Beranda / Rumah Tangga / ADA BAYI SEPULANG DARI LUAR NEGERI / bab 1. Tendangan Maut Sang Istri

Share

ADA BAYI SEPULANG DARI LUAR NEGERI
ADA BAYI SEPULANG DARI LUAR NEGERI
Penulis: ananda zhia

bab 1. Tendangan Maut Sang Istri

Penulis: ananda zhia
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-17 09:10:26

"Naimah? Ka-kamu sudah pulang?" tanya mertuaku kaget.

"Iya Bu. Saya kangen dengan Mas Larsono. Kemana dia sekarang?"

Ibu mertuaku tampak menatapku lama. "Kamu duduk dulu. Ibu buatin teh dulu ya."

Aku melebarkan pandangan mata ke arah rumah. "Wah rumah ini semakin bagus ya. Alhamdulillah, ternyata uang dari saya ada gunanya."

"Itu kamar mas Larsono kan? Nggak banyak berubah ya?" tanyaku seraya menunjuk ke sebuah kamar yang dekat dengan ruang tengah.

Aku berdiri dari ruang tamu dan melangkah menuju kamarku dan Mas Larsono yang telah kutinggalkan selama lima tahun.

"Jangan! Mau apa kamu kesana?" tanya mertuaku kaget sambil menarik lengan ku.

"Lho, Bu. Rumah ini kan rumahku?! Walaupun sudah kutinggal selama 5 tahun, tapi rumah ini tetap rumahku kan? Masa aku nggak boleh ke kamar tidurku sendiri?"

"Nanti. Kamu nunggu Larsono saja!" ketus mertuaku.

Aku mengerutkan dahi.

"Kenapa? Apa ada yang kalian sembunyikan?!"

"Eng-gak ada. Nanti nunggu Larsono pulang dulu!"

Aku menghela nafas kesal. "Bu, saya itu capek lho. Datang dari luar negeri dan langsung ke rumah untuk ketemu dengan mas Larsono tapi kok malah seperti ini sambutan nya?"

Belum sempat ibu mertuaku menyahut, aku langsung berlari menuju ke kamarku.

"Naimah!"

"Astaghfirullah, apa ini? Siapa tinggal disini?" tanyaku bingung.

Niatku memberikan surprise tapi ternyata aku yang terkejut melihat aneka baju, bedong, dan popok bayi teronggok di kasur.

"Ini punya siapa, Buk? Nggak mungkin kalau punya Danang kan? Danang pasti sudah berusia 7 tahun!" teriakku membuat mertuaku terkejut.

"Tunggu, Nai. Jangan marah-marah dulu. Kita nunggu kedatangan Larsono ya?"

"Kalau benar mas Larsono nikah lagi saat saya di luar negeri, saya akan mengusir kalian semua!"

Wajah mertuaku memucat. Dan sebelum sempat menanggapinya, terdengar suara dari arah depan.

"Danang pulang, Nek!"

Danang dan aku terdiam sekian detik. Lalu bibir kecilnya menyuarakan namaku.

"Ibuk?!"

"Iya sayang. Ini Ibuk."

Aku berlutut menyamai tinggi Danang. Bocah itu terlihat ragu saat menghampiriku.

"Ini Ibu, Nang. Kan kita sering video call!"

Aku memeluk nya lebih dulu. Dan Danang balas memelukku erat.

"Ibuk, Danang kangen!"

"Ibuk juga, Sayang. Mana bapakmu?"

"Mungkin sedang mengajak adek bayi jalan-jalan."

"Adek bayi?"

"Iya. Lucu sekali adeknya. Cantik!"

Sebelum aku sempat menanggapi, terdengar suara dari arah pintu. Suara mas Larsono.

"Assalamualaikum. Lho, Nai .. mah?"

Aku pun juga kaget karena bayi yang digendong mas Larsono.

"Mas! Anak siapa yang kamu gendong itu?!" seruku marah.

Dan aku lebih marah lagi saat melihat seorang perempuan di belakang mas Larsono.

"Dia anakku dengan mas Larsono, Mbak," sahut Titin, adik kandungku.

Aku segera maju dan mendekat ke arah mas Larsono lalu menampar pipinya.

Plakkk!

Dan menghantam organ intimnya!

Hakdesh!

"Aawww!" jerit mas Larsono memegang organ intimnya dengan kanan. Tangan kirinya yang memegang bayi oleng.

"Abang!"

Titin menangkap tubuh mas Larsono sedangkan mertuaku menangkap bayi Titin. Mertuaku segera menjauh dengan bayi dalam gendongannya.

Ada yang meremas hati saat melihat persatuan mereka. Aku yang sengaja memberi kejutan dengan pulang beberapa bulan lebih cepat dari waktu kujanjikan, ternyata aku yang terkejut dengan perbuatan mas Larsono. Jadi seperti ini rasanya dikhianati. Dimanfaatkan dan ditusuk dari belakang. Sakit. Ya Tuhan! Sungguh sakit.

Aku maju dan mengangkat tanganku hendak menampar pipi mas Larsono yang sedang duduk kesakitan menutup area intimnya.

Tapi dengan kasar, Mas Larsono menepis tanganku dengan satu tangan.

"Kenapa nggak mau ditampar lagi, ha?Sakit kah rasanya?! Asal kamu tahu, sakit nya tamparan pipi dan bu rung kamu gak separah sakit hatiku!" teriakku kencang.

"Mbak! Yang sopan ngomong sama mas Larsono!" seru Titin.

Plaakk!

Plakkkk!

"Aduh!"

Segera kulayangkan tamparan pula kedua pipi adikku. Dia meringis menahan sakit.

"Hentikan! Jangan kasar kamu sama adik kamu!" Mas Larsono memeluk Titin di depanku.

"Astaga! Kalian semua gi la atau nggak punya hati? Aku siang malam capek cari uang, kalian malah kawin?? Ceraikan aku sekarang dan pergi dari rumah ku!"

"Kita memang sudah resmi berpisah, Nai."

Aku mendelik. "Kapan?! Jangan-jangan kamu ..!"

"Ya, aku mengurus cerai ghaib di pengadilan agama melalui bantuan temanku yang pengacara. Kalau tidak percaya, aku punya akta cerai kita." Mas Larsono menyeringai lebar.

"Iya Mbak. Kita sudah menikah secara sah."

"Kamu pergi terlalu lama, Nai. Aku butuh nafkah batin, dan kamu tidak bisa memberikannya!"

"Heh, jaga mulut kamu, Mas. Kamu yang dulu menyuruh aku jadi TKW. Dan kamu akan setia menungguku pulang dengan merawat Danang, kenapa sekarang kamu nyalahin aku?!?

Kalau aku tahu kamu bakal kawin sama adikku, mending kamu aja dulu yang kerja keluar negeri!"

"Kenapa harus aku yang kerja di luar negeri? Lebih baik aku di rumah dan nunggu duit dari kamu untuk bangun warung sembako. Buat apa punya istri tangguh kalau nggak dikirim kerja ke luar negeri?" tanya mas Larsono penuh kemenangan.

"Kamu!"

Aku menjambak rambutnya sekuat tenaga dengan gerakan cepat kuarahkan kepalanya ke arah lututku.

Buaakkh!

Mas Larsono terhuyung sejenak. Namun kemudian, mas Larsono segera menangkap pergelangan tanganku dan menghempaskan tubuhku ke lantai. Matanya melotot.

"Hentikan! Kamu istri yang bar-bar dan tidak berpendidikan. Beda sekali dengan Titin. Lihat Danang, dia sampai ketakutan!"

Dadaku sesak. Mataku memanas. Kutahan agar tak tumpah sekuat mungkin. Aku beringsut memeluk Danang. Menenangkannya yang terlihat bingung.

"Aku bar-bar katamu? Nggak berpendidikan katamu? Lihatlah, istri yang tidak berpendidikan ini yang bekerja keras menghidupi kalian. Kalian makan dari hasil kerja kerasku. Pergi kalian dari sini!"

Mas Larsono tersenyum aneh. "Kita memang akan segera pergi. Tapi asal kamu ingat, Nai, kamu sudah memberikan banyak uang untuk kami.

Aku bisa membuat toko sembako kecil dan beli mobil walaupun masih nyicil dengan uang yang kamu berikan padaku. Hahaha, terimakasih ya!"

Lelaki itu kemudian menatap ke arah Titin dan mertuanya. Sedangkan aku terdiam mematung.

Titin dan mantan mertuaku segera menuju ke kamar masing-masing untuk berkemas meninggalkan rumah.

Aku melepas pelukanku dari Danang dan menuju ke arah mas Larsono. Aku menatap matanya lekat dan berbisik lirih.

"Asyu kamu, Mas. Sekarang kamu mungkin saja merasa menang. Tapi itu takkan lama, aku nggak rela kalau hasil kerja kerasku dinikmati oleh kalian. Aku akan mendapatkan hasil kerja kerasku. Kamu lihat saja nanti, Mas!"

Mas Larsono terlihat terkejut, tapi tak lama kemudian dia tersenyum.

"Jangan hanya besar omongan dan menggertakku, Nai. Kamu kira aku takut dengan ancaman kamu?"

"Kita lihat saja nanti, Mas! Aku tidak akan minta pada Tuhan untuk memberikan karma padamu. Tapi aku lah yang akan membuat karma datang padamu!"

"Bang, kami sudah siap." Terdengar suara Titin mendayu seraya menyeret kopernya. Dan mantan mertuaku yang juga keluar dari kamarnya.

"Apa baju Danang juga sudah dikemas?" tanya mas Larsono pada Titin.

"Jangan ngimpi kalau Danang akan ikut kamu. Danang akan ikut aku!"

"Oh ya? Jangan terlalu percaya diri, Nai."

Mas Larsono mendekat ke arah Danang yang terdiam dan kebingungan.

"Sayang, kamu pilih ikut bapak dengan tante dan nenek, atau kamu tetap tinggal di sini dengan ibu kamu?"

Next?

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Yati Syahira
binatang dan biadab
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • ADA BAYI SEPULANG DARI LUAR NEGERI   Bab 2. Mengusir Para Benalu

    "Sayang, kamu pilih ikut bapak dengan tante dan nenek, atau kamu tetap tinggal di sini dengan ibu kamu?"Aku mendelik. Seenaknya saja mas Larsono akan merebut Danang setelah apa yang dia lakukan padaku."Apa-apaan kamu, Mas? Tentu saja anak yang belum dewasa ikut ibunya. Lagipula aku tidak mau anakku ikut kalian yang tak punya hati!"Mas Larsono tertawa lebar. "Oh, ya. Tunggu sebentar."Mas Larsono berbisik ke arah Titin. Titin mengangguk lalu membuka kopernya, mengambil beberapa berkas dalam lipatan dalam kopernya lalu menunjukkannya padaku. Aku mendelik dan jantungku nyaris terlepas dari rongganya. Berkas yang ditunjukkan oleh Titin berisi fotokopi akta cerai, fotokopi surat nikah dan KK terbaru milik mas Larsono. Kartu keluarga milik mas Larsono yang tertulis dengan jelas nama anggota mas Larsono dengan Titin, Danang, dan Febi. Bayi mereka. "Kamu sudah merencanakan ini semua, Mas? Kamu sengaja usir aku ke luar negeri demi nikah dengan adikku?" tanyaku tak percaya. "Awalnya tida

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-17
  • ADA BAYI SEPULANG DARI LUAR NEGERI   bab 3. Kuviralkan Kamu, Mas!

    Aku berdiri dan menuju ke arah kardus yang tadi juga kubawa pulang bersama koper. Para tetangga kulihat berbinar saat aku mengeluarkan isinya. "Bu, saya ada beberapa oleh-oleh kue dan aksesoris khas Taiwan. Jadi ini dibagi yang rata ya.""Terima kasih mbak Nai. Semoga urusan mbak Nai dilancarkan Allah. Dan Larsono serta Titin mendapat hukuman yang layak," ujar ibu-ibu tetangga setelah aku membagi oleh-oleh pada mereka. "Nai, kamu yang kuat ya, kalau butuh bantuan atau informasi apapun, kamu tanya saja sama saya."Aku mengangguk dan tak lupa mengucapkan terimakasih saat Bu Joko dan para tetangga lainnya pamit pulang. *"Enak makanannya?" tanyaku mengelus rambut Danang. Aku baru saja memesan aneka makanan online. Ada kebab, hottang, corndog dan es lumut. "Hm, enak banget, Buk."Aku menatap Danang yang sedang asyik menikmati makanannya."Apa kamu juga sering makan seperti ini saat ibu tidak ada?" tanyaku lagi. Danang seketika menggeleng. Matanya menatapku lama. "Waktu itu nenek dan

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-17
  • ADA BAYI SEPULANG DARI LUAR NEGERI   bab 4. Beli Motor Baru

    Mata Danang masih menyiratkan kebingungan. "Nanti kalau sudah gede, kamu akan tahu, Nak."Danang hanya mengangguk dan tidak mengajukan pertanyaan lagi. Suasana hening sejenak. Hanya ponselku yang bergetar berulang kali. Pasti banyak notifikasi masuk. Kuacuhkan saja ponselku hingga kendaraan yang kami naiki sampai di depan toko emas. "Ayo masuk, Nak."Aku menggandeng tangan Danang dan masuk ke toko emas itu dengan percaya diri. "Nai!""Hai Nikita!"Nikita, perempuan berwajah oriental pemilik toko emas itu menyambutku. "Kapan kamu pulang ke Indonesia?" tanya Nikita sambil menjabat tanganku dengan erat. "Hhh, baru saja."Nikita menatapku iba. "Aku sudah melihat semuanya. Apa yang kamu posting itu benar?"Aku mengangguk. "Iya. Suamiku telah menceraikanku dan menikah dengan adik kandungku."Nikita mendelik. "Kurang aj*r! Kamu harus balas dendam. Minimal kamu harus sukses untuk melihat mereka menyesal telah jahat padamu!" Suara Nikita terdengar berapi-api. "Tentu saja. Karena itu aku

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-17
  • ADA BAYI SEPULANG DARI LUAR NEGERI   bab 5. Permintaan Larsono

    Aku menyeringai. "Oh, ya. Kalau begitu akan kuadukan kamu juga. Manipulasi perceraian kita. Dengan sangat jelas selama lima tahun aku masih memberikan hasil keringatku padamu. Dan kamu tahu pasti aku kerja di negara mana. Tiap dua Minggu, aku sempatkan telepon, tapi kamu justru mengajukan cerai ghaib."Terlihat raut wajah mas Larsono yang terkejut. "Kamu kira aku bo doh dan akan menangis saja melihat kamu mempermainkanku, Mas? Jangan ngarep. Sori Mas. Dulu memang aku berpendapat kalau mematuhi suami itu merupakan kunci syurga sang istri dan aku pun setuju saat kamu menyuruhku ke luar negeri. Tapi sekarang, enggak akan lagi. Nggak sudi aku jadi sapi perahmu, Mas!""Oh, jadi kamu nggak akan menghapus dan nggak akan klarifikasi soal Titin dan aku?" tanya mas Larsono geram. "Ya. Kenapa? Mau protes?""Kalau begitu siap-siap saja kamu kalau aku bawa pengacara dan mempolisikan kamu, Nai!""Polisi? Siapa yang akan ditangkap polisi, Buk?" tanya Danang takut. Lihatlah mantan suamiku ini, tel

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-17
  • ADA BAYI SEPULANG DARI LUAR NEGERI   bab 6.Awal Mula

    Flash back on.Hujan menderas yang membuat suasana menjelang Maghrib semakin terasa muram. Aku melihat jam dinding yang menempel di tembok seraya menenangkan Danang yang baru saja disapih."Duh, kok belum pulang sih mas Larsono. Sudah hampir maghrib. Biasanya jam setengah lima sudah pulang," gumamku sambil menggendong Danang. Mendadak ponsel ku berdering. Dengan cepat aku meraih ponsel di saku daster. "Halo.""Halo, Bu. Ini dari kepolisian. Apa ibu adalah keluarga bapak Larsono?""Iya, Pak. Saya istrinya." Hatiku mulai berdebar tidak karuan."Jadi begini, Bu. Suami ibu mengalami kecelakaan tunggal dan sekarang di rumah sakit Harapan Sehat. Diharap ibu segera kemari."Aku terdiam. Tercengang selama beberapa detik. "Halo, Bu. Bu. Ini dengan Bu Naimah bukan?" "Astaghfirullah, iya Pak. Apa suami saya baik-baik saja?""Suami ibu sepertinya mengebut dan ban motornya selip karena melewati aspal yang berlubang dan terdapat air. Lalu terpental jauh menimpa trotoar. Menurut dokternya haru

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-15
  • ADA BAYI SEPULANG DARI LUAR NEGERI   bab 7. Hamil di Luar Nikah

    Flash back on"Alhamdulillah, kamu sudah bisa jalan pelan-pelan, Mas." Aku menyuguhkan teh dan sepiring pisang goreng di sore hari setelah seminggu mas Larsono pulang dari rumah sakit. Mas Larsono tersenyum kecut. "Aku bingung bagaimana kita akan melanjutkan hidup setelah ini."Aku menghela nafas panjang. Bingung juga. "Apa kamu tahu, Nai, kakiku terasa ngilu bila menapak terlalu lama. Aku tidak bisa berdiri dan berjalan terlalu lama. Rasanya terlalu ngilu," keluh mas Larsono. Aku terdiam. Memikirkan jalan keluar untuk masalah ini. Sementara kami harus menebus sertifikat tanah milik Titin juga memberikan makan pada lima perut. Huft, berat. **Dua bulan berlalu setelah mas Larsono keluar dari rumah sakit. Kakinya masih terasa ngilu untuk berdiri dan berjalan terlalu lama. Dia pernah mencoba melakoni berbagai pekerjaan. Tapi tidak ada yang bisa bertahan lama. Pernah menjadi kuli angkut pasar, tapi kakinya terasa sakit. Pernah menjadi penjaga di toko milik sepupu tapi kakinya juga

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-15
  • ADA BAYI SEPULANG DARI LUAR NEGERI   bab 8. Kebenaran yang Menyakitkan

    Flash back onPov LarsonoAku merindukan Naimah. Jujur aku masih normal. Dan ingin merasakan sentuhannya lagi. Akhirnya aku terpaksa melakukannya sendiri. Biarlah, daripada aku harus mengkhianati istriku yang selalu mengirimi uang tiap bulannya. Uang yang dikirimkan oleh Naimah bisa kumanfaatkan sebaik-baiknya. Ada warung bakso di teras rumah milik Titin. Yang kudesain lesehan agar tidak banyak biaya.Lalu sertifikat tanah milik Titin yang sudah berhasil kuambil lagi. Bahkan sekarang aku bisa membangun sebuah toko sembako kecil yang lumayan lengkap dengan aneka kebutuhan dapur, aneka snack dan es lumut yang dikelola ibu. Aku dan Titin juga semakin akrab. Dia memang sudah kuanggap sebagai adik sendiri. Bahkan uang hasil toko, dia juga tahu. Aku sering mengantarkannya ke pasar untuk menggiling daging bakso. Tak kuhiraukan pandangan tetangga padaku dan Titin, karena aku juga tidak pernah berpikir yang aneh-aneh tentang Titin yang sudah punya pacar. Sementara kondisi kakiku semakin la

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-15
  • ADA BAYI SEPULANG DARI LUAR NEGERI   bab 9. Tes DNA

    [Dasar pelakor nggak tahu malu.][Mbak pelakor yang terhormat, kenapa kamu tega sekali dengan kakak kandungmu.][Mbak pelakor jahan*m! Jangan harap kakak ipar yang menjadi suami kamu sekarang rejeki selancar kemarin. Mna ada rejekinya maling yang berkah?!][Situ emang nggak laku ya?! Sampai mau sama suami kakak sendiri? Duda sama bujang banyak kan?]Titin mendengkus kesal membaca inbok yang menyerbu akun media sosial nya. Buru-buru dia menutup akunnya. "Astaga, kenapa sih orang-orang ini mengurusi hidupku? Ini gara-gara mbak Naimah!" gerutu Titin yang saat itu sedang menggoreng ayam. "Titin! Titin! Kamu dimana?"Mendadak terdengar suara Larsono yang memanggil-manggil namanya.Titin yang terkejut segera mengecilkan kompornya."Aku di dapur, Bang. Ada apa?" tanya Titin gugup. Dia segera mencuci tangan dan bergegas mencari Larsono. "Katakan yang sebenarnya, siapa bapak dari Febi?" tanya Larsono begitu Titin ada di depannya. Titin tercengang. Dia memandang wajah Febi yang sedang berada

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-15

Bab terbaru

  • ADA BAYI SEPULANG DARI LUAR NEGERI   bab 30. Kembali Akur (Tamat)

    Titin baru saja menidurkan Febi saat terdengar ponsel nya berdering nyaring. Titin menghela nafas panjang dengan cepat meraih ponselnya yang berdering diatas kasur. Khawatir Febi akan terbangun. Perempuan beranak satu itu berdecak kesal saat melihat siapa yang menelepon nya. Titin segera keluar dari kamarnya untuk menerima telepon dari Dimas."Heh, ada apa lagi kamu, Dim? Kamu jangan harap bisa pulang sebelum kamu bekerja!" seru Titin dengan kesal. "Selamat pagi, Bu. Kami dari pihak kepolisian. Kami mengabarkan bahwa pak Dimas, suami ibu ditangkap oleh polisi karena menabrak seorang gelandangan hingga tewas. Untuk proses penyelidikan, pak Dimas bisa didampingi oleh pengacara. Dan sampai persidangan, pak Dimas akan ditahan terlebih dahulu.Kami menelepon ibu karena pak Dimas tertangkap dalam kondisi mabuk dan sekarang tidak sadarkan diri. Saat kami periksa, kontak nama ibu ada di dalam panggilan masuk ke ponsel pak Dimas beberapa kali.""Oh, Dimas ditahan ya? Tahan saja pak polisi!

  • ADA BAYI SEPULANG DARI LUAR NEGERI   bab 29. Perkelahian di Penjara

    Larsono membuka mata dan terkejut saat salah seorang anggota tahanan di selnya menusuk perut Larsono dengan ujung sikat gigi yang sudah ditajamkan. Darah segar mengucur dari lukanya itu.Larsono berteriak lagi. Tapi dua orang tahanan yang berada di satu sel dengannya hanya melihat perut Larsono ditusuk berulangkali oleh napi lainnya. Darah segar sudah mengalir kemana-mana membuat lantai penjara penuh dengan noda darah. Tepat saat Larsono lemas, datang sipir penjara dan langsung menegur mereka. Napi yang menusuk Larsono segera menyembunyikan sikat gigi itu di balik bajunya."Heh, apa yang sebenarnya sedang kalian lakukan? Tidak bisa ditinggal sebentar saja!" gerutunya sambil menyalakan lampu dalam sel. Dan seketika petugas itu terkejut melihat kondisi Larsono yang bersimbah darah. "Astaga, siapa yang melakukan hal ini?" tanya petugas polisi itu. Ketiga tahanan terdiam dan hanya menatap Larsono yang sudah pingsan karena kesaktian dan kekurangan darah. Polisi itu langsung memanggil

  • ADA BAYI SEPULANG DARI LUAR NEGERI   bab 28. Nasib saat Di Penjara

    Beberapa Minggu sebelumnya,"Kamu kayaknya lagi seneng deh, Put?" tanya Mamanya saat Putra baru saja pulang dari kafe Naimah. Putra mengurungkan niatnya untuk berjalan ke kamar lalu menghampiri mamanya. "Seneng dong. Coba Mama tebak alasannya?" tanya Putra sambil menatap wajah mamanya dengan seksama. Mamanya tersenyum lebar. "Pasti karena cewek. Ya kan?"Mata Putra mendelik. "Kok Mama bisa tahu sih?""Ya karena Mama pernah muda, Put. Tapi kamu saja yang belum pernah tua."Putra tersenyum. "Ya, bisa saja kan mama nebaknya karena omset toko kita naik?""Hm, nggak tuh. Kan feeling mama bilang kalau kamu bahagia karena perempuan. Jadi siapa dia? Coba bawa kesini," ucap sang mama membuat Putra tersipu malu. "Tapi, dia janda anak 1, Ma.""Lha, kenapa memangnya kalau janda. Asal bisa menjaga kehormatan diri, maju aja terus."Mata Putra berbinar. "Sungguh, Ma?""Tentu saja. Mama tidak pernah bercanda untuk hal seperti ini.""Jadi, mama setuju.""Tentu saja. Coba kenalin ke mama. Dan kamu

  • ADA BAYI SEPULANG DARI LUAR NEGERI   bab 27. Tertangkap Polisi

    Orang itu menerima serbuk putih lalu dengan secepat kilat menodongkan pistol ke arah Larsono."Kami polisi! Angkat tangan dan menyerahlah!" seru orang itu seraya menempelkan pistol pada kening Larsono. "Apa salah saya, Pak? Saya tidak tahu apa-apa. Saya hanya suruhan untuk nganter barang.""Barang yang kamu antar itu Narkoba. Jadi jangan pura-pura tidak tahu! Segera turun dari mobil dan hadap ke depan!"Larsono mengangguk lalu membuka pintu perlahan. Saat dia hampir keluar dari mobil, lelaki itu menabrakkan pintunya ke tubuh polisi itu. Lalu berlari sekuat tenaga masuk ke dalam sawah. "Saudara Larsono, jangan lari!"Kedua polisi itu langsung mengejar Larsono. Salah satu dari mereka, menembakkan pistol nya ke udara. "Dorr!!""Jangan lari, kamu! Atau kami tembak."Larsono mempercepat larinya. Suasana gelap area persawahan membuatnya kesulitan untuk lari dengan kencang. Dooorrr!Aaarggh!Peluru yang ditembakkan oleh polisi itu mengenai kaki Larsono. Lelaki itu berteriak kesakitan da

  • ADA BAYI SEPULANG DARI LUAR NEGERI   bab 26. Pekerjaan Baru Larsono

    Larsono mengambil bungkusan putih itu dan mengamati nya. "Bukan kah serbuk ini mirip ..,"Pemuda ceking itu meraba saku jaketnya dan merasa ada sesuatu yang hilang. Dia lalu berbalik ke arah Larsono. Larsono yang sedang menggenggam serbuk putih itu menjadi terkejut. Lalu buru-buru menyerahkan serbuk itu pada pemuda ceking. "Mas, ini ..,"Pemuda itu menatap wajah Larsono dengan curiga lalu segera merampas serbuk putih itu."Jangan suka mengambilnya barang milik orang lain!" desisnya lirih sambil menatap tajam ke arah Larsono."Jangan sembarangan bicara! Benda itu mendadak jatuh dari sakumu dan akan dikembalikan saat kamu mendadak marah padaku padahal aku saja tidak melakukan kesalahan apapun padamu," sahut Larsono ketus.Lelaki ceking itu hanya melihat sekilas pada Larsono. Lalu melanjutkan langkahnya masuk ke dalam warung. "Hei, seperti biasa," ucap lelaki ceking itu pada pemilik warung."Beres, Bos."Pemilik warkop itupun bergegas membuatkan kopi kental ke dalam cangkir lalu men

  • ADA BAYI SEPULANG DARI LUAR NEGERI   bab 25. Kondisi Larsono

    "Jangan mimpi! Dia anak kamu atau bukan, papa tidak akan pernah mau menerima nya. Dan satu hal lagi, kamu pilih nikah sama perempuan itu tapi papi coret dari KK dan tidak mendapatkan warisan sepeserpun, atau kamu tinggalkan perempuan itu dan anaknya serta kembali pada Dila?! Jawab sekarang!"'Wah, papa masih marah, lebih baik aku mengalah dulu. Daripada namaku dicoret dari ahli waris, lebih baik aku pura-pura berdamai dengan Dila agar tetap dapat duit buat Titin,' batin Dimas. "Dimas tetap mau sama Dila, Pa. Dimas janji tidak akan menemui Titin lagi.""Tunggu, Pa." Dila bangkit dan menyeka air matanya dengan punggung tangan. "Dila tidak ingin bersama dengan mas Dimas lagi.""Kenapa Dil?" tanya orang tua dan mertuanya kaget. "Karena Dila tahu, Mas Dimas ingin mempertahankan pernikahan ini dengan setengah hati. Dila yakin sekali kalau mulut mas Dimas bilang ingin bersama dengan Dila, tapi nanti mas Dimas akan menemui perempuan itu lagi diam-diam. Dan Dila tidak mau dikhianati dan sa

  • ADA BAYI SEPULANG DARI LUAR NEGERI   bab 24. Ancaman untuk Dimas

    Dimas menoleh ke belakang dan sangat terkejut melihat kedatangan istrinya yang sedang berkacak pinggang. "Jadi ini kelakuan kamu, Mas? Aku benar-benar kecewa. Setelah kamu menjadi penanggung jawab resto milikku, kamu malah selingkuh dengan pelacur ini?" tegur Adila, istri Dimas. Wajah Dimas memucat. Sedangkan Titin yang sedang menggendong Febi mulai berkeringat dingin."Dila, ini tidak seperti apa yang sedang kamu pikirkan. Berikan waktu padaku untuk menjelaskan hal ini ya?""Nggak! Aku ingin minta cerai! Serahkan kembali kepemilikan restoran aku!" teriak Dila. "Dil, tenang ya. Ini di rumah sakit. Anakku sedang sakit dan aku harus memeriksakannya ke dokter."Mata Dila membola sempurna. "Anak kamu? Astaga, Mas! Sejak kapan kamu mengenal jalang itu, Mas! Jawab aku! Jangan diam saja!"Titin yang mendengar dirinya disebut jalang tidak terima dan berdiri menghadap Dila."Heh, kamu! Dengar ya, sebelum kamu dan Dimas bertemu, kami lebih dulu bertemu. Kami saling mencinta dan anak ini ada

  • ADA BAYI SEPULANG DARI LUAR NEGERI   bab 23. Menolak Permintaan Titin

    "Waalaikumsalam, mbak Nai, apa aku bisa minta tolong?" "Kamu ..,""Aku Titin, Mbak! Tolong aku!"Naimah terdiam. Dia melihat jam yang menempel di dinding kamarnya. Sudah jam 1 malam. "Mbak, mbak? Kamu kok diam saja, Mbak? Aku butuh pertolongan kamu!"Naimah menghela nafas. "Kamu pikir sekarang jam berapa, Tin? Ini sudah tengah malam. Aku tidak mungkin ke kontrakan kamu. Bahaya untukku.""Tapi mbak, Febi sakit! Aku harus bagaimana?" tanya Titin panik. "Lha emang kemana suami mu?""Aku, aku sudah ditalak oleh mas Larsono, Mbak.""Kok bisa?" tanya Naimah kaget. Titin ingin menceritakan hal yang sebenarnya tapi dia takut kalau Naimah menjadi semakin benci dan tidak mau menolong nya."Ceritanya panjang, Mbak. Sekarang kumohon tolong aku! Aku sendirian di rumah. Febi panas dan muntah-muntah. Aku harus bagaimana, Mbak?" tanya Titin semakin panik. "Apa ini pertama kalinya Febi panas setelah dia lahir?""Nggak Mbak, dulu setelah Febi imunisasi, Febi selalu panas. Tapi selalu reda setelah m

  • ADA BAYI SEPULANG DARI LUAR NEGERI   bab 22. Langsung Ditalak

    Dan lelaki itu tercekat saat melihat Titin dan Dimas masuk ke dalam salah satu kamar hotel. Larsono hanya bisa menatap dari kejauhan. Lalu sebuah ide melintas di benaknya. Dengan cepat Larsono mengeluarkan ponselnya dan merekam Titin yang masuk ke dalam kamar hotel. Larsono merasa hatinya sakit bukan main. Dengan menghela nafas dan berusaha menenangkan hatinya, lelaki itu mendekat ke arah pintu hotel. Ditempelkan telinganya ke pintu kamar hotel tersebut, berharap mendengar suara yang bisa dijadikan bukti. Tapi nihil, tidak terdengar suara apapun dari pintu yang terkunci itu. Sementara itu Titin yang sudah ada di dalam kamar dengan Dimas, segera meletakkan Febi ke ranjang kamar hotel. Lalu memeluk Dimas dengan erat. "Apa tidak ada yang curiga dengan kepergianmu kesini?" tanya Dimas. Titin menggeleng. "Nggak ada. Aku sudah minta ijin untuk ketemu sama teman SMA. Dan suamiku yang bodoh itu percaya." Titin tersenyum lalu meraih tengkuk belakang Dimas. Mendekat kan bibirnya ke bibir

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status