ADA BAYI SEPULANG DARI LUAR NEGERI

ADA BAYI SEPULANG DARI LUAR NEGERI

Oleh:  ananda zhia  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
30Bab
11.2KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Naimah terkejut setelah pulang dari luar negeri selama lima tahun, dia mendapati fakta bahwa Larsono, suaminya menikah lagi dengan Titin setelah mengajukan cerai ghaib. Bahkan Larsono juga merebut hak asuh Danang, anak Naimah dan Larsono satu-satunya. Naimah yang tidak tinggal diam segera mencari pengacara untuk mengurus harta gono-gini dan merebut hak asuh Danang dari mantan suaminya. Sementara itu Larsono harus menerima kenyataan pahit, bahwa anak dalam kandungan Titin, adik ipar yang sekarang menjadi istrinya bukan lah anak kandungnya. Pembalasan dimulai dan Larsono serta Titin pun jatuh bangkrut karena rencana Naimah.

Lihat lebih banyak
ADA BAYI SEPULANG DARI LUAR NEGERI Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
30 Bab

bab 1. Tendangan Maut Sang Istri

"Naimah? Ka-kamu sudah pulang?" tanya mertuaku kaget."Iya Bu. Saya kangen dengan Mas Larsono. Kemana dia sekarang?"Ibu mertuaku tampak menatapku lama. "Kamu duduk dulu. Ibu buatin teh dulu ya."Aku melebarkan pandangan mata ke arah rumah. "Wah rumah ini semakin bagus ya. Alhamdulillah, ternyata uang dari saya ada gunanya.""Itu kamar mas Larsono kan? Nggak banyak berubah ya?" tanyaku seraya menunjuk ke sebuah kamar yang dekat dengan ruang tengah.Aku berdiri dari ruang tamu dan melangkah menuju kamarku dan Mas Larsono yang telah kutinggalkan selama lima tahun."Jangan! Mau apa kamu kesana?" tanya mertuaku kaget sambil menarik lengan ku. "Lho, Bu. Rumah ini kan rumahku?! Walaupun sudah kutinggal selama 5 tahun, tapi rumah ini tetap rumahku kan? Masa aku nggak boleh ke kamar tidurku sendiri?""Nanti. Kamu nunggu Larsono saja!" ketus mertuaku.Aku mengerutkan dahi. "Kenapa? Apa ada yang kalian sembunyikan?!" "Eng-gak ada. Nanti nunggu Larsono pulang dulu!"Aku menghela nafas kesal.
Baca selengkapnya

Bab 2. Mengusir Para Benalu

"Sayang, kamu pilih ikut bapak dengan tante dan nenek, atau kamu tetap tinggal di sini dengan ibu kamu?"Aku mendelik. Seenaknya saja mas Larsono akan merebut Danang setelah apa yang dia lakukan padaku."Apa-apaan kamu, Mas? Tentu saja anak yang belum dewasa ikut ibunya. Lagipula aku tidak mau anakku ikut kalian yang tak punya hati!"Mas Larsono tertawa lebar. "Oh, ya. Tunggu sebentar."Mas Larsono berbisik ke arah Titin. Titin mengangguk lalu membuka kopernya, mengambil beberapa berkas dalam lipatan dalam kopernya lalu menunjukkannya padaku. Aku mendelik dan jantungku nyaris terlepas dari rongganya. Berkas yang ditunjukkan oleh Titin berisi fotokopi akta cerai, fotokopi surat nikah dan KK terbaru milik mas Larsono. Kartu keluarga milik mas Larsono yang tertulis dengan jelas nama anggota mas Larsono dengan Titin, Danang, dan Febi. Bayi mereka. "Kamu sudah merencanakan ini semua, Mas? Kamu sengaja usir aku ke luar negeri demi nikah dengan adikku?" tanyaku tak percaya. "Awalnya tida
Baca selengkapnya

bab 3. Kuviralkan Kamu, Mas!

Aku berdiri dan menuju ke arah kardus yang tadi juga kubawa pulang bersama koper. Para tetangga kulihat berbinar saat aku mengeluarkan isinya. "Bu, saya ada beberapa oleh-oleh kue dan aksesoris khas Taiwan. Jadi ini dibagi yang rata ya.""Terima kasih mbak Nai. Semoga urusan mbak Nai dilancarkan Allah. Dan Larsono serta Titin mendapat hukuman yang layak," ujar ibu-ibu tetangga setelah aku membagi oleh-oleh pada mereka. "Nai, kamu yang kuat ya, kalau butuh bantuan atau informasi apapun, kamu tanya saja sama saya."Aku mengangguk dan tak lupa mengucapkan terimakasih saat Bu Joko dan para tetangga lainnya pamit pulang. *"Enak makanannya?" tanyaku mengelus rambut Danang. Aku baru saja memesan aneka makanan online. Ada kebab, hottang, corndog dan es lumut. "Hm, enak banget, Buk."Aku menatap Danang yang sedang asyik menikmati makanannya."Apa kamu juga sering makan seperti ini saat ibu tidak ada?" tanyaku lagi. Danang seketika menggeleng. Matanya menatapku lama. "Waktu itu nenek dan
Baca selengkapnya

bab 4. Beli Motor Baru

Mata Danang masih menyiratkan kebingungan. "Nanti kalau sudah gede, kamu akan tahu, Nak."Danang hanya mengangguk dan tidak mengajukan pertanyaan lagi. Suasana hening sejenak. Hanya ponselku yang bergetar berulang kali. Pasti banyak notifikasi masuk. Kuacuhkan saja ponselku hingga kendaraan yang kami naiki sampai di depan toko emas. "Ayo masuk, Nak."Aku menggandeng tangan Danang dan masuk ke toko emas itu dengan percaya diri. "Nai!""Hai Nikita!"Nikita, perempuan berwajah oriental pemilik toko emas itu menyambutku. "Kapan kamu pulang ke Indonesia?" tanya Nikita sambil menjabat tanganku dengan erat. "Hhh, baru saja."Nikita menatapku iba. "Aku sudah melihat semuanya. Apa yang kamu posting itu benar?"Aku mengangguk. "Iya. Suamiku telah menceraikanku dan menikah dengan adik kandungku."Nikita mendelik. "Kurang aj*r! Kamu harus balas dendam. Minimal kamu harus sukses untuk melihat mereka menyesal telah jahat padamu!" Suara Nikita terdengar berapi-api. "Tentu saja. Karena itu aku
Baca selengkapnya

bab 5. Permintaan Larsono

Aku menyeringai. "Oh, ya. Kalau begitu akan kuadukan kamu juga. Manipulasi perceraian kita. Dengan sangat jelas selama lima tahun aku masih memberikan hasil keringatku padamu. Dan kamu tahu pasti aku kerja di negara mana. Tiap dua Minggu, aku sempatkan telepon, tapi kamu justru mengajukan cerai ghaib."Terlihat raut wajah mas Larsono yang terkejut. "Kamu kira aku bo doh dan akan menangis saja melihat kamu mempermainkanku, Mas? Jangan ngarep. Sori Mas. Dulu memang aku berpendapat kalau mematuhi suami itu merupakan kunci syurga sang istri dan aku pun setuju saat kamu menyuruhku ke luar negeri. Tapi sekarang, enggak akan lagi. Nggak sudi aku jadi sapi perahmu, Mas!""Oh, jadi kamu nggak akan menghapus dan nggak akan klarifikasi soal Titin dan aku?" tanya mas Larsono geram. "Ya. Kenapa? Mau protes?""Kalau begitu siap-siap saja kamu kalau aku bawa pengacara dan mempolisikan kamu, Nai!""Polisi? Siapa yang akan ditangkap polisi, Buk?" tanya Danang takut. Lihatlah mantan suamiku ini, tel
Baca selengkapnya

bab 6.Awal Mula

Flash back on.Hujan menderas yang membuat suasana menjelang Maghrib semakin terasa muram. Aku melihat jam dinding yang menempel di tembok seraya menenangkan Danang yang baru saja disapih."Duh, kok belum pulang sih mas Larsono. Sudah hampir maghrib. Biasanya jam setengah lima sudah pulang," gumamku sambil menggendong Danang. Mendadak ponsel ku berdering. Dengan cepat aku meraih ponsel di saku daster. "Halo.""Halo, Bu. Ini dari kepolisian. Apa ibu adalah keluarga bapak Larsono?""Iya, Pak. Saya istrinya." Hatiku mulai berdebar tidak karuan."Jadi begini, Bu. Suami ibu mengalami kecelakaan tunggal dan sekarang di rumah sakit Harapan Sehat. Diharap ibu segera kemari."Aku terdiam. Tercengang selama beberapa detik. "Halo, Bu. Bu. Ini dengan Bu Naimah bukan?" "Astaghfirullah, iya Pak. Apa suami saya baik-baik saja?""Suami ibu sepertinya mengebut dan ban motornya selip karena melewati aspal yang berlubang dan terdapat air. Lalu terpental jauh menimpa trotoar. Menurut dokternya haru
Baca selengkapnya

bab 7. Hamil di Luar Nikah

Flash back on"Alhamdulillah, kamu sudah bisa jalan pelan-pelan, Mas." Aku menyuguhkan teh dan sepiring pisang goreng di sore hari setelah seminggu mas Larsono pulang dari rumah sakit. Mas Larsono tersenyum kecut. "Aku bingung bagaimana kita akan melanjutkan hidup setelah ini."Aku menghela nafas panjang. Bingung juga. "Apa kamu tahu, Nai, kakiku terasa ngilu bila menapak terlalu lama. Aku tidak bisa berdiri dan berjalan terlalu lama. Rasanya terlalu ngilu," keluh mas Larsono. Aku terdiam. Memikirkan jalan keluar untuk masalah ini. Sementara kami harus menebus sertifikat tanah milik Titin juga memberikan makan pada lima perut. Huft, berat. **Dua bulan berlalu setelah mas Larsono keluar dari rumah sakit. Kakinya masih terasa ngilu untuk berdiri dan berjalan terlalu lama. Dia pernah mencoba melakoni berbagai pekerjaan. Tapi tidak ada yang bisa bertahan lama. Pernah menjadi kuli angkut pasar, tapi kakinya terasa sakit. Pernah menjadi penjaga di toko milik sepupu tapi kakinya juga
Baca selengkapnya

bab 8. Kebenaran yang Menyakitkan

Flash back onPov LarsonoAku merindukan Naimah. Jujur aku masih normal. Dan ingin merasakan sentuhannya lagi. Akhirnya aku terpaksa melakukannya sendiri. Biarlah, daripada aku harus mengkhianati istriku yang selalu mengirimi uang tiap bulannya. Uang yang dikirimkan oleh Naimah bisa kumanfaatkan sebaik-baiknya. Ada warung bakso di teras rumah milik Titin. Yang kudesain lesehan agar tidak banyak biaya.Lalu sertifikat tanah milik Titin yang sudah berhasil kuambil lagi. Bahkan sekarang aku bisa membangun sebuah toko sembako kecil yang lumayan lengkap dengan aneka kebutuhan dapur, aneka snack dan es lumut yang dikelola ibu. Aku dan Titin juga semakin akrab. Dia memang sudah kuanggap sebagai adik sendiri. Bahkan uang hasil toko, dia juga tahu. Aku sering mengantarkannya ke pasar untuk menggiling daging bakso. Tak kuhiraukan pandangan tetangga padaku dan Titin, karena aku juga tidak pernah berpikir yang aneh-aneh tentang Titin yang sudah punya pacar. Sementara kondisi kakiku semakin la
Baca selengkapnya

bab 9. Tes DNA

[Dasar pelakor nggak tahu malu.][Mbak pelakor yang terhormat, kenapa kamu tega sekali dengan kakak kandungmu.][Mbak pelakor jahan*m! Jangan harap kakak ipar yang menjadi suami kamu sekarang rejeki selancar kemarin. Mna ada rejekinya maling yang berkah?!][Situ emang nggak laku ya?! Sampai mau sama suami kakak sendiri? Duda sama bujang banyak kan?]Titin mendengkus kesal membaca inbok yang menyerbu akun media sosial nya. Buru-buru dia menutup akunnya. "Astaga, kenapa sih orang-orang ini mengurusi hidupku? Ini gara-gara mbak Naimah!" gerutu Titin yang saat itu sedang menggoreng ayam. "Titin! Titin! Kamu dimana?"Mendadak terdengar suara Larsono yang memanggil-manggil namanya.Titin yang terkejut segera mengecilkan kompornya."Aku di dapur, Bang. Ada apa?" tanya Titin gugup. Dia segera mencuci tangan dan bergegas mencari Larsono. "Katakan yang sebenarnya, siapa bapak dari Febi?" tanya Larsono begitu Titin ada di depannya. Titin tercengang. Dia memandang wajah Febi yang sedang berada
Baca selengkapnya

bab 10. Nikah Ulang

"Mas, aku bisa jelasin.""Mau jelasin apalagi? Semua yang tertulis di kertas itu sudah bisa menjelaskan segalanya!""Tes DNA itu pasti salah!"Larsono mendelik. "Jadi, kamu sekarang justru menyalahkan orang lain?"Titin terdiam."Aku minta maaf, Mas. Aku memang salah. Aku khilaf. Tapi bukankah kita sudah saling memanfaatkan?Kamu memanfaatkan hasil bekerja kakakku, kamu memanfaatkan aku untuk memuaskanmu, apa salahnya jika aku menginginkan ayah dari bayimu?!" tanya Titin nyaris berteriak. "Siapa ayah dari bayi kamu?!" tanya Larsono dingin."Di-Dimas.""Sudah kuduga. Dia tidak mau menikahimu sehingga kamu membutuhkan kambing hitam untuk menjadi bapaknya.""Kambing hitam apanya? Kan kamu juga bisa mendirikan toko seperti ini diatas tanahku, Mas? Apa kamu pikir aku diam saja dan tidak berguna selama ini? Kalau kamu menceraikanku, aku minta uang dari tanahku, SEKARANG!" teriak Titin. Larsono terdiam. "Kenapa kamu diam saja, Mas? Kamu nggak ada uang kan? Nggak ada uang untuk bayar tanah
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status