Tangis Karin pecah ketika ia membawa surat kelulusan sekolah namun rumahnya malah berantakan dan dikepung oleh puluhan mafia. Pak Arnold selaku sang ayah berlutut di sebelah pria gagah yang menggunakan pakaian serba hitam beserta kacamata hitam. "Itu putrimu?" ucapnya dengan suara gagah. "Jangan ganggu putriku dia tidak ada sangkut pautnya dengan apapun yang aku lakukan tuan, tolong hukum aku dengan semua kesalahanku tapi jangan usik putriku tuan, Eriko." ucapnya dengan nada memohon. "Tapi aku suka dia dan kamu tetap akan menerima semua ganjaran atas pengkhianatanmu!" Dor! "Papa!" Karin berteriak histeris. Sejak hati itu Karin tak dapat melupakan luka yang terjadi di depan matanya. Namun yang paling membuat ia putus asa dirinya kini menjadi tawanan mafia kelas kakap yang ditakuti semua aliansinya. "Jika mau ibumu berumur panjang, layani aku perempuan jala**!"
View More"Sa, sakit ...tolong aku!" Isabella berteriak histeris. "Pergi sekarang juga dari sini atau nyawamu akan melayang." ucap Eriko dengan tenang. "Ba, baiklah Tuan!" Isabella berlari terbirit-birit karena ia trauma jika kena letusan untuk yang kedua kalinya. Setelah wanita elegan itu pergi Eriko kembali memandangi Karin yang masih terbaring di atas jalan aspal. "Kamu mau satu tembakan? Pelurunya masih banyak nih!" Eriko memainkan senjatanya hingga membuat wajah Karin pucat. "Te-terserah Tuan saja, ucap Karin. "Angkuh juga ya kamu, padahal nyawamu sudah di ujung tanduk tapi gengsimu masih setinggi langit." Setelah itu Eriko menoleh ke arah Leonardo. "Kenapa kamu membiarkan dia pergi?" "Saya sudah melarangnya, Tuan. Bahkan saya sudah mengatakan tuan dalam perjalanan pulang tapi gadis ini tetap bandel dan ingin kabur bersama Isabella." Leonardo menjelaskan situasi yang sebenarnya. "Oh, jadi seperti itu?" Kemudian Eriko menggoyang telunjuknya. Menyuruh Karin untuk berdi
Karin yang dibentak seketika sadar kalau yang ada di hadapannya pasti wanita penghibur mafia kejam itu."Maaf, Anda siapa ya?" tanya Karin."Kamu bertanya? Kamu bicara padaku seolah-olah aku ini adalah adikmu? Di mana sopan santunmu perempuan perusak hubungan orang???" Isabella mendekat lalu menjabat rambut hitam panjang Karin."Lepaskan aku." Karin mencoba melepaskan cengkraman wanita cantik nan elegan, namun sifatnya menyeramkan."Tidak, dengar ya! Sebelumnya aku tidak pernah datang ke sini karena tidak pernah diundang oleh kekasihku, tapi aku memberanikan diri melanggar perintahnya karena aku tidak tahan saat mendengar cerita kalau ada perempuan yang bersarang di sini." Isabella yang emosional makin mengencangkan cengkramannya hingga gadis muda itu kesakitan."Maafkan aku kalau sudah menyakitimu tapi ...aku juga tidak mau di sini, kalau kamu memang ingin aku pergi, bantu aku keluar dari tempat ini," pinta Karin."Baik, akan aku lakukan." setelah itu Isabella melepaskan cengkramanny
Leonardo tersentak dengan keberanian Karin. "Apa yang kamu lakukan? Apa kamu gila?" tanyanya sambil mendorong kasar tubuh Karin. "Aku menyukaimu, Tuan," ucap Karin, penuh harap bahwa pria yang ada di hadapannya bisa membawanya keluar dari istana yang terasa seperti neraka untuknya. "Jernihkan pikiranmu. Kamu pikir aku menyukaimu hanya karena aku baik padamu?" Leonardo menggeleng. "Tidak, aku hanya merasa iba, lupakan saja rencana apa pun yang ada di kepalamu karena itu akan menjadi maut untukmu!" Leonardo berharap Karin tidak membuat masalah yang bisa membahayakan posisinya juga. "Tapi aku sungguh-sungguh, Tuan. Kebaikanmu benar-benar menyentuh hatiku. Aku belum pernah pacaran sebelumnya dan aku juga tak pernah menyangka bisa jatuh cinta padamu." ucap Marisa dengan senyum hangat, sambil menggenggam erat tangan Leonardo. "Aku tahu, aku memang bukan tipe anda tuan, aku juga akan berlapang dada kalau tuan tidak mau menjadi pacarku, tapi ...jangan larang aku untuk mencintaimu di dalam
"Bapak, saya yakin pekerjaan kotor ini sudah berlangsung selama puluhan tahun, Saya dengar dari pihak berwajib banyak laporan orang hilang mulai dari 21 tahun yang lalu, Saya rasa 5 miliar itu nggak seberapa karena yang beredar di masyarakat, lewat jalur resmi saja harganya minimal 2 miliar rupiah." Laksamana Abdullah tersenyum licik. Dia juga percaya bahwa Eriko akan memenuhi permintaannya. "Baiklah, kalau bapak tidak mau menerima 5 miliar berarti masalah ini kita bawa ke jalur hukum." Eriko yang arogan tak mau dipermainkan pria berseragam di hadapannya. "Bapak serius?" Tanya Laksamana untuk memastikan. "Tentu saja. Tapi saya akan memberikan Bapak kesempatan untuk berubah pikiran, saya tunggu 5 menit kalau tidak masalah ini kita bawa ke jalur hukum." Arash yang telah selesai bernegosiasi balik badan. Kemudian ia dan kedua kaki tangannya bergegas pergi menuju kontainer TEMU 456759. "Apa Tuan "Iya. Tapi saya akan memberikan Bapak kesempatan untuk berubah pikiran. Saya a
"Kalau kamu tidak mau mengakhiri hidupku, maka aku yang akan melakukannya!" ujarnya sambil mengarahkan mata pisau tersebut ke dirinya sendiri. Leonardo yang menyaksikan kejadian itu tidak bisa berdiam diri karena ia langsung teringat pada adiknya yang mengakhiri hidupnya 20 tahun yang lalu. Kemudian ia segera bangkit dari duduknya dan mendekati Karin. "Turunkan pisaumu!" Leonardo membentak Karin karena ia benar-benar takut jika gadis muda itu sampai bertindak lebih jauh. "Tidak!" kemudian Karin ingin men*suk perutnya beruntung Eriko yang cekatan menendang tangan Karin hingga pisau itu terpelanting ke lantai. "Sakit!" Karin memegang tangannya yang terasa panas dan berdenyut. "Baru segitu sudah meringis, apalagi kalau kamu melukai dirimu sendiri! Aku benar-benar bosan melihatmu! Semuanya, berbaris karena kalian akan memakainya rame-rame." perintah gila Eriko sontak membuat gadis muda ambruk terjatuh ke lantai pingsan tak sadarkan diri. Melihat kejadian itu membuat Eriko menghela n
Tindakan itu membuat Karin merasa tidak nyaman, terlebih karena ada Leonardo dan beberapa pelayan di sana.Dalam upaya untuk melepaskan diri, Karin mendorong dada kekar sang mafia dengan kedua tangannya.Kemudian Sang mafiapun segera menghentikan ciumannya dan memicingkan matanya"Tidak sopan!" seru Eriko yang merasa telah di dipermalukan karena ditolak di depan banyak orang."Maaf, Tuan " ucap Karin sambil menundukkan kepala karena takut bertatapan mata langsung dengan pria menyeramkan itu."Aku tidak terima permintaan maafmu. Kamu lancang dan seenaknya padaku!" ucap Eriko dengan nada tinggi.Lalu ia menoleh ke arah Leonardo. "Panggil mereka semua ke sini, kita akan makan bersama."Titah Eriko membuat Leonardo bingung karena pemimpin Setan Merah itu biasanya tidak mau makan bersama dengan banyak orang."Apa Tuan serius?" tanya Leonardo untuk memastikan."Tentu saja." jawab Eriko sambil menganggukkan kepala."Baik tuan." Leonardo yang mengerti bergegas menuju bangunan belakang yang ma
"Ah, haha... itu aku... saat memasak aku memotong kuku di samping panci, astaga... maafkan aku ya, aku benar-benar tidak sengaja." ucapnya dengan raut wajah yang menyesal."Ah ya sudahlah nggak apa-apa namanya juga nggak sengaja, ibuku juga sering seperti itu kok kadang-kadang ketemu rambut di kuah gule atau di nasi," timpal Aldo sambil tersenyum."Tapi aku mohon maaf banget nih nggak bisa lanjut makan karena jadi nggak selera setalah melihat kuku yang tadi!" Aldo menyudahi makannya. "Oh, tidak apa-apa, maafkan aku ya... Padahal aku yang mengajak kamu makan tapi makanannya malah bermasalah." Dini menundukkan kepala sebagai tanda permintaan maafnya."Nggak usah dipikirkan lagi, oh iya, aku harus segera pergi karena ada janji dengan teman-teman nongkrong." Aldo bangkit dari duduknya."Baik, hati-hati di jalan." Dini mengantar Aldo ke pintu utama. "Terima kasih banyak untuk hidangannya, maaf kalau aku harus pergi sekarang." kemudian Aldo menaiki motornya dan melaju membelah jalan raya.
Kemudian Aldo mencoba menghubungi kekasihnya namun tidak berhasil. "Ck, aku benar-benar penasaran dengan keberadaan Karin," gumamnya. Lalu dengan keputusan bulat, Aldo berangkat menuju rumah sahabatnya Karin yang tidak terlalu jauh dari lokasinya berada saat itu. Setelah beberapa saat dalam perjalanan, Aldo tiba di tujuan dan bertemu Dini yang sedang duduk santai di teras rumahnya. "Ada apa? Kenapa datang ke rumahku tanpa memberitahu terlebih dahulu?" tanya Dini dengan ekspresi terkejut. "Maaf, tapi aku kesini untuk menanyakan tentang Karin," jelas Aldo. "Oh... gitu, aku juga sebenarnya heran kenapa nomornya tidak bisa dihubungi. Kamu ingin menanyakan hal itu juga, kan?" sambung Dini. "Iya, benar. Tadi aku ke rumahnya dan ada dua orang asing yang berjaga di depan gerbang. Mereka bilang Karin sudah pindah, tapi itu tidak masuk akal karena dia tidak pernah cerita apa-apa tentang pindah," ungkap Aldo. "Iya ya, masa mereka pindah rumah tanpa memberitahu kita?" Dini menamb
Setelah itu, Leonardo membawanya ke hadapan Karin. "Makanlah!" titah Leonardo. Kemudian Karin mengangguk berulang kali, ia langsung patuh karena yakin bahwa Leonardo akan mengasihaninya jika ia bersikap baik. Lalu dengan tangan gemetar, Karin membuka plastik yang membungkus roti tawar. Setelah mengambil dua lembar, ia mencoba membuka tutup selai coklat, namun ia gagal membuka tutupnya karena tak punya tenaga. "Susah," keluhnya dengan suara pelan. Akhirnya, Karin hanya menggigit roti tawar tanpa selai, ia juga enggan meminta bantuan karena takut merepotkan. Sementara itu, Leonardo yang duduk di sofa terus mengamati aksi Karin. Karin yang menyadari hal itu sontak merasa tak nyaman, namun ia tidak berani mengeluh. Lalu dengan ragu Karin menoleh ke Leonardo dan bertanya. "Apa tuan mau?" ucap Karin sambil menawarkan roti tawar yang ia pegang. "Tidak." jawab Leonardo seraya menggelengkan kepala. "Baiklah." ucap Karin lalu melanjutkan makan dengan menundukkan kepala. Setelah gad
Pada siang hari yang terik matahari terasa menyengat di atas kepala. Saat itu Karin Yunita melangkah keluar dari gerbang sekolah dan berdiri di atas jalan beraspal. Lalu ia segera melambaikan tangan, menyetop sebuah taksi yang lewat. Kemudian ia segera meloncat ke dalam, merasakan hawa dingin dari AC yang menyambutnya. "Ah, akhirnya," gumamnya lega, sambil duduk nyaman, menatap lalu lintas yang mulai padat di luar jendela. Saat dalam perjalanan ia menatap surat kelulusan yang ada di tangannya. "Padahal sudah janji mengambil surat kelulusan sama-sama tapi mama dan papa malah tidak datang." Karin penasaran dengan alasan kedua orang tuanya. Setibanya di rumah, Karin terkejut melihat keadaan rumah yang berantakan dengan banyak properti yang rusak. "Ada apa ini?" gumam Karin sambil melangkah lebih dalam. Lalu langkahnya terhenti saat ia memasuki ruang makan dan melihat beberapa pria tinggi besar dan berotot berkumpul di sana. "Pergi sana, cepat!" seru Pak Arnold. Tiba-tiba, ruang...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments