Share

ngamar 9 B

Penulis: ananda zhia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-27 18:31:45

[Mbak, ayo kita pulang saja kalau tidak ada yang perlu dilakukan pada perempuan itu.]

[Yang penting kita udah tahu rumahnya, kalau ada apa-apa, kita bisa langsung labrak saja ke sini.]

Mendadak Agung mengirim pesan padaku.

[Tunggu, aku ingin mendengar jawaban dari Agustina.]

Aku menajamkan pendengaran dan berusaha menangkap pembicaraan Agustina dengan pemilik warung.

"Hm, kalau ada istri yang tidak bisa menjaga diri dan menjaga suaminya, lalu mendekati saya apa salahnya dong kalau saya menerima suami yang malang itu, Bu?" tanya Agustina sambil menyerah kan selembar uang seratus ribuan pada pemilik warung.

"Ambil saja kembalian nya, Bu. Saya akan menikah dengan lelaki kaya. Jadi saya tidak butuh nasihat dari ibu. Permisi," ujar Agustina. Dia melenggang pergi diiringi dengan tatapan kesal pemilik warung.

'Kenapa pemilik warung itu terlihat kesal dengan Agus? Apa suaminya juga dalam 'gangguan' perempuan itu?!' batinku.

Diam - diam aku melirik nya dari helm yang kacanya sudah kuturun
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • NGAMAR ATAU BAYAR   ngamar 10 A

    Flash back on :Pov DEDI'Duh, kok bisa sih perut mules gini?! Salah makan apa dah?!" gumamku saat merasakan perut melilit dan akhirnya aku harus nongkrong di kamar mandi. Aku memejam kan mata saat suara dentuman sisa makanan keluar dari 'pintu belakang'. 'Hm, agak lega juga rasanya. Eh, HP ku kan di luar tadi! Duh, lupa menghapus chat dengan Agustina! Gimana nih, pasti si Ratna buka- buka HP ku,' batinku bingung. Aku bergegas menyiram sisa pencernaan dan buru - buru keluar dari kamar mandi. Wajah Ratna terlihat aneh, tapi dia tampak berusaha keras untuk bersikap biasa saja. 'Hadeh, Ratna, Ratna, kamu itu cantik dan polos sekali, membuat ku sangat mencintai mu. Tapi sayang sekali, badan kamu terlalu langsing, berbeda dengan badan Agustin yang sangat berisi dan sintal. Lagipula, Agustin dulu yang menawarkan padaku untuk membayar cicilan dalam bentuk yang lain dan bukan uang. Ah, laki- laki mana yang tidak tertarik dengan Agustin. Tentu saja aku tidak akan menyia - nyiakan kesempat

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • NGAMAR ATAU BAYAR   ngamar 10 B

    Biarlah permintaan Agustin, kubalas nanti saja. Sebenarnya banyak juga yang menawarkan ngamar daripada membayar hutang, tapi aku tak ingin sembarangan menerima tawaran itu. Memang nya aku laki- laki murahan? Aku juga mempunyai standar bagi nasabah yang ingin membayar hutang nya lewat jalur ranjang. Akhirnya setelah aku memikirkan baik - baik tentang tawaran Agustin, akhirnya aku memutuskan untuk tetap menemuinya di waktu dan tempat yang telah kita sepakati. Tentu saja aku tidak bermaksud untuk menikah dengan Agustina, dia memang cantik dan lebih berisi daripada Ratna, tapi aku curiga kalau Agustina pernah celup sana sini. Dan aku juga hanya ingin bermain - main dengan perempuan itu saja. **Aku sudah menghapus chat, sekaligus foto dan video, serta memblokir nomor Agustina sementara lalu pulang ke rumah. Sebenarnya jantung ku juga berdebar lebih cepat setiap selesai berkencan dengan Agustina. Entah kenapa aku takut kalau perselingkuhan nya terbongkar. Tapi sore itu saat aku pulang

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • NGAMAR ATAU BAYAR   ngamar 11 A

    Flash back on :Sampai di situ percakapan mas Dedi dan Agustina. Aku pun segera menscreen shoot dan mengirimkan nya ke Agung yang pamit keluar salon karena ada urusan berkaitan dengan pengoperasian kafe nya. [Kalau seperti ini, apa yang akan kita lakukan, Gung? Aku ingin menangkap basah mereka.]Aku menahan napas karena Agung tidak juga membalas pesan whatsapp ku. Bahkan ponsel nya tidak aktif. Duh, kemana lagi itu anak.Aku menghela napas dan mencoba mencari solusi nya sendiri. Selama ini seperti nya aku terlalu mengandalkan adik sendiri untuk menyelesaikan masalahku, padahal Agung belum menikah. Bahkan dia juga belum mempunyai kekasih. 'Aku belum kelar morotin mas Dedi, tapi mendadak aku harus menangkap basah dia dengan Agustina dan menggugat cerainya? Duh, kalau aku yang meminta harta gono gini, apa akan dikabulkan oleh pengadilan? Lagipula mas Dedi pasti dengan segala cara tidak akan membagi harta gono gini. Karena memang rumah itu dibeli dari uang mas Dedi sendiri dari warisan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • NGAMAR ATAU BAYAR   ngamar 11 B

    Eh, tunggu! Tapi tidak ada jaminan suami tetap setia meskipun istri nya cantik. Hm, sudahlah. Yang penting sekarang aku rapikan diri dan mencari sertifikat rumah. Aku bergegas mencari sertifikat rumah mas Dedi di dalam lemari dan setelah ketemu, aku sembunyikan di tas koperku. Baiklah, tinggal menunggu mas Dedi pulang dan akan kudapat kan tanda tangannya. Mas Dedi yang pulang dari menagih cicilan hutangnya akhirnya pulang ke rumah, dan sekali lagi menyantap makanan dan meminum yang kububuhi obat tidur tanpa rasa curiga. Dan seperti yang telah kuperkirakan, tak lama kemudian mas Dedi pun tampak mengantuk. Dia masuk ke kamar dan aku menunggu nya selama beberapa saat sampai mas Dedi terpejam. Saat mas Dedi baru saja terbuai di alam mimpi, aku membangun kannya, dan saat dia masih dalam pengaruh obat tidur, aku segera menyodorkan lembaran kertas surat kuasa pada mas Dedi. Semoga saja dia segera menandatangani nya tanpa perlu membacanya. Tapi saat kulihat mas Dedi berusaha membaca sura

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • NGAMAR ATAU BAYAR   ngamar 12 A

    "Halo, mbak. Aku jemput sekarang ya! Mbak siap- siap, kita gerebek mas Dedi," ujar Agung lalu mengakhiri panggilan telepon. [Oh ya, lupa bilang, bawa surat nikah dan KK kalian. Kata kenalan ku yang pengacara, kalau pihak hotel tidak mau menunjukkan kamar menginap mas Dedi, surat nikah itu akan berguna. Besok, kuantar untuk bertemu dengan pengacara, Mbak.][Oh, ya. Oke, Gung.]Ratna terdiam beberapa saat, mencoba mencerna informasi yang baru saja diterimanya. Perlahan dia duduk di sofa ruang tamu, 'duh, ya Allah, kenapa aku harus mengalami pengkhianatan ini saat hamil muda?' batin Ratna. Ratna lalu mengambil kopernya yang berisi sertifikat rumah dan persetujuan surat kuasa, lalu menata baju- bajunya sampai tidak tersisa satupun di lemarinya. Tak lupa pula dia memasukkan surat nikah dan kartu keluarga sesuai dengan saran pengacara kenalan Agung.Ratna menghela napas panjang saat dia juga memasukkan sisir, bedak tabur, dan lipstik ke dalam tas tentengnya. Memang hanya itu alat kecanti

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • NGAMAR ATAU BAYAR   ngamar 12 B

    Beberapa tetangga yang melihat Ratna masuk ke dalam mobil, tampak mengerutkan keningnya. Satu dua diantaranya bahkan saling berbisik - bisik. Akhirnya mbok Darmi, salah seorang tetangga Ratna yang rumahnya tepat di samping rumahnya dan mempunyai toko sembako, memberanikan diri menegur Ratna. "Lho, mbak Ratna mau kemana nih? Kok bawa - bawa koper segala?" tanya mbok Darmi. "Saya mau menginap di rumah bunda, Mbok," sahut Ratna singkat. Tapi rupanya mbok Darmi dan beberapa tetangga yang sedang berbelanja di warung nya tampak belum puas bertanya, "tapi kok nggak sama mas Dedi, memangnya mas Dedi kemana?" tanya Mbok Darmi lagi sambil menatap aneh ke arah Ratna. Agung yang sudah duduk di kursi depan di samping supir, memberi kode pada kakaknya untuk segera masuk ke dalam mobil. Dia sendiri lalu keluar dari mobil. "Saya adik kandung mbak Ratna, Bu. Bunda kami kangen anaknya. Kami jalan dulu ya," ujar Agung lalu masuk ke dalam mobil. Agung memang jarang bertandang ke rumah sang kakak. Ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • NGAMAR ATAU BAYAR   ngamar 13 A

    "Assalamu'alaikum, mas Dedi," ujar Ratna tenang meskipun sedang berusaha untuk meredam keinginan nya mengamuk di kamar itu. Dua insan tak bermoral yang sedang melakukan hubungan terlarang itu terperanjat lalu saling menjauh. Dedi bahkan langsung meraih bantal untuk menutupi a u r atnya. Sedangkan Agustina segera meraih selimut hotel. Dedi mendelik dan melihat ke arah Ratna yang baru datang. Dan pandangan nya tertuju ke arah Randi, sang adik, seketika tangan nya terkepal. "Ratna, aku bisa jelasin apa yang terjadi. Kamu hanya salah paham. Jangan marah, apa adik mu atau adikku yang mengajakmu kesini?" tanya Dedi mendekat ke arah Ratna. Ratna menghela napas dan menggeleng - gelengkan kepalanya. "Tidak perlu, Mas. Kamu tidak perlu menjelaskan apapun. Semua nya sudah jelas. Kamu selingkuh dan melakukan hubungan terlarang dengan nasabah kamu. Dan aku... minta cerai!" ujar Ratna tegas. Dedi terperangah. "Maafkan aku, Ratna. Aku khilaf. Beri aku kesempatan untuk memperbaiki dir

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • NGAMAR ATAU BAYAR   ngamar 13 B

    Ibu menyuruhku ke kota dan mencari ayah kita dengan membawa foto ayah. Tapi saat berjumpa dengan ayah kita, aku justru diusir dan diancam agar tidak kembali ke rumah nya. Dan di tengah perjalanan pulang ke kampung, aku justru dinodai oleh preman yang mabuk. Aku hancur dan pulang lagi ke kampung membawa kemalangan. Dan semakin merana saat aku hamil tanpa suami!" Agustina menceritakan jalan hidupnya dengan berapi - api. Bulir - bulir air mata menuruni pipi, mengalir menganak sungai. Ratna terkesiap mendengar hal itu. Tak menyangka jika ayahnya begitu jahat dan arogan pada gadis yang lemah. Pernikahan ku batal, calon suami ku tidak menginginkan ku karena aku telah hamil. Aku bernasib sama seperti ibuku. Hamil dan melahirkan tanpa di dampingi suami. Dan setelah melahirkan, aku memutus kan untuk keluar negeri selama tiga tahun.Setelah aku pulang ke Indonesia dan mempunyai tabungan, aku mengajak ibu dan anakku untuk tinggal di kota ini mencari ayah ku. Aku masih dendam pada ayah! Ayahku,

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28

Bab terbaru

  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 48 B

    "Boleh, aku akan memberikan infus padamu yang berisi seluruh rasa di hatiku, sehingga kamu tidak akan mengalami dehidrasi cinta dan kasih sayang seumur hidup dan kupastikan jika semua perasaan ku yang ku berikan padamu steril tanpa kuman pihak ketiga atau CLBK," ujar Susi, membuat semua teman - temannya melongo."Astaga, kalian berdua so sweet banget! Bagaimana para saksi? SAH?" tanya salah seorang teman Agung dan Susi. "Sah!""Sah!""Alhamdulillah!" Ruang perawat kelas satu pun sejenak riuh dengan gurauan tenakesnya. Susi dan Agung bertatapan, tanpa saling berbicara, mereka tahu bahwa mereka saling mencintai satu sama lain. Dedi pulang dari kantor polisi dengan wajah gusar. "Ck, nggak ada bukti dan aku diminta tenang dulu sampai ada bukti kuat baru bisa melapor ke polisi? Ck, apa - apaan ini? Bagaimana kalau aku keburu mati? Tampaknya suami tante itu berbahaya," gerutu Dedi. Dia lalu melajukan motor nya menuju ke arah hotel bintang tiga yang mempunyai satpam yang sedang berjaga

  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 48 A

    Dedi terkejut dengan kata - kata penelepon nya. "Hutang mata dibalas mata, hutang istri dibalas istri. Sekarang selamat menikmati rasanya kehilangan istri," ujar laki - laki yang menelepon Dedi. Dedi terhenyak. 'Astaga! Jadi tante sudah meninggal bunuh diri karena terkena HIV? Dan lelaki yang mengaku suaminya tante sudah membunuh Agustina?' batin Dedi. 'Wah, jangan - jangan sebentar lagi, dia juga akan menuntut pertanggungjawaban ku! Padahal aku tidak tahu siapa yang menulari siapa.'"Heh, enak saja kamu menuduhku! Aku tidak kenal siapa kamu dan siapa istrimu! Jangan sembarangan memfitnah ya! Bisa jadi istri kamu ada main dengan orang lain, bukan dengan aku! Jangan asal tuduh!!" ujar Dedi memberanikan diri. Lelaki di seberangnya menggeram. "Jangan mengelak! Hari ini kamu dan istrimu harus mati, Dedi!" ujar suara seberang dengan nada marah. Tubuh Dedi gemetaran. Lelaki itu segera mengakhiri panggilan teleponnya. "Aku harus kabur kemana ini? Apa aku harus lapor polisi atas ancaman

  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 47 B

    Agung terdiam sejenak. "Kok sepi, Mama mana?" tanya Agung. "Mama tidur. Tadi seharian mama mengajakku nonton telenovela marathon kesukaan nya saat masih muda dulu dari Hp. Setelah itu mama ketiduran, padahal masih belum tamat filmnya," sahut Susi. "Apa perlu kubangunkan?" sambung Susi lagi. Agung buru- buru menggeleng. "Jangan! Kasihan mama kamu! Biar mama kamu tidur saja," sahut Agung cepat. Susi manggut- manggut. "Oke, tunggu di sini. Aku tadi bikin martabak manis tevlon. Semoga bisa dimakan," ujar Susi sambil berlalu meninggalkan ruang tamu, dan tak lama kemudian kembali dengan membawa sepiring martabak manis yang beraroma wangi. Susi meletakkan martabak manis itu di hadapan Agung. "Hm, kayaknya enak nih!" celetuk Agung tersenyum. "Enak! Ayo kita coba sama-sama! Kamu jangan ragu dengan masakan aku ya!" ujar Susi. Agung tertawa. "Asalkan tidak beracun dan tidak mentah saja, aku bisa nelen makanan, Yang," ujar Agung seraya mencomot martabak di hadapan nya. "Hm, enak kok, S

  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 47 A

    "Alhamdulillah, lancar ya acara lamaran mbak Ratna," ujar Agung sambil mengambil makanan di meja prasmanan. Di sebelah Agung, Ratna mengambil es buah dan tersenyum. "Iya, alhamdulillah, Gung. Semoga kamu cepet nyusul ya?!" sahut Ratna. Agung tersenyum dan mengangguk. "Aamiin, Mbak, makasih doanya. Semoga mbak Ratna juga dilancarkan sampai pernikahan," ujar Agung yang langsung diamini oleh Ratna. Ratna celingukan ke sekeliling taman tengah rumahnya. "Lho, Susi tidak kamu ajak kesini?" tanya Ratna."Hm, sudah. Tapi dia nggak bisa. Dia bilang mau nganter mamanya kontrol saja," sahut Agung, lalu menuju tempat duduk yang telah disediakan oleh pihak EO yang disewa oleh keluarga nya. Ratna mengerut kan kening nya. "Kok kamu biarkan Susi mengantarkan ibunya kontrol sendiri ke rumah sakit sih? Kenapa kamu nggak mengantarkan Susi dan ibunya, Gung?" tanya Ratna. "Kata Susi, ada saudara nya yang akan mengantarkan mereka kontrol. Jadi aku tidak diperlukan dulu," ujar Agung tertawa. "Hahaha,

  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 46 B

    "Kita akan melihat hal itu nanti, Bu. Jadi bapak dan ibu harus saya ke kantor polisi dulu untuk dimintai keterangan," ujar polisi itu tegas. Agustina melirik ke arah Dedi yang juga terlihat gamang. "Pak, saya tidak mungkin membunuh ibu saya sendiri, meskipun ibu saya selingkuh dengan suami saya. Saya hanya mengusir nya keluar dari rumah karena saya sangat sakit hati," ujar Agustina mencari aman dengan mengatakan permasalahan nya. Dedi mendelik mendengar ucapan Agustina. Sementara itu polisi semakin antusias melihat ke arah Agustina dan Dedi secara bergantian. "Kalau begitu kalian berdua segera ikut kami untuk penyelidikan lebih lanjut! Silakan ikut kami ke kantor polisi!" ujar polisi itu tegas. ***Agustina yang sudah selesai diinterogasi di kantor polisi, memutuskan untuk pulang ke rumahnya dulu. "Ck, sialan! Ini semua gara- gara mas Dedi! Mending aku jadi janda lagi aja deh. Aku nggak peduli dengan balas dendam mas Dedi pada Ratna, aku nggak mau lagi pura - pura kaya dan bahag

  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 46 A

    "Selamat malam, kami dari kepolisian, ibu anda tertabrak mobil dan meninggal seketika di jalan pahlawan. Dimohon anda segera kemari," sahut polisi itu membuat Agustina gemetaran seketika. "Hah, apa? Tidak mungkin, Pak!" desis Agustina tidak percaya. 'Jangan - jangan ibuk bun*h diri. Atau ibu sudah ada firasat kematian, jadi ibu menelepon ku dari tadi pagi untuk berpamitan,' batin Agustina dengan perasaan menyesal. "Kami dari kepolisian satlantas telah mengevakuasi korban dengan membawa korban kecelakaan ke rumah sakit terdekat. Kami juga melakukan olah tkp dan penyelidikan terhadap identitas korban. Hasilnya, kami menemukan KTP dan ponsel korban. Kontak paling atas di panggilan keluar yang dihubungi oleh korban, adalah nomor ibu. Jadi bisa kah ibu datang ke rumah sakit Sumber Sehat sekarang untuk memastikan tentang identitas korban kecelakaan?" tanya Polisi itu lagi. "Baiklah saya akan datang di Rumah Sakit Sumber Sehat. Bagaimana dengan orang yang menabrak ibu saya? Apakah orang

  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 45 B

    Suasana hening sejenak. Tina menunduk dan berjongkok membereskan cangkir yang dilemparkan sang anak. "Pergi dari sini, Bu!" usir Agustina dengan suara dingin. Dedi dan Tina menatap ke arah Agustina dengan terkejut. "Nak, tapi...""Pergi dari sini atau kuadukan pada warga bahwa kalian telah melakukan hal yang paling memalukan!" seru Agustina lagi. Dia menatap ke arah ibunya dengan mata berkaca. Tina menoleh ke arah Dedi. Berharap sang menantu membelanya. Namun sayang sekali, bukannya membela Tina, Dedi justru menatap ke arah pintu ruang tamunya, seolah mengisyaratkan dan menyetujui sang mertua untuk pergi dari rumah itu. Tina berdiri perlahan dan meletakan pecahan kaca di meja tamu, lalu menatap ke arah sang anak. "Baiklah, ibu akan pergi dari sini agar kamu memaafkan ibu, meskipun ibu tidak tahu akan pergi kemana," ujar Tina dengan nada putus asa sambil masuk ke dalam kamarnya dan membereskan semua pakaiannya kedalam tas nya. Dedi mendekati Agustina dan berusaha merayunya, tapi

  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 45 A

    "Astaga! Apa- apaan ini, Mas Dedi?! Ibuk!? Jadi begini kelakuan kalian saat aku tidak ada di rumah? B@jing*n kalian!" seru Agustina sambil menutup mata anaknya yang berdiri kebingungan di samping ibunya yang tengah mengumpat. Dedi segera menurunkan Tina dan melangkah mendekat sang istri. "Yang, aku bisa jelasin. Kamu bawa masuk dulu anak kamu ke kamar, dan aku akan menjelaskan nya," ujar Dedi meremas pelan bahu sang istri. Agustina mencebik. "Tidak ada yang perlu dijelaskan lagi. Semua sudah jelas. Kamu menjijikkan, Mas. Masa mertua sendiri pun diembat!" omel Agustina. Dia lalu menoleh pada ibunya. "Ibu juga malu - maluin! Bisa - bisanya tertarik dengan mantu sendiri. Ck, kayak enggak ada orang lain saja!" seru Agustina. "Agustina, maafkan ibu. Ibu khilaf, Nak!" ujar Tina sambil mendekat ke arah sang anak. Perempuan itu merentang kan tangannya dan bermaksud memeluk Agustina, tapi anaknya lebih dulu menepis tangan ibunya. "Aku nggak bakal maafin ibu! Ibu sudah mengkhianati dan m

  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 44 B

    "Hm, sepertinya buah saja. Buah dalam bentuk parcel yang mewah dan cantik."Paman Dedi menghela napas dan menjeda kalimat nya sejenak. "Oh ya, apa kamu tidak merasakan cemburu dan marah saat adik kamu akan menikah dengan mantan istri kamu? Om sendiri juga tidak menyangka bahwa Randi memilih mantan istri kamu sebagai istri nya. Padahal gadis dan lajang banyak," ujar paman Dedi. Dedi tertawa. "Enggak. Biarlah saja, Paman. Lagi pula saya sudah menikah dengan istri saya yang sekarang," ujar Dedi dengan mata menerawang. Sebenarnya perasaan nya campur aduk.'Seandainya saja aku tidak selingkuh, seandainya saja aku setia dan tidak bekerja sebagai debt collector, mungkin aku masih mempunyai keluarga, bahkan aku masih mempunyai anak. Dan... aku tidak perlu mengidap penyakit sialan ini!' batin Dedi menyesal. Dedi berjalan memasuki rumahnya dengan gontai. Di dalam pikiran nya masih tersisa berjuta tanda tanya, siapa yang menulari nya. Dedi masuk ke dalam rumah dan duduk di ruang tamu dengan

DMCA.com Protection Status