Anna adalah seorang guru honorer yang dikenal ramah dan penuh kesabaran meskipun hidupnya penuh keterbatasan. Pernikahannya dengan Arka, seorang kurir sederhana, awalnya penuh cinta meskipun tidaklah mudah sebab ia mendapat pertentangan keluarga. Bahkan setelah menikah, ia harus menghadapi desakan ibu mertua yang begitu menginginkan cucu laki-laki. Desakan itu juga berimbas pada Arka yang mulai tergoda dengan kemewahan dan ambisi hingga ia berselingkuh dengan bosnya, Clara merupakan mantan pacarnya saat SMA. Pengkhianatan itu menghancurkan hati dan mengguncang kehidupannya. Di tengah keterpurukan, Anna menemukan kekuatan dalam kebersamaannya dengan kedua anak kembar hasil pernikahan dengan Arka, Arini dan Aruna. Senyuman dan keceriaan mereka menjadi cahaya di tengah gelapnya hari-hari yang penuh dengan rasa kecewa dan kesepian tak berkesudahan. Ia berjuang keras untuk tetap menjadi ibu yang kuat meski bayangan perceraiannya kerapkali menghantui. Di saat Anna mulai meragukan kebahagiaan akan kembali, hadir Adrian sang dokter kandungan yang dewasa dan penuh perhatian. Adrian adalah sosok pria yang diam-diam mengagumi Anna sejak pertemanan yang terjalin ketika keduanya masih anak-anak. Dengan kesabaran, Adrian mencoba membuktikan bahwa cinta sejati tidak akan menyakiti dan mengkhianati. Namun, trauma masa lalu membuat Anna sulit percaya. Ia merasa takut untuk melangkah sebab khawatir akan mengulang kesalahan yang sama. Di tengah kebimbangan, Ia menyadari bahwa hidup adalah tentang memberi kesempatan, tidak hanya pada orang lain, tetapi juga pada dirinya sendiri untuk turut menjemput kebahagiaan.
View MoreSetelah pintu lift terbuka, pasangan muda-mudi itu keluar seolah tak menghiraukan keberadaan Anna. Seketika itu, istri dari Adrian duduk bersimpuh di dalam lift, jantungnya berdegup kencang seperti hendak copot, rasa laparnya hilang begitu saja diganti dengan rasa cemas yang melelahkan. Pintu lift kembali terbuka, nampak seorang laki-laki memakai pakaian jas seperti seorang eksekutif muda, ia menyapa Anna yang terlihat menyedihkan. "Mbak? Apa kamu baik-baik saja?" ujar pria muda itu, ia bergegas membantu Anna berdiri yang terlihat seperti orang linglung. "Terima kasih, saya hanya kelelahan saja," jawab Anna sambil memegangi kepalanya yang terasa berat. "Mbak ada di kamar nomor berapa? Biar saya antar," ajak Pria muda yang nampak mencemaskan Anna. Anna tidak menjawab, hanya terlihat memencet tombol lift saja. Pria itu seperti terhipnotis, ia enggan beranjak dari lift meski lantai yang ditujunya telah terbuka. Anna hanya tersenyum lalu berjalan seperti orang linglung, ia bahkan ny
"Anna, kenapa wajahmu masam? Apa kamu tidak enak badan?" tanya Adrian yang mulai mengkhawatirkan perubahan ekspresi pada istrinya. "Aku hanya sedang lelah, ayo kita kembali ke kamar Mas," sahut Anna sambil menarik tangan suaminya agar bergegas pergi dari restoran itu. "Jadi ini istri yang kau banggakan dan berpendidikan itu! Berani sekali dia menampar pacarku!" teriak Anneth lalu mendorong Anna hingga ia jatuh tersungkur. Adrian segera membantu Anna berdiri, tak menyangka jika kakaknya tega berperilaku sangat kasar. "Kak, tolong jangan kasar sama istriku! Semua bisa dibicarkan baik-baik," balas Adrian yang mencoba menenangkan kakaknya. Dimas yang melihat keributan dari kejauhan segera mengambil sikap terbaiknya, ia sengaja memegang pipi bekas tamparan Anna. "Lihat sendiri! Pipinya sampai memerah gara-gara perbuatan istri udikmu itu!" bentak Anneth sambil memegang pipi pacarnya. "Kak, tenanglah dulu! Ini pasti hanya salah paham, biarkan Anna menjelaskan semuanya," pinta Adrian m
Anna nampak begitu bahagia menikmati liburannya di pulau dewata. Ia tengah menikmati nuansa pantai yang terhampar laut biru sejauh mata memandang, sejak kecil hal yang paling di sukainya adalah melihat laut yang membuatnya merasa tenang. "Sayang, apakah kamu sangat bahagia menikah denganku?" tanya Adrian yang terdengar konyol bagi Anna. "Mas, aku sudah mengenalmu sejak kecil. Kamu selalu melindungiku saat aku yang pemalu seringkali dirundung teman-temanku. Kenapa bertanya hal seperti itu?" balas Anna yang merasa keheranan dengan pola pikir Adrian. "Tidak, aku hanya khawatir jika semisal aku tidak bisa lebih baik dari mantan suamimu yang ternyata adalah adikku yang selama ini tak pernah ku ketahui," ujar Adrian dengan wajah yang memendam kesedihannya. Wajar saja jika Adrian berpikir demikian, Ayahnya pernah berselingkuh dengan wanita lain hingga memiliki anak bernama Arka yang tak lain adalah mantan suami Anna. Meski beda ibu, dalam diri Adrian dan Arka mengalir dari seorang ayah y
POV Anna Kini aku telah resmi menjadi Nyonya Adrian, Dokter sekaligus teman masa kecilku. Sebenarnya aku malu, mengapa harus menggelar pesta sebesar ini untuk aku yang hanya seorang janda. Entahlah, mungkin karena suamiku begitu mencintaiku, ingin memberikan yang terbaik padaku. Semua mata terlihat bahagia melihat kebahagiaan kami. Suamiku memilih untuk menggelar pesta pernikahan di hotel bintang lima dengan tamu undangan sekitar seribu orang. Aku terus mencari keberadaan anakku, Aruna. Tentunya aku tak lupa mengundang mantan suamiku, Arka dengan harapan ia bersedia membawa Aruna hadir bersamaku. Namun, harapanku seolah sia-sia, aku tak menemukan sosok yang ku cari hingga menjelang 30 menit acara ini berakhir, nihil. Mama dan Papa mertuaku hadir meski mereka telah resmi bercerai. Kondisi Mama sudah berangsur pulih, dia mampu menahan emosinya lebih baik dari sebelumnya, sedangkan Papa kini tinggal di apartemen yang baru saja di beli setelah berpisah dengan Mama. Ayah dan ibuku
"Mas, tolong berikan aku kesempatan untuk berpikir, ini terlalu mendadak dan sudah larut malam," ucap Anna pada Adrian dengan tatapan yang penuh keraguan. "Oke, aku pamit pulang," sahut Adrian singkat. Anna menyadari ada ekspresi kekecewaan di wajah tampannya. Namun, memutuskan untuk menerima lamaran dan menikah kembali adalah keputusan yang besar. "Dia sudah pulang? Apa yang ia katakan?" tanya Ibu Anna yang muncul dari arah kamar, penasaran tentang perbincangan yang terjadi di antara keduanya. "Adrian menjelaskan siapa sosok perempuan yang telah menipunya dan meminta kesempatan kedua agar kami bisa menikah," sahut Anna dengan wajah datar, ia merasa kebingungan. Ibu Anna menghela nafas panjang mendengar rentetan cerita yang disampaikan anaknya, mulai dari pertemuan tak sengaja, kehamilan palsu hingga membatalkan rencana pernikahan dengan Dokter Alda. "Syukurlah, kasihan Adrian jika harus menikah dengan penipu," sahut Ibu Anna sambil duduk di ruang tamu, ia bersantai sejena
"Apa menurut Ibu, saya adalah orang bodoh yang bisa di bohongi begitu saja?" tanya Adrian dengan tajam pada Ibu dari Alda. Mulai merasa muak dengan tingkah konyol kedua orang tua calon istri yang tak pernah dicintainya, Adrian mengeluarkan bukti terakhirnya, sebuah hasil pemeriksaan kandungan Alda di dokter langganannya. "Asal kalian tahu! Dokter langganan Alda adalah teman yang sangat ku kenal! Mungkin ini melanggar etik tapi dia lebih kurang ajar dengan memalsukan usia kehamilannya!" bentak Adrian sambil menyodorkan hasil usg dan riwayat pemeriksaan. Kedua orang tua yang awalnya bahagia karena mengira kehadiran Adrian untuk membicarakan pernikahan ternyata tidak sama sekali! Justru kehadirannya bertujuan untuk membongkar aib putri kebanggaan keluarga kaya yang sangat sombong! Ibu Alda terasa melemah, ia yang seorang dokter kandungan juga tentunya paham bahwa apa yang dibawa Adrian tidaklah bohong, melainkan sebuah bukti nyata tentang kebohongan putri kesayangannya. "Saya
Adrian yang merasa kesal dengan kehadiran Alda di rumahnya, memutuskan untuk meninggalkannya di ruang tamu. Ia memilih untuk masuk ke dalam kamarnya lalu mengunci pintu.Adrian merebahkan tubuhnya di atas ranjang sambil menatap lampu kamar yang perlahan meredup, seolah memberi tanda bahwa masanya akan habis. Setelah berpikir beberapa saat, ia mulai teringat dengan ucapan papanya saat mereka bertemu di cafe."Sebaik-baiknya laki-laki adalah yang tidak menyakiti perempuan. Tapi jika perempuan itu membuatmu ragu, carilah asal usulnya hingga kamu tidak pernah lagi meragukannya," ujar sang papa dengan makna penuh kebijaksanaan.Adrian segera mengambil ponselnya lalu menghubungi sang papa lagi, berharap pria tua itu bersedia membantunya."Hallo, Adrian, ada apa?" sapa sang papa yang sedang berada di sebuah rumah sakit yang terletak di desa, bergegas untuk pulang ke kosannya."Papa, bantu aku menyelidiki tentang Alda! Bukankah Papa punya teman yang bekerja di kampusku dulu? Seingatku dia ada
"Mas, selamat... Sebentar lagi akan menjadi ayah, aku turut berbahagia," ucap Anna dengan terbata-bata mencoba menahan air matanya. Anna membiarkan oleh-oleh yang dibawanya tergeletak di meja begitu saja, ia merasa kehadirannya tak diharapkan. Keberadaan calon istri Adrian tentu lebih penting daripadanya. Ia memilih untuk pulang, menyembunyikan luka. "Anna, tunggu ...!" teriak Adrian sambil berlari mengejarnya, hendak menjelaskan semuanya tapi terlambat sudah. "Apalagi yang mau kamu jelaskan, Mas? Kemarin alasan ingin fokus merawat Mamamu, lalu alasan merasa bersalah atas tindakan Papa dan Arka, apa sekarang juga berasalan kalau kamu nggak sengaja menghamili wanita lain? Aku bukan wanita bodoh, Mas!" bentak Anna sambil menepis tangan Adrian yang mencoba menyentuh bahunya. "Anna, dengarkan aku! Aku hanya mencintaimu saja! Aku dalam kondisi mabuk, hingga tidak sadar menidurinya! Aku minta maaf, itu memang salah tapi tolong beri aku ..." Adrian mencoba menjelaskan duduk perkara y
Adrian mengendarai mobil dengan daya fokus yang terus menerus, sesekali dia memijat pelipis kepala yang terasa nyeri. Kepalanya pusing, ia tak menyangka jika kesalahannya berdampak besar dalam hidupnya. "Sus, aku akan memesan taxi online, tolong bawa Mama sampai ke rumah, kepalaku pusing tidak bisa mikir," pinta Adrian lalu mengambil ponsel dari dalam tasnya. "Baik Pak," jawab suster sambil membetulkan posisi tidur majikannya, sang nyonya nampak tertidur pulas dengan posisi menyandar di kursi. Tiga puluh menit kemudian, datanglah taxi online yang telah di pesannya. Adrian menggendong sang mama lalu memasukkan ke dalam mobil itu, kemudian disusul oleh suster yang selalu setia mendampingi. Pria yang sebentar lagi akan menjadi ayah itu bergegas masuk ke dalam mobilnya lalu melaju cepat menuju cafe langganannya. Adrian adalah sosok tertutup yang tidak suka hidup berkelompok. Dulu hidupnya hanya seputar sekolah, kuliah dan pekerjaan. Hal inilah yang menyebakan dia susah dekat den
“Gimana Na, sudah isi apa belum?” ujar Ayu dengan tatapan tajamnya pada menantu perempuannya.Ia seringkali menanyakan pertanyaan itu dan berharap mendapat jawaban yang memuaskan ambisinya, memperolah cucu laki-laki dari anak lelaki kesayangannya.“Belum bu, doakanlah kami, lagipula saya masih ingin fokus mengasuh Arini dan Aruna, mereka sebentar lagi masuk Sekolan Dasar dan pasti semakin banyak keperluannya,” jawab Anna dengan helaan nafas panjang.Sebenarnya pertanyaan itu cukup mengganggunya, ia sudah berusaha semaksimal mungkin namun jika takdir tak berpihak padanya, dia bisa apa?Ibu Mertua mengernyitkan dahinya yang sudah penuh dengan goresan-goresan kehidupan dan berucap dengan penuh penekanan, “Apa? kamu gimana sih Na? Justru karena anakmu sudah besar, sudah saatnya mereka punya adik, dan adiknya harus laki-laki! Kasian Arka tidak punya anak laki-laki, apa kata orang nanti? Aura saja sudah punya anak laki-laki dan perempuan. Kamu jangan mau kalah sama dia!”“Bu, kami pasti aka...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments