Usai melakukan balas dendam atas perselingkuhan mantan kekasih dan sahabat baiknya sendiri, Diva Gantari malah terlibat dengan Elvan Sabil, pria yang dia ‘temui’ secara tak sengaja akibat salah masuk toilet pria. Dengan bantuan Elvan, Diva berhasil kabur dari masalah lantaran identitas pria itu ternyata merupakan CEO salah satu perusahaan multinasional terbesar di ibu kota. Yang jadi masalah, usai memberikan bantuannya, Elvan malah menuntut balas budi Diva dengan meminta wanita itu menjadi tunangannya!?Elvan: “Jadilah tunanganku.”Diva: “Hah? Atas dasar apa!?”Elvan: “Atas dasar aku sudah membantumu, jadi kamu harus membantuku.”
Lihat lebih banyakDiva mengernyitkan kening saat melihat pesan Elvan ini, tetapi detik berikutnya rasa bahagia menyelimuti hatinya.[Baiklah, sekarang lebih baik kamu tidur dulu, istirahat yang cukup dan jangan lupa minum obat!]Tidak lama berselang dari pesan yang dia kirimkan itu, Elvan menghubunginya, Diva sebenarnya sudah menebak hal ini, pria itu pasti akan menghubunginya kalau dia membalas pesannya itu.“Wah, calon suamiku menelpon. Apa kamu merindukanku?” tanya Diva dengan suara manjanya. Bibirnya melengkungkan senyum yang cukup lebar.“Tentu saja! Siapa yang tidak merindukan calon istrinya sendiri.” Elvan berkata dengan suara yang terdengar cukup senang.“Apa kamu sebahagia itu, Van?” tanya Diva.“Tentu saja, sejak awal aku ingin memamerkanmu! Tapi kamu maunya dalam mode invisible!” Elvan berkata dengan santai. Diva lalu terkekeh mendengar ucapan Elvan ini. Pria ini sangat berbeda sejak awal mereka bertemu, pertama kali dia sangat menyeramkan untuk Diva, terkesan arogan dan dingin, tiap kata ya
Melihat Indah yang bertanya seperti itu membuat Diva sedikit gugup. “Kenapa, Bu?” tanya Diva. Jantungnya mulai berdegup kencang, wajah ibunya terlihat sangat serius sekarang ini, bahkan dia merasakan suhu ruangan ini turun beberapa derajat menjadi lebih dingin.Indah menarik napas sejenak lalu memandang lekat ke arah Diva.“Nak, ibu mau bertanya sama kamu, tapi tolong jawablah yang jujur.” Ucapan Indah ini membenarkan semua ketakutan yang hinggap di diri Diva barusan.“Tentang apa, Bu?” tanya Diva perlahan, jantungnya kian berpacu cepat, terakhir kali ibunya memasang wajah serius seperti sekarang ini adalah ketika dia tahu tentang kondisi Ratri yang tengah hamil anaknya Anggala.“Tentang kamu,” ucap Indah dengan suaranya yang terdengar tegas.“Aku … kenapa?” Diva tidak menyadari kalau saat ini tangannya mulai sedikit gemetar, tetapi dia berusaha menyembunyikannya dari ibunya.“Ibu mau tanya, kemana kamu sebenarnya dua malam ini?”Benar saja! Satu pertanyaan ini membuat Diva benar-bena
Diva dengan cepat meraih benda itu dan melihatnya sekali lagi dia memastikan indra penglihatannya sedang berfungsi dengan baik! Dia lalu melakukan zoom pada gambar itu dan ….‘Sial!’ makinya dalam hati.“Ini … kamu dapat dari mana?” tanya Diva pada Prisya dengan pandangan tajam.“Jelas dapat dari grup kantor lah! Sekarang semua orang membahas tentangmu, Kak! Sebelumnya memang ada berita hal seperti ini, yang mengatakan kalau kakak adalah wanita simpanannya Pak Elvan Sabil, tapi sekarang berita ini makin melebar dan sekarang semua orang sedang membicarakanmu, Kak!” Prisya menjelaskan dengan santai.Diva berusaha menenangkan dirinya, tangannya gemetar melihat hal ini, dia benar-benar merutuki kebodohannya, andai saja dia saat itu tidak terprovokasi oleh wanita itu, mana mungkin dia bertindak segila itu tadi!“Kenapa Kak? Sekarang kakak sedang menyesal, karena bertindak agresif, ya?” tanyanya dengan tersenyum lebar.Diva tidak menjawab pertanyaan Prisya, dia merogoh kantong blazernya dan
Beberapa saat sebelumnya.“Ya ampun, akhirnya Diva pulang juga. Gimana kerjaan di kantornya, Nak?” tanya Indah pada anaknya yang baru saja masuk ke rumah.“Kerjaannya … sudah beres, Bu,” jawab Diva tersenyum lebar.“Ayah, maaf ya, kemarin Diva gak bisa temuin ayah di kantor,” ucap Diva sambil mendekati ayahnya yang sekarang sedang mengajak main keponakannya itu.“Gak apa-apa, Sayang, kemarin juga ayah ketemu sama adik kamu kok di sana,” pria paruh baya itu tersenyum melihat anaknya. “Kamu pasti capek banget, ya! Mendingan kamu bersih-bersih dulu, terus makan, tadi ibu sudah masak enak.”Diva mengangguk lalu melangkahkan kakinya ke kamar, tapi langkahnya terhenti saat melewati kamar Prisya yang pintunya terbuka sedikit, dia mengintip ke dalam kamar itu. Sang pemilik sedang sibuk di depan laptopnya, headphonenya terpasang sempurna beserta beberapa camilan di atas meja. Wajahnya sangat serius sekali sekarang ini.Tergelitik ingin tahu, Diva lalu masuk dan mendekati adiknya itu, tetapi ka
Miko menghubungi Diva, tetapi panggilannya tidak dijawab. “Ya ampun! Bisa gila aku kalo begini! Elvan, ya aku harus hubungi Elvan saja.”Sayangnya panggilannya juga tidak dijawab oleh Elvan, membuat Miko mengumpat kesal, “Apaan sih dua orang ini! Padahal aku mau bilang hal yang penting, malah mereka gak ada yang terima teleponku. Nanti kalo masalahnya sudah besar malah memaksa untuk melakukan ini itu!” Kembali Miko menghubungi Elvan, berkali-kali juga panggilan itu belum diangkatnya.Mau tidak mau dia harus mengirim pesan![Cek Grup kantor sekarang! Apa kalian harus memberi kejelasan dengan berita gila ini?]Setelah mengirimnya Miko menekan tombol silent. “Aku akan konsentrasi dengan kegiatanku malam ini!” ucapnya santai lalu memasukkan benda pipih itu kembali ke saku kemejanya.“Nenek, Miko pulang dulu, nanti Miko akan datang ke sini kalau sudah selesai urusan pekerjaan.” Miko lalu mencium wanita tua itu dan segera pergi dari tempat itu.Sementara itu, masih di dalam mobil milik Elv
Miko kembali ke ke rumah sakit tempat neneknya dirawat. Dia melihat ke arah wanita tua yang sangat lemah itu terbaring di sana dengan alat bantu medis.“Nek, nenek ingat dengan anak perempuan yang dulu itu? Sekarang dia benar-benar bersinar seperti bintang! Bahkan sudah memiliki planet sendiri yang selalu memutarinya.” Miko berkata dengan suara lemah dan terdengar getir di sana.“Entah aku harus senang atau sedih, tapi yang jelas, aku harus mendukungnya! Mereka memang pasangan yang cocok.” Kembali Miko berkata dengan suara rendah, kali ini terdengar seperti ingin menumpahkan luapan emosinya.Miko terbayang kegigihan Diva saat mendekatinya.Diva menyerahkan sebuah buku tulis bewarna biru dengan gambar boneka beruang di depannya. Dia dengan sangat percaya diri mengatakan kalau semuanya sudah selesai dikerjakannya dalam waktu satu malam.Zaydan terkejut melihat tulisan-tulisan Diva ini, lalu saat istirahat tiba dia menyuruh seorang adik kelas yang melintas di depannya untuk memanggil Div
Mendengar permintaan tidak masuk akal dari Zaydan itu membuat Nina jelas tertawa sinis dan meremehkan Diva.“Tapi, kalau kamu tidak sanggup melakukannya, jangan pernah sekalipun terlihat di depanku! Karena aku tidak suka!” Zaydan berkata dengan ketus dan sangat pedas.Namun, reaksi Diva justru berbeda, dia menganggap ucapan Zaydan ini seolah dirinya mendapatkan secercah harapan, Diva tersenyum pada anak laki-laki itu dengan sangat manis sekali, membuat Zaydan untuk sesaat menatapnya heran.“Baiklah! Terima kasih kesempatannya, Kak! Sekarang, apa aku boleh tidak melanjutkan lagi wawancara ini dan melanjutkan misi yang Kak Zaydan berikan padaku saja?” tanya Diva padanya dengan mata yang berbinar lebar.Zaydan melihatnya lagi dengan mengerutkan keningnya lalu berpikir sejenak kemudian mengangguk mengizinkan Diva untuk keluar dari tempat itu. "Silakan saja, tapi ingat jika besok pagi kamu tidak memberikannya maka-""Iya-iya aku tahu konsekuensinya, jangan diulang-ulang terus," ucap Diva.
Di dalam kendaraan ini, Elvan terus melihat kearah Diva, tatapannya tidak bergeser sedikit pun, membuat Diva merasa sedikit risih.“Kamu kenapa sih?” Diva berkata dengan mengerucutkan bibirnya.Elvan hanya menggeleng dan tersenyum, kalau saja tidak ada Andi saat ini sudah dipastikan Elvan akan langsung membawa wanita itu dalam pelukannya, entah kenapa sepertinya memeluk Diva sudah menjadi candu baginya, terasa sangat nyaman dan menenangkan.“Van, jangan bilang kamu mulai sedikit menggila karena senyum-senyum aneh seperti orang mesum begitu!” Diva berkata dengan menunjuk ke arahnya.Elvan langsung mengangguk cepat, “Ya benar, aku makin menggila karena kamu! Tapi, kamu harus catat, aku tidak pernah berpikiran mesum. Apa kamu ... sedang membicarakan diri sendiri, hehm?” goda Elvan.Hal ini spontan membuat Diva terkejut. “Kamu bisa bersikap normal gak sih? Jangan ngomong yang aneh-aneh ya, kamu sedang menggukan teknik serang balik, ya?” Diva menyipitkan sebelah matanya melihat ke arah pri
Diva benar-benar pasrah kali ini, dia sukses menahan laju air matanya untuk tidak keluar, dia menarik napas dalam untuk menciptakan ruang besar agar dadanya tidak terasa sesak. Sekujur tubuhnya terasa membeku. Dia juga tidak bisa menyalahkan Elvan atas apa yang dia perbuat, kalaupun tidak sekarang, Elvan lambat laun juga pasti akan tahu tingkahnya ini.Ternyata, sikapnya yang seperti inilah yang membuat pria tidak menginginkannya, terlalu terang-terangan bahkan sangat terkesan agresif. pria lebih menyukai wanita anggun yang pemalu dan lemah lembut, sedangkan dirinya? Ah! Mungkin kemarin Elvan belum menyadarinya. “Dengarkan aku,” Elvan kembali mendekatkan wajahnya ke arah Diva lalu menyelipkan rambut Diva ke belakang telinganya, dan berbisik, “Aku menyesal karena tidak bertemu denganmu sejak lama. Jadi, sekarang jangan pernah berpikir untuk kabur dariku!” Setelah mengatakan hal itu, Elvan membawa Diva dalam dekapnya. Diva yang awalnya sudah berpikiran buruk ini kembali tidak bisa me
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.