Home / Romansa / Tuan Lumpuh, I Love You / Bab 1. Menjadi Pelayan

Share

Tuan Lumpuh, I Love You
Tuan Lumpuh, I Love You
Author: Tri Setyorini

Bab 1. Menjadi Pelayan

Author: Tri Setyorini
last update Last Updated: 2025-02-07 01:41:58

"Tidakkk!"

"Nara, kamu mimpi buruk lagi?" tanya wanita paruh baya yang ada di samping Nara.

Wajah pucat dan peluh yang membasahi dahi wanita bernama Nara itu tampak sangat jelas, bahkan napas naik turun juga terlihat pada dadanya.

"Iya, Bu. Aku bermimpi lagi tentang pria itu," ucapnya dengan bibir bergetar.

Seketika wanita yang dipanggil ibu oleh Nara memberikan segelas air minum dan dengan cepat Nara menghabiskannya.

"Kamu sebaiknya tenang dulu. Coba tarik napas dalam dan embuskan perlahan."

Nara pun mengikuti apa yang ibunya sarankan, dan tentu saja hal itu berhasil membuat Nara sedikit tenang.

"Bu, aku minta tolong agar Ibu menjaga Nio di sini selama aku menjalankan rencanaku nanti. Apa Ibu bisa membantuku?"

Tangan yang tampak keriputan itu mengusap lembut pucuk kepala putrinya. "Kamu tenang saja, ibu akan menjaga Nio dengan baik di sini, kamu lakukan saja rencanamu itu, Nara."

"Terima kasih, Bu, karena selama ini selalu mendukung apa yang aku lakukan, dan maaf jika selama ini aku selalu menyusahkan Ibu."

"Nara, aku ini ibumu dan ibu sangat tahu bagaimana sifat kamu. Kamu wanita yang baik dan sangat bertanggung jawab dengan hidupmu. Lakukan apa yang menurut hatimu benar."

"Terima kasih, Bu." Nara dengan luapan perasaan haru memeluk ibunya dengan erat.

"Ya sudah, sekarang kamu tidurlah dulu dan coba tenangkan hatimu agar mimpi buruk itu tidak datang lagi." Nara mengangguk dan kembali memejamkan kedua matanya.

**

Pagi itu tampak terlihat bocah laki-laki duduk di atas tempat tidur rumah sakit sedang memainkan puzzle yang ada di depannya.

"Hai, Sayang, bagaimana perasaanmu saat ini?"

"Ibu, aku senang sekali hari ini," ucapnya dengan wajah bahagia.

"Senang kenapa?"

"Senang karena hari ini tante dokter akan mengajak aku jalan-jalan lagi di taman dan katanya ada teman baru nantinya di sini."

"Oh ya? Wah! Kamu akan memiliki banyak teman nantinya." Cubitan kecil tepat pada hidung bocah laki-laki itu.

"Iya, Bu. Aku sebenarnya ingin sekolah dan punya banyak teman nantinya, tapi kata Ibu tunggu aku sembuh dulu dari sakitku, baru nanti aku bisa sekolah. Aku kapan sembuhnya sih, Bu?"

Wanita itu terdiam mendengar pertanyaan putranya karena dia sendiri tidak tahu jawaban apa yang harus dia berikan.

"Nio, kamu pasti akan segera sembuh, tapi Nio harus bersabar dulu karena Ibu Nara kamu masih berusaha agar Nio bisa segera sembuh, dan nanti bersekolah," sela suara dari arah belakang Nara.

"Iya, Nio. Ibu masih berusaha agar Nio segera sembuh, Nio mau, kan membantu ibu melakukan semua ini?" Bocah kecil itu pun dengan cepat mengangguk. "Pintar sekali anak tampan ibu ini." Nara dengan senang memeluk putranya itu.

"Nio sangat sayang sama Ibu dan Nio akan menuruti semua yang Ibu perintahkan."

Nara melepaskan pelukannya dan dia mengecup lembut pipi putranya. "Ibu juga sangat sayang sama Nio. Nio, ibu mau bicara sesuatu sama Nio. Nio mau mendengarkan Ibu, kan?"

"Tentu saja, Ibu!" serunya cepat.

"Beberapa hari ini Nio akan bersama dengan nenek di sini karena ibu harus pergi dalam beberapa hari untuk bekerja. Nio tidak akan marah, kan kalau ibu pergi meninggalkan Nio untuk bekerja?"

"Tidak, Bu. Nio tidak akan marah sama Ibu karena Nio tahu Ibu bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup kita, dan agar Nio nanti bisa sekolah. Itu yang nenek ucapkan sama Nio."

Nara melihat ke arah ibunya dan wanita paruh baya itu menaikkan bahunya ke atas. "Setidaknya penjelasan itu lebih mudah dicerna oleh Nio," ucap Ibunya Nara.

"Terima kasih ya, Sayang. Ibu janji, jika nanti ibu ada waktu senggang, ibu akan datang ke sini untuk menemui Nio. Nio harus jadi anak baik selama ibu bekerja."

"Okay, Ibu!" serunya sembari menautkan jarinya berbentuk huruf O.

**

Nara yang sekarang duduk di dalam pesawat tampak terdiam mengingat semua yang sudah dia lakukan sehingga mimpi buruk itu selalu menghantui hidupnya.

"Aku akan menebus semua kesalahanku pada Jaden Luther, semoga pria itu akan bisa memaafkan semua kesalahanku." Nara melihat foto seseorang yang dia pegang dari tadi.

***

Seorang wanita dengan rambut dikepang dua dan kacamata putihnya tampak berdiri di depan pintu sebuah rumah yang memiliki dekorasi Eropa klasik. Dia sedang menunggu pintu di depannya terbuka.

Tidak lama pintu di buka oleh seorang pria paruh baya dengan baju seragam pelayannya.

"Maaf, saya Naraya Agatha atau bisa di panggil Nara."

"Oh, Nona Nara, silakan Anda masuk karena Nyonya Besar Miranti sudah menunggu Anda di dalam." Pelayan laki-laki itu dengan sopan memerintahkan Nara untuk masuk.

Nara berjalan masuk melewati lorong dengan hiasan banyak lukisan di sebelah kanan kirinya.

"Kalian pergi dari kamarku! Atau aku akan mencekik kalian sampai mati! Pergi!"

Nara terkejut saat tiba-tiba mendengar suara seorang pria berteriak marah di sana. Langkah Nara terhenti dan melihat pada pintu kamar berwarna hitam, di mana baru saja seorang pelayan wanita keluar dengan wajah ketakutan dari dalam kamar itu.

"Orang yang berteriak itu adalah cucuku, Nara. Dia Jaden Luther dan dia adalah orang yang harus kamu rawat nantinya." Tiba-tiba di sana berdiri seorang wanita tua dengan penampilan rapinya.

"Maaf, dia kenapa marah-marah seperti itu, Nyonya Besar Miranti?"

"Panggil saja aku Nenek Miranti, dan ikutlah denganku, aku akan menjelaskan semuanya sama kamu."

Nara berjalan mengikuti ke mana langkah wanita tua itu berjalan. Mereka sekarang berada di dalam ruang kerja dan Nenek Miranti memberikan sebuah sobekan dari majalah tahun lalu.

Nara membacanya dan dia tampak menunjukan wajah datarnya. "Ini apa, Nyo—. Maksudku Nenek?"

"Setahun yang lalu Jaden mengalami sebuah kecelakaan yang mengakibatkan kakinya lumpuh dan kata dokter kesempatan untuk sembuhnya sangat kecil. Sejak saat itu dia berubah menjadi orang yang tempramen dan sangat dingin."

Nara tampak menarik napasnya dalam dan mencoba mengembuskannya perlahan. Nara sedang mencoba menenangkan dirinya. "Apa Nenek sudah berusaha membawa Tuan Muda Jaden ke rumah sakit yang lainnya untuk mencari opini kedua?"

"Semua sudah aku lakukan untuk mengembalikan kesembuhan cucuku, tapi semuanya sia-sia. Jaden pun seolah sudah tidak memiliki keinginan untuk sembuh. Dia sangat membenci dirinya sendiri, apa lagi calon tunangannya juga meninggalkannya setelah tahu cucuku mengalami kelumpuhan. Jaden benar-benar berubah menjadi orang yang tidak aku kenali." Perlahan butiran air mata keluar dari kelopak mata Nenek Miranti.

Ada sesuatu yang seketika membuat hati Nara sangat sakit saat melihat Nenek Miranti menitihkan air mata. Rasa bersalah di hati Nara juga semakin besar setelah mendengar Jaden sampai ditinggal oleh tunangannya karena kecelakaan itu.

"Nek, apa aku bisa bertemu dengan Tuan Muda Jaden Luther?"

Nenek Miranti melihat Nara dengan wajah serius.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 2. Bertemu Tuan Muda Jaden

    Nenek Miranti membawa Nara ke kamar Jaden, dan saat pintu dibuka, Nara melihat seorang pria dengan kursi rodanya duduk membelakanginya, dia sedang melihat ke arah luar jendela kamarnya."Jaden, nenek ingin bicara denganmu.""Nek, aku sudah katakan jika aku tidak membutuhkan seorang pelayan untuk merawatku! Kenapa Nenek menganggap aku pria lumpuh yang tidak bisa apa-apa?" Pria bernama Jaden itu bicara tanpa melihat pada lawan bicaranya."Jaden, nenek mencarikan kamu seorang pelayan bukan karena nenek menganggap kamu tidak bisa apa-apa, tapi agar kamu ada yang memperhatikan lebih baik di sini.""Tidak perlu ada yang memperhatikanku, Nek, aku bisa mengurus hidupku sendiri." "Bagaimana kamu bisa mengurus dirimu sendiri? Kamu sendiri saja duduk di kursi roda," ucap Nara tegas.Nenek Miranti yang mendengar hal itu seketika menoleh pada Nara yang berdiri tepat di sampingnya. Wajah Nara menunjukkan aura dinginnya."Siapa kamu berani mengatakan hal itu padaku?" Jaden seketika memutar kursi ro

    Last Updated : 2025-02-07
  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 3. Menjalankan Rencana Part 1

    Nara sudah berada di depan pintu kamar lelaki yang tadi mengusirnya dengan kasar. Dia sekali lagi menarik napasnya dalam sebelum akhirnya tangannya mengetuk pintu itu. Satu ketukan, Nara tidak mendapat jawaban. Nara kembali mengetuk pintu kamar itu hingga tiga kali ketukan. "Aku tidak mau diganggu!" seru suara Jaden terdengar begitu jelas di telinga Nara. "Tuan Muda Jaden, waktunya makan siang dan minum obatmu," Nara akhirnya memberanikan diri mengatakan sesuatu. "Sudah aku bilang, aku tidak mau diganggu. Kamu pergi dari sini!" bentaknya marah. Nenek dan Reno yang melihat hal itu tampak cemas. "Ren, Jaden kenapa hari ini terlihat begitu marah?" "Sebenarnya tadi Tuan Jaden melihat berita di sosial media jika Nona Kalista akan pergi ke Barcelona untuk pemotretan dan di sana Nona Kalista juga mengatakan akan sekalian liburan. Barcelona, kan, tempat yang sangat ingin didatangi oleh Nona Kalista jika nanti menikah dengan Tuan Jaden. Jadi, Tuan Jaden mungkin merasa kecewa karena dia

    Last Updated : 2025-02-07
  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 4. menjalankan Rencana part 2

    Nara menemui Nenek dan Reno yang ada di luar kamar Jaden. Nenek dapat melihat wajah Nara yang sepertinya baru saja menangis.Iya! Nara tadi sempat menitikkan air mata karena perlakuan Jaden di dalam kamar tadi."Nara, kamu baik-baik saja, kan?" tanya Nenek Miranti dengan wajah khawatirnya. "Nek, aku tidak apa-apa.""Nona Nara, tadi aku sempat mendengar suara piring pecah. Apa Tuan Jaden sudah menyakitimu?" Gantian Reno yang wajahnya cemas. "Tuan Muda Jaden tadi melempar piring makanannya saat aku menyuapinya.""Sudah aku duga, dia memang sering sekali seperti itu saat para pelayan yang aku tunjuk untuk merawatnya sedang membawakan dia makanan."Reno melihat warna merah pada kulit pipi Nara dan Reno tahu jika selain melempar piring makannya, bosnya itu juga menyakiti Nara."Apa Tuan Jaden juga menyakiti Nona Nara?" Telunjuk Reno menunjuk pada wajah Nara."Ya Tuhan! Cucuku benar-benar keterlaluan! Nara aku minta maaf karena cucuku sudah kasar sama kamu.""Nenek tidak perlu khawatir. O

    Last Updated : 2025-02-07
  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 5. Sikap Buruk Yang Nara Terima

    Hari itu juga Nenek Miranti menyiapkan banyak sekali keperluan untuk dibawa ke rumah kenangan.Nara malam ini juga tidur di rumah Jaden, dia meninggalkan rumah lamanya dengan membawa beberapa barang yang dia butuhkan. Malam itu, Jaden yang terbangun dan ingin mengambil air minum, tapi dia melihat gelas airnya tidak ada isinya."Pelayan di sini benar-benar tidak bisa bekerja dengan benar. Sebaiknya aku berhentikan saja mereka semua," umpatnya kesal.Jaden mencoba bangkit dari tempat tidurnya dan meraih kursi rodanya, tapi yang ada dia malah terjatuh."Tuan Muda Jaden!" suara yang Jaden kenali tiba-tiba ada di dalam kamarnya.Nara mencoba membantu, tapi pria itu terkejut melihat Nara ada di dalam kamarnya. Jaden malah mendorong tubuh Nara hingga Nara terjatuh dengan duduk dan tangannya menabrak pada kursi roda Jaden."Aduh!" Nara memegang sikutnya yang ternyata berdarah terkena tepi kursi roda Jaden."Kenapa kamu ada di sini?""Saya memang tinggal di sini sekarang, Tuan JL." Nara tetap

    Last Updated : 2025-02-07
  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 6 Ciuman Yang Tak Diinginkan

    Pagi itu Nara sudah bangun dan segera menyiapkan makan pagi untuk Jaden. Nenek yang berada di dalam dapur sedikit terkejut melihat ada Nara di sana. "Kamu sedang apa di sini, Nara?" "Pagi, Nek, aku sedang membuat makan pagi untuk tuan JL." Tangan Nara sembari mengaduk sesuatu di dalam panci berukuran sedang. "Tuan JL?" Nenek melihat bingung pada Nara. "Tuan JL itu ya cucu Nenek." "Kenapa kamu memanggil cucuku dengan sebutan Tuan JL?" "Tuan Jaden Luther dan aku singkat Tuan JL saja." "Hm! Kamu ini bisa-bisa mendapat masalah memanggil cucuku seperti itu. Dia itu orang yang tidak suka dikatai aneh-aneh." "Itu bukan aneh, Nek, tapi itu inisial nama saja. Dia kalau mau marah ya aku biarkan saja, kan memang dia suka sekali marah-marah." "Cucuku itu dulu memang orang yang tegas dan kaku, tapi dia selalu menunjukan rasa sayangnya padaku, Nara, tapi sejak kejadian itu dia bahkan sama sekali tidak pernah memeluk neneknya ini, padahal aku sangat merindukan dia memanggilku wanita tua ca

    Last Updated : 2025-03-01
  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 7 About Mandi

    Nara tampak berdiri terdiam di tempatnya, dia memikirkan tawaran yang Jaden baru saja berikan padanya.Tersungging senyum licik pada bibir lelaki yang sedang menatap Nara. "Bagaimana? Apa kamu mau melakukan apa yang aku inginkan, dan aku akan melakukan apa yang kamu inginkan?""Kenapa lelaki ini jadi mesum begini? Dari informasi yang aku dapatkan, dia bukan orang seperti itu? Apa dia sengaja agar aku menyerah menjadi pelayannya. Kamu salah jika mencari lawan, Tuan JL," Nara berdialog di dalam hatinya."Pelayan tidak tau diri! Kenapa malah diam saja? Apa kamu mendadak jadi tuli tidak mendengar apa yang aku katakan?""Baik, Tuan JL. Saya akan membantu Tuan JL mandi dan bahkan sampai berganti baju, tapi setelah itu Tuan JL harus makan dan pergi terapi."Jaden terhenyak mendengar apa yang Nara katakan, dia tidak mengira jika Nara akan mengiyakan apa yang dia inginkan."Aku kira dia seorang wanita baik-baik, tapi ternyata aku salah. Dia murahan," umpat Jaden dalam hati.Nara membantu Jaden

    Last Updated : 2025-03-01
  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 8 Kegigihan Nara

    Nara keluar dari kamar mandi meninggalkan Jaden sendiri di dalam. Dia memilih keluar karena pria di dalam sana sedang terlihat sangat marah padanya. Nara tidak mau tambah membuat Jaden semakin emosi."Kita lihat saja, nanti kalau kamu sudah di rumah kenangan, apa yang bisa kamu lakukan?" Nara berdialog sendiri.Beberapa menit kemudian Nara menempelkan telinganya pada daun pintu karena dia takut jika Jaden jatuh saat duduk di kursi rodanya setelah keluar dari bathub. "Nona Nara!""Nara tersentak kaget saat mendengar suara Reno dan ketukan pada pintu kamar Jaden."Reno ada apa ke sini?"Nara segera membuka pintu kamar Jaden dan dia melihat Reno sudah berdiri di depan pintu sembari mengedarkan pandangannya seperti mencari sesuatu."Nona Nara, Tuan Muda masih di kamar mandi?""Tuan JL masih di dalam kamar mandi, memangnya kenapa?""Dia tadi menghubungiku dan menyuruhku datang ke kamarnya untuk membantunya keluar dari kamar mandi.""Menghubungi kamu?" Nara memang ingat tadi dia melihat ad

    Last Updated : 2025-03-02
  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 9 Mengantar Terapi

    Jaden duduk di depan meja, di mana ada semangkuk sup buatan Nara. Jaden melihat ke arah dalam mangkuknya dengan sorot mata heran."Ini sup buatan saya sendiri, Tuan JL, jadi Tuan tenang saja karena ini sup yang sehat.""Sup jagung?"Nara mengangguk dengan cepat. "Bukankah Tuan JL suka sekali dengan sup jagung, makannya saya buatkan sup jagung.""Apa kamu tau semua itu dari kontrak yang kamu tanda tangani?""Tidak, saya tau karena saya mencari tau sendiri.""Jadi, kamu mencari tau semua tentangku?""Em ... bisa dibilang begitu karena aku harus profesional dalam bekerja. Sekarang Tuan JL makan dulu dan kita bisa segera berangkat untuk terapi."Jaden masih terdiam melihat sup di depannya. "Kenapa Tuan JL diam saja? Apa mau aku suapi?"Jaden kemudian menatap Nara datar. "Aku hanya lumpuh pada kakiku, tidak pada tanganku."Nara mengangguk perlahan. Jaden kemudian menyendokkan sedikit sup dan memasukkan ke dalam mulutnya. Nara melihat serius pada Jaden karena dia ingin mengetahui reaksi pr

    Last Updated : 2025-03-02

Latest chapter

  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 78 Keahlian Reno

    Nara mendekatkan dirinya pada kaca besar di sana. Dia seolah sedang menyapa wanita tua yang sudah membuka kedua matanya dan melihat ke arahnya. Nara benar-benar merasa senang karena dia bisa melihat Nenek Miranti membuka keduanya. Wanita tua yang masih terpasang begitu banyak alat medis yang menancap pada tubuhnya tampak tersenyum tipis."Reno! Nenek sudah sadar!" seru Nara yang memeluk Reno di sana. Reno pun tak lupa membalas pelukan Nara karena dia pun merasa sangat senang."Iya, Nenek sudah sadar dan aku sebaiknya segera memberitahukan ini pada Tuan Jaden."Nara pun melepaskan pelukannya. "Iya, Ren, beritahu dia jika Nenek sudah sadar. Tuan JL pasti akan sangat senang mengetahui hal ini." Reno pun segera pergi dari sana. Nara masih memperhatikan Nenek Miranti. Nara seolah sedang mengajak Nenek Miranti untuk berbicara menggunakan bahasa isyarat. Wanita tua itu pun hanya menanggapi dengan mengangguk perlahan. Ada suatu kelegaan di hati Nara melihat Nenek Miranti sudah sadar.Tak lam

  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 77 Sakit Yang Tak Berdarah

    Pria dengan kursi rodanya itu mengerjapkan kedua matanya. Dirinya tidak sadar jika semalam dia malah ketiduran di depan ruang ICCU, di mana neneknya sedang dirawat. "Selimut?" ujarnya heran melihat ada selimut berwarna biru menutupi tubuhnya yang tidur dia atas kursi rodanya.Tak lama kedua matanya menangkap sosok yang sebenarnya tidak ingin dia lihat, tapi hati kecilnya rindukan. Nara sedang berdiri tepat di depan jendela kaca besar dengan tirai ruangan yang masih tertutup. Tangannya pun menampak pada kaca besar itu, serta terlihat guratan kesedihan pada wajahnya. "Nek, aku mohon nenek bisa bertahan dan sembuh. Aku ingin melihat nenek kembali." Air mata Nara pun perlahan menetes.Sekarang Jaden tahu siapa yang sudah menyelimuti tubuhnya. Dia mengambil selimut itu dan melemparnya dengan kasar. Rasa bencinya pada Nara seketika muncul mengingat apa yang sudah wanita itu lakukan."Untuk apa kamu ke sini? Pergi dari sini! Nenekku tidak membutuhkan dirimu, Pelayan!" bentak Jaden marah.N

  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 76 Hari Yang Buruk Untuk Jaden

    "Kenapa wanita tua itu tidak mati saja, sih?" geram Kalista marah. Kedua matanya kini menatap dengan kesal pada sosok pria yang sedang duduk di atas ranjangnya dengan bagian tubuh atas yang tampak polos, sedangkan bagian bawahnya tertutup selimut tebal. Pria dengan wajah datarnya itu tampak sedang memikirkan sesuatu."Malam ini juga aku dan Jaden harusnya pergi makan malam, tapi ternyata wanita tua itu membuat drama," ucapnya masih terdengar kesal.Sekarang kedua mata wanita cantik itu mengalihkan pada pria yang ada di atas ranjangnya. "Devon, kamu sedang memikirkan apa sih? Aku ini sedang bicara sama kamu." Kalista yang hanya mengenakan selimut untuk menutup tubuh polosnya berdiri tepat di depan tempat tidurnya.Devon pun membalas melihat dengan datar pada wanita cantik yang baru saja menemani tidurnya. "Aku masih mencari tau tentang siapa orang yang sudah membebaskan Nara saat aku culik, semua orangku pun tidak ada yang tau sosok itu." Sekarang ekspresi Devon lebih ke penasaran.Ka

  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 75 Menorehkan Rasa Sakit

    Ekspresi kecemasan itu belum hilang dari wajah Nara. Dia menunggu dengan tidak tenang di depan pintu ruangan di mana Nenek Miranti sedang ditangani oleh petugas medis."Nara, aku baru saja menghubungi Tuan Jaden dan dia akan segera ke sini," ujar Reno yang juga tak kalah cemas."Iya, kita juga harus memberitahunya. Reno, aku benar-benar takut terjadi hal yang serius pada Nenek Miranti, kenapa juga dokter dari tadi tidak keluar dari ruangannya. Setidaknya mereka memberitahu bagaimana keadaan nenek saat ini." Nara mengigiti jarinya untuk menghilangkan kecemasannya."Kita tunggu saja semoga Nenek Miranti tidak kenapa-napa. Aku juga sebenarnya takut sekali kalau sampai terjadi hal yang fatal, tapi kita tetap harus berpikiran positif, Nara.""Ini semua salahku, Ren, aku tidak seharusnya mengatakan hal itu pada nenek. Hal yang aku takutkan pun akhirnya terjadi, aku benar-benar bodoh." Nara duduk sembari menjambak rambutnya sendiri karena dia merasa sudah berbuat hal yang sangat bodoh. And

  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 74 Sebuah Kejutan

    Setelah beberapa hari Nara dirawat di rumah sakit, akhirnya dia diperbolehkan untuk pulang. Kali ini dia pulang ke rumah barunya yang sudah disiapkan oleh Nenek Miranti. Nara awalnya sangat terkejut karena tiba-tiba Nenek Miranti membelikan rumah untuknya. Reno yang sudah memberitahu padanya tentang rumah baru yang nanti saat pulang Nara akan langsung tinggal di sana."Nek, kenapa Nenek membelikan aku rumah ini? Aku bisa tinggal di cafe milik Kak Dean."Nara yang kala itu sedang duduk di ruang tamu bersama dengan Nenek Miranti dan ada Reno di sana. Dean? Dean tidak ikut karena dia pagi ini harus keluar kota untuk proyek cafe satunya. Rumah yang diberikan oleh Nenek Miranti tidak begitu besar, tapi terlihat sangat nyaman. Rumah itu juga sudah lengkap dengan perabotannya."Kamu baru saja keluar dari rumah sakit dan tidak baik jika kamu tinggal di dalam cafe itu. Nara, aku minta maaf karena belum bisa menjenguk kamu waktu di rumah sakit dan kita baru bisa bertemu di sini. Acara pertunan

  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 73 Sang Penolong

    Setelah mematikan panggilannya. Pria itu tersenyum dengan sangat puas, tangannya pun menarik perut seseorang mendekat ke arahnya. Kedua orang itu pun saling menautkan bibirnya dalam."Sayang, aku ingin menyiksa wanita itu dulu," ucap sang wanita setelah tautan bibirnya terlepas. "Untuk apa? Kamu tidak perlu membuat dirimu capek hanya untuk menyiksanya." Telunjuk pria itu mengusap lembut bibir sang wanita."Ayolah! Aku ingin melihat wanita itu menderita, kenapa kamu malah menyuruh orang suruhanmu membuang ponselnya? Bagaimana kamu menghubunginya nanti dan katakan jangan membuatnya mati dulu." Wajah cantik wanita itu terlihat kesal.Sekali lagi tangan pria itu membelai setiap inci wajah wanita di depannya. "Aku sudah biasa bermain kotor seperti ini dan aku tau bagaimana mengatasinya." Pria itu pun menghubungi seseorang."Kamu menghubungi siapa?" tanyanya tidak sabar.Pria yang adalah kekasihnya itu tidak menjawab. Dia masih menyelesaikan bicaranya dengan seseorang ditelepon. Setelah bi

  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 72 Menculik Nara

    Nara masih berusaha melepaskan dirinya dari beberapa orang yang sedang memegangi tangannya. Orang-orang itu terlihat ingin berbuat buruk padanya."Lepaskan aku! Kalian mau apa?" pekik Nara dengan tetap berusaha memberontak."Kalian jangan macam-macam dengan Nara!" Reno pun ikut berteriak."Kami akan membawamu untuk dihabisi," ucap salah satu pria di sana sembari tersenyum miring."Apa?" Kedua mata Nara pun mendelik kaget.Reno pun terlihat khawatir jika orang-orang itu melukai Nara. Dia berusaha melawan dua pria yang sedang memegangi tangannya.Bruk!Reno pun dipukul sampai tersungkur. Reno jelas saja kalah, dia kalah jumlah dengan delapan pria berbaju serba hitam di sana.Nara pun yang mencoba mengigit salah satu pria itu, akhirnya tangan satunya terlepas. Dia pun mencoba menendang kaki pria satunya, tapi sayang dua pria lainnya segera memukul perut Nara sampai Nara pun tersungkur. "Hei!" pekik Reno yang ingin menolong Nara, tapi tangannya langsung dicekal oleh dia orang lagi."Le

  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 71 Hari Pertunangan

    Pyar!Sebuah pecahan gelas terdengar menggema di ruangan itu. Tampak seorang wanita menahan amarah yang dari tadi ingin dia luapkan."Kamu kenapa, Sayang, bukannya kamu baru saja keluar dengan si lumpuh itu?" tanya Devon yang tengah duduk santai di sofa kecil miliknya."Kamu harus segera menyingkirkan si pelayan tidak tau diri itu, Devon!" Kalista menggeram marah mengingat tadi dia bertemu dengan Nara."Aku sebenarnya punya rencana ingin menyingkirkannya saat bagiku dia berbahaya jika sampai mengatakan semuanya, tapi ternyata dia tidak mengetahui siapa yang menyuruh sebenarnya." Devon kembali menikmati winenya.Kalista berjalan dengan menggoda ke arah pria yang sedang menatapnya dengan pandangan menginginkan. "Kamu benar-benar jahat, Sayang." Kedua tangan wanita itu melingkar pada leher pria yang masih saja terus menatapnya."Aku melakukan semua itu karena aku ingin mendapatkan kamu, Sayang, dan akhirnya aku pun mendapatkan kamu." Devon pun mengecup pipi Kalista dengan lembut."Jujur

  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 70 Hinaan Yang Menyakitkan

    Nara menghentikan makannya saat dia melihat ke arah dua orang yang baru memasuki tempat di mana dia sedang menikmati makan paginya dengan Tommy.Pandangan Nara tak lepas melihat pada sosok pria yang ingin sekali dia mendapatkan maaafnya."Nara, itu pria yang kemarin datang ke cafe, kan? Dia kekasih kamu?" tanya Tommy di mana pertanyaan itu sudah pernah dia tanyakan, hanya saja tidak mendapat jawaban dari Nara karena Nara malah sibuk menangis waktu itu.Nara pun menggeleng pelan. "Aku sudah tidak memiliki hubungan dengannya," ucapnya lirih."Lagipula, kenapa kamu harus berpacaran dengan pria lumpuh itu? Meskipun dia kaya raya dan tampan, tetap saja tidak bisa berjalan," seloroh Tommy yang seketika membuat Nara mengerutkan keningnya."Mas Tommy jangan menghina fisik seseorang seperti itu. Meskipun dia lumpuh, tapi dia pria yang sangat baik dan—." Nara menghentikan ucapannya, dia ingin mengatakan jika dan dia sangat mencintainya, tapi apa hal itu penting dan berguna jika diucapkan."Nara

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status