"Brengsek!" Hanzero melempar Ponselnya. Pria itu duduk lemas meremas rambutnya. Hari Pernikahan hanya tinggal hitungan hari, lalu kekasihnya pergi meninggalkannya dengan laki laki lain. Apa yang harus Hanzero lakukan sekarang untuk menyelamatkan nama baiknya? Seorang Hanzero, Presdir Perusahaan Jaya Dipa, mana mungkin gagal menikah karena dikhianati? Arumi, wanita bersuami kejam yang gemar berjudi dan main perempuan ini. Harus menjadi korban kekejaman suaminya. Diceraikan dan jual hanya untuk menebus hutang hutang suaminya. Kedua orang ini bertemu dalam keadaan sama sama terluka. Hanzero melempar sebuah surat perjanjian untuk Arumi. "Menikah Kontrak denganku! Maka kau bisa menyelamatkan nama baikku dan sebagai imbalannya aku akan menganggap hutangmu padaku saat aku menebusmu dari pria brengsek itu lunas." Tidak punya pilihan lain, Arumi hanya bisa mengangguk karena dia juga tidak mungkin sanggup untuk membayar hutangnya pada Hanzero.
View MoreSuara ketukan Palu dari sang Hakim beberapa saat yang lalu sudah mampu meluluh lantahkan Harapan Arumi. Dia tidak menyangka jika suaminya tega menceraikan dirinya tanpa alasan yang jelas. Namun ternyata bukan hanya itu luka yang diberikan suaminya padanya.
Baru saja dia melangkah keluar dari Gedung Kantor Pengadilan Agama, baru saja Arumi menghapus air matanya, seseorang sudah menyeretnya.
Arumi bahkan tidak sempat untuk berteriak meminta pertolongan karena seseorang yang dibantu beberapa orang lain itu sudah mendorongnya ke dalam sebuah Mobil dan membawanya ke sebuah tempat.
Tanpa menghiraukan jeritan Arumi yang terus meronta, Mereka melajukan mobil dengan sangat kilat. Ketika mobil berhenti di sebuah Rumah yang cukup besar, Mereka kembali menyeret Arumi untuk memasuki sebuah Ruangan.
"Mas Bryan!" Arumi sempat terkejut saat melihat pria yang sudah menjadi mantan Suaminya itu berada di ruangan ini. Ada seorang laki laki lain yang nampak tak asing bagi Arumi di hadapan mantan suaminya.
Bryan tersenyum datar ke arahnya dan beranjak mendekati.
"Rumi." Menyentuh pundak Arumi, namun wanita itu menepis segera dengan kasar.
"Hem.. Ayo duduklah dulu." Bryan menarik tangan Arumi.
"Kita tidak punya urusan lagi, setelah kau menceraikan aku!" Arumi menahan tangannya.
"E.. Siapa bilang. Kau masih ada tugas yang belum kau selesaikan." Tuding Bryan.
"Apalagi? Kau tidak puas sudah menghabiskan harta kita dan lalu menceraikan aku? Sekarang kau mau apa lagi?" Teriak Arumi.
"Jangan berteriak Arumi. Malu dengan Tuan Lubis." Ucap Bryan sambil menoleh pada Pria yang masih duduk tenang dengan memandangi Arumi tanpa henti.
Arumi langsung menoleh pada pria itu. Dadanya segera berdesir saat mengingat pria itu siapa. Tuan Lubis! Pria itu pernah beberapa kali bertandang ke Rumahnya saat suaminya tidak ada. Beberapa kali juga berusaha merayunya.
Ada apa ini? Kenapa suaminya menemukannya dengan Pria cabul itu? Perasaan Arumi mendadak tidak enak. Baru saja dia menerka nerka benar saja, apa yang dia khawatirkan sungguh terjadi.
"Kau ingin tau kenapa aku menceraikanmu?" Tiba tiba Bryan bertanya seperti itu pada Arumi.
"Tentu saja. Dan kau tidak memberiku penjelasan sedikitpun!"
Bryan terlihat menarik nafas, melangkah sedikit menjauh dari Arumi dan kemudian kembali mendekati. Pria itu mengusap wajahnya sendiri lalu mulai berbicara.
"Sebenarnya, aku juga tidak ingin menceraikan mu Arumi. Tapi mau bagaimana lagi. Ini syarat mutlak dari Tuan Lubis yang sudah membantuku."
Dua bola mata Arumi seketika terbelalak kaget. "Apa maksudmu??"
Bryan berdehem.
"Jadi begini. Tuan Lubis sudah membantu kita. Memberiku banyak uang untuk menebus semua hutang hutangku sehingga Perusahaan dan Rumah kita tidak jadi disita oleh Bank. Tapi dengan syarat aku harus menceraikanmu karena Tuan Lubis ingin Menikahimu dan menjadikanmu istri keempatnya. Ku harap kau bisa mengerti itu Arumi."
Enteng sekali pria ini berbicara. Arumi sungguh geram seketika.
"Mengerti katamu?? Itu semua adalah hutangmu akibat kau gemar berjudi dan main perempuan. Lalu aku kau jadikan Tumbal? Gampang sekali hidupmu!" Tuding Arumi dengan sangat marah.
"Lalu kau menolak?"
"Ya. Aku menolak. Aku tidak Sudi kau jual pada Pria itu. Urusanmu dengannya dan aku tidak terlibat!"
Bryan malah tertawa keras, Tuan Lubis pun ikut tertawa.
"Kau benar benar wanita bodoh Arumi." Bryan masih terkekeh, mengambil sebuah kertas dan melemparnya pada Arumi.
Tangan Arumi begitu bergetar untuk memungut kertas yang jatuh di lantai itu. Matanya terbelalak hebat ketika membacanya.
"Mana mungkin?Kau memalsukan tanda tanganku!"
"Kau bisa cek keasliannya. Itu bahkan sidik jari mu tertera disitu."
Air mata Arumi tumpah menatap berkas itu.
"Kau pasti mencurinya dariku!"
"Tepat sekali haha.. Saat kau tidur." Sahut Bryan.
"Aku tidak mau Mas! Tolong lepaskan aku. Aku tidak mau menikah dengannya!" Arumi kini histeris. Tapi Bryan tak peduli.
Bahkan saat Tuan Lubis mendekati Arumi dan menarik tubuh Arumi untuk memeluknya. Bryan malah terbahak bahak.
"Lepas brengsek! Lepas!" Arumi memberontak dari rengkuhan tangan Tuan Lubis.
"Aku suka perempuan binal seperti mu sayang. Kau akan menjadi istri kesayangan ku." Tuan Lubis menjilati telinga Arumi.
"Jangan harap! Aku tidak Sudi!" Arumi terus menghindari mulut liar Tuan Lubis. Tapi pria itu malah semakin brutal. Arumi menggigit lengan Tuan Lubis hingga terlepas pelukan Tuan Lubis. Arumi berusaha melarikan diri tapi Bryan cepat menangkapnya.
Beberapa pukulan mendarat di tubuh Arumi.
Tuan Lubis berteriak memanggil anak buahnya yang langsung menyergap Arumi.
"Bawa dia ke kamarnya!" Perintah Tuan Lubis.
Dua pria kekar itu pun menyeret Arumi.
Bryan hanya menyeringai, menepuk nepuk Jasnya. Dan menoleh pada Tuan Lubis.
"Arumi milikmu sekarang. Mana janjimu?"
"Tenang Bryan. Aku sudah menyiapkan." Tuan Lubis terlihat mengambil sesuatu di meja sana. Kemudian datang kembali pada Bryan dan meletakkan koper di atas meja.
"Ini milikmu! 20 Milyar!" Tuan Lubis membuka koper.
Mata Bryan langsung bersinar terang menatap gepokan uang merah itu. Senyumnya mengembang sempurna.
"Terimakasih." Bryan mengambil koper itu dan segera permisi dengan hati yang dipenuhi kebahagiaan. Melupakan penderitaan Arumi. Wanita yang sudah menemaninya selama lima tahun itu.
Di tempat lain!
"Brengsek! " Hanzero melempar Ponselnya sesaat setelah memeriksa pesan masuk.
Sekretaris Arpha menghampirinya dan melempar beberapa Foto serta bukti bukti di atas meja. Ada keterangan tentang Cek in di sebuah Hotel, tiket pesawat ke Luar Negeri dan beberapa Foto pasangan mesra. Hanzero memeriksa itu dan kembali melemparnya sembarangan.
"Selama ini anda mengetahui jika Pria itu adalah mantan kekasih Nona Vanya, ternyata itu salah. Mereka tidak pernah putus dan bahkan Nona Vanya sengaja mendekati Anda hanya untuk menjebak anda. Selain Hartamu, dia juga ingin mempermalukan Tuan Hanz seperti yang akan terjadi dua hari kedepan."
Hanzero meremas rambutnya.
"Aku sungguh tidak percaya jika Vanya seperti itu. Dia benar benar jalang!" Hanzero menggebrak meja.
"Maafkan aku Tuan. Aku tidak bisa meyakinkanmu." Ucap Sekretaris Arpha.
"Kau tidak bersalah Ar. Aku yang salah. Selama ini tidak mendengar nasehatmu dan Ucapan Ibu."
"Lalu apa yang akan kita lakukan Tuan Hanz? Dua hari lagi adalah hari Pernikahanmu. Apa kau akan membatalkannya?"
Wajah Hanzero benar benar memerah.
Sorot kecewa, sakit hati dan rasa bersalah cukup menghantamnya sekarang.
"Arg… Sial!" Dia berteriak. Membanting apa saja yang ada di hadapannya.
Hanzero nampak frustasi sekali. Bagaimana tidak, dua hari lagi adalah hari pernikahannya yang akan diadakan di hotel berbintang dengan para tamu orang orang kelas atas dari penjuru tanah air. Undangan sudah tersebar sejak seminggu yang lalu.
Lalu sekarang apa yang akan diperbuat? Tunangannya melarikan diri bersama Pacar gelapnya. Meninggalkan Hanzero hanya dengan sebatas chat kata Maaf, dan Selamat Tinggal sembari menyisipkan Emot tertawa.
Jika ia membatalkan Hari Pernikahan itu, lalu apa kata dunia. Dia akan malu, keluarga besarnya akan hancur. Nama besar Perusahaan Jaya Dipa akan tercoreng seketika.
_________
Hampir seperapat jam, akhirnya mobil Hanzero tiba di klinik.Hanz memarkirkan mobilnya.Hanz keluar, lalu memanggil suster untuk membantu Arumi.Dua orang suster mengikuti Hanz sampai mobil dengan membawa brankar.Tiba di mobil Hanz langsung menyuruh Mama keluar terlebih dulu, lalu setelahnya Hanzero membantu Arumi untuk keluar."Pelan pelan Hanz." ucap Mama.Perlahan Hanzero mengendong Arumi, lalu memindahkannya membaringkan tubuh Arumi di atas brankar.Kedua suster mendorong brankar masuk ke dalam klinik.Hanz selalu setia menemani, tanggannya menggenggam erat tangan Arumi, berjalan bersebelahan dengan brangkar. Sedangkan Mama mengikuti dari belakang.Tidak berapa lama tiba di ruang bersalin."Maaf. Yang bisa masuk hanya satu orang." ucap suster memberitahu."Kamu saja yang masuk, temani Arumi." ucap Mama pada Hanzero. Hanzero mengangguk lalu ikut masuk bersama suster.Mama tahu setiap istri yang melahirkan pasti ingin di temani suaminya, sama halnya dengan Mama dulu saat melahirkan
Arumi kontraksi!Arumi menunggu Hanz di dalam mobil. Arumi sudah tidak sabar untuk menyantap belalang goreng.Liurnya sudah ingin menetes membayangkan betapa renyahnya belalang berpadu gurih l,pedas manisnya bumbu.Uh! Pasti sangat nikmat.Ngidam yang ektrim bukan?Arumi pun baru kali ini sebenarnya, sebesar ini Arumi belum pernah merasakan namanya belalang goreng atau mungkin ini bawaan bayi? Entahlah!Hanz kembali kedalam mobil setelah mendapatkan apa yang di inginkan istrinya. Sebagai suami yang baik Hanz selalu melakukan apa saja yang membuat Arumi bahagia, asal itu tidak melanggar norma norma yang ada."Ini Sayang." Hanz mengulurkan tangan yang memegang satu cup berisi belalang goreng pedas manis.Hanz sendiri sebenarnya agak ngeli jika melihat melihat hewan sejenis belalang. Apa lagi untuk memakannya.Tidak dulu deh!Kres!Kres!Terdengar bunyi belalang saat Arumi mengunyahnya. Hanzero hanya menatapnya dengan tatapan aneh. Tidak berapa lama Hanz kembali tersadar, Ia pun menyala
Hoam. Arumi menutup mulutnya.Saat ini Arumi baru saja bagun tidur siang, Arumi tersenyum pertama kali ketika membuka mata pemandangan indah ada di hadapannya.Bagaimana tidak!Wajah Hanzero berada tepat di hadapan wajahnya. Malam tadi mereka tidur saling memeluk satu sama lainya.Arumi membelai wajah tampan Hanzero, hidung mancung, alis tebal ukiran wajah yang indah membuat ketampanan nya semakin bertambah.Semakin hari Arumi semakin memupuk cintanya hingga tumbuh subur di dalam hati.Ketika Arumi sedang fokus membelai wajah Hanzero, tiba tiba Hanzero membuka mata."Sudah puas belum, lihat suamimu yang tampan ini." goda Hanzero.Membuat Arumi reflek melepaskan tangannya.Pipinya pun memerah merona karena malu.Hanz suka melihat Arumi saat tersipu malu seperti saat ini." M_mas udah bangun." Arumi mengalihkan pembicaraan."Mas udah bangun sebelum kamu bangun tadi." jawab Hanzero, yang membuat Arumi membuka mulutnya lebar.' Ya ampun, berarti Mas Hanz tahu dong! Aku menciumnya tadi.' b
Lubis memperhatikan gambar yang di tunjuk Alika, raut wajahnya seketika berubah.Lubis memperhatikan foto USG yang ada di tangannya.Mata berbinar memancarkan kebahagian."Alika! Apa keponakan ku laki laki?" tanya Lubis dengan nada sangat bersemangat.Alika mengangguk."Ia Mas, menurut hasil USG ini bayi Vanya berjenis kelamin laki laki." "Haah!" Lubis memeluk Alika dengan penuh rasa bahagia."Alika, Aku sungguh bahagia mendengar kabar ini." ucap Lubis yang masih memeluk Alika erat.Sedari dulu Lubis memang sangat menginginkan bayi laki laki, namun Tuhan belum menghendakinya.Dan sekarang!Lubis akan memiliki keponakan laki laki. ______Hubungan Lubis dan Hanzero berangsur membaik setelah kejadian tempo lalu. Bukan hanya dari hubungan bisnis saja tapi di kehidupan pribadinya juga.Arumi sering mengajak berkunjung ke kediaman Lubis untuk sekedar menjenguk Vanya.Walau Vanya sendiri tidak pernah berinteraksi langsung dengan Arumi. Karena memang Vanya banyak melupakan orang orang di
Dokter Lidia tersenyum, lalu pandangannya mengarah ke layar. "Sepertinya Dede bayi masih malu malu, tuh liat di sembunyikan." ucap Dokter Lidia terkikik pelan.Posisi bayi saat ini sedikit memiringkan tubuhnya hingga bagian alat kelaminnya tertutupi.Hanzero dan Arumi menarik sudut bibirnya mengukir sebuah senyuman.Ini yang pertama bagi Arumi dan Hanzero jadi mereka begitu bahagia saat mendengar detak jantung bayinya untuk yang pertama kali.Di dukung dengan fasilitas kesehatan yang sudah canggih, bisa melakukan USG 3 Dimensi."Sepertinya memang seperti itu Dok." ucap Hanzero.Setelah pemeriksaan selesai, Arumi kembali duduk.Dokter Lidia menjelaskan apa apa saja yang boleh Arumi lakukan.Setelah selesai Arumi dan Hanz keluar ruangan Dokter.Hanz mengandeng Arumi, berjalan hendak keluar."Hanzero tunggu!" panggil seseorang dari belakang.Hanz menghentikan langkahnya, begitu juga Arumi. Kedua nya berbalik.Lubis! batin Hanzero.Arumi menyikut pelan lengan Hanzero."Mau apa dia Mas? bis
Pemberitaan pagi ini di penuhi pemberitaan tentang klarifikasi Hanzero kemarin malam. Berbagai judul yang muncul membuat Hanz geleng geleng kepala.‘Klarifikasi mantan tunangan vanya terkait skandal viralnya’‘Mantan tunangan Vanya tidak mau ikut campur’Masih banyak lagi judul pemberitaan yang menurut Hanz sangat tidak penting.Semenjak vidionya viral, Vanya bukan hnaya kehilangan pekerjaannya sebagai model. Banyak PH yang memutus hubungan kerja sepihak.Hal itu membuat Vanya frustasi, bahkan Vanya harus menanggung malu atas perbuatannya sendiri. Dan semenjak itu Vanya tidak menunjukan batang hidungnya, karena setiap hari banyak wartawan di depan rumah Lubis, bahkan Lubis sampai menambah penjaga untuk mengaja keamanan rumahnya.Bukan hanya Vanya yang menanggung akibatnya, tapi Lubis ikut menangung imbas dari kelakuan adik perempuannya.Setelah berita Vanya naik ke permukaan banyak insvertornya yang memutus buhungan kerja sama mereka. Walau Lubis sudah berusaha menjelaskan namun mere
Hanzero mulai kesal, para wartawan tidak ada satupun yang pergi, mereka masih menunggu Hanzero."Arp. Kita pulang sekarang, jika menunggu mereka mau sampai kapan?" Hanzero mulai putus asa.Hanzero sudah menunggu dari jam tujuh malam dan sekarang sudah pukul sembilan, selama itu Hanzero menunggu."Baik Tuan, tapi satu satunya jalan. Tuan harus menghadapi mereka." "Tidak ada pilihan!" hanya itu yang keluar dari mulut Hanzero.Hanzero melangkahkan kaki keluar dari ruangannya diikuti Arpha.Keduanya berjalan, melewati lorong. Tibanya di di ujung lorong tepatnya dimana pintu lift berada.Arpha dengan cekatan menekan tombol 1 dimana lantai dasar berada.Tring!Pintu lift terbuka, Hanzero bersama Arpha masuk.Pintu lift tertutup, membawa Hanz dan Arpha menuju lantai dasar gedung.Beberapa menit kemudian Hanz bersama Arpha, tiba di lantai bawah.Setelah pintu terbuka, Hanz bersama Arpha keluar.Para wartawan yang melihat pun langsung heboh."Lihat! Itu Tuan Hanzero keluar!" Teriak salah sat
Pagi ini dihebohkan dengan berita Viral seorang model hamil di luar nikah.Bahkan vidionya sudah tersebar di berbagai aplikasi di medsos.Berita di TV pagi ini hanya semua membahas Vidio Viral yang beredar, dalam waktu semalam Vidio itu sudah tersebar luas dan menjadi trending no 1.Vidio berdurasi beberapa menit itu menampilkan seorang wanita sedang memohon dan meraung pada seorang pria, tapi pria tersebut tidak mempedulikannya bahkan meninggalkan wanita itu.Suara si wanita pun terdengar sangat jelas, bahkan wajahnya terekspos dengan sempurna.Ya! Wanita itu adalah Vanya.Tanpa di sadari semalam ada seorang wartawan yang kebetulan sedang berada di situ.Keberuntungan bagi seorang wartawan mendapat berita sepanas ini.Namun kehancuran bagi Vanya, bukan hanya nama baiknya yang tercoreng tapi karirnya pun akan ikut hancur."Mas!" teriak Alika, begitu sampai di kamar."Kenapa? Pagi pagi sudah ribut!" bentak Lubis yang baru saja keluar kamar mandi.Alika mengambil napas sebelum kembali b
Vanya masih saja mengelak tidak mau mengakui kebenarannya.Lubis mulai jengah.Lalu Alika yang sedari diam, mulai berbicara."Lebih baik sekarang kita cek ke Dokter, untuk memastikan kebenarannya jika Vanya beneran hamil atau tidak. Jika terbukti Vanya hamil maka, kamu Mas." Tunjuknya pada Lubis."Harus segera menikahkan Vanya dengan laki laki yang sudah menghamilinya sebelum publik tahu dan akan mencoreng nama baik mu dan keluarga." Vanya menggeleng.Jika ke rumah sakit pasti akan ketahuan. Batin Vanya.Aku harus mencari alasan untuk ini. Lagi pula aku belum memberitahu David soal kehamilanku."Aku gak mau ke Dokter!" Tolak Vanya."Lagipula aku tidak hamil, aku hanya sedang tidak enak badan." Elak Vanya."Aku hanya butuh istirahat. Itu saja!" Vanya berdiri dan langsung pergi meninggalkan Lubis dan Alika."Vanya! Aku belum selesai berbicara!" Teriak Lubis, namun Vanya tidak menghiraukan dan melanjutkan langkahnya.Sampai di kamar Vanya mendudukan diri di pinggir tempat tidur.Sungguh
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments