Share

Chapter 5

Merasa lelah, Astoria berbaring di ranjangnya. Ya, ini di kamarnya sendiri, terpisah dengan kamar Mikhail. Ia menatap langit-langit, merenungi percakapan dengan ibunya. Tak lama kemudian, ponselnya berdering lagi, memecah keheningan.

Pesan dari Rose, temannya:

[Hei, kau tidak lupa 'kan acara ulang tahunku? Pakai baju formal ya, karena kakekku mengundang rekan bisnisnya juga.]

Rose menambahkan emotikon menangis sebab ia menginginkan pesta untuk kaum muda, tapi kakeknya malah mengundang para rekan bisnisnya yang pasti sudah berumur.

Astoria menjawab: [Oke, aku akan bersiap-siap.]

Astoria duduk di depan cermin, mempersiapkan diri. Dengan hati-hati, ia berdandan cantik, memilih gaun yang elegan dan riasan yang menonjolkan kecantikannya. Ia menyisir rambutnya, lalu menguncirnya dengan gaya yang anggun.

Petang itu, Astoria bergegas ke sebuah gedung acara yang megah, tempat yang memang diperuntukkan untuk acara besar. Hatinya berdebar-debar saat melangkah masuk. Sampai di depan pintu ballroom, ia mengeluarkan undangan dari tas kecilnya.

Rose melihat kedatangan Astoria dan melambai. Penampilannya bagai ratu dalam semalam, namun tetap elegan. Senyum cerah Rose menyambutnya, sedikit mengurangi beban hati Astoria.

"Astoria! Kau datang! Terima kasih banyak!" Rose berseru dengan penuh semangat, memeluknya erat.

Astoria tersenyum lembut, "Tentu saja, Rose. Selamat ulang tahun!"

"Terima kasih," jawab Rose, matanya berbinar. "Ayo, masuk. Aku ingin kau bertemu beberapa orang penting."

Astoria mengikuti Rose masuk ke dalam ballroom. Ruangan itu penuh dengan tamu-tamu berpengaruh, namun Astoria tetap menjaga senyumnya meski hatinya masih terasa berat. Malam ini, ia bertekad untuk menikmati momen bersama sahabatnya dan melupakan sejenak permasalahan yang menghantuinya.

Astoria memberikan kado untuk sahabatnya itu, menikmati momen kebersamaan. Namun, seorang pelayan tiba-tiba memanggil Rose.

"Maaf Nona, anda dipanggil oleh Tuan Chriss."

Rose mendengus kesal, "Ugh, kakek tak pernah benar-benar membiarkan aku bersenang-senang!"

"Sudahlah, temui dulu kakekmu. Aku bisa berjalan-jalan sebentar sambil menikmati camilan," ujar Astoria.

"Ya sudah, tunggu ya, sampai nanti!" Rose melangkah dengan malas bersama pelayannya.

Astoria geleng-geleng melihat nona muda satu itu. Ia kemudian berjalan-jalan ke taman, menikmati suasana yang tenang. Namun, ia tiba-tiba ingat sesuatu. Ia duduk di bangku taman dan memeriksa berita di media sosial. Kekhawatiran menyelimuti pikirannya—takut berita tentang dirinya dan Mikhail terlanjur menyebar.

Dengan cemas, ia mencari berita di ponselnya, menelusuri setiap halaman, setiap sudut media. Namun, rupanya tak nampak apapun, bahkan pernikahannya pun tak ada di media mana pun. Hatinya merasa sedikit lega, tetapi pertanyaan pun muncul dalam benaknya.

Saat sedang fokus pada ponselnya, terdengarlah seruan dari pengeras suara, "Acara akan dimulai, di mohon kepada para hadirin yang berada di luar untuk memasuki ballroom."

Astoria pun bergegas masuk, namun dalam perjalanannya kembali ke ballroom, terdengar percakapan orang-orang di sekitarnya.

"Aku dengar bangsawan dari keluarga Bloom akan hadir."

"Apa? Duke dan Duchess Bloom akan hadir?"

"Ya, kita harus menyapa orang paling berpengaruh di negara ini, agar bisnis kita dilirik."

Astoria agak terheran mendengarnya, keluarga Bloom yang mana?

Marga suaminya juga Bloom, setahunya suaminya hanya pengusaha biasa, bukan bagian dari keluarga bangsawan kerajaan.

'Mungkin saja keluarga Bloom yang lain, nama Bloom kan banyak,' pikirnya.

Dengan pikiran yang masih bergelayut, Astoria melangkah masuk ke dalam ballroom. Matanya berusaha menyesuaikan diri dengan cahaya yang lebih terang di dalam. Ia menatap sekeliling, melihat orang-orang berbicara dan tertawa, suasana yang penuh kegembiraan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status