Hari itu Arka berpamitan pada ibunya terkait kepulangannya ke kota. Ia tidak mungkin berlama-lama di kota kelahirannya itu. Hal ini dikarenakan 3 hari lagi sikembar akan masuk sekolah. Selain itu, ia juga mendapat kabar bahwa ada toko bunga yang baru buka di lokasi kerja dia yang dulu, ia mendapat kabar dari teman setongkrongan di warkop tempat ia biasa bermain game. Besar harapannya untuk dapat bekerja di bidang yang menurutnya sesuai dengan kemampuannya tersebut.
Perjalanan tidak memakan waktu lama karena ia berangkat setelah shubuh. Perjalanan di tempuh tanpa hambatan, mesti ia nampak ogah-ogahan karena perasaannya pada Anna mulai berubah. Ia merasa Anna akhir-akhir ini terlalu mengaturnya, apalagi untuk program hamil anak laki-laki. Ia malas harus bertemu dokter yang pasti memintanya untuk gaya hidup sehat dan tidak boleh begadang, hal itu cukup menyiksa baginya yang kecanduan game online dan perokok aktif. Sepanjang jalan ia terus diberondong dengan pikiran-pikiran melelahkan tersebut. Akhirnya ia sampai di rumah dengan selamat. Terlihat Anna dan Arini menyambut kedatangan mereka dengan penuh kebahagiaan. Sesampainya di rumah, Arka seperti menghindari percakapan dengan Anna. Ia mulai menghindar saat Anna memulai percakapan dengannya. Saat itu Anna masih berpikir mungkin suaminya lelah pasca perjalanan, tanpa disadari hari mulai masuk sekolah telah tiba. Akhirnya perhatian Anna tercurahkan pada persiapan sekolah si kembar dan kegiatan mengajarnya di sekolah. Anna mulai berfokus pada tes PPG agar ia lebih sejahtera, jika ia lolos tes maka keuangan keluarga akan meningkat, karena setiap tiga bulan, ia akan mendapat tunjangan dari pemerintah. Hari itu, Arka menuju toko florist yang berlokasi sama dengan toko lamanya. Di papan toko tertulis “Clara florist” awalnya ia merasa tidak asing dengan nama itu, langkahnya sempat tertahan karena ia tiba-tiba teringat mantan pacarnya saat sekolah dulu, Clara. Ketika ia membuka pintu toko tersebut, ia terkejut melihat perempuan yang dulu sangat ia cintai. Meski tidak lama menjalin hubungan, sosok Clara di mata Arka begitu sempurna, karena semasa mudanya cintanya telah habis pada Clara. Meski Clara pernah meninggalkannya tanpa kabar sekalipun. “Arka, kamu beneran Arka,” Sapa perempuan bertubuh tinggi, seksi dan putih itu, mesti terlihat beberapa “permak” di hidung, bibir, payudaranya. “Iya, aku Arka, pacar kamu waktu SMA, kemana kamu selama ini Clara? Kamu menghilang bahkan sebelum kita lulus,” tanya Arka seperti mengharapkan sebuah jawaban dari pertanyaan yang selama ini menghantuinya. “Maaf Arka, waktu itu ada problem di keluargaku, aku harus pindah dari sekolah dimana kita ketemu dulu, maaf, kamu sekarang gimana kabarnya, sudah menikah belum?” tanya Clara dengan penuh kesungguhan, seolah-olah dia berharap masih memiliki kesempatan bersama Arka. Entah setan apa yang merasuki Arka, tiba-tiba ia teringat perkataan ibunya ketika ia mudik kemarin. “Aku lagi proses cerai dengan istriku, ada problem yang bikin aku nggak nyaman sama dia, mungkin karena sekarang aku menganggur jadi aku seperti nggak ada harga dirinya dimatanya,” tutur Arka dengan raut wajah kesedihan yang ia buat senatural mungkin. “Aku turut bersedih atas apa yang kamu alami, kalau gitu kamu kerja sama aku aja ya, karna tokoku juga masih baru, butuh pegawai banyak, toko ini baru aja dibelikan papaku, dia pengen aku bisnis yang sesuai sama hobiku, yakni merangkai bunga” ucap Clara dengan penuh semangat. Mendengar penuturan Clara, hati Arka terasa berbunga-bunga. Ia merasa mendapat durian runtuh, mendapat pekerjaan dan berkesempatan dekat lagi dengan mantan pacarnya. Hari pertama pembukaan toko, semua terlihat sibuk, beberapa karyawan terlihat merapikan toko dan mulai bertransaksi dengan pembeli. Namun disudut toko tersebut terlihat Clara dan Arka semakin intens berkomunikasi, mereka saling bertukar cerita tentang apa saja yang mereka alami selama mereka berjauhan. Tak terasa waktu sudah menunjukkan jam tutup toko, Clara mengajak Arka untuk makan di restoran jepang kesukaannya, Arka tentunya tidak melewatkan kesempatan ini. Dengan mengendarai mobil Clara, mereka berdua berjalan menuju restoran tersebut. restoran itu nampak ramai, terlihat orang-orang sedang berbincang-bincang sambil menikmati makanan mereka. Clara dan Arka berjalan sambil bergandengan tangan, terlihat mereka seperti sepasang kekasih yang sedang di mabuk cinta. Kerinduan yang mendalam seolah menjadi penguat tindakan mereka, saling pandang bahkan tak segan untuk menunjukkan kemesraan di depan umum, seperti pasangan muda-mudi pada umumnya. Arka seolah melupakan siapa dirinya sebenarnya. Clara mulai memanggil pelayan dan memesan makanan untuk mereka. Terlihat sorot mata perempuan itu tidak bisa lepas dari lelaki yang masih berstatus suami orang. Meski berdalih sedang dalam proses cerai, hal itu tidak mengurungkan niatnya untuk terus dekat dengan mantan pacarnya itu. lelaki itu masih terlihat mempesona di matanya, karena dulu Clara tidak memiliki siapapun di sekolah, orang-orang disekitarnya menilainya sombong dan sulit bergaul. Hanya Arka yang selalu setia disampingnya hingga tumbuh rasa cinta di antara mereka. Pasangan muda itu terus bernostalgia akan kebersamaan mereka di masa lalu. Anna mulai terlihat panik, ia terus melihat jam di dinding, Pkl 21.00 WIB. Bahkan si kembar sudah tidur. Tidak biasanya sang suami belum pulang, bahkan ia tidak bisa dihubungi. Arka bak menghilang ditelan bumi sejak pagi saat ia pergi dengan alasan mencari kerja. Tepat pukul 22.00 WIB terlihat mobil mewah berhenti di depan rumah mereka. Anna mencoba mengintip di jendela, berharap sang suami muncul dari dalam mobil itu, meski hatinya menolak, mana mungkin Arka naik mobil itu, mobil yang tidak ramah untuk orang biasa. Tak disangka Arka keluar dengan membawa beberapa paper bag, seperti orang habis belanja. Ia berjalan dengan riang gembira. Sembari mengetuk pintu berharap ada orang yang segera membukanya. “Darimana kamu mas, kenapa dihubungi dari tadi tidak bisa?” Anna menatap tajam suaminya sambil memberikan jalan agar suaminya bisa masuk. “Tadi aku ada acara makan sama bos dan teman-teman, aku sudah kerja di tempat baru milik temen SMAku dulu, ini ada lebihan saat makan-makan tadi, kamu simpan untuk sarapan besok.” Ucap Arka sambil berlalu, ia terlihat tidak ingin terlibat percakapan dengan Anna. Ia bergegas menuju kamar mandi yang letaknya berada di dalam kamar sepasang suami istri itu. Malam itu Arka terlihat sudah tertidur lelap membiarkan Anna masih dengan pikiran-pikirannya. Ia sebenarnya senang saat mengetahui suaminya kembali bekerja tapi entah mengapa ia merasakan firasat buruk. Ia mencoba berpikir positif, mungkin ia hanya cemas saja. Ia bahkan sudah tidak sabar untuk lanjut promil lagi, karena hasilnya menunjukkan bahwa ia baik-baik saja, selanjutnya adalah Arka harus di tes kesehatan untuk mengetahui kondisi kesuburannya. Ia berharap dengan kondisi ekonomi mereka yang mulai pulih, suaminya bersedia menjalani promil bersamanya. Ketika hendak terlelap, Anna tanpa sengaja melihat layar pesan di hp suaminya.. “Clara…?” gumam Anna.Semalaman Anna tak bisa tidur nyenyak. Ia kerapkali terbangun dirundung kegelisahan. Siapakah Clara? Mengapa dia chat malam-malam? Sejak kapan gawai suaminya di kunci? Pertanyaan itu terus menerus menghantuinya hingga pagi menjelang. Mulai terdengar suara adzan shubuh tanda panggilan sholat telah tiba. Anna menghentikan lamunannya, ia bergegas menuju kamar mandi untuk berwudhu kemudian mendirikan sholat. Dalam sholatpun, dia nampak tak khusyuk karena kegelisahan terus menghantam pikiran dan hatinya. Seusai sholat, Anna bergegas ke dapur menyiapkan sarapan untuk anak dan suami tercintanya. Ia mulai mempersiapkan bahan-bahan untuk memasak dan mencoba untuk mengabaikan segala pikiran yang membuatnya semakin curiga, siapakah Clara? Apakah Mas Arka selingkuh? Tak terasa waktunya membangunkan anak-anak untuk bersiap ke sekolah. Anna dengan cekatan dan lembut mulai membangunkan si kembar yang terlihat masih mengantuk. Sesekali mereka menguap dan kesulitan membuka matanya. Anna hanya bi
Arka dan Clara terhenti di ambang pintu. Mereka terpaku, langkah kaki seolah tertahan sebab melihat si kembar yang berjalan beriringan selepas pulang sekolah. Langkah kecil keduanya juga tertahan saat melihat sang ayah tengah bersama wanita asing di depan rumah mereka. Siapa wanita itu? "Ayah, Siapakah tante ini?" Tanya Runa penuh selidik, tatapan tajam diarahkan pada wanita asing dihadapannya. Arka tak mampu menjawab, ia terlihat kebingungan dihadapan putri kecilnya. Keadaan seolah membungkamnya untuk berbicara. Tak ada kata yang keluar kecuali gerakan tubuh yang penuh kegelisahan. "Halo sayang, namaku Clara, tante adalah bos di tempat kerja ayah kalian. Tante ada permen coklat nih," balas Clara dengan senyum ramahnya sambil mengambil permen yang ada ditas mahalnya. Wanita itu memberikan dua permen coklat yang sangat menggoda siapapun yang melihatnya terlebih anak kecil. Rini yang begitu polos langsung mengambil permen itu lalu mengucapkan terima kasih. Tak lupa ia mencium ta
Terdengar suara khas dengkuran Arka membuat Anna terbangun dari tidurnya. Wanita itu membuka matanya dan bergegas mencari gawai sang suami. Gawai itu tergeletak di ranjang dengan posisi masih tergenggam sang pemilik. Perlahan Anna mengambilnya dan menggunakan sidik jari sang suami untuk membukanya. "Yes... berhasil terbuka." Ujarnya pelan. Ia mulai membuka pesan seorang perempuan cantik dan seksi bernama Clara. Jantung Anna mulai berdetak cepat, keringat dingin mulai membasahi wajahnya. Ia nampak tak siap membaca pesan yang mungkin akan sangat menyakitinya namun ia tak ada pilihan, sesekali nampak usahanya untuk menguatkan hati meski rasanya telah remuk redam. "Astaghfirullah, apa ini ya Allah," Gumam Anna pelan khawatir sang suami terbangun. Ia menemukan banyak foto mesum antara sang suami dengan perempuan bernama Clara. Selain itu, terdapat video adegan intim di ranjang yang kini sedang mereka tiduri. Terlihat Clara begitu bahagia, ia nampak tertawa dan mendesah seolah menik
"Ibu... Maafkan aku..." ucap Anna dengan lirih, air matanya terus mengalir seolah tak mampu ia bendung. Anna berjalan perlahan mendekati sang ibu, ditatapnya wanita yang telah melahirkannya ke dunia. Ia memeluk wanita itu dengan erat seolah tak mau terpisah lagi. Runa yang melihat adegan mengharukan itu hanya bisa terdiam, membisu. Terdengar langkah kaki saudarinya berjalan mendekati kedua wanita yang menangis dalam pelukan. Runa segera menarik tangan Rini seolah enggan mengganggu pertemuan mengharu biru antara ibu dan anak. "Rin, ayo masuk ke dalam, kakek pasti senang melihat kita datang," Ajaknya sambil terus menarik tangan saudarinya, menjauh dari bunda dan nenek yang masih bernostalgia. Rini mengangguk sambil menuruti ajakan Runa, ia adalah saudari yang selalu menuruti keinginan kakak kembarnya. Mereka memasuki rumah kemudian menuju ruang makan, terlihat sang kakek tengah asyik membaca koran dengan ditemani segelas kopi yang harumnya semerbak. "Kakek..." Teriak si kembar
Anna nampak berpakaian rapi, ia sedang bersiap-siap untuk mengantar si kembar ke sekolah. Sebulan pasca ia pergi meninggalkan sang suami, tidak ada sama sekali itikad baik dari ayah si kembar untuk sekedar menanyakan kabar anak-anaknya. Lelaki itu seolah lupa dengan tanggung jawabnya. Si kembar pun tak ada yang menanyakan perihal keberadaan ayah mereka, seolah semua nampak baik-baik saja. Anna kini telah bekerja di sekolah yang sama dengan si kembar menuntut ilmu. Semua itu tidak terlepas dari peranan sang ibu yang masih punya pengaruh di lingkungan kerja dalam dunia pendidikan. Ia mencarikan sekolah terbaik untuk anaknya bekerja yang dapat sekaligus menjaga cucu kesayangannya. Melihat berbagai usaha yang dilakukan orang tuanya membuat Anna semakin merasa bersalah. Ia menyesal mengapa memilih jalan yang tak dikehendaki orang tuanya. Andai waktu dapat berputar, ia akan memilih jalan yang dipilihkan sang ortu, batinnya. Hari-hari dilalui dengan sangat baik, Anna cepat beradaptasi de
Asih terkejut mendengar penawaran sang majikan, ia ingin menolak tapi melihat niat baiknya maka sepatutnya ia menerima terlebih sudah malam dan jalanan semakin sepi, ia sendiri sebenarnya takut akan hal buruk terjadi. Asih hanya tersenyum dan menganggukkan kepala, ia sangat malu sebab baru kali ini diajak naik mobil oleh majikannya. Sebelumnya ia pernah bekerja sebagai ART tapi majikannya tak sebaik Arka yang memberi penawaran untuk mengantar pulang. "Kamu tinggal dimana, apa masih jauh?" Tanya Arka dengan lembut yang berhasil membuat jantung Asih berdegup. Ia adalah anak yatim yang tak pernah mendapat kasih sayang seorang ayah, perhatian sepele seperti inipun sukses membuatnya salah tingkah. "Tidak pak, nanti setelah lampu merah, bapak belok kiri lalu lurus belok kanan, disitulah kos-kosan saya," Balas Asih sambil terus menundukkan kepala. Ia sama sekali tak berani menatap sang majikan. "Asih kenapa menunduk terus? apa wajahku terlihat menakutkan?" Tanya Arka seolah menggoda
Pertemuan tanpa sengaja antara Anna dan Arka di lapangan saat pelantikan kepsek seolah memberikan luka baru baginya. Ia melihat tak ada penyesalan di wajah Arka atas kehancuran rumah tangga akibat ulah sang suami. Belum lagi omong kosong yang diucapkannya di depan rekan sejawatnya, Bu Wulan. Pastinya ia takkan tinggal diam apalagi ia sudah dikenal sebagai orang yang suka bergosip, membicarakan permasalahan teman-temannya. Mulai terdengar bisikan antar guru saat Anna lewat, ia hanya melempar senyum saat melihat mereka tengah asyik bergosip. Ternyata gosip itu tidak hanya berdampak pada kehidupannya tapi kehidupan si kembar, mereka mulai diasingkan oleh teman-temannya. "Rini, ayahmu kemana? kenapa setiap kali ada pertemuan wali murid nggak pernah datang?" tanya seorang anak berambut keriting, ia adalah Maria, anak yang terkenal suka mengejek teman yang dianggap jauh di bawah levelnya. Rini hanya terdiam, ia tak mampu menjawab. Hal yang ia tahu adalah ayahnya bekerja dan berubah ka
"Ayah... Runa lapar," Rengek gadis kecil itu sambil memegangi perutnya, air matanya telah kering terhapus waktu, namun keringat dingin masih membanjiri wajahnya penanda tubuh mungilnya masih kelelahan. "Runa, sedang apa kamu disini? dimana ibumu?" Tanya Arka yang nampak terkejut dengan kehadiran sang anak, nalurinya sebagai seorang ayah muncul tatkala melihat sang anak mengadu kelaparan. Arka segera menggedong anaknya untuk duduk dipangkuannya, bahkan disuapi sang anak seperti dulu kala. Rasa sayangnya memang begitu besar meski rasa itu pada istrinya telah berubah. "Ayah, siapa perempuan ini sepertinya dia bukan tante yang waktu itu?" Tanya Runa pada ayahnya yang kini duduk di sebelahnya. Gadis kecil itu mempertanyakan siapa perempuan yang kini duduk dihadapan mereka. "Dia Asih, pembantu baru di tempat tinggal Ayah," balas Arka sambil tersenyum, ia mengelus rambut anaknya seolah tak ingin dipisahkan lagi. Di dalam perjalanan pulang, Arka bertanya dimana Runa tinggal karena be
"Mas, nilai Arini semakin turun, aku khawatir dengan kondisinya, dia menjadi sangat pendiam dan sering melamun di kelas," ujar Anna sambil mengelus-elus perutnya yang semakin membuncit. "Apa yang terjadi, Sayang? kenapa kamu baru menceritakan hal ini padaku?" sahut Adrian dengan penuh kecemasan, ia baru saja datang dari seminar yang diselenggarakan di luar negeri "Kamu sedang ada urusan di luar negeri, aku tidak ingin mengacaukan konsentrasimu," balas Anna dengan tatapan penuh kesedihan, tak sanggup lagi menahan beban yang selama ini disembunyikan. Adrian segera memeluk istrinya hendak melepas kerinduan yang selama ini terpisah jarak, sudah seminggu ia berada di luar negeri untuk mengikuti program seminar tentang perkembangan bayi tabung. Anna tinggal bersama Arini dan Ibu mertuanya yang begitu antusias dengan kehamilannya yang selama ini ditunggu-tunggu. "Mama gimana? Apakah kamu nyaman dengan keberadaannya?" tanya Adrian yang sebenarnya cemas dengan perangai sang mama yang
Anneth tak mampu menahan gejolak di hatinya. Perasaan yang sepi pasca dikhianati suami brondongnya, perlahan luluh akan perhatian Arka, pria yang baru saja dikenalnya beberapa hari yang lalu. Meski tak pernah sekalipun terucap kata terima kasih atas dukungan sang pria melalui kiriman bunga mawar yang di kirim setiap hari, hatinya tak bisa berbohong jika naluri akan cinta laki-laki kini bangkit kembali pasca perhatian dari pria itu."Apakah perasaanmu sudah lebih baik? Apakah kamu melihat bunga mawar tak lagi membuat hatimu kesal?" tanya Arka yang menangkap sinyal bahwa wanita itu mulai luluh hatinya."Aku hanya mencoba mencari tahu, siapakah pria yang mengirim bunga mawar padaku setiap hari, jika dulu nama Dimas membuatku muak kini nama Arka membuatku semakin penasaran," sahut Anneth mencoba berkilah, mengingkari perasaannya sendiri."Seperti yang kamu lihat, aku hanyalah seorang pria yang tinggal sendiri di kosan sempit yang jauh dari kata layak, tanpa istri atau anak. Apa sekarang k
Arka hanya bisa menggelengkan kepalanya, hari ketiga mengantar bunga di tempat yang sama, Anneth hanya membuangnya ke lantai dan menginjak dengan sepatu hak tingginya, kebetulan dia akan pergi ke perusahaan untuk mengecek bisnis skincarenya. "Maaf Nona, apakah tidak ada cara lain selain membuang dan merusaknya?" tanya Arka yang awalnya menahan diri kini tak bisa berpura-pura tidak peduli. "Apa urusanmu? Kamu hanyalah kurir pengantar bunga!" balas Anneth dengan ketus, ia hendak melewati Arka, segera menuju mobil mewahnya. "Aku memang tidak tahu masalah apa yang menimpa hidupmu, tapi seorang pria bernama Dimas, setiap hari datang ke toko kami, memesan bunga agar dikirim ke alamat rumah ini, aku bisa melihat ada ekspresi sedih di wajahnya," ungkap Arka yang mencoba menyentuh hati Anneth agar lebih terbuka. "Dia hanyalah pengkhianat yang tega menipuku dan berselingkuh dengan gadis yang masih kuliah! Mendengar namanya saja aku sudah jijik, apalagi melihat bunga mawar itu!" bentak Annet
"Arka, Papa memang bukan orang yang baik bahkan kamu lahir di saat aku tidak pernah peduli pada ibumu. Aku memang egois, merajut kasih dengan ibumu di saat aku sudah menikah dan memiliki dua anak," ujar Andrew yang merasa menyesal atas kesalahan pada masa lalunya. "Sudahlah, tidak ada yang bisa diubah dari takdir. Aku berat memanggilmu ayah tapi kau adalah ayahku. Maaf aku belum terbiasa dengan itu," sahut Arka yang masih merasa canggung dengan kondisi ini. Mereka memutuskan untuk makan di sebuah warung dekat puskesmas. Hal itu terjadi atas permintaan Andrew, ia bekerja sementara di sana sebab dokter jaga sedang cuti, jika situasi normal kembali maka ia akan kembali bekerja di rumah sakit dekat kota. "Terima kasih Nak, setidaknya kamu mulai menganggapku adalah Papamu meski hatimu mungkin belum menerima sepenuhnya," ucap Andrew sambil memegang tangan Arka, setidaknya mereka kini telah berdamai dengan takdir yang tercipta. Dua laki-laki yang terlibat ikatan darah itu mulai memak
"Runa, maafkan ayah yang selalu mementingkan diri sendiri! Ayah memang bukan orang baik," ujar Arka sambil terus berjalan terbata-bata. Arka melihat wajah kemarahan pada putri kesayangannya. Ia menyadari jika belum bisa membahagiakan putrinya, ia malah terus saja berulah. Pria itu hanya diam lalu berpasrah atas segala permasalahan hidup yang menghampirinya. Aruna mengantar ayahnya ke puskesmas agar sang ayah dapat segera terobati. Aruna duduk sambil menunggu di kursi ruang tunggu, tatapannya kosong. Ia kembali teringat perkataan Om Tirta beberapa hari yang lalu. "Aruna, kamu adalah anak yang baik dan pintar. Jangan sampai pengaruh buruk ayahmu mempengaruhimu! Dia adalah pria brengsek yang tidak tahu terima kasih! Ia tega meniduri istri sahabat yang menolongnya bahkan sampai hamil!" ujar Om Tirta, orang yang telah memberinya segepok uang. Aruna menghela nafas panjang, ia berniat untuk meninggalkan ayahnya yang sifatnya ternyata tidak bisa berubah, egois dan mau menang sendiri
"Ma, Dimas tega selingkuhin aku," ujar Anneth pada Mamanya, hatinya hancur saat mengetahui suami brondongnya ternyata tidak lebih dari seorang pengkhianat. "Apa? Sejak kapan? Dasar pria kurang ajar!" sahut mamanya, geram. "Dia tega memberikan apartemen yang aku berikan padanya pada gadis murahan yang masih berkuliah!" ungkap Anneth sambil menangisi segala kebodohannya selama ini. "Ceraikan saja pria tidak tahu diri itu! Kamu fokus saja pada kedua anakmu yang masih kecil! Lebih baik seperti Mama! Sendiri tapi bahagia!" sahut sang mama yang justru terkesan adu nasib. Ibu dari Adrian dan Anneth itu memilih menjanda di usia senja daripada harus sakit hati bersama pria yang tidak setia. Suaminya terbukti berselingkuh dengan perempuan desa hingga memiliki anak bernama Arka. Anak tersebut adalah suami pertama Anna, menantunya yang menikah dengan Adrian, anak lelakinya. Wanita tua itu awalnya berat merestui hubungan Anna dan Adrian karena pilihan Adrian yang seorang janda dan perna
"Mas, aku hamil!" ujar Anna sambil memeluk suaminya, Adrian. Ia menyerahkan tespek yang menunjukkan garis dua! Akhirnya penantian keduanya kini terjawab sudah. Setelah beberapa tahun menikah, keduanya tak langsung dikaruniai momongan hingga membuat Anna sempat stres dan memilih untuk tinggal di rumah yang berbeda dengan mama mertuanya. Adrian yang sabar dan dewasa, memilih untuk menjaga kesehatan mental istrinya daripada harus bertahan di rumah ibunya. Mereka bergegas ke rumah sakit untuk memeriksakan kondisi kandungan Anna. Wanita itu tidak menyadari keterlambatan haidnya sebab kegiatan sekolah yang begitu padat sebab tengah menghadapi ujian kenaikan kelas. Ia sudah di sibukkan dengan membuat soal, kisi, kartu dan persiapan pengisian rapot, sungguh menguras tenaga dan pikirannya. "Selamat Pak Adrian, Ibu Anna tengah hamil usia kandungan 12 minggu, sudah terlihat dua kantung janin dalam perutnya! Artinya kalian akan dianugerahi anak kembar!" ujar Dokter Herry, salah satu teman A
Beberapa bulan kemudian ... "Adrian, Anneth baru saja melahirkan anak keduanya? Kamu kapan nyusul? aku sangat cemas denganmu! Kapan Anna akan hamil?" tanya Mama Adrian yang mulai gelisah mendapati menantu yang tak kunjung hamil setelah beberapa tahun menikah. "Ma, Anna sudah memiliki anak dari pernikahan sebelumnya, apakah itu tidak cukup untukmu? Lagian anak Anna adalah cucu dari papa atau anak dari adikku, Arka. Bukankah itu artinya cucumu juga!" tegas Adrian yang mulai tidak nyaman dengan desakan mamanya. "Cukup! Jangan bahas lelaki brengsek itu! Sampai kapanpun aku tidak akan pernah mengakui anak itu apalagi cucu yang berasal darinya! Anak haram yang sampai kapanpun tidak akan pernah menjadi keluarga kita!" bentak Mama Adrian dengan tatapan tajam, acara makan malam bersama di rumah Adrian terasa sangat menyesakkan, semua mulai merasa tidak nyaman. "Ma, kami sedang mengupayakan, doakan saja kami! Ayo sekarang kita makan dulu, ini semua masakan kesukaan mama," ujar Anna menc
"Nak, kita sementara tinggal di pasar ya, ayah baru saja keterima bekerja sebagai kuli," ujar Arka pada Aruna.Aruna hanya menganggukan kepala, bersedih atas apa yang telah terjadi. Pernikahan siri yang berakhir sebab perselingkuhan kembali membawa luka pada hati Aruna. Awalnya ia mengira pernikahan ayahnya dan Tante Asih akan lebih bahagia daripada dengan Tante Clara ternyata sama saja sebab tak berlangsung selamanya.Pasca meninggalkan rumah Asih, nasib Arka menjadi semakin tidak jelas. Ia luntang-luntung tidak jelas sebab bingung tak tahu arah hingga akhirnya ia bertemu dengan teman masa kecilnya dulu, Tirta. Orang yang dulunya adalah teman sekolah yang sama-sama memiliki keinginan untuk sukses.Tirta dan Ina adalah pasangan yang sudah lama menikah namun belum di karuniai momongan. Saat mengetahui bahwa Arka membawa Aruna yang masih duduk di bangku SMP tentunya membuat mereka bahagia sebab merasa kehadirannya dapat mengobati rindu akan memiliki keturunan."Aruna, kamu tidak perlu k