Share

Terjerat Pesona CEO Dingin
Terjerat Pesona CEO Dingin
Penulis: Vya Kim

Chapter 1

"Astoria, ada tumpahan minuman di kamar 1501. Kamu harus segera membersihkannya!" ujar Jhein dengan nada mendesak.

Astoria menghela napas panjang saat ia sedang berada di counter resepsionis seorang rekan kerjanya tiba-tiba saja memerintahkannya untuk membersihkan kamar.

Hari ini, ia mendapatkan tugas yang agak berbeda dari biasanya, seorang resepsionis yang membersihkan kamar seorang CEO.

Astoria bergerak cepat, merasakan sedikit kegugupan mengingat kamar 1501 adalah salah satu kamar eksekutif di M.J Hotel, tempatnya bekerja selama dua tahun terakhir.

Setibanya di lantai 15, Astoria bisa merasakan kemewahan yang menyelimuti koridor. Ia berhenti sejenak di depan pintu kamar 1501, menarik napas dalam-dalam sebelum membunyikan bel yang berada di depan pintu.

Setelah menunggu beberapa detik tanpa ada jawaban, ia memutuskan untuk membuka pintu dengan master key yang dimilikinya.

Saat masuk, matanya langsung tertuju pada tumpahan minuman di dekat meja kecil di sudut ruangan. Dengan cekatan, Astoria mulai membersihkan tumpahan tersebut, mencoba menyelesaikan pekerjaannya secepat mungkin.

Namun, konsentrasinya terpecah saat ia mendengar suara air mengalir dari kamar mandi. Ia menoleh ke arah suara itu tepat saat pintu kamar mandi terbuka dan seorang pria tinggi dengan tubuh atletis, hanya mengenakan handuk yang melilit pinggangnya, keluar.

Astoria terperanjat, matanya terbuka lebar melihat pria yang ternyata adalah Mikhail, CEO M.J Hotel. Wajahnya yang tampan dan tatapan matanya yang tajam membuat jantung Astoria berdegup kencang.

“Apa yang kau lakukan di sini?” suara Mikhail terdengar dalam dan tegas.

Astoria terlalu kaget untuk menjawab dan tanpa sengaja ia terpeleset pada tumpahan minuman yang belum sepenuhnya dibersihkan. Tubuhnya jatuh ke lantai dengan bunyi keras, diikuti Mikhail yang kehilangan keseimbangan dan terjatuh di atasnya.

"Kau baik-baik saja?" tanya Mikhail panik, mencoba bangkit sambil tetap menjaga handuknya agar tidak terlepas.

Astoria merasakan pipinya memanas, malu dan bingung dengan situasi yang terjadi. Namun, sebelum ia sempat menjawab, pintu kamar tiba-tiba terbuka lebar dan cahaya lampu kamera menyilaukan pandangannya.

“Wartawan?” bisik Astoria pelan, matanya terbelalak melihat sekumpulan wartawan yang tiba-tiba saja ada di depan kamar Mikhail, dan mereka langsung memotret kejadian tersebut.

Lampu kamera berkedip-kedip, dan suara pertanyaan yang datang dari segala arah membuat suasana semakin kacau.

Mikhail sama terkejutnya dengan Astoria, ia segera bangkit dan membantu Astoria berdiri sambil menjaga ketenangannya. Dengan sigap, ia melangkah ke arah para wartawan dan mengangkat tangannya, meminta mereka untuk tenang.

“Ini tidak seperti yang kalian pikirkan,” kata Mikhail dengan suara tegas namun tenang. “Astoria dan aku sebenarnya menjalin hubungan serius, dan kami berencana untuk menikah.”

Astoria terkejut mendengar pernyataan Mikhail. Ia menoleh ke arah Mikhail dengan mata terbuka lebar, tidak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan pria tersebut. Para wartawan segera menulis dan memotret lebih banyak lagi, mencatat setiap kata yang diucapkan Mikhail.

“Kami meminta privasi kami dihormati,” lanjut Mikhail sambil merangkul bahu Astoria, mencoba menenangkan situasi yang sudah terlanjur panas.

Astoria tidak tahu harus berbuat apa selain membiarkan dirinya dibawa oleh arus kejadian yang tidak terduga ini. Ia hanya bisa berharap bahwa apa yang dikatakan Mikhail bukan hanya sekadar upaya untuk mengendalikan situasi, tapi juga mengandung sedikit kebenaran yang bisa ia pegang.

Setelah beberapa saat, para wartawan akhirnya mundur perlahan, masih terus mengambil gambar sampai pintu kamar ditutup oleh Mikhail.

Ketika hanya tinggal mereka berdua, Astoria menarik napas dalam-dalam, berusaha mengumpulkan pikirannya yang kacau.

Astoria melihat Mikhail yang mencari ponselnya dan berusaha menghubungi seseorang.

“Segera cari tahu mengapa banyak wartawan datang ke kamarku, sekarang!” Mikhail menghubungi asistennya.

Sebelumnya Mikhail memang ada pertemuan dengan wartawan, karena mengenalkan kamar terbaru yang dimiliki oleh hotel miliknya.

Setelahnya, Mikhail berpikir bahwa wartawan yang tiba-tiba ada di depan kamarnya adalah perintah dari seseorang.

Astoria mulai membuka mulutnya setelah melihat Mikhail yang menutup sambungan teleponnya.

"A-apa maksud Tuan dengan mengatakan bahwa kita berencana menikah?" tanya Astoria pelan, suaranya gemetar.

Mikhail menatapnya dengan tatapan serius. “Itu satu-satunya cara untuk menghindari skandal besar yang bisa merusak reputasi hotel dan kita harus berpura-pura sampai situasi ini mereda.”

Astoria merasakan air mata mulai menggenang di sudut matanya, tetapi ia menahannya. Ia tidak ingin terlihat lemah di hadapan Mikhail, meskipun hatinya hancur dan pikirannya penuh dengan kecemasan. Bagaimana mungkin hidupnya bisa berubah begitu drastis hanya dalam hitungan menit?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status