Share

Chapter 3

Mikhail Jamison Bloom berdiri tegak di altar dengan setelan jas hitam khusus yang mencerminkan statusnya sebagai CEO muda dari jaringan hotel terkenal milik keluarganya. Mikhail tampak sempurna dengan wajah tampan dan karisma yang memukau.

Di sampingnya, Astoria berdiri dengan anggun dalam balutan gaun pengantin yang indah. Wajahnya yang cantik terlihat cemas saat bisikan-bisikan tamu yang meremehkan asal-usulnya dan keluarganya terdengar jelas di telinganya. Meskipun ia berusaha untuk tetap tenang, kata-kata kasar itu mengiris hatinya seperti pisau.

“Tampan sekali Tuan Mikhail.”

“CEO kita tampan, tapi sayangnya kenapa menikahi wanita yang tak jelas asal-usulnya itu? Ibunya datang tanpa ayahnya?”

“Ku dengar ayahnya pergi karena ibunya selingkuh.”

Bisik-bisik sebagian tamu undangan terdengar ketika Astoria berdiri di altar, mengenakan gaun pengantin yang indah namun terasa berat. Di sampingnya Mikhail berdiri dengan gagah namun tanpa ekspresi.

“Ya ampun, pasti wanita itu sama dengan ibunya, tukang rayu lelaki kaya!” bisik-bisik tamu undangan mengusik hati Astoria.

Pemimpin upacara pernikahan mulai membacakan janji pernikahan.

Ketika tiba saatnya mengucapkan janji, Astoria mencoba untuk tetap tenang. "Aku, Astoria, menerima engkau, Mikhail, sebagai suami…," suaranya bergetar, tetapi ia tetap berusaha kuat.

Mikhail mengikuti dengan nada yang datar. "Aku, Mikhail, menerima engkau, Astoria, sebagai istri…."

Baik Mikhail maupun Astoria melafalkannya dengan nada datar, menunjukkan ketegangan yang mendominasi suasana hati mereka. Janji yang seharusnya diucapkan dengan penuh kasih sayang terdengar seperti rutinitas yang harus dijalani. Ketika mereka saling menyematkan cincin, senyum tipis yang dipaksakan menghiasi wajah mereka, memperlihatkan betapa jauh hati mereka satu sama lain.

Mereka saling menukar cincin, dan akhirnya, pendeta mengumumkan mereka sebagai suami istri. Saat itu, Astoria merasakan campuran perasaan antara lega dan keterpaksaan.

Hingga akhirnya seluruh rangkaian pesta pun usai, Astoria dan Mikhail telah berada di kamar pengantin hotel yang sudah di set up cantik untuk malam pertama mereka.

Malam pertama mereka di kamar suite hotel terasa canggung dan tegang. Mikhail duduk di tepi ranjang, tatapannya kosong dan tanpa ekspresi. Sementara itu, Astoria menenangkan diri di kamar mandi. Air mata yang tertahan akhirnya mengalir saat ia menghapus riasan tebal di wajahnya. Astoria merasa terperangkap dalam situasi yang tidak diinginkannya, namun ia tahu bahwa ia harus kuat untuk keluarganya.

“Bagaimana aku bisa menjalani semua ini?” pikirnya.

Pernikahan yang seharusnya menjadi momen paling bahagia dalam hidupnya justru berubah menjadi mimpi buruk yang menyakitkan. Ia merasa terperangkap dalam sebuah skenario yang bukan pilihannya, sebuah komitmen yang dipaksakan demi menyelamatkan reputasi keluarga suaminya.

Air mata mulai mengalir di pipinya tanpa ia sadari. Ia menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan isak yang mulai naik ke tenggorokan.

Setelah beberapa saat, Astoria mengumpulkan keberanian dan akhirnya keluar dari kamar mandi. Keheningan menyelimuti mereka berdua. Mikhail mendekati Astoria dan mengatakan bahwa mereka perlu bicara. Mereka duduk berhadapan, suasana semakin tegang.

Mikhail perlahan bangkit dari duduknya, langkahnya mantap mendekati Astoria. Ia berhenti di depan Astoria, cukup dekat sehingga Astoria berdebar karena canggung.

"Kita perlu bicara," ujar Mikhail dengan nada suara yang tenang namun tegas, matanya lurus menatap Astoria di depannya.

Mikhail mengarahkan Astoria untuk duduk di kursi dekat meja rias, sementara ia mengambil tempat di kursi sebelahnya. Mereka duduk berhadapan, tatapan mata mereka saling mengunci.

"Tidak ada pilihan lain selain ini," kata Mikhail dengan nada datar. "Ini bukan sesuatu yang mudah bagiku juga. Tapi jangan anggap remeh pernikahan ini.”

Astoria menatapnya, mencoba membaca apa yang ada di balik mata kelam Mikhail. Astoria pikir lelaki tanpa perasaan sepertinya hanya menganggap pernikahan sebuah formalitas saja.

“Besok kita akan pulang ke rumah pribadiku, peran kita sebagai suami istri akan di mulai, tenang saja, aku akan memberikan uang tiap bulannya.”

“Aku masih bekerja di hotel, biar aku urus sendiri pengeluaranku,” ujar Astoria sambil menunduk, mencoba menyembunyikan ketidaksukaannya.

“Aku tidak menerima bantahan apapun.” Seru Mikhail seraya menatap Astoria dengan tatapan datar.

"Aku mengerti, Tuan," ujar Astoria.

Astoria membuang napasnya pelan setelah melihat Mikhail langsung pergi dari hadapannya. Astoria menenangkan dirinya, ia pasti bisa melewati ini. Lagipula pernikahan ini hanya akan berjalan selama lima tahun, Astoria akan menjalani pernikahan ini dengan semestinya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status