Beranda / Romansa / Tuan Lumpuh, I Love You / Bab 3. Menjalankan Rencana Part 1

Share

Bab 3. Menjalankan Rencana Part 1

Penulis: Tri Setyorini
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-07 02:08:58

Nara sudah berada di depan pintu kamar lelaki yang tadi mengusirnya dengan kasar. Dia sekali lagi menarik napasnya dalam sebelum akhirnya tangannya mengetuk pintu itu.

Satu ketukan, Nara tidak mendapat jawaban. Nara kembali mengetuk pintu kamar itu hingga tiga kali ketukan.

"Aku tidak mau diganggu!" seru suara Jaden terdengar begitu jelas di telinga Nara.

"Tuan Muda Jaden, waktunya makan siang dan minum obatmu," Nara akhirnya memberanikan diri mengatakan sesuatu.

"Sudah aku bilang, aku tidak mau diganggu. Kamu pergi dari sini!" bentaknya marah.

Nenek dan Reno yang melihat hal itu tampak cemas. "Ren, Jaden kenapa hari ini terlihat begitu marah?"

"Sebenarnya tadi Tuan Jaden melihat berita di sosial media jika Nona Kalista akan pergi ke Barcelona untuk pemotretan dan di sana Nona Kalista juga mengatakan akan sekalian liburan. Barcelona, kan, tempat yang sangat ingin didatangi oleh Nona Kalista jika nanti menikah dengan Tuan Jaden. Jadi, Tuan Jaden mungkin merasa kecewa karena dia tidak bisa mewujudkan hal itu." Wajah Reno pun tampak menunjukan kesedihannya.

"Kasihan sekali cucuku, dia sangat mencintai Kalista, tapi ternyata wanita itu tidak bisa menerima hal yang sudah terjadi pada cucuku."

Reno melihat pada nenek. "Nenek tahu tidak, jika aku tidak suka sama Nona Kalista."

Nenek melihat heran mendengar ucapan Reno. "Kenapa kamu tidak suka?"

"Aku pernah melihat Nona Kalista bersama dengan seorang pria, dan mereka bergandengan sangat mesra saat Tuan Jaden belum mengalami kecelakaan itu."

"Kamu serius, Reno?" tanya Nenek tidak percaya.

"Aku tidak mungkin berbohong sama Nenek. Sebenarnya aku mau mengatakan hal ini pada tuan Jaden, walaupun aku tahu jika tuan Jaden tidak akan percaya, tapi saat ingin memberitahunya, kecelakaan itu menimpa tuan Jaden. Kalau begini aku kadang bersyukur tuan Jaden tidak jadi menikah dengan Nona Kalista, tapi juga tidak menginginkan tuan Jaden seperti ini."

Nenek tidak bisa berkata apa-apa saat ini. "Tapi cucuku sangat mencintai Kalista, Ren."

Reno menganggukkan kepalanya pelan. "Eh, Nek, lihat!" Reno tiba-tiba terkejut melihat Nara yang malah membuka pintu kamar Jaden dan masuk ke dalam.

Nenek Miranti pun terkejut melihat hal itu. "Ren, bagaimana ini?"

"Tidak tahu, Nek."

"Kita lihat saja kalau begitu. Entah kenapa aku merasa Nara orang yang tepat untuk menangani cucuku itu." Reno hanya bisa mengangguk.

Nara melangkah masuk perlahan, dia berdoa dalam hatinya semoga Jaden tidak mencekiknya kali ini.

"Tuan Muda Jaden, saya membawakan makan siang untuk Tuan Muda."

Jaden yang mendengar suara Nara seketika membalikkan kursi rodanya dan menatap Nara dengan tajam.

"Siapa yang memberimu izin untuk masuk ke dalam kamarku?" tanya Jaden dengan suara marah.

Nara meletakkan nampan berisi makanan di atas meja dan dia berjalan lebih dekat ke arah Jaden.

"Saya minta maaf jika sudah lancang berani masuk ke dalam kamar Tuan Muda, tapi saya harus melakukan tugas. Ini sudah saatnya Tuan Muda makan dan minum obatnya."

"Aku bilang tidak mau makan dan kamu tidak perlu memperdulikan hal itu. Sekarang kamu keluar dari kamarku, aku tidak membutuhkan pelayan sepertimu!" sekali lagi Nara mendapat bentakan kasar dari Jaden.

Namun, Nara bukan wanita yang akan mundur hanya dengan mendapat bentakan kasar dari Jaden.

Nara mengambil piring berisi makanan dan dia menempatkan kursi tepat di depan Jaden. "Saya akan menyuapi Tuan Muda Jaden. Tuan Muda harus makan jika ingin sembuh."

"Jangan coba sok berani di depanku, pelayan bodoh!"

Nara malah mengambil satu suapan sendok dan menyodorkan pada mulut Jaden. "Tuan Jaden pasti tidak ingin terus duduk di kursi roda, kan?"

"Apa kamu tahu, jika aku selamanya akan duduk di kursi roda karena semua dokter tidak ada yang bisa menyembuhkan kaki brengsekku ini!"

Nara menarik napasnya pelan. "Jika dokter mengatakan kesempatan sembuh kaki Tuan hanya satu persen, kenapa Tuan tidak mencoba agar satu persen itu bisa menjadi seratus persen dengan berusaha dan tidak putus asa untuk sembuh?"

Jaden malah tersenyum miring mendengar apa yang Nara katakan. "Jangan bicara sok bijak. Memangnya siapa kamu? Kamu hanya pelayan bodoh yang sok berani melamar menjadi pelayan di sini. Aku sudah memberikan kamu kesempatan untuk pergi dari sini, tapi sepertinya kamu memaksa ingin menjadi pelayanku. Baiklah, kalau begitu kamu bisa menjadi pelayanku, dan aku akan dengan senang hati memberimu kesempatan merasakan menjadi pelayanku." Jaden sekali lagi tersenyum miring.

"Terima kasih kalau begitu. Sekarang Tuan Muda Jaden makan dulu."

"Aku tidak lapar. Bawa saja itu pergi."

"Tuan harus makan." Nara terlihat memaksa Jaden.

Jaden pun akhirnya membuka mulutnya dan menerima suapan sendok dari Nara. Nara pun terlihat senang, tapi sedetik kemudian, Nara seolah menahan napasnya saat sebuah ludahan mengenai wajah Nara.

Iya! Jaden meludahkan makanan yang tadi disuapkan oleh Nara dan tepat mengenai wajah Nara.

"Aku sudah bilang tidak mau makan, tapi kamu tetap memaksanya," Jaden menekankan kata-katanya.

Nara mengusap wajahnya dengan tisu dan dia kembali mengambil satu sendok suapan dan sekali lagi menyodorkan pada mulut Jaden. "Obat harus segera Tuan minum," ucap Nara santai seolah tidak terjadi apa-apa padanya.

Jaden yang melihat hal itu seketika emosinya meledak, dia mengambil piring Nara dan melemparkannya sehingga terdengar suara pecahan piring yang membuat nenek dan Reno kaget.

Nenek dan Reno sengaja berdiri di dekat kamar Jaden untuk berjaga-jaga jika Jaden berbuat hal buruk pada Nara.

"Nek, aku akan masuk ke dalam kamar Tuan Jaden."

Nenek dengan cepat menahan tangan Reno. "Biarkan dulu, Ren. Kita tunggu saja." Sebenarnya dalam hati nenek juga cemas, tapi dia ingat apa yang tadi Nara katakan sebelum Nara membawakan makanan ke kamar Jaden.

Nara berpesan agar nenek atau yang lainnya tidak masuk ke dalam kamar Jaden saat Nara berada di dalam kamar, apapun yang mereka dengar nantinya.

Wajah Nara tampak memerah saat ini karena lelaki tempramen itu sedang mencengkeram kedua rahang Nara dengan kuat.

Wajah Jaden pun melihat Nara dengan tatapan seolah ingin membunuh wanita di depannya itu.

"Aku akan memberimu kesempatan sekali lagi untuk memilih, tetap menjadi pelayanku atau keluar dari rumahku."

"A-aku akan tetap menjadi pelayanmu, Tuan Jaden Luther," ucap Nara terbata.

Jaden semakin mengeratkan cengkeramannya, tapi Nara berusaha menahan rasa sakit dari cengkeraman tangan Jaden.

"Benar-benar sok berani." Jaden segera melepaskan tangannya dan Nara dengan segera mengambil napasnya. Dia sebenarnya merasakan takut karena melihat kedua mata Jaden yang penuh amarah.

"Kamu yang memilih untuk menjadi pelayanku, dan aku akan membuat kamu merasakan neraka atas pilihanmu."

"Saya hanya ingin Tuan Jaden bisa kembali menjadi Tuan Jaden yang dulu, seperti apa yang Nenek Miranti rindukan." Nara berjalan keluar dari dalam kamar Jaden.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 4. menjalankan Rencana part 2

    Nara menemui Nenek dan Reno yang ada di luar kamar Jaden. Nenek dapat melihat wajah Nara yang sepertinya baru saja menangis.Iya! Nara tadi sempat menitikkan air mata karena perlakuan Jaden di dalam kamar tadi."Nara, kamu baik-baik saja, kan?" tanya Nenek Miranti dengan wajah khawatirnya. "Nek, aku tidak apa-apa.""Nona Nara, tadi aku sempat mendengar suara piring pecah. Apa Tuan Jaden sudah menyakitimu?" Gantian Reno yang wajahnya cemas. "Tuan Muda Jaden tadi melempar piring makanannya saat aku menyuapinya.""Sudah aku duga, dia memang sering sekali seperti itu saat para pelayan yang aku tunjuk untuk merawatnya sedang membawakan dia makanan."Reno melihat warna merah pada kulit pipi Nara dan Reno tahu jika selain melempar piring makannya, bosnya itu juga menyakiti Nara."Apa Tuan Jaden juga menyakiti Nona Nara?" Telunjuk Reno menunjuk pada wajah Nara."Ya Tuhan! Cucuku benar-benar keterlaluan! Nara aku minta maaf karena cucuku sudah kasar sama kamu.""Nenek tidak perlu khawatir. O

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07
  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 5. Sikap Buruk Yang Nara Terima

    Hari itu juga Nenek Miranti menyiapkan banyak sekali keperluan untuk dibawa ke rumah kenangan.Nara malam ini juga tidur di rumah Jaden, dia meninggalkan rumah lamanya dengan membawa beberapa barang yang dia butuhkan. Malam itu, Jaden yang terbangun dan ingin mengambil air minum, tapi dia melihat gelas airnya tidak ada isinya."Pelayan di sini benar-benar tidak bisa bekerja dengan benar. Sebaiknya aku berhentikan saja mereka semua," umpatnya kesal.Jaden mencoba bangkit dari tempat tidurnya dan meraih kursi rodanya, tapi yang ada dia malah terjatuh."Tuan Muda Jaden!" suara yang Jaden kenali tiba-tiba ada di dalam kamarnya.Nara mencoba membantu, tapi pria itu terkejut melihat Nara ada di dalam kamarnya. Jaden malah mendorong tubuh Nara hingga Nara terjatuh dengan duduk dan tangannya menabrak pada kursi roda Jaden."Aduh!" Nara memegang sikutnya yang ternyata berdarah terkena tepi kursi roda Jaden."Kenapa kamu ada di sini?""Saya memang tinggal di sini sekarang, Tuan JL." Nara tetap

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07
  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 6 Ciuman Yang Tak Diinginkan

    Pagi itu Nara sudah bangun dan segera menyiapkan makan pagi untuk Jaden. Nenek yang berada di dalam dapur sedikit terkejut melihat ada Nara di sana. "Kamu sedang apa di sini, Nara?" "Pagi, Nek, aku sedang membuat makan pagi untuk tuan JL." Tangan Nara sembari mengaduk sesuatu di dalam panci berukuran sedang. "Tuan JL?" Nenek melihat bingung pada Nara. "Tuan JL itu ya cucu Nenek." "Kenapa kamu memanggil cucuku dengan sebutan Tuan JL?" "Tuan Jaden Luther dan aku singkat Tuan JL saja." "Hm! Kamu ini bisa-bisa mendapat masalah memanggil cucuku seperti itu. Dia itu orang yang tidak suka dikatai aneh-aneh." "Itu bukan aneh, Nek, tapi itu inisial nama saja. Dia kalau mau marah ya aku biarkan saja, kan memang dia suka sekali marah-marah." "Cucuku itu dulu memang orang yang tegas dan kaku, tapi dia selalu menunjukan rasa sayangnya padaku, Nara, tapi sejak kejadian itu dia bahkan sama sekali tidak pernah memeluk neneknya ini, padahal aku sangat merindukan dia memanggilku wanita tua ca

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-01
  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 7 About Mandi

    Nara tampak berdiri terdiam di tempatnya, dia memikirkan tawaran yang Jaden baru saja berikan padanya.Tersungging senyum licik pada bibir lelaki yang sedang menatap Nara. "Bagaimana? Apa kamu mau melakukan apa yang aku inginkan, dan aku akan melakukan apa yang kamu inginkan?""Kenapa lelaki ini jadi mesum begini? Dari informasi yang aku dapatkan, dia bukan orang seperti itu? Apa dia sengaja agar aku menyerah menjadi pelayannya. Kamu salah jika mencari lawan, Tuan JL," Nara berdialog di dalam hatinya."Pelayan tidak tau diri! Kenapa malah diam saja? Apa kamu mendadak jadi tuli tidak mendengar apa yang aku katakan?""Baik, Tuan JL. Saya akan membantu Tuan JL mandi dan bahkan sampai berganti baju, tapi setelah itu Tuan JL harus makan dan pergi terapi."Jaden terhenyak mendengar apa yang Nara katakan, dia tidak mengira jika Nara akan mengiyakan apa yang dia inginkan."Aku kira dia seorang wanita baik-baik, tapi ternyata aku salah. Dia murahan," umpat Jaden dalam hati.Nara membantu Jaden

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-01
  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 8 Kegigihan Nara

    Nara keluar dari kamar mandi meninggalkan Jaden sendiri di dalam. Dia memilih keluar karena pria di dalam sana sedang terlihat sangat marah padanya. Nara tidak mau tambah membuat Jaden semakin emosi."Kita lihat saja, nanti kalau kamu sudah di rumah kenangan, apa yang bisa kamu lakukan?" Nara berdialog sendiri.Beberapa menit kemudian Nara menempelkan telinganya pada daun pintu karena dia takut jika Jaden jatuh saat duduk di kursi rodanya setelah keluar dari bathub. "Nona Nara!""Nara tersentak kaget saat mendengar suara Reno dan ketukan pada pintu kamar Jaden."Reno ada apa ke sini?"Nara segera membuka pintu kamar Jaden dan dia melihat Reno sudah berdiri di depan pintu sembari mengedarkan pandangannya seperti mencari sesuatu."Nona Nara, Tuan Muda masih di kamar mandi?""Tuan JL masih di dalam kamar mandi, memangnya kenapa?""Dia tadi menghubungiku dan menyuruhku datang ke kamarnya untuk membantunya keluar dari kamar mandi.""Menghubungi kamu?" Nara memang ingat tadi dia melihat ad

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-02
  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 9 Mengantar Terapi

    Jaden duduk di depan meja, di mana ada semangkuk sup buatan Nara. Jaden melihat ke arah dalam mangkuknya dengan sorot mata heran."Ini sup buatan saya sendiri, Tuan JL, jadi Tuan tenang saja karena ini sup yang sehat.""Sup jagung?"Nara mengangguk dengan cepat. "Bukankah Tuan JL suka sekali dengan sup jagung, makannya saya buatkan sup jagung.""Apa kamu tau semua itu dari kontrak yang kamu tanda tangani?""Tidak, saya tau karena saya mencari tau sendiri.""Jadi, kamu mencari tau semua tentangku?""Em ... bisa dibilang begitu karena aku harus profesional dalam bekerja. Sekarang Tuan JL makan dulu dan kita bisa segera berangkat untuk terapi."Jaden masih terdiam melihat sup di depannya. "Kenapa Tuan JL diam saja? Apa mau aku suapi?"Jaden kemudian menatap Nara datar. "Aku hanya lumpuh pada kakiku, tidak pada tanganku."Nara mengangguk perlahan. Jaden kemudian menyendokkan sedikit sup dan memasukkan ke dalam mulutnya. Nara melihat serius pada Jaden karena dia ingin mengetahui reaksi pr

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-02
  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 10 Menculik Jaden Part 1

    Nara berdiri di depan kaca jendela besar di mana dia dari sana bisa melihat tuan mudanya sedang mengikuti terapi untuk bisa berjalan lagi. Nara melihat wajah Jaden tidak ada sama sekali ekspresi senangnya. Wajah itu terlihat datar dan dingin. "Dia apa aslinya memang seperti itu ya wajahnya?" Nara kembali melihat Jaden yang sedang duduk dan dipijit kakinya oleh sang terapis. Nara benar-benar memperhatikan cara terapis itu memijit kaki Jaden dan apa saja yang dilakukan pada Jaden. Sampai pada akhirnya, Jaden mulia berdiri dengan berpegangan pada kedua tiang datar. "Perlahan saja Tuan Jaden." Nara yang melihat Jaden berusaha berdiri dengan kakinya tampak senang, tapi juga khawatir. "Tuan JL, ayo berusahalah." Kedua tangan Jaden mencengkeram kedua pegangan kayu sembari menahan rasa yang mungkin sangat menyakitkan. "Argh! Shit! Sudah aku bilang kalau aku tidak bisa!" Jaden tiba-tiba marah karena dia terjatuh. Nara yang melihat dari kaca besar di depannya seketika mendekat ke ar

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-03
  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 11 Menculik Jaden Part 2

    Nara hanya terdiam melihat pria di depannya itu. Dalam hati kecil Nara berkata, jika hanya untuk membius seorang Jaden Luther saja adalah hal yang sulit. Bagaimana jika nanti mereka akan tinggal satu atap?"Tuan harus minum untuk menghilangkan rasa takut Tuan JL karena naik mobil tadi."Jaden langsung memberikan tatapan tajamnya. "Jadi, kamu tahu kalau aku takut naik mobil?""Tentu saja saya tahu karena beberapa kali melihat Tuan JL panik dan cemas saat berada di dalam mobil.""Kamu benar-benar tidak tau diri. Kamu sengaja mengajakku ke pantai agar lebih lama bisa menyiksaku di dalam mobil."Nara menggeleng pelan. "Saya sama sekali tidak ada niat seperti itu. Saya malah ingin membuat Tuan JL bisa melawan semua rasa takut yang sedang Tuan rasakan karena saya tau jika Tuan JL orang yang sangat kuat."Nara membereskan pecahan kaca dan segera berjalan keluar dari kamar Jaden Luther.Terdengar suara marah Jaden yang juga membanting beberapa barang di dalam kamarnya."Oh Tuhan, apa aku bisa

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-03

Bab terbaru

  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 78 Keahlian Reno

    Nara mendekatkan dirinya pada kaca besar di sana. Dia seolah sedang menyapa wanita tua yang sudah membuka kedua matanya dan melihat ke arahnya. Nara benar-benar merasa senang karena dia bisa melihat Nenek Miranti membuka keduanya. Wanita tua yang masih terpasang begitu banyak alat medis yang menancap pada tubuhnya tampak tersenyum tipis."Reno! Nenek sudah sadar!" seru Nara yang memeluk Reno di sana. Reno pun tak lupa membalas pelukan Nara karena dia pun merasa sangat senang."Iya, Nenek sudah sadar dan aku sebaiknya segera memberitahukan ini pada Tuan Jaden."Nara pun melepaskan pelukannya. "Iya, Ren, beritahu dia jika Nenek sudah sadar. Tuan JL pasti akan sangat senang mengetahui hal ini." Reno pun segera pergi dari sana. Nara masih memperhatikan Nenek Miranti. Nara seolah sedang mengajak Nenek Miranti untuk berbicara menggunakan bahasa isyarat. Wanita tua itu pun hanya menanggapi dengan mengangguk perlahan. Ada suatu kelegaan di hati Nara melihat Nenek Miranti sudah sadar.Tak lam

  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 77 Sakit Yang Tak Berdarah

    Pria dengan kursi rodanya itu mengerjapkan kedua matanya. Dirinya tidak sadar jika semalam dia malah ketiduran di depan ruang ICCU, di mana neneknya sedang dirawat. "Selimut?" ujarnya heran melihat ada selimut berwarna biru menutupi tubuhnya yang tidur dia atas kursi rodanya.Tak lama kedua matanya menangkap sosok yang sebenarnya tidak ingin dia lihat, tapi hati kecilnya rindukan. Nara sedang berdiri tepat di depan jendela kaca besar dengan tirai ruangan yang masih tertutup. Tangannya pun menampak pada kaca besar itu, serta terlihat guratan kesedihan pada wajahnya. "Nek, aku mohon nenek bisa bertahan dan sembuh. Aku ingin melihat nenek kembali." Air mata Nara pun perlahan menetes.Sekarang Jaden tahu siapa yang sudah menyelimuti tubuhnya. Dia mengambil selimut itu dan melemparnya dengan kasar. Rasa bencinya pada Nara seketika muncul mengingat apa yang sudah wanita itu lakukan."Untuk apa kamu ke sini? Pergi dari sini! Nenekku tidak membutuhkan dirimu, Pelayan!" bentak Jaden marah.N

  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 76 Hari Yang Buruk Untuk Jaden

    "Kenapa wanita tua itu tidak mati saja, sih?" geram Kalista marah. Kedua matanya kini menatap dengan kesal pada sosok pria yang sedang duduk di atas ranjangnya dengan bagian tubuh atas yang tampak polos, sedangkan bagian bawahnya tertutup selimut tebal. Pria dengan wajah datarnya itu tampak sedang memikirkan sesuatu."Malam ini juga aku dan Jaden harusnya pergi makan malam, tapi ternyata wanita tua itu membuat drama," ucapnya masih terdengar kesal.Sekarang kedua mata wanita cantik itu mengalihkan pada pria yang ada di atas ranjangnya. "Devon, kamu sedang memikirkan apa sih? Aku ini sedang bicara sama kamu." Kalista yang hanya mengenakan selimut untuk menutup tubuh polosnya berdiri tepat di depan tempat tidurnya.Devon pun membalas melihat dengan datar pada wanita cantik yang baru saja menemani tidurnya. "Aku masih mencari tau tentang siapa orang yang sudah membebaskan Nara saat aku culik, semua orangku pun tidak ada yang tau sosok itu." Sekarang ekspresi Devon lebih ke penasaran.Ka

  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 75 Menorehkan Rasa Sakit

    Ekspresi kecemasan itu belum hilang dari wajah Nara. Dia menunggu dengan tidak tenang di depan pintu ruangan di mana Nenek Miranti sedang ditangani oleh petugas medis."Nara, aku baru saja menghubungi Tuan Jaden dan dia akan segera ke sini," ujar Reno yang juga tak kalah cemas."Iya, kita juga harus memberitahunya. Reno, aku benar-benar takut terjadi hal yang serius pada Nenek Miranti, kenapa juga dokter dari tadi tidak keluar dari ruangannya. Setidaknya mereka memberitahu bagaimana keadaan nenek saat ini." Nara mengigiti jarinya untuk menghilangkan kecemasannya."Kita tunggu saja semoga Nenek Miranti tidak kenapa-napa. Aku juga sebenarnya takut sekali kalau sampai terjadi hal yang fatal, tapi kita tetap harus berpikiran positif, Nara.""Ini semua salahku, Ren, aku tidak seharusnya mengatakan hal itu pada nenek. Hal yang aku takutkan pun akhirnya terjadi, aku benar-benar bodoh." Nara duduk sembari menjambak rambutnya sendiri karena dia merasa sudah berbuat hal yang sangat bodoh. And

  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 74 Sebuah Kejutan

    Setelah beberapa hari Nara dirawat di rumah sakit, akhirnya dia diperbolehkan untuk pulang. Kali ini dia pulang ke rumah barunya yang sudah disiapkan oleh Nenek Miranti. Nara awalnya sangat terkejut karena tiba-tiba Nenek Miranti membelikan rumah untuknya. Reno yang sudah memberitahu padanya tentang rumah baru yang nanti saat pulang Nara akan langsung tinggal di sana."Nek, kenapa Nenek membelikan aku rumah ini? Aku bisa tinggal di cafe milik Kak Dean."Nara yang kala itu sedang duduk di ruang tamu bersama dengan Nenek Miranti dan ada Reno di sana. Dean? Dean tidak ikut karena dia pagi ini harus keluar kota untuk proyek cafe satunya. Rumah yang diberikan oleh Nenek Miranti tidak begitu besar, tapi terlihat sangat nyaman. Rumah itu juga sudah lengkap dengan perabotannya."Kamu baru saja keluar dari rumah sakit dan tidak baik jika kamu tinggal di dalam cafe itu. Nara, aku minta maaf karena belum bisa menjenguk kamu waktu di rumah sakit dan kita baru bisa bertemu di sini. Acara pertunan

  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 73 Sang Penolong

    Setelah mematikan panggilannya. Pria itu tersenyum dengan sangat puas, tangannya pun menarik perut seseorang mendekat ke arahnya. Kedua orang itu pun saling menautkan bibirnya dalam."Sayang, aku ingin menyiksa wanita itu dulu," ucap sang wanita setelah tautan bibirnya terlepas. "Untuk apa? Kamu tidak perlu membuat dirimu capek hanya untuk menyiksanya." Telunjuk pria itu mengusap lembut bibir sang wanita."Ayolah! Aku ingin melihat wanita itu menderita, kenapa kamu malah menyuruh orang suruhanmu membuang ponselnya? Bagaimana kamu menghubunginya nanti dan katakan jangan membuatnya mati dulu." Wajah cantik wanita itu terlihat kesal.Sekali lagi tangan pria itu membelai setiap inci wajah wanita di depannya. "Aku sudah biasa bermain kotor seperti ini dan aku tau bagaimana mengatasinya." Pria itu pun menghubungi seseorang."Kamu menghubungi siapa?" tanyanya tidak sabar.Pria yang adalah kekasihnya itu tidak menjawab. Dia masih menyelesaikan bicaranya dengan seseorang ditelepon. Setelah bi

  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 72 Menculik Nara

    Nara masih berusaha melepaskan dirinya dari beberapa orang yang sedang memegangi tangannya. Orang-orang itu terlihat ingin berbuat buruk padanya."Lepaskan aku! Kalian mau apa?" pekik Nara dengan tetap berusaha memberontak."Kalian jangan macam-macam dengan Nara!" Reno pun ikut berteriak."Kami akan membawamu untuk dihabisi," ucap salah satu pria di sana sembari tersenyum miring."Apa?" Kedua mata Nara pun mendelik kaget.Reno pun terlihat khawatir jika orang-orang itu melukai Nara. Dia berusaha melawan dua pria yang sedang memegangi tangannya.Bruk!Reno pun dipukul sampai tersungkur. Reno jelas saja kalah, dia kalah jumlah dengan delapan pria berbaju serba hitam di sana.Nara pun yang mencoba mengigit salah satu pria itu, akhirnya tangan satunya terlepas. Dia pun mencoba menendang kaki pria satunya, tapi sayang dua pria lainnya segera memukul perut Nara sampai Nara pun tersungkur. "Hei!" pekik Reno yang ingin menolong Nara, tapi tangannya langsung dicekal oleh dia orang lagi."Le

  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 71 Hari Pertunangan

    Pyar!Sebuah pecahan gelas terdengar menggema di ruangan itu. Tampak seorang wanita menahan amarah yang dari tadi ingin dia luapkan."Kamu kenapa, Sayang, bukannya kamu baru saja keluar dengan si lumpuh itu?" tanya Devon yang tengah duduk santai di sofa kecil miliknya."Kamu harus segera menyingkirkan si pelayan tidak tau diri itu, Devon!" Kalista menggeram marah mengingat tadi dia bertemu dengan Nara."Aku sebenarnya punya rencana ingin menyingkirkannya saat bagiku dia berbahaya jika sampai mengatakan semuanya, tapi ternyata dia tidak mengetahui siapa yang menyuruh sebenarnya." Devon kembali menikmati winenya.Kalista berjalan dengan menggoda ke arah pria yang sedang menatapnya dengan pandangan menginginkan. "Kamu benar-benar jahat, Sayang." Kedua tangan wanita itu melingkar pada leher pria yang masih saja terus menatapnya."Aku melakukan semua itu karena aku ingin mendapatkan kamu, Sayang, dan akhirnya aku pun mendapatkan kamu." Devon pun mengecup pipi Kalista dengan lembut."Jujur

  • Tuan Lumpuh, I Love You   Bab 70 Hinaan Yang Menyakitkan

    Nara menghentikan makannya saat dia melihat ke arah dua orang yang baru memasuki tempat di mana dia sedang menikmati makan paginya dengan Tommy.Pandangan Nara tak lepas melihat pada sosok pria yang ingin sekali dia mendapatkan maaafnya."Nara, itu pria yang kemarin datang ke cafe, kan? Dia kekasih kamu?" tanya Tommy di mana pertanyaan itu sudah pernah dia tanyakan, hanya saja tidak mendapat jawaban dari Nara karena Nara malah sibuk menangis waktu itu.Nara pun menggeleng pelan. "Aku sudah tidak memiliki hubungan dengannya," ucapnya lirih."Lagipula, kenapa kamu harus berpacaran dengan pria lumpuh itu? Meskipun dia kaya raya dan tampan, tetap saja tidak bisa berjalan," seloroh Tommy yang seketika membuat Nara mengerutkan keningnya."Mas Tommy jangan menghina fisik seseorang seperti itu. Meskipun dia lumpuh, tapi dia pria yang sangat baik dan—." Nara menghentikan ucapannya, dia ingin mengatakan jika dan dia sangat mencintainya, tapi apa hal itu penting dan berguna jika diucapkan."Nara

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status