Pertemuan tanpa sengaja antara Anna dan Arka di lapangan saat pelantikan kepsek seolah memberikan luka baru baginya. Ia melihat tak ada penyesalan di wajah Arka atas kehancuran rumah tangga akibat ulah sang suami. Belum lagi omong kosong yang diucapkannya di depan rekan sejawatnya, Bu Wulan. Pastinya ia takkan tinggal diam apalagi ia sudah dikenal sebagai orang yang suka bergosip, membicarakan permasalahan teman-temannya. Mulai terdengar bisikan antar guru saat Anna lewat, ia hanya melempar senyum saat melihat mereka tengah asyik bergosip. Ternyata gosip itu tidak hanya berdampak pada kehidupannya tapi kehidupan si kembar, mereka mulai diasingkan oleh teman-temannya. "Rini, ayahmu kemana? kenapa setiap kali ada pertemuan wali murid nggak pernah datang?" tanya seorang anak berambut keriting, ia adalah Maria, anak yang terkenal suka mengejek teman yang dianggap jauh di bawah levelnya. Rini hanya terdiam, ia tak mampu menjawab. Hal yang ia tahu adalah ayahnya bekerja dan berubah ka
"Ayah... Runa lapar," Rengek gadis kecil itu sambil memegangi perutnya, air matanya telah kering terhapus waktu, namun keringat dingin masih membanjiri wajahnya penanda tubuh mungilnya masih kelelahan. "Runa, sedang apa kamu disini? dimana ibumu?" Tanya Arka yang nampak terkejut dengan kehadiran sang anak, nalurinya sebagai seorang ayah muncul tatkala melihat sang anak mengadu kelaparan. Arka segera menggedong anaknya untuk duduk dipangkuannya, bahkan disuapi sang anak seperti dulu kala. Rasa sayangnya memang begitu besar meski rasa itu pada istrinya telah berubah. "Ayah, siapa perempuan ini sepertinya dia bukan tante yang waktu itu?" Tanya Runa pada ayahnya yang kini duduk di sebelahnya. Gadis kecil itu mempertanyakan siapa perempuan yang kini duduk dihadapan mereka. "Dia Asih, pembantu baru di tempat tinggal Ayah," balas Arka sambil tersenyum, ia mengelus rambut anaknya seolah tak ingin dipisahkan lagi. Di dalam perjalanan pulang, Arka bertanya dimana Runa tinggal karena be
"Mas Adrian, kenapa nggak bilang-bilang mau berkunjung ke rumah ini?" Tanya Anna, sambil menyeka air matanya yang mulai terhenti akibat melihat sosok lelaki yang begitu berkesan di masa kecilnya. "Anna, aku sudah mengirimkan pesan bahkan beberapa kali menelponmu tapi nggak ada respon darimu?" Tanya Adrian sambil menatap Anna dengan serius, ia memiliki firasat jika sahabatnya itu sedang tidak baik-baik saja. Anna menghela nafas panjang, tiba-tiba tangisnya pecah. Buliran air mata itu seolah tak mampu ia bendung lagi. "Mas Arka selingkuh dengan bosnya yang ternyata adalah mantan pacarnya saat SMA. Ia sekarang membawa Runa bersamanya. Aku kepikiran mas, khawatir ia nggak mampu mengurus anakku," Balas Anna pilu, ia tak mampu lagi menahan segala kegundahannya di depan lelaki yang dulu begitu berarti untuknya. Adrian hanya terdiam seolah hanyut dalam pernyataan dari dalam hati sang sahabat. Lidahnya kelu seolah tak mampu berucap. Ia hanya tersenyum sesekali seolah mencoba menguatkan
Tiga bulan pasca pisah rumah, Anna terlihat mantap melangkahkan kakinya menuju kantor pengadilan untuk mengurus perceraiannya. Tekadnya sudah bulat untuk berpisah dengan lelaki yang turut andil dalam kehadiran si kembar yang begitu ia sayangi. Perceraian bukanlah apa yang diinginkan, sebab sejak dulu ia selalu bercita-cita untuk membangun istana pernikahan untuk selamanya. Namun keinginan itu harus kandas saat sang suami menghancurkannya dalam bentuk pengkhianatan. Tanah masih basah, rintik hujan terus membasahi alunan langkah perempuan yang tersakiti oleh orang yang paling dicinta. Seolah alam memahami rasa kesedihan akibat dikhianati sang kekasih, ia tak kunjung pula menunjukkan secercah sinar mentari sebab rintik hujan terus turun tiada henti. Tak ada lagi harapan untuk kembali, itulah yang tertanam dibenak Anna, sang perempuan yang tersakiti. Tiada guna seluruh pengorbanan cintanya selama ini, menerjang restu orang tua, berpasrah atas hinaan dan desakan mertua serta usahanya u
Anna begitu bahagia melihat Aruna kini berkumpul kembali dengan keluarganya. Semua menyambut kehadirannya penuh suka cita. Arini langsung memeluk saudaranya dengan erat seolah tak ingin lepas. Ia merasa Aruna telah benar-benar kembali, sebab selama Aruna tak pulang ke rumah, ia sangat dingin seolah tak saling kenal saat mereka bertemu di sekolah. "Aruna, kenapa kamu pergi sendiri? Mengapa tidak mengajakku?," Rengek Arini sambil menyilangkan kedua tangannya, sebenarnya ia sebal mengapa kembarannya sangat mudah meninggalkannya. "Maaf ya Rin, aku tidak mengajakmu sebab aku nggak mau bunda sendirian, siapa yang menjaga bunda jika bukan kamu saat aku nggak ada?" Kilah Aruna seolah mencari pembenaran dibalik kepergiannya. Arini hanya terdiam seolah mencerna apa yang dikatakan Aruna. Ia hanya mengangguk dan tersenyum kembali, mengajak kembarannya untuk bermain di taman. "Mama senang melihat kedua cucuku kumpul, akur dan saling tertawa," celetuk ibu dari Anna yang tersenyum melihat cuc
"Sudahlah Asih, cintaku hanya untukmu sayang, kau nggak perlu khawatir," Goda Arka sambil menyentuh paha gadis yang telah kehilangan keperawanan sejak mereka mulai berkencan. Asih yang awalnya lugu dan polos, kini berubah menjadi gadis binal. Ia Seolah ketagihan dengan permainan panas Arka hingga meminta lelaki beristri yang tukang selingkuh itu untuk bercumbu dengannya di tempat-tempat yang tak biasa. seperti di mobil, Restoran yang menyediakan bilik-bilik yang sifatnya privat, bahkan di bioskop premier saat mereka menonton film. Arka tentunya sangat senang dengan Asih dan semakin jatuh cinta padanya seolah ia adalah wanita yang sempurna sesuai dengan keinginannya. Lelaki itu semakin susah berpaling dari Asih meski belum ada niat untuk menikahinya. "Asih, seminggu ini kau tidak perlu ke apartemen, aku akan pulang kampung bersama Clara, dia akan melahirkan dikampung," ujar Arka sambil fokus mengemudikan mobil mewahnya. "Kalau begitu malam ini tidur di kosanku aja ya mas, aku p
Arka mulai terbangun dari tidurnya, sesekali ia menguap seolah rasa kantuk belum juga hilang. Hatinya begitu senang ketika tiba di kampung yang selalu dirindukan. Tidak ada yang berubah dari desa itu, semua masih nampak sama seperti biasanya. Namun, ada yang berbeda dari Arka. Anna dan si kembar kini tak lagi disisinya sebab telah digantikan oleh Clara dan calon bayinya. Rumah Ibu Ayu masih terlihat sepi, tak nampak aktivitas yang menunjukkan keberadaan sang penghuni. Arka mulai cemas, panggilannya diabaikan oleh sang ibu atau sang kakak, Amara. "Kemana mereka? mengapa rumah tampak sepi?" batin Arka lalu berjalan dengan tergesa-gesa dan mengetuk pintu beberapa kali. Setelah sekian lama menunggu di depan rumah, akhirnya pintu itu dibuka oleh sang pemilik, Ibu Ayu. "Masukklah, cepat, jangan sampai terlihat orang lain," Ujar Ayu sambil mengawasi sekitar, ia memastikan tak ada tetangga yang memperhatikan gerak gerik mereka. "Ibu, kenapa bersikap seperti itu? apa ada masalah?" tan
Si kembar nampak begitu bahagia saat Anna berencana untuk mengajak mereka liburan ke luar kota. Destinasi yang dituju adalah pantai. Keduanya gembira seolah tak sabar ingin segera bermain sepuasnya di pantai. Anna nampak tersenyum saat melihat si kembar tengah bercanda tawa dan bermain bersama. Mereka sedang mencoba pakaian pantai yang akan dikenakan besok pagi. Namun, tiba-tiba sang kakek mengeluh tak enak badan, ia menunjukkan seolah mungkin besok tak bisa ikut sedangkan sopir pribadi keluarga mereka tengah cuti sebab sang istri segera melahirkan. Anna dan si kembar tampak murung seolah rekreasi itu akan dibatalkan, namun sang nenek mempunya ide, ia meminta Anna untuk menghubungi Adrian. Tentu awalnya ia menolak, namun melihat si kembar yang sedih, tentu ia tak sampai hati. Wanita itu menurunkan egonya dan berusaha menelpon Adrian. "Halo Ann, ada apa?" sahut lelaki dengan suara khasnya yang membuat jantung Anna berdegup, suara yang tegas namun terasa lembut. "Begini mas, kami
Arka mulai curiga, hampir tiap hari sang istri selalu pulang terlambat. Asih kerapkali beralasan mencari uang tambahan untuk menghidupi keluarga sebab penghasilan Arka tak pernah bisa mencukupi kebutuhan keluarganya. Suatu ketika perasaan Arka tidak nyaman, ia memutuskan untuk membuntuti ke mana sang istri pergi. Jantungnya berdegup kencang seolah tak mampu menahan keresahan hati. Ia melajukan motor bututnya secara perlahan sambil mengawasi sang istri yang menaiki taksi. Taksi itu berhenti di sebuah kos-kosan elit, Asih yang memakai baju seksi seperti biasanya hanya melambaikan tangan pada penjaga kos, seolah mereka sudah saling kenal. Arka berpikir keras agar bisa masuk ke kosan itu tanpa menimbulkan kecurigaan. "Permisi Pak, apakah benar tempat ini adalah kos-kosan dan masih ada kamar kosong nggak?" tanya Arka yang terlihat seperti orang yang mencari kosan. Penjaga kos melihat Arka dari atas hingga bawah, menyadari diremehkan, ia segera berkilah agar ucapannya dapat di percaya.
POV AnnaAku menyadari telah melakukan kesalahan besar. Membentak Arini sama saja dengan menghendakinya jadi anak yang semakin susah diatur. Mungkin semua ini adalah salahku karena aku terlalu memanjakannya, Aku hanya tak ingin dia kecewa, pikirku.Anak yang lucu menggemaskan sejak tadi hanya duduk dengan muka cemberut. Aku paham jika anakku sangat menyayangi Adrian seperti ayahnya tapi hal yang tidak anakku sadari adalah, dokter itu sudah berubah, hatinya tidak selembut saat pertama dia nyatakan cinta.Wajah perempuan itu masih terbayang dibenakku. Betapa mereka terlihat bahagia satu sama lain. Mengapa sebegitu mudahnya kamu melepaskanku, Mas? Bukankah kamu sudah berjanji akan membangun istana kita berdua di mana aku adalah ratumu? sungguh hatiku sakit dipaksa menerima kenyataan ini.Kegelisahanku sepertinya dibaca oleh ibuku, ia sudah seperti belahan jiwa yang selalu memahami apa yang menjadi beban pikiranku. Dengan mata berkaca-kaca, aku menceritakan kisahku yang kandas bersama Adr
"Arini, ayo kita nonton," ajak Anna sambil membawa makanan yang sudah dibelinya, popcorn dan segelas es teh. "Bunda, aku masih kangen sama Om ...." rengek Arini seolah enggan melepas tangan sang dokter. "Arini!" bentak Anna membuat seluruh pengunjung melihat mereka. Arini yang ketakutan hanya bisa cemberut sambil melirik ke arah Dokter Adrian, tangan kecilnya perlahan melepas tangan pria yang sudah dianggap seperti ayahnya sendiri. Anna segera menarik tangan kecil Arini dan menggiringnya menuju ke ruang bioskop yang akan segera menayangkan film yang sudah mereka beli tiketnya. "Apakah kamu mengenal mereka?" tanya dokter Alda yang merasa penasaran."Iya, mereka adalah orang yang pernah mengisi hidupku tapi karena suatu hal, aku nggak bisa mempertahankan mereka," sahut Adrian dengan wajah sedih.Dalam perjalanan pulang tak ada percakapan antara Alda dan Adrian, mereka seolah tenggelam dalam pikiran masing-masing. Akhirnya Alda mencoba membuka pembicaraan."Apakah aku hadir di wa
POV Anna Aku merasa hubunganku dengan Mas Adrian sedang di ujung tanduk. Tidak ada lagi pesan atau telepon mesra yang biasanya ku terima di setiap hari. Semua berawal sejak rahasia keluarganya terbongkar di depanku.Peristiwa naas itu terjadi saat kami memutuskan untuk membicarakan rencana pertunangan kami di depan dua keluarga besar. Hatinya yang deg-degan sebab dilanda kecemasan seketika itu bergemuruh jiwa sebab kedatangan mantan mertuaku, Ayu.Awalnya ia hendak mendesakku kembali untuk mempertemukannya dengan Arka, anak lelaki semata wayang yang sangat ia cintai. Ia tidak sendiri sebab membawa perempuan kampung yang ternyata adalah mantan pacar dari Arka yang tengah hamil besar.Seketika itu hatiku rasanya sakit, sakit bukan karena cemburu tapi kasihan pada wanita bodoh yang mau dihamili tanpa ikatan pernikahan. Aku hanya bersedih atas nama sesama wanita. Namun, bukan hanya itu kekacauan yang dibuat mantan ibu mertuaku. Ia juga bersikeras meminta pengakuan Pak Andrew, Papa Adrian
POV Adrian perasaanku kacau, bingung harus bagaimana menghadapinya. Papa yang selama ini aku hormati dan banggakan ternyata tega berselingkuh bahkan hingga memiliki anak. Mama dan aku merasakan hal yang sama. Hancur, tak tersisa. Ribuan kekecewaan terasa menusuk di dadaku. Apalagi anak hasil perselingkuhan Papa ternyata adalah mantan suami calon istriku, Anna. Lelaki yang begitu aku benci karena telah menyakitiku ternyata adalah saudaraku sendiri. Aku tak sanggup lagi menghadapi semua ini, terlebih hasil tes DNA menunjukkan bahwa Arka adalah anak biologis papaku. Hasil itu tidak ku berikan pada mama sebab kondisi kejiwaannya mulai terganggu sejak perselingkuhan papa. Kini aku mulai semakin berjarak dengan Anna, bukannya rasa cintaku memudar tapi aku merasa tidak pantas untuknya. Arka yang telah menyakitinya ternyata adalah adikku sehingga aku juga takut kelak akan menyakitinya. Kini hidupku hanya seputar aku dan mamaku yang semakin menunjukkan tanda-tanda depresi."Mas Adrian, ken
Andrew akhirnya memutuskan kembali ke desa di mana ia bertemu dengan Ayu. Hatinya berharap semoga perempuan itu mau menerimanya kembali meski mungkin akan sulit. Langkahnya terlihat ragu-ragu seolah ada beban berat di pundaknya. Pintu rumah Ayu terbuka lebar, mereka memang baru saja tiba, Ningsih masih terlihat kelelahan, wajar saja hari kelahirannya sudah dekat. Keringat dingin terus mengalir di keningnya, nafasnya terengah-engah. "Assalamualaikum, Ayu!" teriak Andrew berharap sang pemilik rumah segera menyambutnya, namun nihil, hanya Ningsih yang sedang duduk sendirian di sofa ruang tamu. "Waalaikumsalam, duduk saja pak dokter, mungkin ibu masih mandi, dia terlihat gerah," sahutnya sambil tersenyum. Andrew memutuskan untuk duduk di sofa yang masih kosong. Ia melempar pandangannya di sekeliling rumah yang tampak tidak berubah. Tiba-tiba teringat kilatan kenangan bersama Ayu di kala ia masih sangat muda. Saat itu ia baru saja menikah dengan Aura dan Anak-anaknya juga masih kec
"Mas Andrew!" teriak Ayu yang mengurungkan niatnya untuk naik taksi. Ia justru berlari ke arah berlawanan, mendekati mantan pacarnya yang terlihat gelisah. "Sudah puas kamu menghancurkan rumah tanggaku? Apa kau tahu! Gara-gara kau, aku akan kehilangan segalanya!" bentak Andrew yang muak melihat wajah perempuan yang telah merusak rumah tangga yang telah dibangun puluhan tahun. "Mas, kamu boleh membenciku saat ini tapi ingat Mas! Arka juga anakmu, dia berhak mendapat apa yang seharusnya didapat dari seorang ayah! Apa kamu tahu hancurnya hatiku saat tahu kamu pergi tanpa memberi secuilpun kabar? Seminggu setelah kepergianmu, suamiku meninggal. lalu aku menyadari kehamilanku setelah telat haid, aku yakin bahwa Arka adalah anakmu!" sahut Ayu dengan nada tinggi, ia terlihat berjuang agar bisa bersama selingkuhannya di masa lalu. "Apa buktinya jika Arka adalah anakku? Siapa yang tahu jika kamu melakukannya dengan orang lain!" sanggah Andrew yang tak dapat menerima kenyataan ia terus be
"Ibu, kenapa menyuruhku datang kemari? Ningsih sedang apa kamu di sini?" tanya Arka yang kebingungan, dia melihat Adrian di sana, pikirannya semakin bingung. "Arka, ibu ingin mengatakan kebenaran yang selama ini dipendam. Ayahmu sudah tiada bahkan kamu belum sempat melihatnya, sebenarnya dia bukanlah ayah kandungmu karena ayah kandungmu adalah pria yang sekarang ada di hadapanmu," ujar Ayu sambil meneteskan air mata, berat rasanya mengakuinya tapi tidak mungkin ia terus merahasiakannya seumur hidup. "Ibu! Jangan bercanda! Aku nggak kenal siapa dia!" teriak Arka mencoba menolak kebenaran, ia menatap tajam laki-laki yang dituduh ayah kandung yang selama ini telah disembunyikan ibunya. "Papa! Tolong jangan diam saja! Katakan yang sebenarnya sebelum aku dan Mama akan pergi meninggalkanmu!" ancam Adrian yang mulai merasa muak dengan apa yang terjadi di depan matanya. "Maafkan Papa, aku khilaf saat sedang bertugas di puskesmas. Kami memang dekat dan awalnya hanya saling curhat saja
Anna mengundang kedua orang tua Adrian untuk makan malam di rumahnya, hal ini tentu disambut baik olehnya sebab pertemuan ini bertujuan untuk menyatukan dua keluarga yang akan segera menjadi besan. Namun, hal tak terduga terjadi begitu saja, Ibu Arka ternyata belum juga pulang ke kampung. Ia bahkan sengaja menginap di rumah saudaranya yang bertujuan untuk mencari Arka. Sang ibu merasa pusing karena merasa sudah ditipu oleh anaknya sendiri. Pertemuan dua keluarga yang seharusnya menjadi momen yang berharga untuk keberlangsungan dua keluarga malah menjadi kacau balau. "Oh jadi ini mantan ibu mertuamu? Ternyata seleramu kampungan ya?" sindir Ibu Aura atau Ibu Adrian, dia seorang dokter spresialis yang sosialita kerapkali senang menyindir orang-orang yang terlihat kurang mapan. Tatapan Ayu terpaku pada lelaki yang berada di samping Aura, jantungnya berdegup kencang. Perasaan yang dulu sempat padam, kini kembali bergejolak. Ia tak menyangka, cinta masa lalu yang ia coba kubur kini be