Share

4. Mencoba Tegar

last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-16 16:44:41

Demi misi balas dendam Karin mencoba tegar dan mengikuti permainan pria mengerikan yang ada di hadapannya.

Lalu gadis malang itu mulai membersihkan diri di bawah air shower.

Setelah selesai mandi ia kembali ke kamar dengan tubuh basah kuyup tanpa dibalut sehelai benangpun.

"Bolehkah saya meminta handuk, Tuan?" tanya Karin dengan sopan.

"Silahkan, gunakan saja yang ini." jawab Eriko sambil melemparkan handuk yang baru saja ia gunakan ke tubuh Karin.

Bruk!

Karin menahan handuk itu di dadannya gambar tidak terjatuh ke lantai.

"Terimakasih banyak, Tuan. " ucap Karin sambil menggunakan handuk tersebut untuk mengeringkan tubuhnya.

"Buang segera setelah kamu gunakan karena aku tidak suka menggunakan handuk bekas orang lain," ujar Eriko.

Egois, pikir Karin dalam hati.

Dia nggak suka memakai bekas orang lain, tapi dia memberikan bekasnya pada orang lain, dasar laki-laki jahanam, Karin mengumpat dalam hati.

"Baik, Tuan," sahut Karin dengan tersenyum tipis.

Namun di dalam hatinya terpendam rasa kesal terhadap pria itu.

Setelah tubuhnya kering, Karin bertanya dengan ragu.

"Bolehkah saya meminta baju, Tuan?"

"Silakan ambil di lemari putih karena banyak lingerie di sana," cetus Eriko.

"Baik, Tuan." ujar Karin dengan hati yang malas.

Lalu saat ia membuka lemari matanya membelalak sempurna karena semua isinya pakaian kurang sedap di pandang matanya.

"Ya Tuhan," gumamnya tanpa sadar.

"Jangan banyak tingkah. Sejujurnya, kesabaranku sudah hampir habis, jadi jangan buat aku marah karena itu nggak baik untukmu," ucap Eriko dengan tegas.

"Maaf, Tuan, tapi... apa aku boleh memakai baju tuan, saja? Ruangan ini sangat dingin, aku tidak yakin bisa tahan dengan baju setipis ini," ujar Karin.

"Jangan lancang, kamu pikir karena sudah tidur denganku, kita jadi dekat? Tidak, pakai saja apa yang ada di depanmu." sahut Eriko dengan dingin. Lalu ia membalut tubuhnya dengan selimut.

Sontak Karin merasa kesal, meski Eriko sudah beberapa kali memakainya, namun pria itu sama sekali tidak menganggapnya sebagai manusia.

Kemudian dengan emosi Karin menarik salah satu lingerie yang tergantung tanpa memperdulikan warna dan modelnya.

Setelah itu ia naik ke atas ranjang dengan niat menghangatkan diri dari dinginnya suhu AC yang di setel ke 16 derajat celsius.

Orang gila mana yang memasang 3 Ac dalam satu ruangan? Sudah begitu ketiganya sama-sama AC 1 PK. hati Karin terus marah pada pria yang sudah menghancurkan hidupnya dan keluarganya.

Ketika Karin mengangkat selimut, tiba-tiba pria kejam itu membuka matanya.

"Apa yang sedang kamu lakukan?" tanyanya dengan suara berat.

"Aku ingin tidur, bukankah aku harus beristirahat karena sebentar lagi aku akan dipakai kembali, tuan?" ujar Karin.

"Tidak berarti kamu bisa tidur di sini, bod0h!" seru Eriko sambil menendang boko*g gadis malang itu hingga tubuh mungilnya terjatuh ke lantai.

"Aaaak!" Karin meringis kesakitan.

"Jangan pernah naik ke ranjang ini tanpa izinku!" ucap Eriko dengan tatapan tajam.

Lalu dengan mata berkaca-kaca, Karin bangkit dari lantai dan bergegas ke sofa tanpa merespon perkataan pria itu.

Ketika ia duduk, tubuhnya menggigil karena dinginnya sofa

"Ya Tuhan, kalau seperti ini ceritanya aku bisa kena hipotermia." lalu karin mengedarkan pandangannya ke sekitar hingga kedua netralnya melihat gorden jendela yang terlihat tebal.

Karin yang ingin menghangatkan diri beranjak dari sofa.

Kemudian ia duduk di lantai seraya membalut tubuhnya dengan gorden berwarna kuning keemasan.

Sedang Eriko yang masih terjaga melihat aksi gadis muda itu.

"Dasar perempuan aneh," gumamnya.

****

Aldo yang berada di kamarnya, gelisah mengacak-acak rambutnya sambil menatap layar ponsel yang tak kunjung menunjukkan ada panggilan masuk.

"Sampai tadi sore masih bisa di miscall, tapi tidak di angkat. Sekarang malah nggak aktif, ada apa ya? Apa Karin baik-baik saja?" gumamnya, penuh kekhawatiran.

Lalu di tengah kecemasan itu, Aldo memutuskan untuk berdiri dan segera pergi menjenguk kekasihnya.

Pada saat keluar kamar, dia berpapasan dengan kakak laki-lakinya, Francisco, yang mengenakan seragam polisi.

Francisco menatapnya curiga pada adiknya yang nampak rapi.

"Mau kemana malam-malam begini,Aldo?" tanya Francisco dengan sorot mata tajam mencari tahu.

"Aku mau pergi ke rumah Karin karena dia tidak mengangkat teleponku, aku cemas banget dan merasa kalau dia dalam bahaya." Aldo menceritakan isi hatinya.

"Tapi ini sudah tengah malam, kalau mau perginya besok saja!" Francisco melarang adiknya keluar malam itu.

"Tapi, Mas, Karin biasanya tidak seperti ini. Dia selalu sigap mengangkat telepon dan membalas pesanku. Bagaimana kalau Mas mengantar aku ke sana, jika Mas khawatir ada apa-apa dengan aku di jalan?" ujar Aldo.

"Aku sih mau saja tapi tidak sopan bertamu ke rumah orang pada jam seperti ini. Kamu harus mengerti aturan. Jangan sampai orang berkata kamu tidak diajarkan sopan santun atau adab oleh orang tuamu. Kamu tidak boleh keluar malam ini," Francisco berharap adiknya mau mendengarkan nasihatnya.

"Baik, Mas," lalu Aldo kembali ke dalam kamar dengan perasaan tidak tenang.

"Semoga kamu baik-baik saja, sayang," gumam Aldo.

***

Pada tengah malam yang dingin, tepat di pukul 02.00 pagi.

Eriko berdiri menatap Karin yang terbaring di lantai.

Gadis itu dengan mata terpejam menggigil keras, bibirnya gemetar mengeluarkan suara lirih.

"Mama, tolong aku! Disini dingin, aku mau minum air panas, aku butuh jaket untuk menghangatkan tubuhku." Meski mendengar isak pilu itu, Eriko tetap tak kasihan pada gadis muda itu.

Lalu dengan nada tegas dan tanpa empati, Eriko membangunkan Karin menggunakan kakinya yang mendorong kasar kaki gadis itu.

"Bangun! Ayo cepat buka matamu!" pekik Eriko.

"Ehm?" Karin bangun dengan suara berat dengan tubuhnya masih terasa sakit.

"Ada apa, tuan?" tanyanya lemah.

Lalu Eriko memandangnya dengan dingin. "Ayo, layani aku sekarang juga," perintahnya tanpa memberikan kesempatan Karin untuk memulihkan diri.

"Maaf tuan, sepertinya aku tidak bisa karena sekujur tubuhku terasa sakit dan berat," ucap Karin.

"Aku tidak perduli, cepat berdiri!" Eriko membentak gadis itu.

Sontak Karin yang tak berdaya berdiri dengan sekuat tenaga meski tubuhnya tak mampu.

"Pemalas!" pekik Eriko seraya berjalan menuju ranjang.

Lalu Karin yang tak bisa menolak mengikuti pria tersebut dengan langkah gontai.

Sesampainya di ranjang Eriko berbaring lalu menarik tangan gadis itu agar duduk di atas tubuhnya.

Namun saat Karin menaikkan kaki kanannya ia malah jatuh ke pelukan pria kejam itu.

"Apa-apaan kamu!" Eriko mendorong tubuh Karin hingga wanita malang itu jatuh ke lantai.

Lalu Eriko melirik Karin yang tubuhnya dak bergerak dan matanya terpejam.

"Akh, sial!" Eriko bangkit dari ranjang lalu berjongkok di hadapan Karin.

"Ayo bangun!" Eriko membentak Karin namun gadis tak berdaya itu tak bergeming.

Lalu Eriko meletakkan telapak tangannya kekening Karin yang panas seperti api.

"Cih, dia malah demam!" Eriko benar-benar kesal.

Iapun berniat membuang gadis itu dari kamarnya.

Katika ia menggendong gadis itu netranya melihat jika Karin menitikkan air mata.

Tiba-tiba, pemandangan itu mengingatkannya pada wanita yang pernah mengisi hidupnya 20 tahun yang lalu.

Flashback On!

Eriko yang berusia 18 tahun bertemu dengan kekasihnya di bawah pohon kesemak.

"Tumben kamu mengajak aku bertemu, biasanya kita hanya bisa bertemu di hari Minggu," ujar Eriko.

"Iya, aku sengaja curi-curi kesepakatan di saat kedua orang tuaku berbelanja ke pasar." Elena tersenyum namun raut wajahnya menunjukkan kegelisahan.

"Ada apa? Sepertinya kamu sedang punya masalah," ujar Eriko.

"Begini, ehm." Elena nampak ragu untuk buka suara.

"Elena, katakan apapun yang ada dalam hatimu, jangan sembunyikan apapun dariku," ujar Eriko.

"Baiklah, sebelumnya aku ingin minta maaf padamu aku juga nggak menginginkan semua ini terjadi, aku... nggak bisa sama kamu lagi karena kedua orang tuaku sudah menjodohkanku dengan Roni anak pak RT." pernyataan Elena sontak membuat Eriko syok bukan main.

Bab terkait

  • Tawanan Mafia Perkasa    Bab 5. Demam

    Mata pria tampan itu mengembun, raut kesedihan tergambar jelas di wajahnya."Terus kamu menerima perjodohan itu?" tanya Eriko dengan bibir bergetar.Elena menganggukkan kepala."Aku sudah berulang kali menolaknya tapi kedua orang tuaku tak bosan memaksaku untuk menerima lamaran itu, padahal aku sudah mengatakan kalau aku sudah punya kamu dan tahun depan kita akan menikah tapi... hiks... mereka malah menentang hubungan kita, jujur aku nggak mau menikah dengan laki-laki itu tapi apa boleh buat, mereka orang tuaku dan aku nggak bisa menentang perintah mereka." Elena menangis lalu ia memeluk kekasihnya."Kalau kamu benar-benar mencintai aku, ayo kita pergi kawin lari!" seru Eriko."Maaf, aku nggak bisa karena orang tuaku mengatakan akan memutus hubungan mereka denganku kalau aku sampai menikah dengan laki-laki miskin dan anak yatim piatu sepertimu, maafkan Eriko... orang tuaku tidak percaya kalau kamu sanggup membahagiakan aku." penjelasan Elena sontak merobek hati Eriko.Hatinya juga kia

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • Tawanan Mafia Perkasa    Bab 6. Bergetar

    Kemudian Eriko bergegas keluar kamar karena perutnya terasa lapar.Dalam perjalanan menuju meja makan, ia teringat perkataan dokter, "Perempuan itu harus makan teratur dan menghabiskan obatnya." Hal itu membuat Eriko merasa kesal, karena berarti ia harus merawat gadis tersebut."Sial, kenapa aku harus merasa terbebani seperti ini? Biarkan saja dia mat1 kelaparan, toh itu bukan urusanku." gumam Eriko sambil mencoba menutup mata dan hatinya terhadap gadis malang itu.Sesampainya di meja makan, pelayan yang seksi dan gemulai melayaninya."Mau paha atau dada, Tuan?" tanya pelayan sambil menunjukkan beberapa potongan ayam goreng serundeng yang tersaji dalam wadah keramik."Dada." jawab Eriko, sambil melirik ke arah batok kelapa pelayan tersebut."Baiklah, Tuan." sahut pelayan itu sambil meletakkan dua potong dada ayam yang besar di piring majikannya.Lalu sang pelayan menambahkan sayur lodeh, kerupuk, dan sambal terasi ke piring tersebut."Selamat menikmati tuan." sang pelayan meletakkan p

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • Tawanan Mafia Perkasa    Bab 7. Tak Sanggup

    "Hiks...!" netra gadis itu basah akan air mata. Lalu Eriko melirik si gadis yang nampak ketakutan. "Nanti juga kamu akan terbiasa melayani semua orang-orang pentingku, biasanya aku bosan dulu baru mereka akan memakai para wanitaku tapi untuk Leonardo aku ikhlas kalau kamu kami pakai bersama-sama." ucap Eriko dengan senyum menyeringai. Ia sanggup berkata kejam karena benci dengan kedua orang tua Karin yang sudah mengkhianati dan merugikannya. "Ja-jangan tuan, tolong jangan!" Karin geleng-geleng kepala. Lalu tangannya yang bergetar memegang tangan Eriko yang kekar dan bidang. "Jangan sekejam itu padaku tuan, aku tahu kesalahan orang tuaku tidak bisa di maafkan tapi tolong.... jangan hukum aku seberat itu, aku memang bukan wanita baik-baik tapi aku selalu menjaga diriku dari pergaulan bebas jadi aku mohon... jangan, hiks!" Karin menangis, ia juga berharap mendapat belas kasih dari pria kejam itu. "Hei." Eriko menjambak rambut indah gadis itu. "Ala bisa karena biasa, semua manusi

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-19
  • Tawanan Mafia Perkasa    Bab 8. Sikap Lembut

    Setelah itu, Leonardo membawanya ke hadapan Karin. "Makanlah!" titah Leonardo. Kemudian Karin mengangguk berulang kali, ia langsung patuh karena yakin bahwa Leonardo akan mengasihaninya jika ia bersikap baik. Lalu dengan tangan gemetar, Karin membuka plastik yang membungkus roti tawar. Setelah mengambil dua lembar, ia mencoba membuka tutup selai coklat, namun ia gagal membuka tutupnya karena tak punya tenaga. "Susah," keluhnya dengan suara pelan. Akhirnya, Karin hanya menggigit roti tawar tanpa selai, ia juga enggan meminta bantuan karena takut merepotkan. Sementara itu, Leonardo yang duduk di sofa terus mengamati aksi Karin. Karin yang menyadari hal itu sontak merasa tak nyaman, namun ia tidak berani mengeluh. Lalu dengan ragu Karin menoleh ke Leonardo dan bertanya. "Apa tuan mau?" ucap Karin sambil menawarkan roti tawar yang ia pegang. "Tidak." jawab Leonardo seraya menggelengkan kepala. "Baiklah." ucap Karin lalu melanjutkan makan dengan menundukkan kepala. Setelah gad

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-19
  • Tawanan Mafia Perkasa    Bab 9. Ada Yang Aneh

    Kemudian Aldo mencoba menghubungi kekasihnya namun tidak berhasil. "Ck, aku benar-benar penasaran dengan keberadaan Karin," gumamnya. Lalu dengan keputusan bulat, Aldo berangkat menuju rumah sahabatnya Karin yang tidak terlalu jauh dari lokasinya berada saat itu. Setelah beberapa saat dalam perjalanan, Aldo tiba di tujuan dan bertemu Dini yang sedang duduk santai di teras rumahnya. "Ada apa? Kenapa datang ke rumahku tanpa memberitahu terlebih dahulu?" tanya Dini dengan ekspresi terkejut. "Maaf, tapi aku kesini untuk menanyakan tentang Karin," jelas Aldo. "Oh... gitu, aku juga sebenarnya heran kenapa nomornya tidak bisa dihubungi. Kamu ingin menanyakan hal itu juga, kan?" sambung Dini. "Iya, benar. Tadi aku ke rumahnya dan ada dua orang asing yang berjaga di depan gerbang. Mereka bilang Karin sudah pindah, tapi itu tidak masuk akal karena dia tidak pernah cerita apa-apa tentang pindah," ungkap Aldo. "Iya ya, masa mereka pindah rumah tanpa memberitahu kita?" Dini menamb

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • Tawanan Mafia Perkasa    10. Menggoda

    "Ah, haha... itu aku... saat memasak aku memotong kuku di samping panci, astaga... maafkan aku ya, aku benar-benar tidak sengaja." ucapnya dengan raut wajah yang menyesal."Ah ya sudahlah nggak apa-apa namanya juga nggak sengaja, ibuku juga sering seperti itu kok kadang-kadang ketemu rambut di kuah gule atau di nasi," timpal Aldo sambil tersenyum."Tapi aku mohon maaf banget nih nggak bisa lanjut makan karena jadi nggak selera setalah melihat kuku yang tadi!" Aldo menyudahi makannya. "Oh, tidak apa-apa, maafkan aku ya... Padahal aku yang mengajak kamu makan tapi makanannya malah bermasalah." Dini menundukkan kepala sebagai tanda permintaan maafnya."Nggak usah dipikirkan lagi, oh iya, aku harus segera pergi karena ada janji dengan teman-teman nongkrong." Aldo bangkit dari duduknya."Baik, hati-hati di jalan." Dini mengantar Aldo ke pintu utama. "Terima kasih banyak untuk hidangannya, maaf kalau aku harus pergi sekarang." kemudian Aldo menaiki motornya dan melaju membelah jalan raya.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Tawanan Mafia Perkasa    Bab 11. Dipermalukan

    Tindakan itu membuat Karin merasa tidak nyaman, terlebih karena ada Leonardo dan beberapa pelayan di sana.Dalam upaya untuk melepaskan diri, Karin mendorong dada kekar sang mafia dengan kedua tangannya.Kemudian Sang mafiapun segera menghentikan ciumannya dan memicingkan matanya"Tidak sopan!" seru Eriko yang merasa telah di dipermalukan karena ditolak di depan banyak orang."Maaf, Tuan " ucap Karin sambil menundukkan kepala karena takut bertatapan mata langsung dengan pria menyeramkan itu."Aku tidak terima permintaan maafmu. Kamu lancang dan seenaknya padaku!" ucap Eriko dengan nada tinggi.Lalu ia menoleh ke arah Leonardo. "Panggil mereka semua ke sini, kita akan makan bersama."Titah Eriko membuat Leonardo bingung karena pemimpin Setan Merah itu biasanya tidak mau makan bersama dengan banyak orang."Apa Tuan serius?" tanya Leonardo untuk memastikan."Tentu saja." jawab Eriko sambil menganggukkan kepala."Baik tuan." Leonardo yang mengerti bergegas menuju bangunan belakang yang ma

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22
  • Tawanan Mafia Perkasa    Bab 12. 5 Miliar

    "Kalau kamu tidak mau mengakhiri hidupku, maka aku yang akan melakukannya!" ujarnya sambil mengarahkan mata pisau tersebut ke dirinya sendiri.Leonardo yang menyaksikan kejadian itu tidak bisa berdiam diri karena ia langsung teringat pada adiknya yang mengakhiri hidupnya 20 tahun yang lalu.KemuIdian ia segera bangkit dari duduknya dan mendekati Karin."Turunkan pisaumu!" Leonardo membentak Karin karena ia benar-benar takut jika gadis muda itu sampai bertindak lebih jauh."Tidak!" kemudian Karin ingin men*suk perutnya beruntung Eriko yang cekatan menendang tangan Karin hingga pisau itu terpelanting ke lantai."Sakit!" Karin memegang tangannya yang terasa panas dan berdenyut."Baru segitu sudah meringis, apalagi kalau kamu melukai dirimu sendiri! Aku benar-benar bosan melihatmu! Semuanya, berbaris karena kalian akan memakainya rame-rame." perintah gila Eriko sontak membuat gadis muda ambruk terjatuh ke lantai pingsan tak sadarkan diri.Melihat kejadian itu membuat Eriko menghela nafas

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-24

Bab terbaru

  • Tawanan Mafia Perkasa    Bab 12. 5 Miliar

    "Kalau kamu tidak mau mengakhiri hidupku, maka aku yang akan melakukannya!" ujarnya sambil mengarahkan mata pisau tersebut ke dirinya sendiri.Leonardo yang menyaksikan kejadian itu tidak bisa berdiam diri karena ia langsung teringat pada adiknya yang mengakhiri hidupnya 20 tahun yang lalu.KemuIdian ia segera bangkit dari duduknya dan mendekati Karin."Turunkan pisaumu!" Leonardo membentak Karin karena ia benar-benar takut jika gadis muda itu sampai bertindak lebih jauh."Tidak!" kemudian Karin ingin men*suk perutnya beruntung Eriko yang cekatan menendang tangan Karin hingga pisau itu terpelanting ke lantai."Sakit!" Karin memegang tangannya yang terasa panas dan berdenyut."Baru segitu sudah meringis, apalagi kalau kamu melukai dirimu sendiri! Aku benar-benar bosan melihatmu! Semuanya, berbaris karena kalian akan memakainya rame-rame." perintah gila Eriko sontak membuat gadis muda ambruk terjatuh ke lantai pingsan tak sadarkan diri.Melihat kejadian itu membuat Eriko menghela nafas

  • Tawanan Mafia Perkasa    Bab 11. Dipermalukan

    Tindakan itu membuat Karin merasa tidak nyaman, terlebih karena ada Leonardo dan beberapa pelayan di sana.Dalam upaya untuk melepaskan diri, Karin mendorong dada kekar sang mafia dengan kedua tangannya.Kemudian Sang mafiapun segera menghentikan ciumannya dan memicingkan matanya"Tidak sopan!" seru Eriko yang merasa telah di dipermalukan karena ditolak di depan banyak orang."Maaf, Tuan " ucap Karin sambil menundukkan kepala karena takut bertatapan mata langsung dengan pria menyeramkan itu."Aku tidak terima permintaan maafmu. Kamu lancang dan seenaknya padaku!" ucap Eriko dengan nada tinggi.Lalu ia menoleh ke arah Leonardo. "Panggil mereka semua ke sini, kita akan makan bersama."Titah Eriko membuat Leonardo bingung karena pemimpin Setan Merah itu biasanya tidak mau makan bersama dengan banyak orang."Apa Tuan serius?" tanya Leonardo untuk memastikan."Tentu saja." jawab Eriko sambil menganggukkan kepala."Baik tuan." Leonardo yang mengerti bergegas menuju bangunan belakang yang ma

  • Tawanan Mafia Perkasa    10. Menggoda

    "Ah, haha... itu aku... saat memasak aku memotong kuku di samping panci, astaga... maafkan aku ya, aku benar-benar tidak sengaja." ucapnya dengan raut wajah yang menyesal."Ah ya sudahlah nggak apa-apa namanya juga nggak sengaja, ibuku juga sering seperti itu kok kadang-kadang ketemu rambut di kuah gule atau di nasi," timpal Aldo sambil tersenyum."Tapi aku mohon maaf banget nih nggak bisa lanjut makan karena jadi nggak selera setalah melihat kuku yang tadi!" Aldo menyudahi makannya. "Oh, tidak apa-apa, maafkan aku ya... Padahal aku yang mengajak kamu makan tapi makanannya malah bermasalah." Dini menundukkan kepala sebagai tanda permintaan maafnya."Nggak usah dipikirkan lagi, oh iya, aku harus segera pergi karena ada janji dengan teman-teman nongkrong." Aldo bangkit dari duduknya."Baik, hati-hati di jalan." Dini mengantar Aldo ke pintu utama. "Terima kasih banyak untuk hidangannya, maaf kalau aku harus pergi sekarang." kemudian Aldo menaiki motornya dan melaju membelah jalan raya.

  • Tawanan Mafia Perkasa    Bab 9. Ada Yang Aneh

    Kemudian Aldo mencoba menghubungi kekasihnya namun tidak berhasil. "Ck, aku benar-benar penasaran dengan keberadaan Karin," gumamnya. Lalu dengan keputusan bulat, Aldo berangkat menuju rumah sahabatnya Karin yang tidak terlalu jauh dari lokasinya berada saat itu. Setelah beberapa saat dalam perjalanan, Aldo tiba di tujuan dan bertemu Dini yang sedang duduk santai di teras rumahnya. "Ada apa? Kenapa datang ke rumahku tanpa memberitahu terlebih dahulu?" tanya Dini dengan ekspresi terkejut. "Maaf, tapi aku kesini untuk menanyakan tentang Karin," jelas Aldo. "Oh... gitu, aku juga sebenarnya heran kenapa nomornya tidak bisa dihubungi. Kamu ingin menanyakan hal itu juga, kan?" sambung Dini. "Iya, benar. Tadi aku ke rumahnya dan ada dua orang asing yang berjaga di depan gerbang. Mereka bilang Karin sudah pindah, tapi itu tidak masuk akal karena dia tidak pernah cerita apa-apa tentang pindah," ungkap Aldo. "Iya ya, masa mereka pindah rumah tanpa memberitahu kita?" Dini menamb

  • Tawanan Mafia Perkasa    Bab 8. Sikap Lembut

    Setelah itu, Leonardo membawanya ke hadapan Karin. "Makanlah!" titah Leonardo. Kemudian Karin mengangguk berulang kali, ia langsung patuh karena yakin bahwa Leonardo akan mengasihaninya jika ia bersikap baik. Lalu dengan tangan gemetar, Karin membuka plastik yang membungkus roti tawar. Setelah mengambil dua lembar, ia mencoba membuka tutup selai coklat, namun ia gagal membuka tutupnya karena tak punya tenaga. "Susah," keluhnya dengan suara pelan. Akhirnya, Karin hanya menggigit roti tawar tanpa selai, ia juga enggan meminta bantuan karena takut merepotkan. Sementara itu, Leonardo yang duduk di sofa terus mengamati aksi Karin. Karin yang menyadari hal itu sontak merasa tak nyaman, namun ia tidak berani mengeluh. Lalu dengan ragu Karin menoleh ke Leonardo dan bertanya. "Apa tuan mau?" ucap Karin sambil menawarkan roti tawar yang ia pegang. "Tidak." jawab Leonardo seraya menggelengkan kepala. "Baiklah." ucap Karin lalu melanjutkan makan dengan menundukkan kepala. Setelah gad

  • Tawanan Mafia Perkasa    Bab 7. Tak Sanggup

    "Hiks...!" netra gadis itu basah akan air mata. Lalu Eriko melirik si gadis yang nampak ketakutan. "Nanti juga kamu akan terbiasa melayani semua orang-orang pentingku, biasanya aku bosan dulu baru mereka akan memakai para wanitaku tapi untuk Leonardo aku ikhlas kalau kamu kami pakai bersama-sama." ucap Eriko dengan senyum menyeringai. Ia sanggup berkata kejam karena benci dengan kedua orang tua Karin yang sudah mengkhianati dan merugikannya. "Ja-jangan tuan, tolong jangan!" Karin geleng-geleng kepala. Lalu tangannya yang bergetar memegang tangan Eriko yang kekar dan bidang. "Jangan sekejam itu padaku tuan, aku tahu kesalahan orang tuaku tidak bisa di maafkan tapi tolong.... jangan hukum aku seberat itu, aku memang bukan wanita baik-baik tapi aku selalu menjaga diriku dari pergaulan bebas jadi aku mohon... jangan, hiks!" Karin menangis, ia juga berharap mendapat belas kasih dari pria kejam itu. "Hei." Eriko menjambak rambut indah gadis itu. "Ala bisa karena biasa, semua manusi

  • Tawanan Mafia Perkasa    Bab 6. Bergetar

    Kemudian Eriko bergegas keluar kamar karena perutnya terasa lapar.Dalam perjalanan menuju meja makan, ia teringat perkataan dokter, "Perempuan itu harus makan teratur dan menghabiskan obatnya." Hal itu membuat Eriko merasa kesal, karena berarti ia harus merawat gadis tersebut."Sial, kenapa aku harus merasa terbebani seperti ini? Biarkan saja dia mat1 kelaparan, toh itu bukan urusanku." gumam Eriko sambil mencoba menutup mata dan hatinya terhadap gadis malang itu.Sesampainya di meja makan, pelayan yang seksi dan gemulai melayaninya."Mau paha atau dada, Tuan?" tanya pelayan sambil menunjukkan beberapa potongan ayam goreng serundeng yang tersaji dalam wadah keramik."Dada." jawab Eriko, sambil melirik ke arah batok kelapa pelayan tersebut."Baiklah, Tuan." sahut pelayan itu sambil meletakkan dua potong dada ayam yang besar di piring majikannya.Lalu sang pelayan menambahkan sayur lodeh, kerupuk, dan sambal terasi ke piring tersebut."Selamat menikmati tuan." sang pelayan meletakkan p

  • Tawanan Mafia Perkasa    Bab 5. Demam

    Mata pria tampan itu mengembun, raut kesedihan tergambar jelas di wajahnya."Terus kamu menerima perjodohan itu?" tanya Eriko dengan bibir bergetar.Elena menganggukkan kepala."Aku sudah berulang kali menolaknya tapi kedua orang tuaku tak bosan memaksaku untuk menerima lamaran itu, padahal aku sudah mengatakan kalau aku sudah punya kamu dan tahun depan kita akan menikah tapi... hiks... mereka malah menentang hubungan kita, jujur aku nggak mau menikah dengan laki-laki itu tapi apa boleh buat, mereka orang tuaku dan aku nggak bisa menentang perintah mereka." Elena menangis lalu ia memeluk kekasihnya."Kalau kamu benar-benar mencintai aku, ayo kita pergi kawin lari!" seru Eriko."Maaf, aku nggak bisa karena orang tuaku mengatakan akan memutus hubungan mereka denganku kalau aku sampai menikah dengan laki-laki miskin dan anak yatim piatu sepertimu, maafkan Eriko... orang tuaku tidak percaya kalau kamu sanggup membahagiakan aku." penjelasan Elena sontak merobek hati Eriko.Hatinya juga kia

  • Tawanan Mafia Perkasa    4. Mencoba Tegar

    Demi misi balas dendam Karin mencoba tegar dan mengikuti permainan pria mengerikan yang ada di hadapannya.Lalu gadis malang itu mulai membersihkan diri di bawah air shower.Setelah selesai mandi ia kembali ke kamar dengan tubuh basah kuyup tanpa dibalut sehelai benangpun."Bolehkah saya meminta handuk, Tuan?" tanya Karin dengan sopan."Silahkan, gunakan saja yang ini." jawab Eriko sambil melemparkan handuk yang baru saja ia gunakan ke tubuh Karin.Bruk!Karin menahan handuk itu di dadannya gambar tidak terjatuh ke lantai."Terimakasih banyak, Tuan. " ucap Karin sambil menggunakan handuk tersebut untuk mengeringkan tubuhnya."Buang segera setelah kamu gunakan karena aku tidak suka menggunakan handuk bekas orang lain," ujar Eriko.Egois, pikir Karin dalam hati.Dia nggak suka memakai bekas orang lain, tapi dia memberikan bekasnya pada orang lain, dasar laki-laki jahanam, Karin mengumpat dalam hati."Baik, Tuan," sahut Karin dengan tersenyum tipis.Namun di dalam hatinya terpendam rasa

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status