Putri dari Desa

Putri dari Desa

By:  Meep  Updated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
28Chapters
50views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Laras, gadis desa berhati emas, harus memikul beban hidup yang berat sejak kepergian orang tuanya. Sebagai tulang punggung keluarga, ia bekerja siang malam untuk membiayai kuliah adiknya, Bima. Kehidupannya yang sederhana berubah drastis ketika bertemu dengan Adrian, seorang pengusaha kaya raya yang terpikat oleh kecantikan dan kebaikan hatinya. Terbuai oleh janji kehidupan yang lebih baik, Laras menerima pinangan Adrian. Namun, kehidupannya sebagai istri ketiga jauh dari impiannya. Ia harus menghadapi cemoohan dan perlakuan tidak menyenangkan dari istri-istri Adrian yang lain, terutama dari Maya, istri pertama yang penuh dengki. Di tengah gemerlapnya kehidupan baru, Laras tetap merindukan kampung halaman dan kesederhanaan hidup sebelumnya. Ia merasa terasing dan kehilangan jati dirinya. Di sisi lain, Bima yang semakin sukses dalam studinya justru merasa terbebani dengan keberhasilan Laras yang harus mengorbankan banyak hal. Konflik semakin rumit ketika rahasia besar terungkap. Ternyata, Adrian memiliki motif tersembunyi di balik pernikahannya dengan Laras. Ia memanfaatkan Laras untuk mencapai tujuan pribadinya yang kejam. Laras merasa dikhianati dan hatinya hancur berkeping-keping

View More
Putri dari Desa Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
28 Chapters

Bab 1

Pagi itu, sinar matahari menelusup melalui celah-celah tirai jendela ruang makan, menerangi meja panjang yang hanya dihuni oleh tiga sosok wanita. Laras duduk diam, matanya tertuju pada cangkir teh di depannya. Di seberang meja, Maya dan Siska, kedua istri Adrian lainnya, sibuk dengan sarapan mereka. Percakapan di antara mereka terdengar singkat dan dingin."Laras," suara Maya memecah keheningan, "kamu tidak pernah keluar dari kamar selain saat sarapan. Apa kau tidak bosan?" Senyuman tipisnya tidak sampai ke mata.Laras mengangkat wajah, memberikan senyum sopan yang terasa dipaksakan. "Aku hanya tidak ingin mengganggu."Siska menyeringai kecil, matanya menilai. "Kau ini terlalu pemalu. Jangan khawatir, kami tidak akan menggigit."Laras menundukkan pandangan, tidak berniat memperpanjang percakapan. Sudah satu tahun ia menjalani kehidupan ini menjadi istri ketiga Adrian Wijaya. Meskipun ia telah mendapatkan keamanan finansial untuk Bima adiknya, pernikahan ini tidak pernah memberikan ke
Read more

Bab 2

Mereka tertawa bersama, suara mereka cukup pelan untuk tidak menarik perhatian orang lain, tapi cukup keras untuk Laras mendengar percakapan itu. Hatinya mencelos, namun ia mencoba tetap tenang dan tidak menunjukkan reaksi apa pun. Laras tahu bahwa bisikan-bisikan semacam ini akan selalu ada, tapi tidak pernah mudah untuk diabaikan.Tak jauh dari sana, Maya dan Siska juga mendengar percakapan itu. Maya menukar pandangan cepat dengan Siska, sebuah isyarat yang tak perlu kata-kata. Mereka berdua tahu bahwa gosip ini bisa menjadi senjata yang ampuh untuk menekan Laras di masa mendatang."Lihatlah, Siska," bisik Maya dengan nada licik. "Gosip sudah mulai menyebar. Sepertinya kita tidak perlu repot-repot menciptakan cerita. Orang-orang sudah melakukannya untuk kita."Siska tersenyum tipis. "Ya, tinggal bagaimana kita menggunakannya saja. Ini akan menjadi menarik."Saat Laras berjalan menuju tempat duduk yang telah disiapkan, Siska mendekatinya. "Kau harus lebih sering tampil di acara-acara
Read more

Bab 3

Saat malam tiba, Laras duduk sendirian di ruang tamu, menatap jendela yang menghadap ke luar rumah. Pikirannya melayang ke Bima, dan dia merasa semakin kesepian. Teleponnya bergetar, mengingatkannya pada transfer uang yang baru saja dia lakukan untuk Bima.Ia menerima pesan singkat dari Bima: "Terima kasih, Kak. Aku sangat menghargai semua yang kau lakukan. Bagaimana kabarmu?"Laras membalas dengan cepat: "Aku baik-baik saja, hanya sedikit lelah. Aku berharap kau baik-baik saja di sana."Bima membalas dengan pesan singkat namun penuh kasih: "Aku baik, terima kasih. Jangan terlalu membebani dirimu. Aku tahu kau melakukan banyak untukku."Laras menatap layar teleponnya, merasakan air mata menggenang di matanya. Setiap kali dia melihat Bima bahagia dan sukses, dia merasa bangga, namun juga sedih karena harus mengorbankan kebahagiaannya sendiri.Hari berikutnya, tekanan dari Maya dan Siska semakin meningkat. Mereka mulai mengatur pertemuan sosial tanpa melibatkan Laras, mengabaikannya dal
Read more

Bab 4

Bima Kusuma menjalani dua kehidupan yang sangat berbeda. Di satu sisi, dia adalah mahasiswa yang rajin, dikenal dengan kepintaran dan ketajaman pikirannya di kampus. Namun, di balik penampilan akademisnya yang rapi, Bima juga menjalani kehidupan sebagai tangan kanan bos mafia terkemuka di kota.Pagi itu, Bima memasuki ruang kuliah dengan senyum tipis. Ia menyusun buku-bukunya dengan rapi, berusaha menyembunyikan lingkaran hitam di bawah matanya. Di kelas, ia aktif berdiskusi, memberikan pendapat yang cerdas, dan menjawab pertanyaan dosen dengan percaya diri.“Bima, kau selalu punya jawaban yang tepat,” puji dosen dalam kuliah Ekonomi. “Apa rahasianya?”Bima tersenyum singkat, “Hanya berusaha untuk memahami materi dengan baik. Terima kasih, Profesor.”Setelah pulang dari kuliah Bima pergi ke suatu tempat di sisi lain kota, suasana di sana sangat berbeda, penuh dengan ketegangan. Bima dikenal karena sikapnya yang dingin dan tegas. Ia sering memimpin operasi-operasi penting dengan sangat
Read more

Bab 5

Bima duduk di ruang kerjanya yang tenang, memeriksa dokumen dan laporan dari berbagai operasi mafia. Malam itu, pikirannya tidak sepenuhnya fokus pada pekerjaan. Setiap kali dia memikirkan Laras, hatinya terasa berat. Untuk menjaga jarak dan memastikan keselamatan Laras, Bima baru-baru ini menugaskan salah satu bawahannya untuk memantau situasi dari jauh.Ketika seorang bawahannya, Rizal, memasuki ruangan dengan ekspresi serius, Bima langsung merasakan ada sesuatu yang penting.“Rizal, ada apa?” tanya Bima, menatap bawahannya dengan penuh perhatian.Rizal duduk di depan meja Bima dan mengeluarkan sebuah laporan. “Bos, aku baru saja mendapatkan informasi tentang situasi Laras.”Bima mengerutkan dahi. “Apa yang terjadi?”Rizal mulai menjelaskan. “Aku telah mengawasi Laras dari jarak jauh, seperti yang Anda minta. Aku mendengar percakapan antara Laras dan beberapa anggota keluarga Wijaya. Aku juga mendengar desas-desus tentang bagaimana Adrian menikahi Laras hanya untuk memiliki anak saj
Read more

Bab 6

Di ruang kerja Bima yang terletak di apartemennya, Bima melihat berbagai dokumen. Dia membuka dokumen yang berisi informasi mengenai beberapa bisnis ilegal yang dimiliki Adrian.Sambil menyisir data yang ada, Bima menemukan beberapa transaksi mencurigakan dan laporan keuangan yang menunjukkan adanya kegiatan ilegal. Setiap bukti yang dia temukan menambah daftar panjang pelanggaran hukum yang dilakukan Adrian.Bima memindai dokumen-dokumen tersebut dengan seksama. “Jadi, Adrian terlibat dalam lebih banyak hal daripada yang terlihat di permukaan,” gumamnya pada diri sendiri. “Bisnis-bisnis ini bisa membuatnya sangat rentan jika informasi ini jatuh ke tangan yang salah.”Saat Bima melanjutkan pencariannya, dia mulai menemukan informasi tambahan mengenai Maya dan Siska. Ternyata, keduanya memiliki hubungan dengan beberapa perusahaan cuci uang yang juga terhubung dengan jaringan bisnis ilegal Adrian. Rahasia ini bisa menjadi senjata berharga jika digunakan dengan tepat.“Menarik,” kata Bim
Read more

Bab 7

Di ruang rapat kantor hukum , cuma meja panjang sama kursi-kursi yang keliatan. Bima duduk paling ujung, mukanya serius kayak lagi nyusun rencananya. Di sekelilingnya ada pengacara dan anak buahnya."Mantap banget infonya, Bim,"kata si pengacara, sambil ngelirik-lirik kertas. "Sekarang kita harus merencanakan langkah awal untuk mengatasi keluarga Wijaya."Bima mengangguk. "Yang pertama, kita hancurin dulu bisnis mereka. Kalau duitnya habis, mereka pasti kalang kabut."Rafi, si ahli komputer yang dari tadi diem aja, tiba-tiba nyambung, "Gimana kalau kita retas sistem mereka? Kita sebarin gosip bohong biar klien-kliennya kabur semua.""Bima mengerutkan kening. "Rafi, lo yakin bisa ngelabuin sistem keamanan mereka?""Tenang aja, bos," jawab Rafi dengan percaya diri. "Saya udah punya beberapa trik."Bima mengetuk-ngetuk meja dengan jari, matanya fokus pada tumpukan dokumen di depannya. "Kita mulai dari bisnis utamanya, Adrian. Kalau kita bisa buktiin ada yang enggak beres di perusahaan-pe
Read more

Bab 8

Pada malam hari cahaya api yang menari-nari menerangi wajah Bima yang dingin. Gudang besar itu kini hanya tinggal rangka hangus, asap hitam mengepul tebal ke langit malam. Bau hangus menyengat memenuhi udara, menjadi saksi bisu atas keberhasilan misi mereka. Rafi, tangan kanannya, mendekat, wajahnya penuh dengan kekaguman. "Bos, kita berhasil hancurin semuanya. Nggak ada satupun barang yang selamat," lapornya.Bima menatap api dengan dingin. “Bagus. Ini baru langkah awal. Kita harus memastikan bahwa kerusakan ini menyebabkan dampak yang signifikan.”katanya dengan nada mengancam. "Bikin Adrian tambah panik. Dia harus merasakan penderitaan Laras" Tambahnya dengan suara yang sangat dingin Rafi mengangguk. “Kami sudah menyebarkan berita tentang kebakaran ini ke media lokal. Ini akan menambah tekanan pada Adrian dan membuatnya semakin khawatir.”Bima memerintahkan timnya untuk meninggalkan lokasi dengan cepat, menghindari terdeteksi oleh pihak berwenang atau media. “Kita harus tetap menj
Read more

Bab 9

Laras merasa semakin tertekan. Ia berdiri di jendela kamarnya, memandang ke luar, memikirkan situasinya. Kepalanya terasa berat karena banyaknya beban yang harus dia tanggung. Menghadapi kesulitan dalam pernikahannya dan ketegangan di rumah membuatnya merasa seperti berada di tepi jurang.Di ruang makan, Maya dan Siska berbicara dengan nada yang penuh sindiran. Maya, sambil menyajikan teh, mengatakan, “Siska, apakah kamu sudah mendengar tentang masalah baru Adrian? Sepertinya dia benar-benar tidak beruntung akhir-akhir ini.”Siska menambahkan, “Ya, dan kita semua tahu betapa rentannya posisinya sekarang. Sepertinya banyak masalah yang datang bersamaan.”Laras mendengarkan percakapan mereka dari jarak jauh, merasa terasing. Dia tahu bahwa Maya dan Siska bukan hanya memperhatikan situasi dari jauh tetapi juga mungkin mencoba untuk mengambil keuntungan dari kekacauan tersebut.Laras merasa semakin terjepit di tengah situasi yang tidak pernah dia bayangkan. Setiap hari, dia berusaha berad
Read more

Bab 10

Laras mulai merasa ada sesuatu yang salah di rumahnya dan dalam kehidupan sehari-harinya. Seiring dengan kerugian yang dialami keluarga Wijaya dan ketegangan yang terus meningkat, dia merasakan ada pola yang tidak bisa dia abaikan. Beberapa minggu terakhir, dia merasa semakin terasing, dan kecemasan menyelimuti pikirannya.Saat Laras duduk sendirian di ruang tamu, dia mulai memeriksa berbagai berita dan laporan tentang bisnis keluarga Wijaya. Di tangan Laras ada beberapa potongan kertas yang dia kumpulkan, yang menunjukkan pola kerusakan yang terus berulang dan terkoordinasi.“Kenapa ini semua terjadi?” gumam Laras sambil membaca laporan terbaru. “Ada yang tidak beres di sini.”Laras mulai merasa ada sesuatu yang salah di rumahnya dan dalam kehidupan sehari-harinya. Seiring dengan kerugian yang dialami keluarga Wijaya dan ketegangan yang terus meningkat, dia merasakan ada pola yang tidak bisa dia abaikan. Beberapa minggu terakhir, dia merasa semakin terasing, dan kecemasan menyelimuti
Read more
DMCA.com Protection Status