Tangis Karin pecah ketika ia membawa surat kelulusan sekolah namun rumahnya malah berantakan dan dikepung oleh puluhan mafia. Pak Arnold selaku sang ayah berlutut di sebelah pria gagah yang menggunakan pakaian serba hitam beserta kacamata hitam. "Itu putrimu?" ucapnya dengan suara gagah. "Jangan ganggu putriku dia tidak ada sangkut pautnya dengan apapun yang aku lakukan tuan, tolong hukum aku dengan semua kesalahanku tapi jangan usik putriku tuan, Eriko." ucapnya dengan nada memohon. "Tapi aku suka dia dan kamu tetap akan menerima semua ganjaran atas pengkhianatanmu!" Dor! "Papa!" Karin berteriak histeris. Sejak hati itu Karin tak dapat melupakan luka yang terjadi di depan matanya. Namun yang paling membuat ia putus asa dirinya kini menjadi tawanan mafia kelas kakap yang ditakuti semua aliansinya. "Jika mau ibumu berumur panjang, layani aku perempuan jala**!"
View More"Kalau kamu tidak mau mengakhiri hidupku, maka aku yang akan melakukannya!" ujarnya sambil mengarahkan mata pisau tersebut ke dirinya sendiri.Leonardo yang menyaksikan kejadian itu tidak bisa berdiam diri karena ia langsung teringat pada adiknya yang mengakhiri hidupnya 20 tahun yang lalu.KemuIdian ia segera bangkit dari duduknya dan mendekati Karin."Turunkan pisaumu!" Leonardo membentak Karin karena ia benar-benar takut jika gadis muda itu sampai bertindak lebih jauh."Tidak!" kemudian Karin ingin men*suk perutnya beruntung Eriko yang cekatan menendang tangan Karin hingga pisau itu terpelanting ke lantai."Sakit!" Karin memegang tangannya yang terasa panas dan berdenyut."Baru segitu sudah meringis, apalagi kalau kamu melukai dirimu sendiri! Aku benar-benar bosan melihatmu! Semuanya, berbaris karena kalian akan memakainya rame-rame." perintah gila Eriko sontak membuat gadis muda ambruk terjatuh ke lantai pingsan tak sadarkan diri.Melihat kejadian itu membuat Eriko menghela nafas
Tindakan itu membuat Karin merasa tidak nyaman, terlebih karena ada Leonardo dan beberapa pelayan di sana.Dalam upaya untuk melepaskan diri, Karin mendorong dada kekar sang mafia dengan kedua tangannya.Kemudian Sang mafiapun segera menghentikan ciumannya dan memicingkan matanya"Tidak sopan!" seru Eriko yang merasa telah di dipermalukan karena ditolak di depan banyak orang."Maaf, Tuan " ucap Karin sambil menundukkan kepala karena takut bertatapan mata langsung dengan pria menyeramkan itu."Aku tidak terima permintaan maafmu. Kamu lancang dan seenaknya padaku!" ucap Eriko dengan nada tinggi.Lalu ia menoleh ke arah Leonardo. "Panggil mereka semua ke sini, kita akan makan bersama."Titah Eriko membuat Leonardo bingung karena pemimpin Setan Merah itu biasanya tidak mau makan bersama dengan banyak orang."Apa Tuan serius?" tanya Leonardo untuk memastikan."Tentu saja." jawab Eriko sambil menganggukkan kepala."Baik tuan." Leonardo yang mengerti bergegas menuju bangunan belakang yang ma
"Ah, haha... itu aku... saat memasak aku memotong kuku di samping panci, astaga... maafkan aku ya, aku benar-benar tidak sengaja." ucapnya dengan raut wajah yang menyesal."Ah ya sudahlah nggak apa-apa namanya juga nggak sengaja, ibuku juga sering seperti itu kok kadang-kadang ketemu rambut di kuah gule atau di nasi," timpal Aldo sambil tersenyum."Tapi aku mohon maaf banget nih nggak bisa lanjut makan karena jadi nggak selera setalah melihat kuku yang tadi!" Aldo menyudahi makannya. "Oh, tidak apa-apa, maafkan aku ya... Padahal aku yang mengajak kamu makan tapi makanannya malah bermasalah." Dini menundukkan kepala sebagai tanda permintaan maafnya."Nggak usah dipikirkan lagi, oh iya, aku harus segera pergi karena ada janji dengan teman-teman nongkrong." Aldo bangkit dari duduknya."Baik, hati-hati di jalan." Dini mengantar Aldo ke pintu utama. "Terima kasih banyak untuk hidangannya, maaf kalau aku harus pergi sekarang." kemudian Aldo menaiki motornya dan melaju membelah jalan raya.
Kemudian Aldo mencoba menghubungi kekasihnya namun tidak berhasil. "Ck, aku benar-benar penasaran dengan keberadaan Karin," gumamnya. Lalu dengan keputusan bulat, Aldo berangkat menuju rumah sahabatnya Karin yang tidak terlalu jauh dari lokasinya berada saat itu. Setelah beberapa saat dalam perjalanan, Aldo tiba di tujuan dan bertemu Dini yang sedang duduk santai di teras rumahnya. "Ada apa? Kenapa datang ke rumahku tanpa memberitahu terlebih dahulu?" tanya Dini dengan ekspresi terkejut. "Maaf, tapi aku kesini untuk menanyakan tentang Karin," jelas Aldo. "Oh... gitu, aku juga sebenarnya heran kenapa nomornya tidak bisa dihubungi. Kamu ingin menanyakan hal itu juga, kan?" sambung Dini. "Iya, benar. Tadi aku ke rumahnya dan ada dua orang asing yang berjaga di depan gerbang. Mereka bilang Karin sudah pindah, tapi itu tidak masuk akal karena dia tidak pernah cerita apa-apa tentang pindah," ungkap Aldo. "Iya ya, masa mereka pindah rumah tanpa memberitahu kita?" Dini menamb
Setelah itu, Leonardo membawanya ke hadapan Karin. "Makanlah!" titah Leonardo. Kemudian Karin mengangguk berulang kali, ia langsung patuh karena yakin bahwa Leonardo akan mengasihaninya jika ia bersikap baik. Lalu dengan tangan gemetar, Karin membuka plastik yang membungkus roti tawar. Setelah mengambil dua lembar, ia mencoba membuka tutup selai coklat, namun ia gagal membuka tutupnya karena tak punya tenaga. "Susah," keluhnya dengan suara pelan. Akhirnya, Karin hanya menggigit roti tawar tanpa selai, ia juga enggan meminta bantuan karena takut merepotkan. Sementara itu, Leonardo yang duduk di sofa terus mengamati aksi Karin. Karin yang menyadari hal itu sontak merasa tak nyaman, namun ia tidak berani mengeluh. Lalu dengan ragu Karin menoleh ke Leonardo dan bertanya. "Apa tuan mau?" ucap Karin sambil menawarkan roti tawar yang ia pegang. "Tidak." jawab Leonardo seraya menggelengkan kepala. "Baiklah." ucap Karin lalu melanjutkan makan dengan menundukkan kepala. Setelah gad
"Hiks...!" netra gadis itu basah akan air mata. Lalu Eriko melirik si gadis yang nampak ketakutan. "Nanti juga kamu akan terbiasa melayani semua orang-orang pentingku, biasanya aku bosan dulu baru mereka akan memakai para wanitaku tapi untuk Leonardo aku ikhlas kalau kamu kami pakai bersama-sama." ucap Eriko dengan senyum menyeringai. Ia sanggup berkata kejam karena benci dengan kedua orang tua Karin yang sudah mengkhianati dan merugikannya. "Ja-jangan tuan, tolong jangan!" Karin geleng-geleng kepala. Lalu tangannya yang bergetar memegang tangan Eriko yang kekar dan bidang. "Jangan sekejam itu padaku tuan, aku tahu kesalahan orang tuaku tidak bisa di maafkan tapi tolong.... jangan hukum aku seberat itu, aku memang bukan wanita baik-baik tapi aku selalu menjaga diriku dari pergaulan bebas jadi aku mohon... jangan, hiks!" Karin menangis, ia juga berharap mendapat belas kasih dari pria kejam itu. "Hei." Eriko menjambak rambut indah gadis itu. "Ala bisa karena biasa, semua manusi
Kemudian Eriko bergegas keluar kamar karena perutnya terasa lapar.Dalam perjalanan menuju meja makan, ia teringat perkataan dokter, "Perempuan itu harus makan teratur dan menghabiskan obatnya." Hal itu membuat Eriko merasa kesal, karena berarti ia harus merawat gadis tersebut."Sial, kenapa aku harus merasa terbebani seperti ini? Biarkan saja dia mat1 kelaparan, toh itu bukan urusanku." gumam Eriko sambil mencoba menutup mata dan hatinya terhadap gadis malang itu.Sesampainya di meja makan, pelayan yang seksi dan gemulai melayaninya."Mau paha atau dada, Tuan?" tanya pelayan sambil menunjukkan beberapa potongan ayam goreng serundeng yang tersaji dalam wadah keramik."Dada." jawab Eriko, sambil melirik ke arah batok kelapa pelayan tersebut."Baiklah, Tuan." sahut pelayan itu sambil meletakkan dua potong dada ayam yang besar di piring majikannya.Lalu sang pelayan menambahkan sayur lodeh, kerupuk, dan sambal terasi ke piring tersebut."Selamat menikmati tuan." sang pelayan meletakkan p
Mata pria tampan itu mengembun, raut kesedihan tergambar jelas di wajahnya."Terus kamu menerima perjodohan itu?" tanya Eriko dengan bibir bergetar.Elena menganggukkan kepala."Aku sudah berulang kali menolaknya tapi kedua orang tuaku tak bosan memaksaku untuk menerima lamaran itu, padahal aku sudah mengatakan kalau aku sudah punya kamu dan tahun depan kita akan menikah tapi... hiks... mereka malah menentang hubungan kita, jujur aku nggak mau menikah dengan laki-laki itu tapi apa boleh buat, mereka orang tuaku dan aku nggak bisa menentang perintah mereka." Elena menangis lalu ia memeluk kekasihnya."Kalau kamu benar-benar mencintai aku, ayo kita pergi kawin lari!" seru Eriko."Maaf, aku nggak bisa karena orang tuaku mengatakan akan memutus hubungan mereka denganku kalau aku sampai menikah dengan laki-laki miskin dan anak yatim piatu sepertimu, maafkan Eriko... orang tuaku tidak percaya kalau kamu sanggup membahagiakan aku." penjelasan Elena sontak merobek hati Eriko.Hatinya juga kia
Demi misi balas dendam Karin mencoba tegar dan mengikuti permainan pria mengerikan yang ada di hadapannya.Lalu gadis malang itu mulai membersihkan diri di bawah air shower.Setelah selesai mandi ia kembali ke kamar dengan tubuh basah kuyup tanpa dibalut sehelai benangpun."Bolehkah saya meminta handuk, Tuan?" tanya Karin dengan sopan."Silahkan, gunakan saja yang ini." jawab Eriko sambil melemparkan handuk yang baru saja ia gunakan ke tubuh Karin.Bruk!Karin menahan handuk itu di dadannya gambar tidak terjatuh ke lantai."Terimakasih banyak, Tuan. " ucap Karin sambil menggunakan handuk tersebut untuk mengeringkan tubuhnya."Buang segera setelah kamu gunakan karena aku tidak suka menggunakan handuk bekas orang lain," ujar Eriko.Egois, pikir Karin dalam hati.Dia nggak suka memakai bekas orang lain, tapi dia memberikan bekasnya pada orang lain, dasar laki-laki jahanam, Karin mengumpat dalam hati."Baik, Tuan," sahut Karin dengan tersenyum tipis.Namun di dalam hatinya terpendam rasa
Pada siang hari yang terik matahari terasa menyengat di atas kepala. Saat itu Karin Yunita melangkah keluar dari gerbang sekolah dan berdiri di atas jalan beraspal. Lalu ia segera melambaikan tangan, menyetop sebuah taksi yang lewat. Kemudian ia segera meloncat ke dalam, merasakan hawa dingin dari AC yang menyambutnya. "Ah, akhirnya," gumamnya lega, sambil duduk nyaman, menatap lalu lintas yang mulai padat di luar jendela. Saat dalam perjalanan ia menatap surat kelulusan yang ada di tangannya. "Padahal sudah janji mengambil surat kelulusan sama-sama tapi mama dan papa malah tidak datang." Karin penasaran dengan alasan kedua orang tuanya. Setibanya di rumah, Karin terkejut melihat keadaan rumah yang berantakan dengan banyak properti yang rusak. "Ada apa ini?" gumam Karin sambil melangkah lebih dalam. Lalu langkahnya terhenti saat ia memasuki ruang makan dan melihat beberapa pria tinggi besar dan berotot berkumpul di sana. "Pergi sana, cepat!" seru Pak Arnold. Tiba-tiba, ruang...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments