Malam itu, Ziandra pergi ke kelab malam untuk meluapkan emosinya sehabis memergoki kekasihnya berselingkuh. Dalam kondisi mabuk berat, tanpa banyak berpikir ia menerima ajakan seorang pria asing untuk one-night stand di sebuah hotel. Keesokan harinya, Ziandra melarikan diri tanpa meninggalkan jejak, berpikir bahwa semuanya akan berlalu begitu saja. Namun takdir mempertemukannya kembali dengan pria dari malam itu yang ternyata adalah Anggara Dhanesswara, CEO baru yang dilantik di kantornya. Ziandra bertekad menghindari Angga agar gosip buruk yang sedang menerpanya tidak makin memperburuk reputasinya. Sayangnya, keadaan rumit yang menimpa Ziandra membuatnya terpaksa terlibat dengan Angga lebih jauh. Mampukah Ziandra keluar dari situasi yang semakin tak terkendali atau ia akan terjerat dengan permainan Angga?
Узнайте большеSaat Angga tiba di depan ruangannya, ia menarik napas dalam-dalam sebelum membuka pintu dengan cepat.Di dalam, Pak Yuda sudah duduk di kursinya dengan ekspresi datar. Wajahnya tidak menunjukkan emosi, tapi sorot matanya tajam, menusuk ke arah Angga yang baru masuk. Seakan sedang menghakimi setiap gerak-geriknya.“Duduk,” perintahnya singkat.Angga menelan ludah. Ia tahu, setiap kali ayahnya bersikap seperti ini, itu berarti ada sesuatu yang serius. Ia melangkah mendekat, lalu duduk di kursi yang ada di hadapan sang ayah.Beberapa detik berlalu dalam keheningan yang menekan. Pak Yuda tidak langsung berbicara, hanya menatapnya seolah sedang menimbang sesuatu.“Aku mendengar kabar bahwa kau dan Devan sedang berselisih soal jabatan,” ujar Pak Yuda akhirnya, suaranya tenang namun berisi tekanan. “Benarkah?”Angga mengangguk kecil, lalu bersandar di kursinya. “Itu benar,” jawabnya lugas.Pak
Ziandra menghentikan langkahnya sejenak, lalu berbalik. Matanya menatap Elden dengan jengah. “Apa?”Keduanya sedang ada di koridor yang cukup sepi. Elden sengaja terus mengekori Ziandra di belakang hingga membuat wanita itu risih sendiri dan akhirnya mau menyapanya seperti sekarang.Elden menyandarkan tubuhnya ke dinding, menatapnya dengan ekspresi santai, tapi nada suaranya penuh rasa ingin tahu. “Sepertinya ada perang dingin yang cukup besar antara suamimu dan saudara tirinya itu. Gosip menyebar dengan cepat mengatakan kalau mereka sedang berselisih karena perebutan kekuasaan. Apa itu benar? Kau pasti tahu lebih banyak, kan?”Ziandra menghela napas, jelas tak ingin terlibat dalam pembicaraan ini. “Jangan penasaran dan cari tahu! Ini urusan keluarga,” jawabnya singkat.Elden terkekeh, sama sekali tak mengacuhkan peringatan Ziandra padanya. Sebaliknya, ia malah makin tertantang untuk mencari tahu. “Oh, ayolah, Zia
Langkah-langkah Angga menggema di sepanjang koridor kantor, tergesa dan penuh amarah. Wajahnya mengeras, rahangnya mengatup kuat, sementara jemarinya mengepal di sisi tubuh. Kabar yang baru saja ia terima benar-benar tak masuk akal—Devan saat ini sedang memimpin rapat besar terkait proyek yang seharusnya ada di bawah kendalinya.Sialan! Anak itu benar-benar berani melewati batas, amuknya membatin.Begitu sampai di depan ruang rapat, Angga mendorong pintu tanpa ragu, mengabaikan tatapan terkejut dari para eksekutif yang tengah berkumpul. Matanya langsung mengunci pada sosok yang berdiri di depan layar presentasi—Devan, dengan ekspresi santai dan percaya diri. Seolah-olah ia memang berhak berada di sana.“Siapa yang mengizinkanmu mengambil alih proyek ini?” suara Angga terdengar tajam, nyaris seperti ancaman.Devan menyeringai kecil, tangan di sakunya. Ia menunjukkan bahwa sama sekali tidak gentar dengan kemarahan kakaknya. “Ah
Setibanya di apartemen, Angga menarik napas dalam. Meski hanya sebuah unit modern yang diisi hanya dirinya dan sang istri, tempat ini terasa jauh lebih nyaman dibandingkan rumah keluarganya. Tidak ada tatapan dingin ibu tirinya, tidak ada rasa tersudut karena sikap ayahnya, bahkan tak perlu bersitegang dengan Devan. Yang paling penting, hanya ada dirinya dan Ziandra, berdua dan tenang.Ziandra pun merasakan hal yang sama. Ia menyadari bahwa sikap Angga lebih santai begitu mereka tiba di sini. Suaminya itu melepas jasnya, mengendurkan dasi, lalu duduk di sofa dengan ekspresi yang jauh lebih rileks.“Kau mau teh atau kopi?” tanya Ziandra sambil melangkah ke dapur.“Kopi,” jawab Angga singkat, matanya mengawasi Ziandra yang mulai sibuk di dapur.Ziandra tidak hanya menyiapkan kopi, tetapi juga membuat sarapan sederhana dengan bahan yang ada di kulkas. Tadi pagi, mereka hampir tidak menyentuh makanan di rumah Angga karena suaminya buru
Pagi harinya, Ziandra bangun dengan perasaan lebih ringan. Ia menoleh ke sisi tempat tidur dan melihat Angga masih tertidur dengan napas yang teratur. Ia tersenyum kecil, merasa aneh melihat pria setegas Angga tampak begitu tenang dalam tidurnya.Sebelah tangan Ziandra terulur untuk mengelus pipi Angga. Karena pergerakannya itu, membuat tidur Angga sedikit terganggu.“Ada apa?” tanya Angga dengan suara serak khas bangun tidur. Sesaat kemudian ia menguap lebar dan menarik Ziandra untuk dipeluknya. Ia masih ingin melanjutkan tidur, rasanya nyaman ketika Ziandra ada di sampingnya begini.Ziandra memukul kecil lengan Angga sambil terkekeh. “Kita sudah terlambat bangun. Ayo, cepat bersiap!” ujarnya berusaha melepaskan diri dari pelukan erat suaminya.Angga mengeluh, “Tapi aku masih ingin bermanja denganmu. Nanti siang saja kita keluar kamarnya.”Angga tahu alasan kenapa Ziandra menyuruhnya untuk segera bangun. Pagi in
Selesai acara, Ziandra dan Angga masuk ke dalam kamar. Kamar pengantin mereka begitu mewah, dengan pencahayaan lembut dan lampu-lampu di sudut ruangan. Sengaja Angga sedikit merubah desain kamar yang sebelumnya memiliki nuansa gelap, kini sedikit jauh lebih hangat dan nyaman.Ziandra duduk di kursi meja rias, melepas perlahan perhiasan yang tadi menghiasi tubuhnya. Sementara itu, Angga berdiri di dekat jendela yang terbuka, mengendorkan dasi dan menggulung lengan kemejanya, menghirup udara malam dengan santai.Angga melirik ke arah Ziandra yang tampak kesulitan melepaskan kalung yang melingkar di lehernya. Tanpa basa-basi, ia bergerak tenang untuk membantu melepas kaitan kalung itu dengan berdiri di belakang Ziandra.“Capek?” tanya Angga sembari melirik ke arah Ziandra lewat cermin.Mata keduanya bertatapan di cermin. Anggukan kecil dan senyum tipis Ziandra terlihat oleh mata Angga yang seketika membuatnya ikut tersenyum.Angga memutar
Hari ini, gedung pernikahan mewah dihiasi lampu kristal yang berkilauan. Lampu yang menggantung megah di langit-langit, memancarkan sinar keemasan yang berpendar di dinding kaca dan lantai marmer. Bunga mawar putih dan orkid yang disusun elegan menghiasi setiap sudut ruangan, menguarkan aroma lembut yang bercampur dengan suara musik klasik yang mengalun syahdu.Di tengah kemewahan itu, Ziandra berdiri dengan gaun pengantin yang menawan.Meskipun persiapan untuk pernikahan terkesan buru-buru dan mendadak, nyatanya mudah bagi Angga untuk membuat acara pernikahannya seperti di negeri dongeng.Para tamu dari kalangan elite yang berkumpul, sebagian besar bukan untuk memberi restu, melainkan untuk membicarakan sosok pengantin wanita yang mereka anggap tidak pantas untuk Angga.“Perempuan itu siapa, sih?” bisik salah satu tamu wanita sambil melirik gaun pengantin Ziandra yang meski elegan, tetap kalah mencolok dibanding tamu-tamu sosialita yang berke
Ziandra terdiam. Hatinya masih bergemuruh, tetapi ucapan Angga barusan seakan menjadi benteng perlindungan di antara dirinya dan keluarganya yang hanya menginginkannya demi keuntungan mereka.Feri—pamannya—tampak tersentak. Ia jelas tidak menyangka ada orang yang berani menentangnya secara langsung. “Kau bilang apa tadi?!”“Aku rasa sudah cukup jelas.” Angga melipat tangan di dada. Tatapannya tajam, menusuk langsung ke mata Feri. “Aku akan menikahi Ziandra. Dan dengan begitu, kalian tidak akan punya hak lagi atas dirinya.”“Tidak semudah itu! Ini keluarga kami dan sudah sepantasnya, Ziandra, kami yang mengurusnya. Sejak kedua orangtuanya meninggal, dia sudah seperti anakku.” Feri membentak dengan raut wajah berubah marah.Angga mendengus sinis. “Keluarga macam apa yang hanya peduli ketika ada keuntungan? Kurasa, Ziandra bahkan tak merasakan kasih sayang sedikitpun dari kalian selama ini kar
Sejak kabar duka itu, Ziandra hampir tidak bisa berpikir jernih. Air mata terus menggenang di pelupuk matanya, meski ia berusaha untuk tidak menangis di depan Angga.Tanpa banyak bicara, Angga langsung mengurus tiket pesawat dan menemaninya pulang kampung. Ziandra sebenarnya ingin menolak, tetapi Angga bersikeras.“Aku tidak mau kau menghadapi ini sendirian,” ucap Angga tegas, ketika Ziandra terus saja menyuruhnya pergi.Perjalanan menuju kampung halamannya terasa seperti mimpi buruk bagi Ziandra. Selama di pesawat, dia hanya diam, menatap kosong ke luar jendela. Angga yang duduk di sampingnya, tidak banyak bicara, hanya memastikan bahwa Ziandra baik-baik saja.Begitu tiba di rumah duka, suasana sunyi menyambut mereka. Beberapa kerabat datang melayat, dan bibinya langsung menangis saat melihat Ziandra.“Ziandra, akhirnya kau pulang juga,” ujar bibinya memeluk erat Ziandra. “Tapi sayang, kau terlambat. Nenekmu sudah per
Ziandra duduk di sudut kafe favoritnya, menatap secangkir kopi yang hampir dingin. Suasana ramai di sekelilingnya seolah tak ada artinya. Ia awalnya sangat bersemangat ketika Elden mengajaknya untuk bertemu sehabis pulang kerja, tapi setelah menunggu satu jam lamanya Elden mengabari bahwa dirinya akan lembur malam ini, sehingga terpaksa untuk membatalkan janji temunya dengan Ziandra.Ziandra tidak marah dan memutuskan tetap di kafe itu untuk beberapa saat kemudian. Tepat 15 menit, barulah Ziandra pergi dari kafe dengan lesu. Ia sangat menantikan pertemuannya dengan sang pacar yang akhir-akhir ini sulit sekali dihubungi.Elden selalu beralasan sedang sibuk sehingga tak ada waktu untuk mengabari apalagi sampai menyempatkan waktu untuk bertemu. Ziandra berusaha untuk mengerti kondisi Elden dan tak mengeluhkan hal itu. Padahal, mereka satu perusahaan dan hanya beda divisi saja, namun rasanya begitu sulit untuk berkomunikasi layaknya pasangan pada umumnya.“Sebaiknya aku bawakan Elden maka...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Комментарии