Jaden Luther—seorang direktur utama di perusahaan House Of Luther harus menerima jika dirinya ditinggal oleh tunangannya karena kakinya yang lumpuh akibat kecelakaan mobil yang menimpanya. Setelah kejadian itu, Jaden berubah menjadi pria yang dingin dan temperamen, dia bahkan sampai membenci para wanita. Naraya Agatha—seorang single parent yang hidup dengan seorang anak laki-laki dan ibunya. Sejak kematian suaminya, dia harus bekerja keras untuk mencukupi kehidupannya, ditambah lagi vonis kanker darah yang putranya alami. Demi mendapatkan biaya pengobatan itu, Nara pun rela melakukan apa saja. Sampai akhirnya, Nara melamar pekerjaan sebagai pelayan pribadi untuk Jaden, karena saat itu, keluarga Jaden bingung harus menghadapi sikap tempramen dan arogan dari pria yang merupakan pewaris utama keluarga Luther itu. Selama bekerja, kesabaran Nara dalam merawat Jaden ternyata membuat pria itu luluh dan jatuh cinta padanya. Namun, sebuah rahasia terungkap, jika Nara adalah orang yang bertanggung jawab atas kecelakaan yang membuat Jaden lumpuh. Bagaimana akhir dari kisah mereka? Apakah Jaden bisa memaafkan Nara atau malah dendam itu membuat Jaden memilih untuk melupakan Nara? Selamat membaca dan semoga suka ya, Kak.
View MoreNara mendorong kursi roda Jaden menuju ke dalam rumah kenangan. Mereka berdua sudah tidak sabar ingin bertemu nenek Miranti. Reno yang berjalan di belakang keduanya pun masih tidak percaya jika Nara dan Tuan mudanya sudah menjalin hubungan, meskipun di dalam hatinya dia merasa sangat senang. "Halo, Jaden Sayang." Saat sudah memasuki rumah kenangan itu, tiba-tiba seorang wanita berjalan mendekat dan langsung memeluk Jaden. "Mama? Mama kapan datang?" tanya Jaden yang terlihat sedikit terkejut."Halo, Kak, apa kamu merindukan kamu?" Seorang laki-laki juga mendekat dan gantian memeluk Jaden.Nara yang berdiri tepat di belakang Jaden pun memperhatikan satu persatu dua orang yang Nara bisa menebak jika mereka adalah mama dan adik tiri tuan lumpuhnya."Kamu tadi pagi juga baru mendarat, saat di rumah mengetahui kamu sekarang tinggal di rumah kenangan, mama mengajak adikmu ke sini, sayang," ucap wanita paruh baya dengan wajah terlihat angkuhnya.Andrew adik tiri Jaden yang ada di sana mel
Jaden tidak mau memaksa Nara menerima lamaran pernikahannya. Dia akan menjalani dulu kisah asmaranya dengan wanita yang sekarang menempati hatinya. "Nara, apa benar kamu besok akan kembali ke rumah keluarga Luther?" tanya sang ibu dan Nara pun menganggukkan kepalanya. "Kamu jangan lupa terus memberi kabar pada ibumu." "Iya, Bu, Ibu sudah punya nomorku yang baru, kan? Bu, tolong titip Nio. Aku juga sudah mentransfer sejumlah uang yang nenek Miranti berikan untuk pengobatan Nio, padahal aku tidak mau menerimabuangnya karena masih ada uang dari pria itu, tapi Nenek memaksa. Aku berikan saja semua pada Ibu karena aku pun tidak membutuhkan apapun." Nara pun mengusap lembut kepala putranya. "Ibu baik-baik di sini bersama Nio, ya?" Nara pun memeluk ibunya. Setelah tadi Jaden tidur pulas di kamar hotelnya, seperti biasa Nara langsung pergi ke rumah sakit untuk berpamitan pada ibu dan anaknya. Namun, kali ini Nara lebih berhati-hati karena kejadian dengan Kalista waktu itu. Nara pun senga
Dua hari berlalu, Nara menghabiskan waktu dengan pria yang dia cintai itu. Nara yang meskipun di sana sedang berlibur dengan Jaden, dia tetap saja selalu melakukan terapi pijat pada kaki pria itu. "Nara, besok kita pulang, apa kamu tidak ingin berbelanja sesuatu?" Nara pun menggeleng. "Aku tidak ingin membeli apapun, Tuan. Aku sudah senang bisa berjalan-jalan ke tempat yang ada bianglalanya besar itu," ujar Nara sembari tetap memijit kaki Jaden."London Eye, Nara, itu namanya London Eye." Jaden pun tergelak tawa melihat kepolosan wanita yang dia cintai itu."Aku lupa namanya, lagi pula bahasa Inggrisku juga tidak begitu bagus." Nara sekarang memberikan obat pada Jaden. Pria itu menerima dan langsung meminumnya. Jaden tidak sadar jika obatnya sudah diganti oleh Nara dan Nara masih akan terus mencari tahu tentang saudara tiri dari pria yang dia cintai itu."Nara, tempat mana yang menurut kamu paling indah di sini? Dan kamu ingin datangi sekali lagi?"Nara terlihat sedang berpikir. Ka
Jaden mengusir Kalista agar pergi dari sana dan Kalista pun yang merasa tidak dihargai oleh Jaden pergi dari sana."Tuan, aku kecewa pada Tuan JL." Nara yangsaat ini hatinya terasa sangat sakit pun berjalan menuju ke kamarnya, tapi Jaden mencoba mengejar Nara."Nara, tunggu!" Terdengar suara sesuatu jatuh dan Nara terkejut saat melihat tuan lumpuhnya terjatuh dari kursi rodanya."Tuan JL!" seru Nara seketika. Nara segera membantu Jaden duduk kembali ke kursi rodanya. "Nara, aku ingin bicara denganmu." Pria itu pun memegang tangan Nara.Nara tidak menjawab, tapi dia mendorong Jaden kembali ke kamarnya. Nara tanpa bicara mengambilkan baju untuk pria itu dan membantunya juga mengenakan pakaiannya.Pria di depannya itu tak melepaskan pandangannya pada Nara. "Nara, aku dan Kalista tidak melakukan apapun di sini.""Melalukan sesuatu pun itu bukan urusanku! Tuan masih sangat mencintainya, kan, dan percuma saja usahaku yang ingin membuat Tuan JL sembuh dari rasa sakit hati itu akan sia-sia.
Pagi-pagi sekali, Nara yang sudah bangun dari tidurnya, berjalan dengan cepat mencari taxi untuk pergi menuju ke arah rumah sakit di mana anaknya sedang dirawat. Nara ingin sebisa mungkin menghabiskan waktunya dengan putranya itu selama dia masih berada di London."Itu, kan, wanita kampungan yang mengaku sebagai istrinya Jaden." Kalista yang baru keluar dari club' malam tidak jauh dari hotel di mana Jaden dan Nara menginap melihat Nara naik ke dalam taxinya. Dia yang penasaran akhirnya mengikuti ke mana taxi itu membawa Nara.Di dalam taxi, Nara tidak sabar ingin segera sampai ke rumah sakit, tapi dia ingin mampir sebentar ke sebuah toko mainan untuk membelikan putranya beberapa mainan. "Untuk apa dia masuk ke dalam toko mainan anak-anak?" Kalista pun melihat heran.Tak lama Nara pun keluar dan dia segera naik ke dalam taxinya lagi. Tak lama Nara pun sampai di depan gedung rumah sakit dan dia segera berjalan masuk. Kalista yang masih heran, saat Nara membeli beberapa mainan, semakin
Pria dengan kursi rodanya itu tampak tidak sabar menunggu pelayannya keluar dari dalam kamar. Tak lama pintu dibuka dan Nara pun tampak berdiri dengan gaun yang baru saja Tuan Mudanya itu berikan."Maaf, apa Tuan JL lama menungguku?" Pria yang sudah rapi dengan kemeja hitamnya itu tampak terdiam, namun kedua matanya sedang memindai sosok yang ada di depannya.Batin Jaden dia baru kali ini melihat sosok yang baginya begitu cantik, meskipun tidak bisa dipungkiri jika Kalista yang adalah mantan tunangannya juga sangat cantik, tapi entah kenapa bagi Jaden sosok Nara di depannya ini jauh lebih mempesona. "Tuan, ada yang salah dengan penampilanku?" seru Nara yang membuat Jaden sadar dari lamunannya."Tidak ada, kita pergi sekarang saja." Nara pun mengangguk setuju.Di restoran itu Jaden ternyata sudah memesan tempat untuk mereka berdua. Nara pun terlihat sedang memperhatikan sekelilingnya. "Restoran ini bagus sekali ya Tuan JL, pasti hanya orang-orang kaya yang bisa masuk ke sini," ujar
Nara menghabiskan waktunya di rumah sakit bersama dengan putra semata wayangnya juga dengan ibunya"Nara, ibu benar-benar tidak menyangka kamu akan datang ke sini. Kenapa tidak memberitahu ibu sebelumnya kalau kamu mau ke sini?" Mereka bertiga sekarang ada di dalam kamar di mana anak Nara dirawat selama ini."Aku minta maaf, Bu. Ponselnya rusak dan aku ke sini dengan Jaden Luther," ucap Nara lirih sembari melirik pada Nio yang dari tadi mendengar ibunya berbicara dengan neneknya."Ibu, memangnya siapa Jaden Luther itu?" tanya Nio penasaran."Em ... Itu bos ibu, Nio. Dia yang mengajak ibu ke sini untuk urusan pekerjaan, makannya itu Ibu bisa bertemu dengan kamu di sini." Nara pun mencoba menjelaskan pada putranya meskipun ada sedikit kebohongan dari penjelasannya."Wah ...! Berarti bos ibu baik karena mau mengajak ibu juga ke sini. Di mana dia sekarang, Bu? Nio mau bertemu dan mengucapkan terima kasih." Wajah bocah laki-laki itu tampak bersemangat.Nara langsung melihat ke arah ibunya.
