Dedi, seorang laki-laki berusia 30 tahun bekerja sebagai tukang tagih koperasi yang menerima pembayaran cicilan dari Agustina, salah seorang nasabah nya dengan melayaninya di ranjang. Ratna, istri Agus, memergoki chat antara Agustina dengan Dedi yang janjian ke hotel. Apa yang akan Ratna lakukan?
View More"Jadi kamu harus tahu apa pekerjaan ku selama ini. Aku bukan lah pekerja kantoran seperti yang kubilang padamu sebelum aku mengelola tempat gym kamu, tapi aku adalah gigolo," ujar Dedi dengan menghela napas panjang. Sementara napas Agustina seakan berhenti di tenggorokan. Dia tidak menyangka jika pekerjaan suaminya adalah menjajakan tubuh. Sama seperti dirinya dulu. Agustina menutup mulutnya. Jujur saja dia cemburu pada suami nya walaupun dia juga pernah merasakan dijamah puluhan laki- laki. "Lalu siapa orang itu dan yang sebenarnya ingin kamu katakan?""Orang itu pengacara yang memalsukan tanda tangan dan memenangkan tempat gym kamu. Dan aku juga harus setia padanya. Dia yang memberikan uang banyak padaku, sampai aku bisa membeli rumah ini. Dia tidak mau aku menikah. Dan kita harus berpisah. Aku hanya diberi waktu tiga hari. Dia akan mengurus semuanya tentang perceraian kita. Kalau dalam tiga hari aku tidak pisah ranjang dengan kamu, aku harus mengembalikan uang yang pernah diberi
Teman - temannya mengedikkan bahu. "Ya sudah, aku tidak mau ikut campur kalau ada urusan dengan polisi walaupun itu memakai mobilku ya?! Dan suami kamu kan punya mobil, seharusnya kamu belajar mobil dengan suamimu, Tin. Jangan melibatkan kami dalam bahaya," ujar teman Agustina yang lain, membuat Agustina cemberut. "Astaga! Kalian kok gitu sih?! Kalian kan baru saja kubayarin makan? Kok nggak ada rasa terima kasihnya?" tanya Agustina manyun. Teman - temannya menghela napas panjang. Saling melirik satu sama lain. Sebenarnya mereka malas berteman dengan Agustina yang sok sekali setelah menjadi orang kaya baru, tapi Agustina sangat menempel pada mereka. Jadi sekalian saja mereka memanfaatkan hal itu. "Ya sudah, ini sudah malam, kami harus pulang. Lain kali kita jalan - jalan lagi. Semoga saja tidak ada polisi yang menemukan kita tadi," pamit teman - teman Agustina, dan Agustina hanya mengangguk saja tanpa menanggapi ucapan teman - temannya. 'Ck, apaan sih mereka, bikin malas saja. La
Dokter itu menatap ke arah Susi dan Agung secara bergantian lalu tersenyum. "Alhamdulillah oprasi berlangsung lancar. Sekarang pasien akan dipindahkan ke ROI sementara sampai sadar lalu dipindah ke ruang perawatan," sahut dokter itu tenang. "Dok, apa mama saya mengalami luka dan cedera di bagian tubuh yang lain nya?!" tanya Susi. Dokter bedah tulang itu berpikir sejenak. "Pada kepala pasien mengalami cedera kepala ringan, jadi hanya terdapat oedema atau bengkak di kening yang akan hilang secara berangsur-angsur dan juga patah tulang paha terbuka yang sudah disambung dengan pen," jawab dokter itu. "Keadaan pasien stabil dan baik. Hanya perlu menunggu pasien untuk siuman," sambung dokter itu lagi membuat Susi bernapas lega. "Alhamdulillah! Terimakasih banyak, Dokter," ujar Susi dan Agung hampir bersamaan. Dokter itu mengangguk dan berlalu meninggalkan mereka. Susi menghela napas panjang. Dia merasa lega karena ibunya bisa diselamatkan. "Makasih, Gung, kamu sudahkah meno
"Golongan darah saya juga AB! Ayo, Sus, kita ke PMI berdua. Semoga darah kita memenuhi syarat untuk didonorkan!" seru Agung pada Susi. Susi menatap ke arah Agung dengan penuh rasa terimakasih. "Wah, benarkah kamu mau menolong ku, Gung? Bukankah aku...?" Agung mengibaskan tangan nya di depan Susi. "Jangan mikir aneh - aneh, Sus! Aku menolong kamu bukan karena aku mencintaimu. Tapi karena rasa kemanusiaan dan tentu saja karena kita adalah tenaga medis. Sudahlah, Sus, jangan terlalu banyak berpikir ya?! Ayo kita berangkat ke PMI. Semoga darah kita memenuhi syarat untuk didonorkan," ajak Agung. Susi mengangguk. Dia lalu meminta surat pengantar untuk mengambil darah di PMI dari dokter jaga UGD, lalu bersama - sama dengan Agung menuju ke PMI. Susi menghela napas lega saat darahnya dan Agung memenuhi syarat untuk didonorkan pada mamanya. "Terimakasih, Gung, kamu sudah membantuku di saat aku benar - benar membutuhkan pertolongan," ujar Susi saat mereka sudah berada di dalam mobil denga
"Oh ya, kamu mau minum apa?!" tawar Susi, mengalihkan pembicaraan. "Enggak usah deh. Ini kan ada air mineral," ujar Agung sambil menunjuk ke arah gelas air mineral yang ada di hadapan nya. Susi mengangguk. "Ya sudah kalau kamu maunya air putih saja," ujar Susi akhirnya. Gadis itu menghela napas panjang. Hening menyelimuti ruang tamunya. Susi dan Agung sibuk dengan pikiran masing-masing. Mencoba memikirkan tema seru yang bisa dijadikan topik pembicaraan agar tidak terlalu canggung. "Oh ya, Sus, sepertinya kamu kan orang berada. Almarhum papa kamu kan TNI, ibu kamu ASN guru, Om kamu pengusaha, lalu tante kamu juga kepala ruangan di rumah sakit tempat kita bekerja, kenapa kamu memilih untuk bekerja? Kan misalnya kamu meminta dibuat supermarket kecil dari patungan keluarga kamu, kan enak, Sus, masa depan cerah," tanya Agung berusaha mencairkan suasana canggung. "Hm, yang kaya kan keluargaju, Gung, aku juga pingin lah sukses dari usaha ku sendiri. Lebih membanggakan jika sukses tanpa s
"Wah, Ibu keren sekali! Sip! Luar biasa! Ibu ini sudah cantik, lincah lagi!" ujar Dedi sambil tersenyum dan merapikan bajunya. Tina tersipu malu. Jauh di dalam hatinya tersimpan rasa bersalah karena telah melakukan hal itu dengan sang menantu. 'Duh, sudah terlanjur basah. Ya sudah mandi sekalian deh. Lagi pula Dedi juga bisa - bisanya tahu jika aku beberapa kali melihat film dewasa,' batin Tina. Dedi meraih dompetnya dan mengambil lima lembar uang seratus ribuan. "Ini untuk jajan ibu. Kalau kurang, bilang saja. Atau ibu mau kuantar periksa ke dokter?!" tawar Dedi dengan senyum terkembang. Tina menggeleng. "Mungkin ibu hanya meriang, merindukan kasih sayang. Tapi setelah kamu datang, ibu sudah merasa enakan," sahut Tina malu- malu. Dedi tertawa. "Ya sudah, kalau begitu saya berangkat ke tempat gym dulu, Bu. Kalau butuh apa - apa, telepon saja. Pergi dulu, Bu," pamit Dedi sambil berlalu.Lelaki itu tersenyum puas sambil melajukan mobilnya menuju ke tempat gym. "Ah, mujur sekali
"Hm, susah, Gung. Aku telanjur berharap mbak Ratna membantu hubungan ku dengan Randi," ujar Susi lirih. Suasana hening sejenak. Kedua nya penuh dengan pikiran masing-masing. "Gung, tadi kamu bilang di jembatan masih ada aku kan? Maksudnya apa?!" tanya Susi. Agung melirik gadis itu. Nyaris tiga tahun bekerja dalam satu instansi tidak juga membuat Agung berani menyatakan cintanya. Agung takut ditolak, dan mengakibatkan hubungan nya dengan Susi semakin merenggang. Tapi Agung merasa tidak akan bisa menyatakan cintanya jika bukan hari ini. "Aku.. mencintai kamu sejak kita bertemu pertama kali di rumah sakit," ujar Agung menjeda kalimat nya. Susi mendelik. "Hah? Kok aku nggak tahu?" tanya gadis itu. Agung hanya nyengir. "Yah, bagaimana kamu bisa tahu kalau aku diam saja dan nggak memberikan tanda apa pun tentang perasaanku. Lagipula, aku tahu kalau kamu mencintai Randi dan di hatimu hanya ada Randi. Iya kan?!" tanya Agung. Susi menghela napas panjang. "Hhh, jangan cerita soal Randi
