Share

Mantan Pacar

Penulis: Shilla07
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-22 00:00:22

Hari itu Arka berpamitan pada ibunya terkait kepulangannya ke kota. Ia tidak mungkin berlama-lama di kota kelahirannya itu. Hal ini dikarenakan 3 hari lagi sikembar akan masuk sekolah. Selain itu, ia juga mendapat kabar bahwa ada toko bunga yang baru buka di lokasi kerja dia yang dulu, ia mendapat kabar dari teman setongkrongan di warkop tempat ia biasa bermain game. Besar harapannya untuk dapat bekerja di bidang yang menurutnya sesuai dengan kemampuannya tersebut.

Perjalanan tidak memakan waktu lama karena ia berangkat setelah shubuh. Perjalanan di tempuh tanpa hambatan, mesti ia nampak ogah-ogahan karena perasaannya pada Anna mulai berubah. Ia merasa Anna akhir-akhir ini terlalu mengaturnya, apalagi untuk program hamil anak laki-laki. Ia malas harus bertemu dokter yang pasti memintanya untuk gaya hidup sehat dan tidak boleh begadang, hal itu cukup menyiksa baginya yang kecanduan game online dan perokok aktif. Sepanjang jalan ia terus diberondong dengan pikiran-pikiran melelahkan tersebut. Akhirnya ia sampai di rumah dengan selamat. Terlihat Anna dan Arini menyambut kedatangan mereka dengan penuh kebahagiaan.

Sesampainya di rumah, Arka seperti menghindari percakapan dengan Anna. Ia mulai menghindar saat Anna memulai percakapan dengannya. Saat itu Anna masih berpikir mungkin suaminya lelah pasca perjalanan, tanpa disadari hari mulai masuk sekolah telah tiba. Akhirnya perhatian Anna tercurahkan pada persiapan sekolah si kembar dan kegiatan mengajarnya di sekolah. Anna mulai berfokus pada tes PPG agar ia lebih sejahtera, jika ia lolos tes maka keuangan keluarga akan meningkat, karena setiap tiga bulan, ia akan mendapat tunjangan dari pemerintah.

Hari itu, Arka menuju toko florist yang berlokasi sama dengan toko lamanya. Di papan toko tertulis “Clara florist” awalnya ia merasa tidak asing dengan nama itu, langkahnya sempat tertahan karena ia tiba-tiba teringat mantan pacarnya saat sekolah dulu, Clara. Ketika ia membuka pintu toko tersebut, ia terkejut melihat perempuan yang dulu sangat ia cintai. Meski tidak lama menjalin hubungan, sosok Clara di mata Arka begitu sempurna, karena semasa mudanya cintanya telah habis pada Clara. Meski Clara pernah meninggalkannya tanpa kabar sekalipun.

“Arka, kamu beneran Arka,” Sapa perempuan bertubuh tinggi, seksi dan putih itu, mesti terlihat beberapa “permak” di hidung, bibir, payudaranya.

“Iya, aku Arka, pacar kamu waktu SMA, kemana kamu selama ini Clara? Kamu menghilang bahkan sebelum kita lulus,” tanya Arka seperti mengharapkan sebuah jawaban dari pertanyaan yang selama ini menghantuinya.

“Maaf Arka, waktu itu ada problem di keluargaku, aku harus pindah dari sekolah dimana kita ketemu dulu, maaf, kamu sekarang gimana kabarnya, sudah menikah belum?” tanya Clara dengan penuh kesungguhan, seolah-olah dia berharap masih memiliki kesempatan bersama Arka.

Entah setan apa yang merasuki Arka, tiba-tiba ia teringat perkataan ibunya ketika ia mudik kemarin.

“Aku lagi proses cerai dengan istriku, ada problem yang bikin aku nggak nyaman sama dia, mungkin karena sekarang aku menganggur jadi aku seperti nggak ada harga dirinya dimatanya,” tutur Arka dengan raut wajah kesedihan yang ia buat senatural mungkin.

“Aku turut bersedih atas apa yang kamu alami, kalau gitu kamu kerja sama aku aja ya, karna tokoku juga masih baru, butuh pegawai banyak, toko ini baru aja dibelikan papaku, dia pengen aku bisnis yang sesuai sama hobiku, yakni merangkai bunga” ucap Clara dengan penuh semangat.

Mendengar penuturan Clara, hati Arka terasa berbunga-bunga. Ia merasa mendapat durian runtuh, mendapat pekerjaan dan berkesempatan dekat lagi dengan mantan pacarnya.

Hari pertama pembukaan toko, semua terlihat sibuk, beberapa karyawan terlihat merapikan toko dan mulai bertransaksi dengan pembeli. Namun disudut toko tersebut terlihat Clara dan Arka semakin intens berkomunikasi, mereka saling bertukar cerita tentang apa saja yang mereka alami selama mereka berjauhan.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan jam tutup toko, Clara mengajak Arka untuk makan di restoran jepang kesukaannya, Arka tentunya tidak melewatkan kesempatan ini. Dengan mengendarai mobil Clara, mereka berdua berjalan menuju restoran tersebut.

restoran itu nampak ramai, terlihat orang-orang sedang berbincang-bincang sambil menikmati makanan mereka. Clara dan Arka berjalan sambil bergandengan tangan, terlihat mereka seperti sepasang kekasih yang sedang di mabuk cinta. Kerinduan yang mendalam seolah menjadi penguat tindakan mereka, saling pandang bahkan tak segan untuk menunjukkan kemesraan di depan umum, seperti pasangan muda-mudi pada umumnya. Arka seolah melupakan siapa dirinya sebenarnya.

Clara mulai memanggil pelayan dan memesan makanan untuk mereka. Terlihat sorot mata perempuan itu tidak bisa lepas dari lelaki yang masih berstatus suami orang. Meski berdalih sedang dalam proses cerai, hal itu tidak mengurungkan niatnya untuk terus dekat dengan mantan pacarnya itu. lelaki itu masih terlihat mempesona di matanya, karena dulu Clara tidak memiliki siapapun di sekolah, orang-orang disekitarnya menilainya sombong dan sulit bergaul. Hanya Arka yang selalu setia disampingnya hingga tumbuh rasa cinta di antara mereka. Pasangan muda itu terus bernostalgia akan kebersamaan mereka di masa lalu.

Anna mulai terlihat panik, ia terus melihat jam di dinding, Pkl 21.00 WIB. Bahkan si kembar sudah tidur. Tidak biasanya sang suami belum pulang, bahkan ia tidak bisa dihubungi. Arka bak menghilang ditelan bumi sejak pagi saat ia pergi dengan alasan mencari kerja.

Tepat pukul 22.00 WIB terlihat mobil mewah berhenti di depan rumah mereka. Anna mencoba mengintip di jendela, berharap sang suami muncul dari dalam mobil itu, meski hatinya menolak, mana mungkin Arka naik mobil itu, mobil yang tidak ramah untuk orang biasa.

Tak disangka Arka keluar dengan membawa beberapa paper bag, seperti orang habis belanja. Ia berjalan dengan riang gembira. Sembari mengetuk pintu berharap ada orang yang segera membukanya.

“Darimana kamu mas, kenapa dihubungi dari tadi tidak bisa?” Anna menatap tajam suaminya sambil memberikan jalan agar suaminya bisa masuk.

“Tadi aku ada acara makan sama bos dan teman-teman, aku sudah kerja di tempat baru milik temen SMAku dulu, ini ada lebihan saat makan-makan tadi, kamu simpan untuk sarapan besok.” Ucap Arka sambil berlalu, ia terlihat tidak ingin terlibat percakapan dengan Anna. Ia bergegas menuju kamar mandi yang letaknya berada di dalam kamar sepasang suami istri itu.

Malam itu Arka terlihat sudah tertidur lelap membiarkan Anna masih dengan pikiran-pikirannya. Ia sebenarnya senang saat mengetahui suaminya kembali bekerja tapi entah mengapa ia merasakan firasat buruk. Ia mencoba berpikir positif, mungkin ia hanya cemas saja. Ia bahkan sudah tidak sabar untuk lanjut promil lagi, karena hasilnya menunjukkan bahwa ia baik-baik saja, selanjutnya adalah Arka harus di tes kesehatan untuk mengetahui kondisi kesuburannya. Ia berharap dengan kondisi ekonomi mereka yang mulai pulih, suaminya bersedia menjalani promil bersamanya. Ketika hendak terlelap, Anna tanpa sengaja melihat layar pesan di hp suaminya..

“Clara…?” gumam Anna.

Bab terkait

  • Dikhianati Sang Kurir, Diratukan Sang Dokter   Kecurigaan

    Semalaman Anna tak bisa tidur nyenyak. Ia kerapkali terbangun dirundung kegelisahan. Siapakah Clara? Mengapa dia chat malam-malam? Sejak kapan gawai suaminya di kunci? Pertanyaan itu terus menerus menghantuinya hingga pagi menjelang. Mulai terdengar suara adzan shubuh tanda panggilan sholat telah tiba. Anna menghentikan lamunannya, ia bergegas menuju kamar mandi untuk berwudhu kemudian mendirikan sholat. Dalam sholatpun, dia nampak tak khusyuk karena kegelisahan terus menghantam pikiran dan hatinya. Seusai sholat, Anna bergegas ke dapur menyiapkan sarapan untuk anak dan suami tercintanya. Ia mulai mempersiapkan bahan-bahan untuk memasak dan mencoba untuk mengabaikan segala pikiran yang membuatnya semakin curiga, siapakah Clara? Apakah Mas Arka selingkuh? Tak terasa waktunya membangunkan anak-anak untuk bersiap ke sekolah. Anna dengan cekatan dan lembut mulai membangunkan si kembar yang terlihat masih mengantuk. Sesekali mereka menguap dan kesulitan membuka matanya. Anna hanya bi

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-24
  • Dikhianati Sang Kurir, Diratukan Sang Dokter   Desakan Mertua

    “Gimana Na, sudah isi apa belum?” ujar Ayu dengan tatapan tajamnya pada menantu perempuannya.Ia seringkali menanyakan pertanyaan itu dan berharap mendapat jawaban yang memuaskan ambisinya, memperolah cucu laki-laki dari anak lelaki kesayangannya.“Belum bu, doakanlah kami, lagipula saya masih ingin fokus mengasuh Arini dan Aruna, mereka sebentar lagi masuk Sekolan Dasar dan pasti semakin banyak keperluannya,” jawab Anna dengan helaan nafas panjang.Sebenarnya pertanyaan itu cukup mengganggunya, ia sudah berusaha semaksimal mungkin namun jika takdir tak berpihak padanya, dia bisa apa?Ibu Mertua mengernyitkan dahinya yang sudah penuh dengan goresan-goresan kehidupan dan berucap dengan penuh penekanan, “Apa? kamu gimana sih Na? Justru karena anakmu sudah besar, sudah saatnya mereka punya adik, dan adiknya harus laki-laki! Kasian Arka tidak punya anak laki-laki, apa kata orang nanti? Aura saja sudah punya anak laki-laki dan perempuan. Kamu jangan mau kalah sama dia!”“Bu, kami pasti aka

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-21
  • Dikhianati Sang Kurir, Diratukan Sang Dokter   PHK Mengubah Segalanya

    Hari itu langit tampak cerah, jalanan masih tampak basah karena semalam hujan mengguyur kota metropolitan itu. Terlihat orang-orang mulai berbondong-bondong untuk memulai aktivitasnya. Tidak terkecuali Arka. Ia menuju tempat kerjanya mengendarai motor butut warisan orang tuanya. Hari itu jalanan nampak padat merayap, terlihat kendaraan mulai perlahan berjalan pasca lampu merah di pertigaan itu. Jarak tempuh dari kontrakan menuju toko florist tidaklah jauh, sekitar 15 menit saja.Sesampainya di toko, Arka memarkirkan motornya. Hari itu sama sekali tak ada firasat buruk dalam benaknya, dengan langkah penuh semangat, ia berjalan menuju tokonya tanpa melihat tulisan dipintu tertera “close”. Toko terlihat sepi padahal sudah pkl 08.00 wib, biasanya sudah mulai ada aktivitas namun tidak di hari itu. Terlihat bos toko dengan wajah sayu tanpa semangat bahkan ia tak menyadari kalau Arka telah tiba.“Pagi bos, tumben pagi-pagi sudah di toko, biasanya siang baru nongol,” tanya Arka dengan senyum

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-21
  • Dikhianati Sang Kurir, Diratukan Sang Dokter   Promil Anak Laki-laki

    Pagi itu cuaca cerah, matahari menyinari bumi memberikan kehangatan bagi siapapun yang sedang berjuang di bumi manusia, tidak terkecuali Anna. Ia telah menyempatkan waktunya untuk berkonsultasi dengan dokter kandungan saran dari temannya. Sebenarnya jauh sebelum pilihannya tertuju pada promil ala dokter, ia telah mencoba cara-cara lain seperti berdiet, sering berolahraga seperti jogging, senam dan renang. Ia juga menambahkan konsumsi jamu tradisional dan vitamin seperti asam folat dan vitamin D. Namun seperti takdir tak berpihak padanya karena usahanya belum juga membuahkan hasil.“Bund, kenapa ayah sering di rumah ya, apa ayah tidak bekerja?” Celoteh Runa, meski ia baru berusia 7 tahun dan akan segera masuk SD, ia termasuk anak yang aktif karena seringkali bertanya perihal yang mengganggu pikirannya.“Iya nak, ayah libur, nanti kalau sudah masuk pasti akan bekerja lagi.” Jawab Anna dengan senyum. Dielus-elus rambut putri kesayangannya itu. Tak mengherankan jika Runa bertanya-tanya k

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-21
  • Dikhianati Sang Kurir, Diratukan Sang Dokter   Pertemuan

    Setelah beberapa jam mengendarai motor sambil kerapkali berhenti karena Runa merasa kelelahan, akhirnya ia sampai di rumah Ayu, Sang Ibu. Cuaca hari itu panas dan mereka tiba ketika siang hari. Terlihat pintu rumah Ayu masih tertutup, dan halamannya nampak kotor, seperti tidak dibersihkan selama berhari-hari.“Assalamualaikum bu, ini Arka,” ucap Arka sambil mengetok pintu dengan keras-keras berharap ibunya mendengar teriakannya.“Iya… sebentar,” Ayu berteriak sambil berjalan, kemudian memutar kunci untuk membuka pintu.“Masuk nak, kenapa kamu bawa anak ini juga?” Tanya Ayu yang terlihat seperti tidak suka melihat kehadiran Aruna.“Iya bu, anakku sepertinya bosan di rumah terus jadi dia ingin ikut,” jawabnya dengan lemas, lelah karena perjalanan itu cukup menguras tenaganya. Arka menyuruh anaknya untuk segera ke kamar mandi untuk mandi dan berganti pakaian. Mendengar titah ayahnya, anak itu segera beranjak. Sambil memandangi neneknya dengan tatapan tidak suka. Hatinya tidak bisa diboh

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-21

Bab terbaru

  • Dikhianati Sang Kurir, Diratukan Sang Dokter   Kecurigaan

    Semalaman Anna tak bisa tidur nyenyak. Ia kerapkali terbangun dirundung kegelisahan. Siapakah Clara? Mengapa dia chat malam-malam? Sejak kapan gawai suaminya di kunci? Pertanyaan itu terus menerus menghantuinya hingga pagi menjelang. Mulai terdengar suara adzan shubuh tanda panggilan sholat telah tiba. Anna menghentikan lamunannya, ia bergegas menuju kamar mandi untuk berwudhu kemudian mendirikan sholat. Dalam sholatpun, dia nampak tak khusyuk karena kegelisahan terus menghantam pikiran dan hatinya. Seusai sholat, Anna bergegas ke dapur menyiapkan sarapan untuk anak dan suami tercintanya. Ia mulai mempersiapkan bahan-bahan untuk memasak dan mencoba untuk mengabaikan segala pikiran yang membuatnya semakin curiga, siapakah Clara? Apakah Mas Arka selingkuh? Tak terasa waktunya membangunkan anak-anak untuk bersiap ke sekolah. Anna dengan cekatan dan lembut mulai membangunkan si kembar yang terlihat masih mengantuk. Sesekali mereka menguap dan kesulitan membuka matanya. Anna hanya bi

  • Dikhianati Sang Kurir, Diratukan Sang Dokter   Mantan Pacar

    Hari itu Arka berpamitan pada ibunya terkait kepulangannya ke kota. Ia tidak mungkin berlama-lama di kota kelahirannya itu. Hal ini dikarenakan 3 hari lagi sikembar akan masuk sekolah. Selain itu, ia juga mendapat kabar bahwa ada toko bunga yang baru buka di lokasi kerja dia yang dulu, ia mendapat kabar dari teman setongkrongan di warkop tempat ia biasa bermain game. Besar harapannya untuk dapat bekerja di bidang yang menurutnya sesuai dengan kemampuannya tersebut.Perjalanan tidak memakan waktu lama karena ia berangkat setelah shubuh. Perjalanan di tempuh tanpa hambatan, mesti ia nampak ogah-ogahan karena perasaannya pada Anna mulai berubah. Ia merasa Anna akhir-akhir ini terlalu mengaturnya, apalagi untuk program hamil anak laki-laki. Ia malas harus bertemu dokter yang pasti memintanya untuk gaya hidup sehat dan tidak boleh begadang, hal itu cukup menyiksa baginya yang kecanduan game online dan perokok aktif. Sepanjang jalan ia terus diberondong dengan pikiran-pikiran melelahkan ter

  • Dikhianati Sang Kurir, Diratukan Sang Dokter   Pertemuan

    Setelah beberapa jam mengendarai motor sambil kerapkali berhenti karena Runa merasa kelelahan, akhirnya ia sampai di rumah Ayu, Sang Ibu. Cuaca hari itu panas dan mereka tiba ketika siang hari. Terlihat pintu rumah Ayu masih tertutup, dan halamannya nampak kotor, seperti tidak dibersihkan selama berhari-hari.“Assalamualaikum bu, ini Arka,” ucap Arka sambil mengetok pintu dengan keras-keras berharap ibunya mendengar teriakannya.“Iya… sebentar,” Ayu berteriak sambil berjalan, kemudian memutar kunci untuk membuka pintu.“Masuk nak, kenapa kamu bawa anak ini juga?” Tanya Ayu yang terlihat seperti tidak suka melihat kehadiran Aruna.“Iya bu, anakku sepertinya bosan di rumah terus jadi dia ingin ikut,” jawabnya dengan lemas, lelah karena perjalanan itu cukup menguras tenaganya. Arka menyuruh anaknya untuk segera ke kamar mandi untuk mandi dan berganti pakaian. Mendengar titah ayahnya, anak itu segera beranjak. Sambil memandangi neneknya dengan tatapan tidak suka. Hatinya tidak bisa diboh

  • Dikhianati Sang Kurir, Diratukan Sang Dokter   Promil Anak Laki-laki

    Pagi itu cuaca cerah, matahari menyinari bumi memberikan kehangatan bagi siapapun yang sedang berjuang di bumi manusia, tidak terkecuali Anna. Ia telah menyempatkan waktunya untuk berkonsultasi dengan dokter kandungan saran dari temannya. Sebenarnya jauh sebelum pilihannya tertuju pada promil ala dokter, ia telah mencoba cara-cara lain seperti berdiet, sering berolahraga seperti jogging, senam dan renang. Ia juga menambahkan konsumsi jamu tradisional dan vitamin seperti asam folat dan vitamin D. Namun seperti takdir tak berpihak padanya karena usahanya belum juga membuahkan hasil.“Bund, kenapa ayah sering di rumah ya, apa ayah tidak bekerja?” Celoteh Runa, meski ia baru berusia 7 tahun dan akan segera masuk SD, ia termasuk anak yang aktif karena seringkali bertanya perihal yang mengganggu pikirannya.“Iya nak, ayah libur, nanti kalau sudah masuk pasti akan bekerja lagi.” Jawab Anna dengan senyum. Dielus-elus rambut putri kesayangannya itu. Tak mengherankan jika Runa bertanya-tanya k

  • Dikhianati Sang Kurir, Diratukan Sang Dokter   PHK Mengubah Segalanya

    Hari itu langit tampak cerah, jalanan masih tampak basah karena semalam hujan mengguyur kota metropolitan itu. Terlihat orang-orang mulai berbondong-bondong untuk memulai aktivitasnya. Tidak terkecuali Arka. Ia menuju tempat kerjanya mengendarai motor butut warisan orang tuanya. Hari itu jalanan nampak padat merayap, terlihat kendaraan mulai perlahan berjalan pasca lampu merah di pertigaan itu. Jarak tempuh dari kontrakan menuju toko florist tidaklah jauh, sekitar 15 menit saja.Sesampainya di toko, Arka memarkirkan motornya. Hari itu sama sekali tak ada firasat buruk dalam benaknya, dengan langkah penuh semangat, ia berjalan menuju tokonya tanpa melihat tulisan dipintu tertera “close”. Toko terlihat sepi padahal sudah pkl 08.00 wib, biasanya sudah mulai ada aktivitas namun tidak di hari itu. Terlihat bos toko dengan wajah sayu tanpa semangat bahkan ia tak menyadari kalau Arka telah tiba.“Pagi bos, tumben pagi-pagi sudah di toko, biasanya siang baru nongol,” tanya Arka dengan senyum

  • Dikhianati Sang Kurir, Diratukan Sang Dokter   Desakan Mertua

    “Gimana Na, sudah isi apa belum?” ujar Ayu dengan tatapan tajamnya pada menantu perempuannya.Ia seringkali menanyakan pertanyaan itu dan berharap mendapat jawaban yang memuaskan ambisinya, memperolah cucu laki-laki dari anak lelaki kesayangannya.“Belum bu, doakanlah kami, lagipula saya masih ingin fokus mengasuh Arini dan Aruna, mereka sebentar lagi masuk Sekolan Dasar dan pasti semakin banyak keperluannya,” jawab Anna dengan helaan nafas panjang.Sebenarnya pertanyaan itu cukup mengganggunya, ia sudah berusaha semaksimal mungkin namun jika takdir tak berpihak padanya, dia bisa apa?Ibu Mertua mengernyitkan dahinya yang sudah penuh dengan goresan-goresan kehidupan dan berucap dengan penuh penekanan, “Apa? kamu gimana sih Na? Justru karena anakmu sudah besar, sudah saatnya mereka punya adik, dan adiknya harus laki-laki! Kasian Arka tidak punya anak laki-laki, apa kata orang nanti? Aura saja sudah punya anak laki-laki dan perempuan. Kamu jangan mau kalah sama dia!”“Bu, kami pasti aka

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status