Terjerat Pesona CEO Dingin

Terjerat Pesona CEO Dingin

By:  Vya Kim  Updated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
2 ratings
74Chapters
545views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Astoria Everly, seorang staf di M.J Hotel mendapati hidupnya berubah drastis ketika ia terpaksa menikahi Mikhail Jamison Bloom, CEO tampan namun dingin yang dia benci. Pernikahan yang terjadi akibat sebuah kesalahpahaman ini membuat Astoria di hadapkan pada rahasia kelam dan kemampuan langka sang CEO. Di balik sikap dingin Mikhail, ia menderita sindrom savant, sebuah kondisi yang membuatnya brilian namun juga terisolasi. Mampukah Astoria bertahan dengan seorang Mikhail? Baca kisah lengkapnya di sini.

View More
Terjerat Pesona CEO Dingin Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Vya Kim
yuk yang mau tau visualnya para karakter ada di IG @vya.kim_
2024-08-26 14:29:56
0
user avatar
Nenghally
Ceritanya sangat menarik, bikin terhanyut di dalamnya
2024-08-20 16:58:48
1
74 Chapters

Chapter 1

"Astoria, ada tumpahan minuman di kamar 1501. Kamu harus segera membersihkannya!" ujar Jhein dengan nada mendesak. Astoria menghela napas panjang saat ia sedang berada di counter resepsionis seorang rekan kerjanya tiba-tiba saja memerintahkannya untuk membersihkan kamar. Hari ini, ia mendapatkan tugas yang agak berbeda dari biasanya, seorang resepsionis yang membersihkan kamar seorang CEO. Astoria bergerak cepat, merasakan sedikit kegugupan mengingat kamar 1501 adalah salah satu kamar eksekutif di M.J Hotel, tempatnya bekerja selama dua tahun terakhir. Setibanya di lantai 15, Astoria bisa merasakan kemewahan yang menyelimuti koridor. Ia berhenti sejenak di depan pintu kamar 1501, menarik napas dalam-dalam sebelum membunyikan bel yang berada di depan pintu. Setelah menunggu beberapa detik tanpa ada jawaban, ia memutuskan untuk membuka pintu dengan master key yang dimilikinya. Saat masuk, matanya langsung tertuju pada tumpahan minuman di dekat meja kecil di sudut ruangan. Dengan
Read more

chapter 2

"Jelaskan padaku apa yang sebenarnya terjadi," suara Alexander terdengar tegas, tidak memberi ruang untuk kebohongan. Alexander, seorang pria dengan rambut beruban yang tetap memancarkan wibawa, duduk di belakang meja, menatap tajam ke arah putranya, Mikhail, dan Astoria yang berdiri di hadapannya. Astoria merasa kakinya gemetar, matanya terfokus pada lantai, dan tangannya menggenggam ujung bajunya dengan erat. Detak jantungnya berdegup kencang, seolah-olah bisa terdengar di seluruh ruangan. Mikhail menarik napas dalam-dalam, pandangannya sesaat beralih pada Astoria yang menundukkan kepala. "Kami akan segera menikah, Ayah," katanya dengan tegas. Astoria mengangkat kepalanya sedikit, matanya berkaca-kaca. Ia merasa seakan terjebak dalam mimpi buruk yang tak berujung. Setiap kata yang keluar dari mulut Mikhail hanya membuatnya semakin terpuruk. Pernikahan ini bukan sesuatu yang ia inginkan, apalagi dengan cara seperti ini. Alexander mengangguk pelan, mengingat betapa ia sendi
Read more

Chapter 3

Mikhail Jamison Bloom berdiri tegak di altar dengan setelan jas hitam khusus yang mencerminkan statusnya sebagai CEO muda dari jaringan hotel terkenal milik keluarganya. Mikhail tampak sempurna dengan wajah tampan dan karisma yang memukau. Di sampingnya, Astoria berdiri dengan anggun dalam balutan gaun pengantin yang indah. Wajahnya yang cantik terlihat cemas saat bisikan-bisikan tamu yang meremehkan asal-usulnya dan keluarganya terdengar jelas di telinganya. Meskipun ia berusaha untuk tetap tenang, kata-kata kasar itu mengiris hatinya seperti pisau. “Tampan sekali Tuan Mikhail.” “CEO kita tampan, tapi sayangnya kenapa menikahi wanita yang tak jelas asal-usulnya itu? Ibunya datang tanpa ayahnya?” “Ku dengar ayahnya pergi karena ibunya selingkuh.” Bisik-bisik sebagian tamu undangan terdengar ketika Astoria berdiri di altar, mengenakan gaun pengantin yang indah namun terasa berat. Di sampingnya Mikhail berdiri dengan gagah namun tanpa ekspresi. “Ya ampun, pasti wanita itu sa
Read more

Chapter 4

Setelah perbincangan itu, Astoria berbaring sendirian di ranjang, terpisah dengan Mikhail yang beristirahat di kamar lain. Malam serasa panjang untuk melepas beban, tentu saja, ini pernikahannya yang dilaksanakan secara mendadak, ditambah sebuah surat perjanjian pernikahan kontrak yang sudah ia tanda tangani sehari sebelum pernikahan kemarin membuatnya tak bisa tidur. Astoria terus mengingat perjanjian berat bersama Mikhail, saat itu suasana di ruang kerja Mikhail terasa dingin dan penuh ketegangan. Astoria duduk di hadapan Mikhail, mencoba memahami maksud dari dokumen yang baru saja diberikan kepadanya. Mikhail menatap Astoria tanpa ekspresi, Namun mata gelapnya memancarkan intimidasi, “Lima tahun adalah waktu yang cukup untuk menenangkan segala rumor yang ada. Setelah itu, kita akan bercerai secara baik-baik.” Ia berhenti sejenak, menatap Astoria bagai melihat kucing jalanan, dan menambahkan, “Ada satu hal yang harus kau ingat, kau tidak boleh menceritakan perjanjian ini kepada
Read more

Chapter 5

Merasa lelah, Astoria berbaring di ranjangnya. Ya, ini di kamarnya sendiri, terpisah dengan kamar Mikhail. Ia menatap langit-langit, merenungi percakapan dengan ibunya. Tak lama kemudian, ponselnya berdering lagi, memecah keheningan.Pesan dari Rose, temannya:[Hei, kau tidak lupa 'kan acara ulang tahunku? Pakai baju formal ya, karena kakekku mengundang rekan bisnisnya juga.] Rose menambahkan emotikon menangis sebab ia menginginkan pesta untuk kaum muda, tapi kakeknya malah mengundang para rekan bisnisnya yang pasti sudah berumur.Astoria menjawab: [Oke, aku akan bersiap-siap.]Astoria duduk di depan cermin, mempersiapkan diri. Dengan hati-hati, ia berdandan cantik, memilih gaun yang elegan dan riasan yang menonjolkan kecantikannya. Ia menyisir rambutnya, lalu menguncirnya dengan gaya yang anggun.Petang itu, Astoria bergegas ke sebuah gedung acara yang megah, tempat yang memang diperuntukkan untuk acara besar. Hatinya berdebar-debar saat melangkah masuk. Sampai di depan pintu ballro
Read more

Chapter 6

Pintu ballroom terbuka lagi, dan keramaian yang semula penuh canda tawa perlahan mereda. Semua mata beralih ke arah pintu masuk, di mana seorang pria berpostur tegap melangkah masuk dengan penuh wibawa.Setelan jas hitam yang ia kenakan tampak sempurna, seakan dijahit khusus untuk membalut tubuh atletisnya. Wajahnya yang tegas terpahat, dengan mata tajam yang memancarkan aura kedalaman dan ketegasan. Rambutnya tersisir rapi, menambah kesan dingin namun memikat.Langkahnya mantap, tanpa ragu, seolah ia telah terbiasa menjadi pusat perhatian di mana pun ia berada. Dan benar saja, semua mata tak henti-hentinya mengikuti pergerakannya, berdecak kagum pada kehadirannya yang begitu menguasai ruangan.Bisikan-bisikan penuh kekaguman mulai terdengar dari sudut-sudut ballroom, membicarakan sosok tampan dan karismatik yang baru saja tiba.Pak Chriss, tuan rumah acara malam itu, segera melangkah maju dengan senyum lebar di wajahnya. "Duke Mikhail, kehormatan besar bagi kami, anda bisa hadir mala
Read more

Chapter 7

Mikhail berdiri tegak di tengah keramaian, dikelilingi oleh kolega dan kenalannya, namun tiba-tiba pandangannya terpaku pada sosok yang familiar di kejauhan. Astoria. Dia ada di sini, di tengah kerumunan yang gemerlap dan riuh.Hatinya bertanya-tanya sejenak, 'Astoria mengenal Rose?' Pikiran itu berputar di kepalanya, namun dia dengan cepat mengalihkan fokusnya kembali ke percakapan dengan Pak Chriss, berusaha tetap tenang meski rasa penasaran menggigit pikirannya.Mikhail tetap mendengarkan Pak Chriss berbicara tentang rencana pembangunan hotel di dekat stasiun yang akan segera dimulai. Hotel yang akan menjadi jantung ekonomi baru di kawasan itu, menguntungkan semua pihak yang terlibat. Mikhail mengangguk, menunjukkan ketertarikannya meskipun pikirannya masih setengah di tempat lain. Sesekali, matanya melirik ke arah Astoria, berusaha memantau situasinya tanpa menimbulkan kecurigaan.Pak Chriss, yang tak menyadari distraksi kecil Mikhail, mengaj
Read more

Chapter 8

Astoria terbangun perlahan, kelopak matanya terasa berat saat ia mencoba membuka mata. Cahaya putih yang terang menyambutnya, membuatnya harus menyipitkan mata sejenak untuk beradaptasi.Dia merasakan dinginnya seprai di bawah kulitnya dan bau khas antiseptik yang memenuhi udara, memberi tahu bahwa dia berada di tempat yang asing, bukan di rumah atau pesta yang barusan diingatnya, melainkan di kamar rumah sakit.Langit-langit putih bersih di atasnya, suara tetesan air infusan terdengar jelas dalam keheningan, dan rasa nyeri samar di telapak tangannya menjadi tanda bahwa sesuatu yang buruk telah terjadi. Dia merasa tubuhnya lemas, seperti baru saja melewati sesuatu yang sangat melelahkan. Tiba-tiba, sebuah suara lembut dan penuh kekhawatiran menyapanya. "Kau sudah sadar?"Astoria menoleh perlahan, mendapati Rose duduk di samping tempat tidurnya, wajahnya dipenuhi kecemasan. Mata Rose tampak merah, seolah telah menahan air mata yang hampir tumpah.
Read more

Chapter 9

Dalam perjalanan kembali ke hotel, Mikhail membiarkan pikirannya terhanyut dalam lamunan yang tak terelakkan. Wajah Astoria yang pucat, terbaring di ranjang rumah sakit, membuatnya bertanya-tanya. Ingatan itu membawanya kembali ke momen ketika dokter menemui dirinya setelah Astoria pingsan di pesta malam ini.Saat itu di rumah sakit, Mikhail berdiri di samping ranjang Astoria, melihat dokter memeriksa Astoria yang masih tidak sadarkan diri. Ketika dokter selesai, ia mendekati Mikhail, ekspresi serius terukir di wajahnya."Apa yang terjadi, Dok?" tanya Mikhail serius meski wajahnya nyaris tanpa ekspresi. Dokter menghela napas sebelum menjawab, "Secara fisik, Nona Astoria mengalami luka ringan di tangan akibat pecahan kaca. Namun, kondisi psikologisnya yang perlu lebih diperhatikan."Mikhail mengerutkan kening. "Apa maksud Anda?""Sepertinya Nona Astoria mengalami trauma psikis yang cukup dalam terkait darah," jelas dokter sambil menaikkan
Read more

Chapter 10

[Ku dengar kau yang membawaku ke rumah sakit, terimakasih.] Pesan singkat itu muncul di layar ponsel Mikhail saat ia duduk di kantornya, pagi ini. Tanpa disadari, sudut bibirnya terangkat sedikit, membentuk senyuman tipis yang hampir tak terlihat. Dia memang sudah terbiasa menjaga jarak emosional, namun pesan dari Astoria pagi ini memberi warna berbeda di awal harinya. Di kantor, kehadiran Mikhail yang lebih pagi dari biasanya membuat para staf eksekutif tegang. Mereka tahu, jika sang CEO datang di pagi hari dengan sikap yang tak terbaca, itu sering kali pertanda akan ada sesuatu yang besar—dan mungkin tidak menyenangkan—yang akan terjadi di antara mereka. Namun, Mikhail sendiri tampaknya tidak peduli dengan ketegangan yang menyelimuti sekitarnya. Dia pun mengambil ponselnya dan membalas pesan Astoria dengan cepat. [Kau sudah lebih baik?] Astoria, yang sedang berbaring di ranjan
Read more
DMCA.com Protection Status