Nara berdiri di samping tempat tidur di mana Jaden sudah memejamkan kedua matanya. Nara senang bisa melihat wajah pria arogan itu saat sedang tertidur pulas seperti saat ini. "Apa benar aku mencintainya? Tidak mungkin, aku sudah meyakinkan diriku sendiri jika aku tidak boleh jatuh cinta pada Tuan JL."Setelah kejadian tadi pagi saat dirinya memeluk Jaden karena kegirangan akan tiket liburan ke London itu. Nara semakin dibuat tidak karuan perasaanya. Tinggal dan merawat Jaden Luther selama beberapa bulan ini, membuatnya merasakan kembali perasaan yang dulu pernah dia rasakan pada mendiang suaminya. Ya! Nara mengetahui jika dia jatuh cinta pada majikannya itu saat ciuman pertama mereka waktu itu, tapi Nara selalu menyangkal hal itu dan meyakinkan jika itu bukan cinta.Namun, setelah mendengarkan kata-kata Jaden di pesta itu, entah kenapa dia merasa jika pria itu tidak sedang sandiwara dan Nara pun merasakan bahagia yang begitu besar, serta takut sekali Jaden akan di dekati lagi oleh K
Keesokan harinya, setelah makan pagi, Jaden memilih ke ruang kerjanya untuk mengurusi beberapa urusan kantornya. Pertemuannya dengan Nara beberapa bulan ini, membuat pria itu ingin kembali bangkit dan memperbaiki semuanya termasuk dia ingin mengurus kembali perusahaannya yang selama ini dihandel oleh neneknya.Nara, nenek Miranti dan Reno memilih duduk bersama di ruang tengah karena Nenek penasaran ingin mengetahui apa saja yang terjadi di pesta semalam."Iya, Nek, aku melakukan hal itu pada Kalista dan dua orang temannya yang mukanya sok sekali saat melihatku. Mereka bahkan mengataiku wanita kampungan yang disewa oleh Tuan JL untuk berpura-pura menjadi kekasihnya, padahal itu, kan tidak benar. Aku tidak disewa, tapi aku membantu Tuan JL berpura-pura menjadi kekasihnya." Nara pun terlihat terkekeh kecil."Aku tidak menyangka, Nara bisa berbuat hal sebar-bar itu, tapi aku senang kamu memberi pelajaran pada mereka, Nara." Reno pun menunjukkan jempolnya. "Aku sudah meyakinkan diriku unt
"Tidakkk!" "Nara, kamu mimpi buruk lagi?" tanya wanita paruh baya yang ada di samping Nara. Wajah pucat dan peluh yang membasahi dahi wanita bernama Nara itu tampak sangat jelas, bahkan napas naik turun juga terlihat pada dadanya. "Iya, Bu. Aku bermimpi lagi tentang pria itu," ucapnya dengan bibir bergetar. Seketika wanita yang dipanggil ibu oleh Nara memberikan segelas air minum dan dengan cepat Nara menghabiskannya. "Kamu sebaiknya tenang dulu. Coba tarik napas dalam dan embuskan perlahan." Nara pun mengikuti apa yang ibunya sarankan, dan tentu saja hal itu berhasil membuat Nara sedikit tenang. "Bu, aku minta tolong agar Ibu menjaga Nio di sini selama aku menjalankan rencanaku nanti. Apa Ibu bisa membantuku?"Tangan yang tampak keriputan itu mengusap lembut pucuk kepala putrinya. "Kamu tenang saja, ibu akan menjaga Nio dengan baik di sini, kamu lakukan saja rencanamu itu, Nara." "Terima kasih, Bu, karena selama ini selalu mendukung apa yang aku lakukan, dan maaf jika selama ...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments