Home / Pernikahan / NGAMAR ATAU BAYAR / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of NGAMAR ATAU BAYAR: Chapter 1 - Chapter 10

56 Chapters

Ngamar 1

[Mas Dedi, sepertinya aku tidak bisa membayar cicilan lagi. Boleh kah aku membayar dengan hal lain lagi?!][Wah sudah kuduga, kamu akan memilih membayar cicilan dengan hal itu lagi. Hahahaha!]Aku tertegun membaca chat yang dikirim oleh suamiku. Apalagi membaca balasan chatnya. [Kayak kemarin saja, Mas. Aku tidak bisa ba y ar hu tang hari ini. Nanti malam, anakku kutitipkan ke rumah neneknya.]Aku menelan ludah dan mengamati foto profil yang terpampang pada akun whatsapp itu. Seorang perempuan cantik berambut pirang. Anehnya kontak nomor WA tersebut bernama Agus. "Astaghfirullah, bisa- bisanya nama Agus tapi foto profil perempuan seperti ini. Mungkin namanya Agustin dan mas Dedi sengaja menyamarkan namanya," gumamku. Ada rasa nyeri saat membaca pesan mereka. Sakit sekali apalagi membayangkan mas Dedi memadu kasih dengan perempuan lain. Suamiku memang bekerja sebagai Ba nk Mekar atau ba nk keliling. Dia menju a l saw a h wa r i san dari orang tuanya lalu mem i n jam - min jam kan p
Read more

ngamar 2

"Aku akan menangkap bas ah perbuatan kamu, Mas. Tunggu saja!" gumamku mantap. Aku memasang masker dan tak lupa mengenakan helm yang memang masih nangkring di atas salah satu spion. Untung saja aku juga sudah menyiapkan jaket warna hitam di jemuran di luar rumah. Aku mengikuti motor mas Dedi dengan membuat jarak sekitar seratus meter darinya. Mas Dedi mengendarai motornya perlahan di jalanan beraspal dan aku mengikuti nya dengan jantung yang berdebar lebih kencang. "Duh, apa yang akan kulakukan kalau mas Dedi benar-benar akan melakukan hal itu dengan perempuan lain? Apa aku memang harus menangkap bas ah mereka dan memanggil warga?" gumamku sambil tetap terfokus pada motor mas Dedi. Aku menelan ludah dan menahan napas di dalam helm saat mas Dedi benar-benar berhenti warung kopi. Dan akupun segera menghentikan motor ku di depan toko kelontong di seberang jalan dari warung kopi itu. 'Loh, kok berhenti di warung kopi sih? Seharusnya kan dia ke rumah si Agus?' batinku. Aku mengedarkan
Read more

Ngamar 3

"Kamu... Darimana malam - malam begini, Rat? Kok nggak ijin pada ku dulu?!" tanya mas Dedi, membuatku ma ti kutu. "Hm, itu Mas... Sebenarnya aku..."Aku meraih plastik bening berisi lotion anti nyamuk dan botol air mineral dari cantolan motor lalu memberikannya pada mas Dedi. "Aku tidak bisa tidur karena banyak nyamuk, akhirnya aku beli itu. Di rumah kadang banyak nyamuk. Apalagi sekarang kan musim hujan, kayaknya nyamuk nya berkembang biak, Mas," ujarku sekenanya sambil meraih kunci rumah dari saku jaket dan membuka pintu. Berharap mas Dedi tidak bertanya apa - apa lagi. Lelaki berperawakan tegap berumur dia puluh tujuh tahun itu lalu meletakkan plastik lotion anti nyamuk diatas meja ruang tamu. "Aku masukin motor kita dulu," ujar mas Dedi. Aku mengangguk dan masuk ke dalam kamar. Kami memang belum punya garasi untuk menyimpan dua motor kami. Jadi kedua motor kami biasanya dimasukkan ke dalam ruang tamu di dalam rumah yang memang cukup luas. Mas Dedi melepas jaketnya dan menata
Read more

Ngamar 4

"Halo, kamu siapa kok tengah malam menelepon suami orang dan ingin disamperin segala?" tanyaku langsung sambil menahan emosi. Sunyi sejenak, mungkin si Agus ini sedang berpikir bagaimana merespon ucapanku. "Halo, Mbak, jangan diam saja! Mbak masih punya ha rga diri atau tidak? Jangan ganggu suami orang dong!" ujarku menahan rasa kesal. "Eh Mbak, maaf ya, saya tidak bermaksud untuk menganggu suami kamu. Kami tadi janjian untuk ketemu karena saya mau memba yar ci cilan. Tapi rupanya mas Dedi nggak bisa datang, jadi saya belum bisa ba yar ci cilannya mbak," ujar suara seberang. Aku mengerutkan dahi. "Tapi apa nggak bisa kalau ba yar ci cilan ditra n sfer saja? Kan nggak harus ketemu kalau cuma untuk bay ar, lebih simpel lagi," ujarku. Hening sejenak. Mungkin si Agus sedang bingung lagi harus merespon ku. "Duh, mbak, maaf mbak, anak saya terbangun. Saya tutup dulu, assalamu'alaikum."Tuttt! Ttuttt! Tttuttt! "Waalaikumsalam," ujarku menatap ke arah ponsel yang mulai menggelap.'Ke
Read more

Ngamar 5

"Loh, memangnya kenapa, Mas? Apa kamu selingkuh sehingga takut jika aku mengetahui perselingkuhan kamu dengan menerima telepon dari para na sa bah kamu? Atau ... jangan - jangan ada na sa bah kamu yang nggak bisa bayar ci ci lan terus ngajak kamu e na- e na, Mas?" tanyaku berusaha untuk bersikap tenang meskipun jan tung ku berdebar keras menunggu jawaban dari mas Dedi. Tapi jawaban mas Dedi sungguh di luar dugaan. Kukira dia akan menyangkal tapi ternyata dia tertawa terbahak-bahak. "Hah, ba yar hu tang pake e na - en a? Aku saja tidak terpikirkan ke sana. Bisa rugi dong Rat, kalau para na sa bah memb a yar hu ta ng bukan dengan du it," ujar mas Dedi. Aku mengerutkan kening. 'Kok ucapan nya beda banget dengan isi chat yang kubaca kemarin? Jangan - jangan dia tahu kalau aku sudah membaca pesannya, dan bahkan dia tahu jika aku semalam mengikuti nya. Sehingga sekarang dia bersikap tenang dan berusaha mengelabui ku,' batinku. "Wah, wah, jadi kamu berpikiran buruk tentang aku, Rat? Ka
Read more

Ngamar 6

"Hah, enak saja. Aku enggak mau ya kalau berbagi suami!" sahutku tegas. "Ck, makanya ke sini, Mbak. Biar kuberikan kuliah singkat tentang apa yang disukai laki - laki dari perempuan," ujar Agung. "Biar mbak nggak salah langkah dalam menyelesaikan masalah rumah tangga," sambungnya lagi dengan nada penuh keyakinan. "Hm, gayamu kayak orang yang lebih tua umurnya saja dari, Mbak," ledekku. Agung tertawa dari seberang telepon. "Hahaha, jangan salah, Mbak. Dalam hal umur aku memang lebih muda. Tapi dalam hal ilmu, aku lebih banyak pengetahuan nya," ujar Agung yakin. "Hm, ya deh, iya Si paling berpengetahuan banyak. Jadi apa yang bisa hamba lakukan untuk mengatasi masalah rumah tangga ku?" tanyaku akhirnya. "Kita ketemu yok. Aku ingin memberikan masukan untuk mbak Ratna," ajak Agung riang. "Jangan di rumah. Nanti kamu malah ngadu ke ayah dan bunda tentang keadaanku. Aku nggak mau kalau orang tua kita kepikiran tentang masalah mbak," sahutku. "Oke, kalau begitu, kita makan di kafe saj
Read more

Ngamar 7

Aku meraih gelas berisi jus jeruk dan bungkus tes pack lalu memberikan nya pada mas Dedi. Mas Dedi membuka bungkus tes pack itu dan menatap ku tidak percaya. "Kamu... hamil?" Aku mengangguk, "Iya. Kok reaksi kamu seperti itu, Mas? Bukan nya kamu kemarin bilang kalau ingin punya anak dan takut diantara kita ada yang mandul karena sudah setahun kita menikah tapi aku belum hamil ya?" tanya ku. Kecewa juga sih melihat reaksi mas Dedi yang tidak terlalu sesuai dengan ekspektasi. Mas Dedi segera menyunggingkan senyum. Tapi menurutku senyum nya seakan terpaksa. "Wah, aku senang sekali kalau kamu hamil, Ratna! Sungguh!"Mas Dedi menghambur memelukku. Dan tanpa membalas pelukan nya, aku bisa mencium aroma parfum lain dari tubuh nya. Aku melepas kan pelukan nya perlahan. "Kamu keramas siang - siang begini? Kamu keramas dimana, Mas?" tanya ku dengan ragu. Bahkan aku bisa merasakan tenggorokan ku tercekat dengan pertanyaan yang baru saja kulontarkan pada mas Dedi. "Karena siang hari ini p
Read more

ngamar 8

"Baiklah, Mas. Kita akan lihat permainan kamu dan Agus setelah ini," gumamku sambil menatap ke arah mas Dedi yang sedang terlelap. "Ah, ya! Aku tahu, coba aku cek saja sampah galeri foto di HP mas Dedi, barangkali saja aku menemukan sesuatu," gumamku. Aku segera menggulir layar ponselnya dan mencari sampah galeri. Dan benar saja, aku menemukan dua bukti transfer di sana. Aku segera meraih ponsel dan memotret bukti transfer yang dilakukan secara mbanking tersebut. Pengiriman u a ng senilai li ma ra tus ri bu ke pemilik nomor rekening atas nama Agustina putri telah mencuri perhatianku. "Hm, jadi si Agus ini bukannya membayar hu tang pada mas Dedi, dia justru meminta ditransfer oleh suamiku dan suamiku pun mau memberikan ua ngnya? Duh, padahal aku sengaja berhemat agar bisa membeli mobil saat punya anak, tapi mas Dedi malah memberikan ua ngnya secara gratis pada perempuan lain? Wah wah, heran nih. Jadi pingin ketemu beneran sama janda pirang itu!" geramku lalu mengembalikan ponsel ma
Read more

ngamar 9 A

Tampak perempuan cantik berambut pirang memakai daster tanpa lengan sedang menjemur baju di halaman rumahnya. "Huft, enaknya aku apain dia ya?" gumamku. "Itu kan mbak orangnya? Di foto profilnya sih itu? Tapi seperti nya lebih cantik di foto. Mungkin pakai filter," bisik Agung membuyarkan lamunan ku yang sedang membayangkan sedang menjambak rambut janda itu sepuasnya. "Hm, memang cantik. Bukannya tipe kamu yang cantik, bening, seksi, dan rambut panjang seperti dia?" tanyaku menunjuk ke arah rumah janda itu dengan dagu. "Heh sembarangan! Kata siapa tipe ku seperti dia? Duh, jangan lah mbak, aku pingin istri spek yalli yalli yalli," ucapan Agung membuat tawaku nyaris tersembur. "Aduh, Gung, Gung, spek yalli yalli kamu bilang? Duh, emangnya kamu punya apa sampai pingin memiliki istri spek yalli yalli?" tanyaku. "Yah, aku punya pekerjaan sebagai pegawai tetap di rumah sakit swasta. Aku juga sedang proses membuat kafe dari uang tabungan ku dan join dengan temanku sesama perawat. Nant
Read more

ngamar 9 B

[Mbak, ayo kita pulang saja kalau tidak ada yang perlu dilakukan pada perempuan itu.][Yang penting kita udah tahu rumahnya, kalau ada apa-apa, kita bisa langsung labrak saja ke sini.]Mendadak Agung mengirim pesan padaku. [Tunggu, aku ingin mendengar jawaban dari Agustina.]Aku menajamkan pendengaran dan berusaha menangkap pembicaraan Agustina dengan pemilik warung. "Hm, kalau ada istri yang tidak bisa menjaga diri dan menjaga suaminya, lalu mendekati saya apa salahnya dong kalau saya menerima suami yang malang itu, Bu?" tanya Agustina sambil menyerah kan selembar uang seratus ribuan pada pemilik warung. "Ambil saja kembalian nya, Bu. Saya akan menikah dengan lelaki kaya. Jadi saya tidak butuh nasihat dari ibu. Permisi," ujar Agustina. Dia melenggang pergi diiringi dengan tatapan kesal pemilik warung. 'Kenapa pemilik warung itu terlihat kesal dengan Agus? Apa suaminya juga dalam 'gangguan' perempuan itu?!' batinku. Diam - diam aku melirik nya dari helm yang kacanya sudah kuturun
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status