Beranda / Romansa / Tuan Lumpuh, I Love You / Bab 6 Ciuman Yang Tak Diinginkan

Share

Bab 6 Ciuman Yang Tak Diinginkan

Penulis: Tri Setyorini
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-01 13:21:05

Pagi itu Nara sudah bangun dan segera menyiapkan makan pagi untuk Jaden. Nenek yang berada di dalam dapur sedikit terkejut melihat ada Nara di sana.

"Kamu sedang apa di sini, Nara?"

"Pagi, Nek, aku sedang membuat makan pagi untuk tuan JL." Tangan Nara sembari mengaduk sesuatu di dalam panci berukuran sedang.

"Tuan JL?" Nenek melihat bingung pada Nara.

"Tuan JL itu ya cucu Nenek."

"Kenapa kamu memanggil cucuku dengan sebutan Tuan JL?"

"Tuan Jaden Luther dan aku singkat Tuan JL saja."

"Hm! Kamu ini bisa-bisa mendapat masalah memanggil cucuku seperti itu. Dia itu orang yang tidak suka dikatai aneh-aneh."

"Itu bukan aneh, Nek, tapi itu inisial nama saja. Dia kalau mau marah ya aku biarkan saja, kan memang dia suka sekali marah-marah."

"Cucuku itu dulu memang orang yang tegas dan kaku, tapi dia selalu menunjukan rasa sayangnya padaku, Nara, tapi sejak kejadian itu dia bahkan sama sekali tidak pernah memeluk neneknya ini, padahal aku sangat merindukan dia memanggilku wanita tua cantikku." Wanita sepuh di samping Nara berdiri itu tampak meneteskan air matanya.

"Nenek jangan menangis." Tangan Nara mengusap punggung nenek Miranti dengan lembut. "Kita akan berusaha agar Tuan JL bisa kembali seperti dulu dan aku juga berharap dia bisa berjalan lagi, Nek."

Nenek melihat Nara yang sepertinya melamun setelah mengatakan hal itu. "Nara, kamu memikirkan apa?"

Tepukan tangan nenek Miranti pada pundak Nara membuat wanita itu seolah kembali menginjakkan kakinya di bumi.

"Aku hanya memikirkan semoga apa yang aku lakukan bisa membuat Tuan JL sembuh, walaupun aku tau jika hal itu sulit, tapi aku tidak mau putus asa dulu."

"Kenapa kamu sepertinya ingin sekali cucuku sembuh, Nara?"

Nara mencoba menyembunyikan rasa keterkejutan atas pertanyaan nenek dengan tersenyum. "Nek, aku sudah memilih menjadi pelayan Tuan JL dan aku harus bertanggung jawab, lagi pula bukannya aku sudah berjanji pada Nenek jika aku akan bekerja sebaik mungkin agar Tuan Jaden bisa berubah seperti dulu."

Nenek Miranti seketika memeluk Nara yang membuat Nara terkejut. "Terima kasih, Nara, aku tidak tau apa yang harus aku berikan sama kamu yang sampai sekarang masih bertahan bekerja di sini? Mungkin gaji yang aku tawarkan juga tidak cukup untuk mengganti semua perlakukan yang sudah cucuku lakukan."

"Nenek tidak perlu berpikir seperti itu. Gaji yang Nenek tawarkan lebih dari cukup."

"Baunya enak sekali!" Tiba-tiba suara Reno terdengar di sana.

"Nara yang sedang membuat sarapan pagi untuk Jaden, Ren. Oh ya! Apa semua sudah kamu selesaikan?"

"Sudah, Nek, hanya tinggal sedikit saja dan nanti malam rencana bisa dijalankan."

"Bagus kalau begitu. Aku benar-benar semalaman tidak bisa tidur memikirkan bagaimana reaksi cucuku saat dia tau kamu culik dan berada di rumah kenangan?" Nenek melihat ke arah Nara.

"Aku berharap dia tidak menyuruh orang untuk membunuhku nantinya, Nek."

"Itu juga yang terlintas dipikiranku, Nona Nara. Nona Nara takut ya?"

Nara menggeleng pelan. "Aku tidak pernah takut akan kematian, Ren. Aku hanya takut meninggal sebelum menyelesaikan apa yang harus aku selesaikan," ucap Nara pelan sembari melamun.

"Maksud Nona Nara apa sih?"

"Sudahlah! Aku mau mengantarkan sup jagung untuk Tuan JL, dan setelah itu aku akan membawa dia pergi terapi." Nara menuangkan sup yang dia buat ke dalam mangkuk.

"Sup jagung? Kenapa kamu bisa mengetahui makanan kesukaan cucuku?"

"Nek, sebelum masuk ke sini dan melamar menjadi pelayan Tuan JL, aku harus mencari tau semua hal tentangnya agar aku tidak salah nantinya." Nara tersenyum dan pergi dari dapur dengan baki yang berisi makanan kesukaan Jaden.

Reno melihat ke arah Nenek Miranti dengan aneh. "Nek, sebenarnya Nona Nara itu pelayan atau dia bidadari yang menyamar menjadi manusia?"

"Siapapun dia, aku berharap Nara bisa membuat cucuku kembali seperti dulu."

Nara berdiri di depan pintu kamar Jaden yang masih tertutup. "Semoga dia tidak menuangkan sup panas ini pada mukaku."

Nara mengetuk pintunya, tapi dia tidak mendapat jawaban. Beberapa kali Nara mengetuk tetap saja tidak mendapat jawaban.

"Nara, sebaiknya kamu tidak menganggu Tuan Muda, dia pasti masih tidur dan akan bangun sesukanya," ucap seorang pelayan yang sedang membersihkan ruangan di sana.

"Tapi dia ada jadwal untuk terapi hari ini."

"Tuan muda tidak pernah mengikuti terapi lagi setelah dia jatuh dan merasakan sakit pada pinggangnya. Tuan muda sepertinya tidak memiliki keinginan untuk sembuh, apa lagi setelah mendengar vonis dokter itu."

Nara tampak terdiam sejenak. Dia kemudian mencoba membuka pintu kamarnya dan ternyata tidak dikunci. Nara masuk dan melihat di sana masih tampak gelap karena tirai di kamar Jaden yang masih tertutup rapat.

"Bagaimana dia bisa sembuh kalau malas begini?" Nara meletakkan baki yang dia bawa dan perlahan berjalan menuju jendela kamar Jaden.

"Shit! Siapa yang menyuruhmu membuka tirainya?" suara bentakan Jaden marah.

"Selamat pagi, Tuan JL, saya membawakan sarapan pagi untuk Tuan."

Jaden mengucek kedua matanya saat tirai sudah terbuka semua. Jaden yang masih berbaring di atas tempat tidurnya melihat kesal pada Nara.

"Pelayan tidak tahu diri! Kenapa kamu menggangguku? Apa kamu tidak tahu kalau aku akan bangun tidur sesuai keinginanku?"

"Saya tahu, tapi hari ini Tuan JL ada terapi, jadi Tuan JL harus bangun pagi dan nanti kita pergi ke tempat terapi."

"Aku sudah katakan kalau aku tidak mau tetapi. Pergi kamu dari kamarku karena aku mau melanjutkan tidurku." Jaden sekarang malah memiringkan tubuhnya, membelakangi Nara.

"Tuan JL harus bangun." Nara mencoba membalikan tubuh Jaden dengan sekuatnya.

"Kamu benar-benar berisik sekali." Jaden menarik tangan Nara dengan kasar.

"Auw!"

Kedua orang itu seketika terdiam karena bibir mereka menyatu dengan sempurna.

Jaden tiba-tiba mendorong Nara dengan kasar. "Shit! Dasar pelayan tidak tahu diri!" Jaden mengusap bibirnya dengan marah.

Nara pun mengusap bibirnya dengan wajah kesal. "Saya minta maaf, tapi Tuan JL tadi yang menarik tangan saya." Nara memijit tangannya yang memang terasa sakit.

Jaden segera beringsut dan duduk bersandar pada tepian ranjang. "Aku sangat membencimu, pelayan tidak tahu diri!"

"Aku akan menyiapkan air hangat untuk, Tuan Jaden." Nara masuk ke dalam kamar mandi dan membuka air pada bathub, kemudian dia keluar lagi mengambilkan baju ganti untuk Jaden.

Jaden hanya duduk diam di tempatnya melihat apa saja yang pelayannya lakukan.

Beberapa menit kemudian Nara berdiri di depan Jaden dan memberitahu jika air hangat untuk Jaden mandi sudah siap.

"Baiklah, aku akan mandi jika kamu mau memandikanku, Pelayan."

Kedua mata Nara seketika membulat kaget. "Memandikan Tuan JL? Saya hanya akan membawa Tuan masuk ke dalam kamar mandi dan membantu duduk pada tepian bathub saja.

"Kamu mau atau tidak?" tanya Jaden tegas."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 7 About Mandi

    Nara tampak berdiri terdiam di tempatnya, dia memikirkan tawaran yang Jaden baru saja berikan padanya.Tersungging senyum licik pada bibir lelaki yang sedang menatap Nara. "Bagaimana? Apa kamu mau melakukan apa yang aku inginkan, dan aku akan melakukan apa yang kamu inginkan?""Kenapa lelaki ini jadi mesum begini? Dari informasi yang aku dapatkan, dia bukan orang seperti itu? Apa dia sengaja agar aku menyerah menjadi pelayannya. Kamu salah jika mencari lawan, Tuan JL," Nara berdialog di dalam hatinya."Pelayan tidak tau diri! Kenapa malah diam saja? Apa kamu mendadak jadi tuli tidak mendengar apa yang aku katakan?""Baik, Tuan JL. Saya akan membantu Tuan JL mandi dan bahkan sampai berganti baju, tapi setelah itu Tuan JL harus makan dan pergi terapi."Jaden terhenyak mendengar apa yang Nara katakan, dia tidak mengira jika Nara akan mengiyakan apa yang dia inginkan."Aku kira dia seorang wanita baik-baik, tapi ternyata aku salah. Dia murahan," umpat Jaden dalam hati.Nara membantu Jaden

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-01
  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 8 Kegigihan Nara

    Nara keluar dari kamar mandi meninggalkan Jaden sendiri di dalam. Dia memilih keluar karena pria di dalam sana sedang terlihat sangat marah padanya. Nara tidak mau tambah membuat Jaden semakin emosi."Kita lihat saja, nanti kalau kamu sudah di rumah kenangan, apa yang bisa kamu lakukan?" Nara berdialog sendiri.Beberapa menit kemudian Nara menempelkan telinganya pada daun pintu karena dia takut jika Jaden jatuh saat duduk di kursi rodanya setelah keluar dari bathub. "Nona Nara!""Nara tersentak kaget saat mendengar suara Reno dan ketukan pada pintu kamar Jaden."Reno ada apa ke sini?"Nara segera membuka pintu kamar Jaden dan dia melihat Reno sudah berdiri di depan pintu sembari mengedarkan pandangannya seperti mencari sesuatu."Nona Nara, Tuan Muda masih di kamar mandi?""Tuan JL masih di dalam kamar mandi, memangnya kenapa?""Dia tadi menghubungiku dan menyuruhku datang ke kamarnya untuk membantunya keluar dari kamar mandi.""Menghubungi kamu?" Nara memang ingat tadi dia melihat ad

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-02
  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 9 Mengantar Terapi

    Jaden duduk di depan meja, di mana ada semangkuk sup buatan Nara. Jaden melihat ke arah dalam mangkuknya dengan sorot mata heran."Ini sup buatan saya sendiri, Tuan JL, jadi Tuan tenang saja karena ini sup yang sehat.""Sup jagung?"Nara mengangguk dengan cepat. "Bukankah Tuan JL suka sekali dengan sup jagung, makannya saya buatkan sup jagung.""Apa kamu tau semua itu dari kontrak yang kamu tanda tangani?""Tidak, saya tau karena saya mencari tau sendiri.""Jadi, kamu mencari tau semua tentangku?""Em ... bisa dibilang begitu karena aku harus profesional dalam bekerja. Sekarang Tuan JL makan dulu dan kita bisa segera berangkat untuk terapi."Jaden masih terdiam melihat sup di depannya. "Kenapa Tuan JL diam saja? Apa mau aku suapi?"Jaden kemudian menatap Nara datar. "Aku hanya lumpuh pada kakiku, tidak pada tanganku."Nara mengangguk perlahan. Jaden kemudian menyendokkan sedikit sup dan memasukkan ke dalam mulutnya. Nara melihat serius pada Jaden karena dia ingin mengetahui reaksi pr

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-02
  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 10 Menculik Jaden Part 1

    Nara berdiri di depan kaca jendela besar di mana dia dari sana bisa melihat tuan mudanya sedang mengikuti terapi untuk bisa berjalan lagi. Nara melihat wajah Jaden tidak ada sama sekali ekspresi senangnya. Wajah itu terlihat datar dan dingin. "Dia apa aslinya memang seperti itu ya wajahnya?" Nara kembali melihat Jaden yang sedang duduk dan dipijit kakinya oleh sang terapis. Nara benar-benar memperhatikan cara terapis itu memijit kaki Jaden dan apa saja yang dilakukan pada Jaden. Sampai pada akhirnya, Jaden mulia berdiri dengan berpegangan pada kedua tiang datar. "Perlahan saja Tuan Jaden." Nara yang melihat Jaden berusaha berdiri dengan kakinya tampak senang, tapi juga khawatir. "Tuan JL, ayo berusahalah." Kedua tangan Jaden mencengkeram kedua pegangan kayu sembari menahan rasa yang mungkin sangat menyakitkan. "Argh! Shit! Sudah aku bilang kalau aku tidak bisa!" Jaden tiba-tiba marah karena dia terjatuh. Nara yang melihat dari kaca besar di depannya seketika mendekat ke ar

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-03
  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 11 Menculik Jaden Part 2

    Nara hanya terdiam melihat pria di depannya itu. Dalam hati kecil Nara berkata, jika hanya untuk membius seorang Jaden Luther saja adalah hal yang sulit. Bagaimana jika nanti mereka akan tinggal satu atap?"Tuan harus minum untuk menghilangkan rasa takut Tuan JL karena naik mobil tadi."Jaden langsung memberikan tatapan tajamnya. "Jadi, kamu tahu kalau aku takut naik mobil?""Tentu saja saya tahu karena beberapa kali melihat Tuan JL panik dan cemas saat berada di dalam mobil.""Kamu benar-benar tidak tau diri. Kamu sengaja mengajakku ke pantai agar lebih lama bisa menyiksaku di dalam mobil."Nara menggeleng pelan. "Saya sama sekali tidak ada niat seperti itu. Saya malah ingin membuat Tuan JL bisa melawan semua rasa takut yang sedang Tuan rasakan karena saya tau jika Tuan JL orang yang sangat kuat."Nara membereskan pecahan kaca dan segera berjalan keluar dari kamar Jaden Luther.Terdengar suara marah Jaden yang juga membanting beberapa barang di dalam kamarnya."Oh Tuhan, apa aku bisa

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-03
  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 12 Di Rumah Kenangan Part 1

    Nara sedang berpamitan dengan Nenek dan juga Reno. Dia akan segera membawa Jaden ke rumah kenangan yang letaknya lumayan jauh dari sana, dan nanti di tempat yang agak terpencil itu Jaden akan tinggal hanya berdua dengan Nara."Nara, tolong jaga cucuku dengan baik. Kalau kamu kesal padanya, ingat saja jika sebenarnya cucuku orang yang tidak seperti itu.""Nenek tenang saja karena beberapa hari dengan Tuan JL, aku sudah mulai terbiasa dengan sikapnya.""Nona Nara, semoga kamu tetap kuat dan sabar merawat Tuan Muda, tapi kalau tidak sanggup atau menyerah karena benar-benar sudah tidak bisa Nona Nara terima, Nona Nara bisa mengundurkan diri. Iya, kan Nek?" Reno melihat ke arah wanita tua yang kedua matanya tampak sembab."Iya, Nara."Nara memeluk Nenek dan Reno bergantian. Jaden sudah Nara tidurkan di kursi belakang mobil Jaden."Nek, Reno, aku mau berangkat dulu.""Iya, hati-hati, Nara." Nara mengendarai mobil sendirian memecah jalanan sore yang tampak sepi. Jaden masih terbaring nyeny

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-04
  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 13 Rumah Kenangan Part 2

    Nara bingung saat akan masuk ke dalam kamar Jaden karena dia takut jika pria itu masih marah dengannya, tapi Nara juga tidak bisa membiarkan Jaden tidak makan sama sekali.Pintu diketuk oleh Nara, tapi pria di dalam kamar itu tidak mau menyahut sama sekali.Nara mengetuk pintu hanya ingin memberitahu jika dia izin akan masuk ke dalam kamar Jaden, tapi saat tidak mendapat jawaban, Nara membuka kunci pintu itu. "Tuan JL," panggil Nara lirih, Nara pun berhati-hati membuka pintu kamar Jaden. Takutnya dia tiba-tiba di lempar Jaden sesuatu.Namun, saat pintu sudah terbuka, Nara melihat Jaden yang duduk dengan wajah menatap tajam pada Nara.Nara sebenarnya takut melihat tatapan Jaden yang seperti itu, walaupun Nara tau jika Jaden tidak akan menyakitinya selama jarak mereka jauh."Tuan JL, ini makan paginya." Nara meletakkan sarapan Jaden di atas meja kecil di sana."Aku tidak mau makan. Berikan saja ponselku.""Tuan makan dulu dan minum obat, kemarin Tuan belum minum obatnya.""Berikan pons

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-04
  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 14 Perjanjian

    "Ren." Sebuah usapan lembut pada pundak Reno yang tampak terdiam setelah sambungan teleponnya di putuskan oleh Jaden."Iya, Nek.""Aku tahu jika kamu pasti sedih karena ucapan Jaden. Nenek tau jika selain kamu adalah orang kepercayaan cucuku, kamu juga adalah sahabat baik dari cucuku.""Iya, Nek. Aku sedih saja saat Tuan Muda dengan mudahnya memecatku hanya karena aku sekali ini tidak bisa menuruti keinginannya, padahal aku lakukan itu juga ingin melihat sahabatku kembali seperti dulu."Wanita tua itu menunjukkan senyum kecil nan lembutnya. "Sudahlah, kamu tidak perlu memikirkan apa yang cucuku katakan tadi, apa kamu tahu jika Jaden itu tidak akan bisa kehilangan sahabat sepertimu."Nenek yang masih terlihat cantik itu memeluk Reno.Di tempatnya, Nara melihat Jaden tertegun. Dia merasa baru kali ini melihat Jaden seperti itu."Tuan JL," panggil Nara lirih."Pergi dari sini.""Tuan kenapa?""Aku bilang pergi dari hadapanku!"Nara tahu jika hati Jaden sedang tidak baik, jadi dia lebih b

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-05

Bab terbaru

  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 78 Keahlian Reno

    Nara mendekatkan dirinya pada kaca besar di sana. Dia seolah sedang menyapa wanita tua yang sudah membuka kedua matanya dan melihat ke arahnya. Nara benar-benar merasa senang karena dia bisa melihat Nenek Miranti membuka keduanya. Wanita tua yang masih terpasang begitu banyak alat medis yang menancap pada tubuhnya tampak tersenyum tipis."Reno! Nenek sudah sadar!" seru Nara yang memeluk Reno di sana. Reno pun tak lupa membalas pelukan Nara karena dia pun merasa sangat senang."Iya, Nenek sudah sadar dan aku sebaiknya segera memberitahukan ini pada Tuan Jaden."Nara pun melepaskan pelukannya. "Iya, Ren, beritahu dia jika Nenek sudah sadar. Tuan JL pasti akan sangat senang mengetahui hal ini." Reno pun segera pergi dari sana. Nara masih memperhatikan Nenek Miranti. Nara seolah sedang mengajak Nenek Miranti untuk berbicara menggunakan bahasa isyarat. Wanita tua itu pun hanya menanggapi dengan mengangguk perlahan. Ada suatu kelegaan di hati Nara melihat Nenek Miranti sudah sadar.Tak lam

  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 77 Sakit Yang Tak Berdarah

    Pria dengan kursi rodanya itu mengerjapkan kedua matanya. Dirinya tidak sadar jika semalam dia malah ketiduran di depan ruang ICCU, di mana neneknya sedang dirawat. "Selimut?" ujarnya heran melihat ada selimut berwarna biru menutupi tubuhnya yang tidur dia atas kursi rodanya.Tak lama kedua matanya menangkap sosok yang sebenarnya tidak ingin dia lihat, tapi hati kecilnya rindukan. Nara sedang berdiri tepat di depan jendela kaca besar dengan tirai ruangan yang masih tertutup. Tangannya pun menampak pada kaca besar itu, serta terlihat guratan kesedihan pada wajahnya. "Nek, aku mohon nenek bisa bertahan dan sembuh. Aku ingin melihat nenek kembali." Air mata Nara pun perlahan menetes.Sekarang Jaden tahu siapa yang sudah menyelimuti tubuhnya. Dia mengambil selimut itu dan melemparnya dengan kasar. Rasa bencinya pada Nara seketika muncul mengingat apa yang sudah wanita itu lakukan."Untuk apa kamu ke sini? Pergi dari sini! Nenekku tidak membutuhkan dirimu, Pelayan!" bentak Jaden marah.N

  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 76 Hari Yang Buruk Untuk Jaden

    "Kenapa wanita tua itu tidak mati saja, sih?" geram Kalista marah. Kedua matanya kini menatap dengan kesal pada sosok pria yang sedang duduk di atas ranjangnya dengan bagian tubuh atas yang tampak polos, sedangkan bagian bawahnya tertutup selimut tebal. Pria dengan wajah datarnya itu tampak sedang memikirkan sesuatu."Malam ini juga aku dan Jaden harusnya pergi makan malam, tapi ternyata wanita tua itu membuat drama," ucapnya masih terdengar kesal.Sekarang kedua mata wanita cantik itu mengalihkan pada pria yang ada di atas ranjangnya. "Devon, kamu sedang memikirkan apa sih? Aku ini sedang bicara sama kamu." Kalista yang hanya mengenakan selimut untuk menutup tubuh polosnya berdiri tepat di depan tempat tidurnya.Devon pun membalas melihat dengan datar pada wanita cantik yang baru saja menemani tidurnya. "Aku masih mencari tau tentang siapa orang yang sudah membebaskan Nara saat aku culik, semua orangku pun tidak ada yang tau sosok itu." Sekarang ekspresi Devon lebih ke penasaran.Ka

  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 75 Menorehkan Rasa Sakit

    Ekspresi kecemasan itu belum hilang dari wajah Nara. Dia menunggu dengan tidak tenang di depan pintu ruangan di mana Nenek Miranti sedang ditangani oleh petugas medis."Nara, aku baru saja menghubungi Tuan Jaden dan dia akan segera ke sini," ujar Reno yang juga tak kalah cemas."Iya, kita juga harus memberitahunya. Reno, aku benar-benar takut terjadi hal yang serius pada Nenek Miranti, kenapa juga dokter dari tadi tidak keluar dari ruangannya. Setidaknya mereka memberitahu bagaimana keadaan nenek saat ini." Nara mengigiti jarinya untuk menghilangkan kecemasannya."Kita tunggu saja semoga Nenek Miranti tidak kenapa-napa. Aku juga sebenarnya takut sekali kalau sampai terjadi hal yang fatal, tapi kita tetap harus berpikiran positif, Nara.""Ini semua salahku, Ren, aku tidak seharusnya mengatakan hal itu pada nenek. Hal yang aku takutkan pun akhirnya terjadi, aku benar-benar bodoh." Nara duduk sembari menjambak rambutnya sendiri karena dia merasa sudah berbuat hal yang sangat bodoh. And

  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 74 Sebuah Kejutan

    Setelah beberapa hari Nara dirawat di rumah sakit, akhirnya dia diperbolehkan untuk pulang. Kali ini dia pulang ke rumah barunya yang sudah disiapkan oleh Nenek Miranti. Nara awalnya sangat terkejut karena tiba-tiba Nenek Miranti membelikan rumah untuknya. Reno yang sudah memberitahu padanya tentang rumah baru yang nanti saat pulang Nara akan langsung tinggal di sana."Nek, kenapa Nenek membelikan aku rumah ini? Aku bisa tinggal di cafe milik Kak Dean."Nara yang kala itu sedang duduk di ruang tamu bersama dengan Nenek Miranti dan ada Reno di sana. Dean? Dean tidak ikut karena dia pagi ini harus keluar kota untuk proyek cafe satunya. Rumah yang diberikan oleh Nenek Miranti tidak begitu besar, tapi terlihat sangat nyaman. Rumah itu juga sudah lengkap dengan perabotannya."Kamu baru saja keluar dari rumah sakit dan tidak baik jika kamu tinggal di dalam cafe itu. Nara, aku minta maaf karena belum bisa menjenguk kamu waktu di rumah sakit dan kita baru bisa bertemu di sini. Acara pertunan

  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 73 Sang Penolong

    Setelah mematikan panggilannya. Pria itu tersenyum dengan sangat puas, tangannya pun menarik perut seseorang mendekat ke arahnya. Kedua orang itu pun saling menautkan bibirnya dalam."Sayang, aku ingin menyiksa wanita itu dulu," ucap sang wanita setelah tautan bibirnya terlepas. "Untuk apa? Kamu tidak perlu membuat dirimu capek hanya untuk menyiksanya." Telunjuk pria itu mengusap lembut bibir sang wanita."Ayolah! Aku ingin melihat wanita itu menderita, kenapa kamu malah menyuruh orang suruhanmu membuang ponselnya? Bagaimana kamu menghubunginya nanti dan katakan jangan membuatnya mati dulu." Wajah cantik wanita itu terlihat kesal.Sekali lagi tangan pria itu membelai setiap inci wajah wanita di depannya. "Aku sudah biasa bermain kotor seperti ini dan aku tau bagaimana mengatasinya." Pria itu pun menghubungi seseorang."Kamu menghubungi siapa?" tanyanya tidak sabar.Pria yang adalah kekasihnya itu tidak menjawab. Dia masih menyelesaikan bicaranya dengan seseorang ditelepon. Setelah bi

  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 72 Menculik Nara

    Nara masih berusaha melepaskan dirinya dari beberapa orang yang sedang memegangi tangannya. Orang-orang itu terlihat ingin berbuat buruk padanya."Lepaskan aku! Kalian mau apa?" pekik Nara dengan tetap berusaha memberontak."Kalian jangan macam-macam dengan Nara!" Reno pun ikut berteriak."Kami akan membawamu untuk dihabisi," ucap salah satu pria di sana sembari tersenyum miring."Apa?" Kedua mata Nara pun mendelik kaget.Reno pun terlihat khawatir jika orang-orang itu melukai Nara. Dia berusaha melawan dua pria yang sedang memegangi tangannya.Bruk!Reno pun dipukul sampai tersungkur. Reno jelas saja kalah, dia kalah jumlah dengan delapan pria berbaju serba hitam di sana.Nara pun yang mencoba mengigit salah satu pria itu, akhirnya tangan satunya terlepas. Dia pun mencoba menendang kaki pria satunya, tapi sayang dua pria lainnya segera memukul perut Nara sampai Nara pun tersungkur. "Hei!" pekik Reno yang ingin menolong Nara, tapi tangannya langsung dicekal oleh dia orang lagi."Le

  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 71 Hari Pertunangan

    Pyar!Sebuah pecahan gelas terdengar menggema di ruangan itu. Tampak seorang wanita menahan amarah yang dari tadi ingin dia luapkan."Kamu kenapa, Sayang, bukannya kamu baru saja keluar dengan si lumpuh itu?" tanya Devon yang tengah duduk santai di sofa kecil miliknya."Kamu harus segera menyingkirkan si pelayan tidak tau diri itu, Devon!" Kalista menggeram marah mengingat tadi dia bertemu dengan Nara."Aku sebenarnya punya rencana ingin menyingkirkannya saat bagiku dia berbahaya jika sampai mengatakan semuanya, tapi ternyata dia tidak mengetahui siapa yang menyuruh sebenarnya." Devon kembali menikmati winenya.Kalista berjalan dengan menggoda ke arah pria yang sedang menatapnya dengan pandangan menginginkan. "Kamu benar-benar jahat, Sayang." Kedua tangan wanita itu melingkar pada leher pria yang masih saja terus menatapnya."Aku melakukan semua itu karena aku ingin mendapatkan kamu, Sayang, dan akhirnya aku pun mendapatkan kamu." Devon pun mengecup pipi Kalista dengan lembut."Jujur

  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 70 Hinaan Yang Menyakitkan

    Nara menghentikan makannya saat dia melihat ke arah dua orang yang baru memasuki tempat di mana dia sedang menikmati makan paginya dengan Tommy.Pandangan Nara tak lepas melihat pada sosok pria yang ingin sekali dia mendapatkan maaafnya."Nara, itu pria yang kemarin datang ke cafe, kan? Dia kekasih kamu?" tanya Tommy di mana pertanyaan itu sudah pernah dia tanyakan, hanya saja tidak mendapat jawaban dari Nara karena Nara malah sibuk menangis waktu itu.Nara pun menggeleng pelan. "Aku sudah tidak memiliki hubungan dengannya," ucapnya lirih."Lagipula, kenapa kamu harus berpacaran dengan pria lumpuh itu? Meskipun dia kaya raya dan tampan, tetap saja tidak bisa berjalan," seloroh Tommy yang seketika membuat Nara mengerutkan keningnya."Mas Tommy jangan menghina fisik seseorang seperti itu. Meskipun dia lumpuh, tapi dia pria yang sangat baik dan—." Nara menghentikan ucapannya, dia ingin mengatakan jika dan dia sangat mencintainya, tapi apa hal itu penting dan berguna jika diucapkan."Nara

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status