Nafkah Dari Mantan Suami

Nafkah Dari Mantan Suami

last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-28
Oleh:  Queeny  Baru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
14Bab
22Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Mantan suami masih mengirim uang karena merasa kasihan kepadaku. Tapi tentu saja itu tanpa sepengetahuan istri barunya. Ketika semua terbongkar, istrinya marah dan menuduh aku ingin menghancurkan rumah tangga mereka. Padahal aku hanya....

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Pratinjau Gratis

1. Mantan Tapi Mengirim Uang

"Mas, maaf. Boleh pinjam uang, nggak? Aku janji bakal balikin secepatnya."Nadia menekan tombol "kirim" dan menarik napas dalam-dalam. Rasa malu dan cemas bercampur jadi satu. Berbagai pikiran berkecamuk di benak Nadia. Mulai dari rasa bersalah, hingga khawatir jika istri baru Hendra mengetahui hal ini.Ini bukan kali pertama Nadia menerima pemberian Hendra. Lelaki itu bahkan setiap bulan mengirimkan uang walau jumlahnya tak seberapa. Entah Cintia tahu atau tidak. Selama dua tahun ini semua aman dan tak ada komplain.Nadia masih menunggu balasan. Biasanya Hendra akan cepat merespons. Mungkin lelaki itu masih ada pekerjaan. Sebagai seorang manager di perusahaan keluarga, mantan suaminya itu pasti sibuk. "Berapa yang kamu butuhin?"Nadia terkejut dan menatap pesan itu dengan perasaan campur aduk. Seperti biasa, respons Hendra selalu begitu. Nadia menimbang-nimbang sejenak, lalu mengetik balasan dengan hati-hati. Dia takut jika dituduh memanfaatkan kebaikan mantan suami, padahal mungk

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
14 Bab

1. Mantan Tapi Mengirim Uang

"Mas, maaf. Boleh pinjam uang, nggak? Aku janji bakal balikin secepatnya."Nadia menekan tombol "kirim" dan menarik napas dalam-dalam. Rasa malu dan cemas bercampur jadi satu. Berbagai pikiran berkecamuk di benak Nadia. Mulai dari rasa bersalah, hingga khawatir jika istri baru Hendra mengetahui hal ini.Ini bukan kali pertama Nadia menerima pemberian Hendra. Lelaki itu bahkan setiap bulan mengirimkan uang walau jumlahnya tak seberapa. Entah Cintia tahu atau tidak. Selama dua tahun ini semua aman dan tak ada komplain.Nadia masih menunggu balasan. Biasanya Hendra akan cepat merespons. Mungkin lelaki itu masih ada pekerjaan. Sebagai seorang manager di perusahaan keluarga, mantan suaminya itu pasti sibuk. "Berapa yang kamu butuhin?"Nadia terkejut dan menatap pesan itu dengan perasaan campur aduk. Seperti biasa, respons Hendra selalu begitu. Nadia menimbang-nimbang sejenak, lalu mengetik balasan dengan hati-hati. Dia takut jika dituduh memanfaatkan kebaikan mantan suami, padahal mungk
Baca selengkapnya

2. Bujangan Perayu Janda Kembang

Suasana sore di minimarket tempat Nadia bekerja selalu ramai dengan pelanggan. Di balik meja kasir, wanita itu menatap layar komputer dengan fokus, memindai barang-barang belanjaan satu per satu. Suara mesin kasir yang terus berbunyi menjadi sesuatu yang akrab baginya. Namun, di antara banyaknya wajah-wajah pelanggan yang datang dan pergi, ada satu yang selalu membuat jantung Nadia berdegup lebih kencang.Surya.Dia adalah pelanggan setia minimarket ini. Setiap kali datang, ada senyum yang terbit di wajahnya. Sebuah senyum yang tak pernah gagal membuat hati Nadia berdesir.Surya adalah pemilik sebuah kafe kecil di dekat sana. Hampir setiap hari dia datang membeli bahan-bahan yang dibutuhkan. Namun, seiring waktu, interaksi mereka tak lagi sekadar tentang transaksi kasir.Sore ini Surya datang dengan senyum hangat yang mengiringi langkahnya. Nadia yang sedang melayani pelanggan lain, menangkap sosoknya dari sudut mata."Hai, Nad. Ramai ya sore ini?"Nadia menoleh dan tersenyum kecil,
Baca selengkapnya

3. Feeling Seorang Istri

Malam itu suasana di rumah tampak tenang. Hendra duduk di ruang tamu dengan laptop di pangkuan dan menyelesaikan beberapa pekerjaan kantor. Cintia, yang biasanya sibuk sendiri, malam itu tampak gelisah. Dia duduk di samping Hendra dan memandangi layar ponsel. Namun, pikirannya melayang. Akhirnya wanita itu tak bisa menahan diri lagi."Mas, aku mau tanya sesuatu. Tapi aku harap kamu jujur ya."Hendra menoleh dari laptopnya, sedikit bingung dengan nada serius istrinya."Tanya apa, Sayang? Kok tiba-tiba serius gini?"Cintia mengambil napas panjang, mencoba menyusun kata-kata dengan hati-hati. Selama beberapa waktu terakhir, dia merasa ada yang tidak beres. Hendra masih menjaga hubungan baik dengan mantan istrinya, Nadia. Meskipun Cintia awalnya mencoba memahami, lama-lama hal itu membuatnya tidak nyaman."Aku tahu kamu masih sering bantuin Nadia. Aku nggak pernah masalah dengan itu. Tapi aku merasa akhir-akhir ini kamu lebih sering kirim uang ke dia. Dan aku nggak ngerti kenapa."Hendr
Baca selengkapnya

4. Di Antara Dua Lelaki

Suasana di minimarket tempat Nadia bekerja tampak tenang malam itu. Hanya beberapa pelanggan yang sedang memilih barang. Sementara Nadia duduk di balik kasir, sibuk dengan ponselnya. Tiba-tiba, pintu minimarket berbunyi, menandakan ada pelanggan yang masuk. Nadia mendongak dan terkejut melihat siapa yang datang."Loh, Mas. Kamu di sini?"Hendra tersenyum tipis. Dia tampak sedikit gugup, seperti ada sesuatu yang membebani pikirannya."Iya, Nad. Kebetulan lewat, jadi mampir sebentar."Nadia mengangguk, mencoba tetap tenang. Sudah cukup lama sejak terakhir kali mereka berbicara dengan santai. Meski mereka sudah bercerai, hubungan mereka tidak sepenuhnya buruk. Namun malam ini, ada sesuatu yang berbeda pada Hendra. Wajahnya tampak lebih tegang dari biasanya.Saat mereka berbicara, pintu minimarket kembali berbunyi. Kali ini, masuklah Surya. Lelaki itu melangkah mendekati Nadia dengan senyum lebar dan tampak akrab."Hey, Nad. Sudah istirahat? Aku bawain makanan dari kafe. Siapa tahu kamu
Baca selengkapnya

5. Adu Kekuatan

Malam itu, Hendra yang merasa cemas saat mengemudikan mobil menuju rumah Nadia. Sejak pertemuan dengan Surya hatinya menjadi tak tenang. Hendra tahu bahwa ibunya Nadia sedang sakit. Jadi dia akan menjadikan alasan itu untuk bertemu dengan Nadia dan menanyakan semua. Ketika tiba di rumah mereka dulu, Hendra melihat ada mobil lain terparkir disana. Pagar terbuka hingga dia memutuskan masuk dan menunggu di luar. Ada sendal lelaki yang membuat hatinya sedikit terusik. "Apa Nak Surya serius?"Hendra menajamkan telinga. Rumah ini tak terlalu besar sehingga suara dari dalam terdengar sampai ke luar. Dulu karena tak direstui menikah dengan Nadia, Hendra tak mendapatkam apa-apa dari keluarga. Sehingga dia hanya mampu membeli rumah kecil. Setelah menikah dengan Cintia, keluarganya kembali baik. Bahkan papanya menyerahkan perusahaan kepada Hendra.Apalagi setelah bayi mereka lahir. Ibunya sangat senang dan membelikan rumah baru untuk Cintia. Beserta perabotannya. "Saya sangat serius denga
Baca selengkapnya

6. Istri Baru yang Mengamuk

Cintia melangkah cepat di koridor rumah sakit. Dia mendengar kabar bahwa suaminya bertengkar, entah dengan siapa. Namun tidak menyangka jika Nadia yang membawa Hendra ke rumah sakit. Cintia meninggalkan putranya di rumah dan langsung menuju ke rumah sakit. Selama dua tahun pernikahannya, baru kali terjadi masalah. Untungnya baby sitter yang merawat Arka cukup telaten, sehingga dia tak perlu khawatir. Anak itu juga tak terlalu rewel asal perutnya kenyang. "Bapak Hendra Widjaja dirawat dimana ya, Sus?"Cintia bertanya di nurse station dimana kamar suaminya. Wanita itu begitu khawatir dan ingin segera bertemu.Membayangakan Hendra berdarah dan pingsan membuatnya sedih. Wanita itu bahkan menangis saat menyetir menuju ke sini. "Bapak Hendra ada di 215 ya, Bu," ucap perawat sembari menunjuk ke arah ujung lorong. Cintia mengucapkan terima kasih dan berjalan menuju kamar yang dimaksud. Ketika dia membuka pintu dan melihat Nadia duduk di samping Hendra, hatinya bergejolak.Cintia menarik
Baca selengkapnya

7. Sebuah Peringatan

"Nadia, kita perlu bicara. Ini sudah terlalu jauh."Nadia terkejut saat menerima pesan dari Cintia. Wanita itu baru saja sampai di rumah dan membawa makanan untuk ibunya. Setelah kejadian di rumah sakit, Hendra tak pernah lagi menghubunginya. Namun, selalu ada uang masuk setiap bulan dari rekening yang berbeda.Nadia mencoba menghubungi Hendra untuk mengucapkan terima kasih. Tapi pesannya tak pernah terkirim. Mungkin lelaki itu sudah mengganti nomor ponsel. "Kapan?" tanya Nadia saat mengetikkan pesan balasan."Nanti sore. Di kafe dekat tempat kerja kamu."Nadia tersentak, lalu menyari kalau kafe yang dimaksud adalah milik Surya. Sepertinya Cintia tak tahu jika itu milik temannya. "Oke.""Ini cuma antara kita berdua. Gak boleh ada orang lain yang tau."***Mereka bertemu di kafe mik Surya. Nadia meminta lelaki itu agar berpura-pura tak kenal saat dia datang. Nadia juga datang duluan dan memilih kursi di pojok agar tak terlalu menarik perhatian. Para karyawan Surya semua mengenaliny
Baca selengkapnya

8. Meninggalkan Semua Kenangan

Malam itu di depan kafe, suasana terasa begitu sunyi. Nadia berdiri di samping Surya, mencoba menenangkan hatinya yang bergejolak.Angin malam seolah ikut merasakan kesedihan yang melingkupi mereka berdua. Nadia tahu, saatnya tiba untuk berpamitan. Namun kata-katanya terasa begitu berat untuk diucapkan.“Nad--”Surya memecah keheningan dengan suara serak, matanya menatap lurus ke depan.“Apa kamu benar-benar yakin dengan keputusan ini?”Nadia menghela napas panjang. Pandangannya mengabur karena menahan air mata. “Aku yakin, Surya. Aku butuh tempat untuk menyembuhkan diri. Di sini, aku terlalu banyak terjebak dengan masa lalu.”Surya menoleh, menatap wajah Nadia yang terlihat lelah tetapi tetap cantik. “Tapi kamu gak perlu pergi. Kita bisa cari jalan lain. Kamu tau aku selalu ada? Aku bisa membantu. Kalau masalah kerja, aku bisa carikan sesuatu di sini. Kamu nggak harus ninggalin semua ... apalagi aku.”Nadia tersenyum pahit, hatinya teriris mendengar ketulusan Surya.“Aku tahu kamu
Baca selengkapnya

9. Manisnya Perjuangan

Pameran kuliner terbesar di kota itu diadakan dengan meriah. Booth-booth kuliner dari berbagai daerah dipenuhi dengan makanan-makanan lezat yang menarik perhatian para pengunjung. Suasana ramai dengan suara tawa dan canda pengunjung yang tengah menikmati hidangan-hidangan khas dari berbagai penjuru kota."Mau yang mana?"Di salah satu booth, Nadia terlihat sibuk melayani pembeli. Toko kue miliknya, telah berkembang pesat dalam satu tahun terakhir. Usahanya yang dimulai dari nol kini telah menarik perhatian banyak orang, terutama setelah dia sering mengikuti acara-acara besar seperti pameran ini. Dengan senyum ramah, Nadia melayani pembeli yang terus berdatangan."Terima kasih, Mbak. Selamat menikmati," ucap Nadia sambil memberikan sekotak kue pada pelanggan terakhir yang baru saja membeli.Saat Nadia menyeka keringat di dahi, tanpa sengaja dia melihat sekilas seorang pria yang sangat familiar di antara kerumunan pengunjung. Hatinya seakan terhenti sejenak ketika menyadari bahwa itu
Baca selengkapnya

10. De Javu

Dua tahun berlalu sejak pertemuan terakhir di pameran kuliner, Hendra benar-benar menghilang. Walaupun terasa hampa, tetapi Nadia justru tenang karena tak ada lagi tuduhan karena mengganggu rumah tangga orang. Nadia sibuk dengan bisnis kue yang ia bangun dari nol. Usahanya semakin berkembang, terutama setelah beberapa kali mendapatkan pesanan besar dari berbagai perusahaan dan event.Nadia juga masih berkomunikasi dengan Surya lewat chat atau telepon. Sehingga hari-harinya tak terlalu sepi. Canda lelaki itu bisa membuatnya tertawa lepas sehingga semua kelelahan hilang begitu saja. "Gimana kabar kue-mu hari ini, Nad?" tanya Surya iseng."Kok nanyain kue?" tanya Nadia bingung."Kalau nanyain owner-nya nanti dikira aku naksir," jawab Surya."Padahal kan emang iya."Nadia tergelak mendengar lelucon itu. Sejak dulu Surya masih saja gombal dan merayunya. Usia lelaki itu yang lebih muda membuat lebih luwes dalam berbicara."Kue baik-baik aja. Laris manis seperti biasa. Kadang ada sisa, tap
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status