram oleh Kevan, tubuh Arancia semakin mengigil. Ia masih berada di dalam gudang yang gelap dan pengap. Entah sampai kapan Kevan akan membiarkannya di gudang. "Hikz, badanku sakit. Dingin." Sementara Kevan, ia tengah memakan makanannya. Di ruang makan yang mewah nan luas itu. Tidak lupa topeng masih menempel di wajah tampannya itu. Belum ada yang mengetahui bagaimana wajah asli Kevan. Setelah menyelesaikan makannya, Kevan pun beranjak dari kursinya. "Siapkan mobil, aku akan mengunjungi rumah mertuaku," ucap Kevan dingin. Sang bodyguard mengangguk. Kevan pun menunggu di beranda depan. Beberapa saat kemudian .... Mobil mewah itu melaju dengan anggunnya, membelah jalanan di hari itu. Kevan menatap jalanan yang kebetulan ramai. Ingatannya melayang ke kejadian hari pernikahannya, andai saja Zahra mau menikah dengannya.
last updateLast Updated : 2024-01-19
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status