Agung yang panik, segera menghentikan mobil di pinggir jembatan dan menghambur ke arah Susi. "Apa yang kamu lakukan?! Turun, Sus!" seru Agung dengan panik. Susi yang melihat kedatangan Agung, tidak mengindahkan nya. Dia justru membungkuk dan mengulurkan tangannya ke bawah jembatan, seolah - olah hendak melompat turun dari besi pembatas jembatan. "Astaghfirullah, Sus! Turun! Masih ada aku!" seru Agung memeluk tubuh Susi dari belakang. Susi mendelik ke arah Agung. Beberapa orang yang melewati jembatan, mulai berhenti dan memperhatikan mereka. Bahkan ada yang merekam peristiwa itu ke ponsel mereka. "Kamu apa- apaan sih, Gung?! Kamu bisa bikin aku malu lho! Jangan peluk- peluk aku! Kita diliatin orang banyak tuh!" seru Susi sambil menatap orang di sekeliling nya. Agung mengacuhkan seruan Susi dan tetap memeluk tubuh gadis itu. "Enggak. Aku nggak akan melepaskan kamu sampai kamu turun dari sini! Jangan bunuh diri, Sus! Kalau kamu b u n uh d i ri, aku bagaimana!?" tanya Agung bersikera
"Untuk melihat surga bagi calon anak-anak kita kelak," ujar Randi sambil tertawa. Ratna tertawa seraya mendaratkan cubitan di pundak Randi."Ah kamu ini bisa aja," kata Ratna. Randi pun tersenyum melihat Ratna tersipu malu."Oh ya mbak, aku ingin sekali ulang tahun ku kali ini, aku mendapatkan kado dari mu," ujar Randi penuh harap. "Kamu minta kado apa, Rand? Kalau aku mampu, pasti akan ku penuhi," kata Ratna."Aku mau kado ulang tahunku itu tangan kamu, Mbak", sahut Randi. Ratna melongo. "Tanganku? Buat apa tanganmu?" tanya Ratna bingung. "Ya biar cintaku tidak bertepuk sebelah tangan," ujar Randi lagi sambil tertawa. Ratna tertawa mendengarkan ucapan Randi. "Kamu sudah mendapatkan cintaku, Ran. Tinggal mengesahkan saja. Semoga aku segera sembuh dari traumaku dan kita bisa bahagia bersama," ujar Ratna. "Aamiin," sahut Randi. "Oh ya Mbak, aku punya beberapa voucher dari teman-teman aku yang buka salon barangkali kamu minat. Bisalah ambil libur sama aku. Kita facial bareng. Walaup
[Mas Dedi, sepertinya aku tidak bisa membayar cicilan lagi. Boleh kah aku membayar dengan hal lain lagi?!][Wah sudah kuduga, kamu akan memilih membayar cicilan dengan hal itu lagi. Hahahaha!]Aku tertegun membaca chat yang dikirim oleh suamiku. Apalagi membaca balasan chatnya. [Kayak kemarin saja, Mas. Aku tidak bisa ba y ar hu tang hari ini. Nanti malam, anakku kutitipkan ke rumah neneknya.]Aku menelan ludah dan mengamati foto profil yang terpampang pada akun whatsapp itu. Seorang perempuan cantik berambut pirang. Anehnya kontak nomor WA tersebut bernama Agus. "Astaghfirullah, bisa- bisanya nama Agus tapi foto profil perempuan seperti ini. Mungkin namanya Agustin dan mas Dedi sengaja menyamarkan namanya," gumamku. Ada rasa nyeri saat membaca pesan mereka. Sakit sekali apalagi membayangkan mas Dedi memadu kasih dengan perempuan lain. Suamiku memang bekerja sebagai Ba nk Mekar atau ba nk keliling. Dia menju a l saw a h wa r i san dari orang tuanya lalu mem i n jam - min jam kan p...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments