Share

Ngamar 6

Author: ananda zhia
last update Last Updated: 2024-11-03 12:17:48

"Hah, enak saja. Aku enggak mau ya kalau berbagi suami!" sahutku tegas.

"Ck, makanya ke sini, Mbak. Biar kuberikan kuliah singkat tentang apa yang disukai laki - laki dari perempuan," ujar Agung. "Biar mbak nggak salah langkah dalam menyelesaikan masalah rumah tangga," sambungnya lagi dengan nada penuh keyakinan.

"Hm, gayamu kayak orang yang lebih tua umurnya saja dari, Mbak," ledekku.

Agung tertawa dari seberang telepon.

"Hahaha, jangan salah, Mbak. Dalam hal umur aku memang lebih muda. Tapi dalam hal ilmu, aku lebih banyak pengetahuan nya," ujar Agung yakin.

"Hm, ya deh, iya Si paling berpengetahuan banyak. Jadi apa yang bisa hamba lakukan untuk mengatasi masalah rumah tangga ku?" tanyaku akhirnya.

"Kita ketemu yok. Aku ingin memberikan masukan untuk mbak Ratna," ajak Agung riang.

"Jangan di rumah. Nanti kamu malah ngadu ke ayah dan bunda tentang keadaanku. Aku nggak mau kalau orang tua kita kepikiran tentang masalah mbak," sahutku.

"Oke, kalau begitu, kita makan di kafe saja yok. Aku yang traktir, mumpung aku baru gajian," ujar Agung bersemangat.

Aku tersenyum. "Cie, yang gajian. Ya sudah, makasih banyak ya. Kamu saja yang menentukan di kafe mana kita ketemu," ujarku.

"Oke, kafe Mawar, sekarang, mbak. Aku langsung siap- siap," sahut Agung sebelum mema tikan sambungan telepon nya.

***

Aku menatap hidangan di depan ku dengan hambar. Mana mungkin aku bisa makan dengan enak setelah aku memergoki chat me s u m antara suami ku dan nasabah nya.

"Mbak, kok melamun. Gih, dimakan. Bukannya kamu suka chikenkatsu dan es lemonade?" tanya Agung yang sedang mengunyah nasi goreng nya.

Aku menghela napas.

"Mending kamu ceritakan deh bagaimana baiknya aku menghadapi perselingkuhan mas Dedi, Gung. Aku sampai nggak nafsu makan gara - gara baca chat antara mas Dedi dengan nasabahnya. Dan bo doh nya aku, saat itu nggak langsung screen shot chatnya. Aku sindir - sindir, mas Dedi nggak mau ngaku. Aku nggak punya bukti untuk menggugat nya di pengadilan agama," ujarku seraya menghela napas panjang.

"Mbak yakin mas Dedi sudah tidur dengan perempuan itu atau hanya akan tidur dengannya?" tanya Agung.

"Aku yakin, Gung. Dalam chatnya, mas Dedi bilang kalau mau bayar atau ngamar lagi kok. Entah berapa nasabah yang membayar dengan ngamar," lanjutku lagi.

"Tenang dulu, Mbak. Yang pertama kamu harus manis - manis dulu sama mas Dedi. Jangan keburu labrak dan minta cerai. Porotin du it nya suami kamu. Selama ini kan kamu pernah cerita kalau kamu berhemat dan jarang membelanjakan

u ang dari mas Dedi karena ingin be li mobil.

Mending sekarang kamu belanja kan ua ng dari suami kamu, makan enak, beli baju bagus, beli emas. Atau diam - diam kamu buka rekening baru tanpa setahu suami kamu.

Dua kamu nggak perlu marah dan labrak. Karena kalau kamu melabrak perempuan itu, kamu sendiri yang akan sakit hati. Laki-laki kan punya jiwa maskulin, dia akan melindungi perempuan yang menurut nya lemah. Jadi kalau kamu melabrak perempuan itu bisa - bisa mas Dedi melindungi nya dan kamu cerai nggak dapat apa- apa, Mbak."

Aku manggut - manggut.

"Lalu aku harus morotin mas Dedi sampai kapan, Gung? Aku juga nggak mau kalau selama morotin ini, dia minta ja tah ke aku. Huh, ogak sudi aku. Pokoknya nggak ada kata maaf untuk perselingkuhan. Aku mau pisah, biar aku sendiri yang membesarkan anakku!" ujarku tegas.

"Hah, mbak Ratna hamil? Apa mas Dedi sudah tahu hal ini?"

Aku menggeleng.

"Belum, aku takut bilang. Aku takut kalau setelah bilang hamil pada mas Dedi, dia akan mempersulit proses perceraian kami. Jadi aku diam saja."

"Mbak bilang aja kalau hamil. Sekalian minta du it yang banyak untuk ngidam. Lalu kamu bisa pakai alasan kalau perut kamu sakit jika berhubungan. Sadap WA nya untuk mengumpulkan bukti perselingkuhannya," saran Agung dengan pandangan prihatin.

"Aku enggak bisa caranya sadap WA dan aku takut ketahuan saat aku otak atik HP mas Dedi buat sadap wa, Gung."

"Huh, ini jangan terlalu polos lah mbak jadi cewek. Aku kan perawat, aku tahu obat ti dur yang aman tanpa harus memerlukan resep dokter. Lalu.."

Agung terdiam sejenak.

"Mbak punya nomor wa perempuan selingkuhan mas Dedi nggak?"

"Ada. Aku sudah mengirimkan nomor itu ke ponselku. Emang mau ngapain dengan nomor nya?"

"Aku bantu selidiki saja. Pakai aplikasi get contact kadang kalau kita beruntung kita bisa tahu nama asli bahkan alamat rumah, Mbak," ujar Agung penuh percaya diri. Aku segera meraih HP dan mengirimkan nomor HP si Agus sekaligus foto profil nya.

"Semangat ya, Mbak. Tetap sabar dan semoga kamu diberikan jalan keluar tentang masalah kamu," ujar Agung dengan rasa iba. Dia pun lalu menjelaskan cara untuk sadap WA menggunakan ponsel.

***

Aku baru saja membuat es jeruk yang telah kububuhi obat tidur saat terdengar suara pintu terbuka.

"Assalamu'alaikum, Ratna."

"Waalaikumsa..."

Ucapan ku terputus saat melihat tampilan mas Dedi yang fresh, rambutnya basah, dan wangi parfum berbeda menguar lembut dari jaketnya.

Mas Dedi memeluk dan mencium keningku.

"Wah, kamu masak soto ayam? Sayang banget, aku sudah makan di jalan tadi."

"Hm, ya sudah. Kalau begitu kamu minum jus saja. Sekalian ada yang ingin kutunjukkan padamu, Mas."

Aku meraih gelas berisi jus jeruk dan bungkus tes pack lalu memberikan nya pada mas Dedi.

Mas Dedi membuka bungkus tes pack itu dan menatap ku tidak percaya.

"Kamu... hamil?"

Next?

Related chapters

  • NGAMAR ATAU BAYAR   Ngamar 7

    Aku meraih gelas berisi jus jeruk dan bungkus tes pack lalu memberikan nya pada mas Dedi. Mas Dedi membuka bungkus tes pack itu dan menatap ku tidak percaya. "Kamu... hamil?" Aku mengangguk, "Iya. Kok reaksi kamu seperti itu, Mas? Bukan nya kamu kemarin bilang kalau ingin punya anak dan takut diantara kita ada yang mandul karena sudah setahun kita menikah tapi aku belum hamil ya?" tanya ku. Kecewa juga sih melihat reaksi mas Dedi yang tidak terlalu sesuai dengan ekspektasi. Mas Dedi segera menyunggingkan senyum. Tapi menurutku senyum nya seakan terpaksa. "Wah, aku senang sekali kalau kamu hamil, Ratna! Sungguh!"Mas Dedi menghambur memelukku. Dan tanpa membalas pelukan nya, aku bisa mencium aroma parfum lain dari tubuh nya. Aku melepas kan pelukan nya perlahan. "Kamu keramas siang - siang begini? Kamu keramas dimana, Mas?" tanya ku dengan ragu. Bahkan aku bisa merasakan tenggorokan ku tercekat dengan pertanyaan yang baru saja kulontarkan pada mas Dedi. "Karena siang hari ini p

    Last Updated : 2024-11-03
  • NGAMAR ATAU BAYAR   ngamar 8

    "Baiklah, Mas. Kita akan lihat permainan kamu dan Agus setelah ini," gumamku sambil menatap ke arah mas Dedi yang sedang terlelap. "Ah, ya! Aku tahu, coba aku cek saja sampah galeri foto di HP mas Dedi, barangkali saja aku menemukan sesuatu," gumamku. Aku segera menggulir layar ponselnya dan mencari sampah galeri. Dan benar saja, aku menemukan dua bukti transfer di sana. Aku segera meraih ponsel dan memotret bukti transfer yang dilakukan secara mbanking tersebut. Pengiriman u a ng senilai li ma ra tus ri bu ke pemilik nomor rekening atas nama Agustina putri telah mencuri perhatianku. "Hm, jadi si Agus ini bukannya membayar hu tang pada mas Dedi, dia justru meminta ditransfer oleh suamiku dan suamiku pun mau memberikan ua ngnya? Duh, padahal aku sengaja berhemat agar bisa membeli mobil saat punya anak, tapi mas Dedi malah memberikan ua ngnya secara gratis pada perempuan lain? Wah wah, heran nih. Jadi pingin ketemu beneran sama janda pirang itu!" geramku lalu mengembalikan ponsel ma

    Last Updated : 2024-11-27
  • NGAMAR ATAU BAYAR   ngamar 9 A

    Tampak perempuan cantik berambut pirang memakai daster tanpa lengan sedang menjemur baju di halaman rumahnya. "Huft, enaknya aku apain dia ya?" gumamku. "Itu kan mbak orangnya? Di foto profilnya sih itu? Tapi seperti nya lebih cantik di foto. Mungkin pakai filter," bisik Agung membuyarkan lamunan ku yang sedang membayangkan sedang menjambak rambut janda itu sepuasnya. "Hm, memang cantik. Bukannya tipe kamu yang cantik, bening, seksi, dan rambut panjang seperti dia?" tanyaku menunjuk ke arah rumah janda itu dengan dagu. "Heh sembarangan! Kata siapa tipe ku seperti dia? Duh, jangan lah mbak, aku pingin istri spek yalli yalli yalli," ucapan Agung membuat tawaku nyaris tersembur. "Aduh, Gung, Gung, spek yalli yalli kamu bilang? Duh, emangnya kamu punya apa sampai pingin memiliki istri spek yalli yalli?" tanyaku. "Yah, aku punya pekerjaan sebagai pegawai tetap di rumah sakit swasta. Aku juga sedang proses membuat kafe dari uang tabungan ku dan join dengan temanku sesama perawat. Nant

    Last Updated : 2024-11-27
  • NGAMAR ATAU BAYAR   ngamar 9 B

    [Mbak, ayo kita pulang saja kalau tidak ada yang perlu dilakukan pada perempuan itu.][Yang penting kita udah tahu rumahnya, kalau ada apa-apa, kita bisa langsung labrak saja ke sini.]Mendadak Agung mengirim pesan padaku. [Tunggu, aku ingin mendengar jawaban dari Agustina.]Aku menajamkan pendengaran dan berusaha menangkap pembicaraan Agustina dengan pemilik warung. "Hm, kalau ada istri yang tidak bisa menjaga diri dan menjaga suaminya, lalu mendekati saya apa salahnya dong kalau saya menerima suami yang malang itu, Bu?" tanya Agustina sambil menyerah kan selembar uang seratus ribuan pada pemilik warung. "Ambil saja kembalian nya, Bu. Saya akan menikah dengan lelaki kaya. Jadi saya tidak butuh nasihat dari ibu. Permisi," ujar Agustina. Dia melenggang pergi diiringi dengan tatapan kesal pemilik warung. 'Kenapa pemilik warung itu terlihat kesal dengan Agus? Apa suaminya juga dalam 'gangguan' perempuan itu?!' batinku. Diam - diam aku melirik nya dari helm yang kacanya sudah kuturun

    Last Updated : 2024-11-27
  • NGAMAR ATAU BAYAR   ngamar 10 A

    Flash back on :Pov DEDI'Duh, kok bisa sih perut mules gini?! Salah makan apa dah?!" gumamku saat merasakan perut melilit dan akhirnya aku harus nongkrong di kamar mandi. Aku memejam kan mata saat suara dentuman sisa makanan keluar dari 'pintu belakang'. 'Hm, agak lega juga rasanya. Eh, HP ku kan di luar tadi! Duh, lupa menghapus chat dengan Agustina! Gimana nih, pasti si Ratna buka- buka HP ku,' batinku bingung. Aku bergegas menyiram sisa pencernaan dan buru - buru keluar dari kamar mandi. Wajah Ratna terlihat aneh, tapi dia tampak berusaha keras untuk bersikap biasa saja. 'Hadeh, Ratna, Ratna, kamu itu cantik dan polos sekali, membuat ku sangat mencintai mu. Tapi sayang sekali, badan kamu terlalu langsing, berbeda dengan badan Agustin yang sangat berisi dan sintal. Lagipula, Agustin dulu yang menawarkan padaku untuk membayar cicilan dalam bentuk yang lain dan bukan uang. Ah, laki- laki mana yang tidak tertarik dengan Agustin. Tentu saja aku tidak akan menyia - nyiakan kesempat

    Last Updated : 2024-11-27
  • NGAMAR ATAU BAYAR   ngamar 10 B

    Biarlah permintaan Agustin, kubalas nanti saja. Sebenarnya banyak juga yang menawarkan ngamar daripada membayar hutang, tapi aku tak ingin sembarangan menerima tawaran itu. Memang nya aku laki- laki murahan? Aku juga mempunyai standar bagi nasabah yang ingin membayar hutang nya lewat jalur ranjang. Akhirnya setelah aku memikirkan baik - baik tentang tawaran Agustin, akhirnya aku memutuskan untuk tetap menemuinya di waktu dan tempat yang telah kita sepakati. Tentu saja aku tidak bermaksud untuk menikah dengan Agustina, dia memang cantik dan lebih berisi daripada Ratna, tapi aku curiga kalau Agustina pernah celup sana sini. Dan aku juga hanya ingin bermain - main dengan perempuan itu saja. **Aku sudah menghapus chat, sekaligus foto dan video, serta memblokir nomor Agustina sementara lalu pulang ke rumah. Sebenarnya jantung ku juga berdebar lebih cepat setiap selesai berkencan dengan Agustina. Entah kenapa aku takut kalau perselingkuhan nya terbongkar. Tapi sore itu saat aku pulang

    Last Updated : 2024-11-27
  • NGAMAR ATAU BAYAR   ngamar 11 A

    Flash back on :Sampai di situ percakapan mas Dedi dan Agustina. Aku pun segera menscreen shoot dan mengirimkan nya ke Agung yang pamit keluar salon karena ada urusan berkaitan dengan pengoperasian kafe nya. [Kalau seperti ini, apa yang akan kita lakukan, Gung? Aku ingin menangkap basah mereka.]Aku menahan napas karena Agung tidak juga membalas pesan whatsapp ku. Bahkan ponsel nya tidak aktif. Duh, kemana lagi itu anak.Aku menghela napas dan mencoba mencari solusi nya sendiri. Selama ini seperti nya aku terlalu mengandalkan adik sendiri untuk menyelesaikan masalahku, padahal Agung belum menikah. Bahkan dia juga belum mempunyai kekasih. 'Aku belum kelar morotin mas Dedi, tapi mendadak aku harus menangkap basah dia dengan Agustina dan menggugat cerainya? Duh, kalau aku yang meminta harta gono gini, apa akan dikabulkan oleh pengadilan? Lagipula mas Dedi pasti dengan segala cara tidak akan membagi harta gono gini. Karena memang rumah itu dibeli dari uang mas Dedi sendiri dari warisan

    Last Updated : 2024-11-27
  • NGAMAR ATAU BAYAR   ngamar 11 B

    Eh, tunggu! Tapi tidak ada jaminan suami tetap setia meskipun istri nya cantik. Hm, sudahlah. Yang penting sekarang aku rapikan diri dan mencari sertifikat rumah. Aku bergegas mencari sertifikat rumah mas Dedi di dalam lemari dan setelah ketemu, aku sembunyikan di tas koperku. Baiklah, tinggal menunggu mas Dedi pulang dan akan kudapat kan tanda tangannya. Mas Dedi yang pulang dari menagih cicilan hutangnya akhirnya pulang ke rumah, dan sekali lagi menyantap makanan dan meminum yang kububuhi obat tidur tanpa rasa curiga. Dan seperti yang telah kuperkirakan, tak lama kemudian mas Dedi pun tampak mengantuk. Dia masuk ke kamar dan aku menunggu nya selama beberapa saat sampai mas Dedi terpejam. Saat mas Dedi baru saja terbuai di alam mimpi, aku membangun kannya, dan saat dia masih dalam pengaruh obat tidur, aku segera menyodorkan lembaran kertas surat kuasa pada mas Dedi. Semoga saja dia segera menandatangani nya tanpa perlu membacanya. Tapi saat kulihat mas Dedi berusaha membaca sura

    Last Updated : 2024-11-27

Latest chapter

  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 48 B

    "Boleh, aku akan memberikan infus padamu yang berisi seluruh rasa di hatiku, sehingga kamu tidak akan mengalami dehidrasi cinta dan kasih sayang seumur hidup dan kupastikan jika semua perasaan ku yang ku berikan padamu steril tanpa kuman pihak ketiga atau CLBK," ujar Susi, membuat semua teman - temannya melongo."Astaga, kalian berdua so sweet banget! Bagaimana para saksi? SAH?" tanya salah seorang teman Agung dan Susi. "Sah!""Sah!""Alhamdulillah!" Ruang perawat kelas satu pun sejenak riuh dengan gurauan tenakesnya. Susi dan Agung bertatapan, tanpa saling berbicara, mereka tahu bahwa mereka saling mencintai satu sama lain. Dedi pulang dari kantor polisi dengan wajah gusar. "Ck, nggak ada bukti dan aku diminta tenang dulu sampai ada bukti kuat baru bisa melapor ke polisi? Ck, apa - apaan ini? Bagaimana kalau aku keburu mati? Tampaknya suami tante itu berbahaya," gerutu Dedi. Dia lalu melajukan motor nya menuju ke arah hotel bintang tiga yang mempunyai satpam yang sedang berjaga

  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 48 A

    Dedi terkejut dengan kata - kata penelepon nya. "Hutang mata dibalas mata, hutang istri dibalas istri. Sekarang selamat menikmati rasanya kehilangan istri," ujar laki - laki yang menelepon Dedi. Dedi terhenyak. 'Astaga! Jadi tante sudah meninggal bunuh diri karena terkena HIV? Dan lelaki yang mengaku suaminya tante sudah membunuh Agustina?' batin Dedi. 'Wah, jangan - jangan sebentar lagi, dia juga akan menuntut pertanggungjawaban ku! Padahal aku tidak tahu siapa yang menulari siapa.'"Heh, enak saja kamu menuduhku! Aku tidak kenal siapa kamu dan siapa istrimu! Jangan sembarangan memfitnah ya! Bisa jadi istri kamu ada main dengan orang lain, bukan dengan aku! Jangan asal tuduh!!" ujar Dedi memberanikan diri. Lelaki di seberangnya menggeram. "Jangan mengelak! Hari ini kamu dan istrimu harus mati, Dedi!" ujar suara seberang dengan nada marah. Tubuh Dedi gemetaran. Lelaki itu segera mengakhiri panggilan teleponnya. "Aku harus kabur kemana ini? Apa aku harus lapor polisi atas ancaman

  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 47 B

    Agung terdiam sejenak. "Kok sepi, Mama mana?" tanya Agung. "Mama tidur. Tadi seharian mama mengajakku nonton telenovela marathon kesukaan nya saat masih muda dulu dari Hp. Setelah itu mama ketiduran, padahal masih belum tamat filmnya," sahut Susi. "Apa perlu kubangunkan?" sambung Susi lagi. Agung buru- buru menggeleng. "Jangan! Kasihan mama kamu! Biar mama kamu tidur saja," sahut Agung cepat. Susi manggut- manggut. "Oke, tunggu di sini. Aku tadi bikin martabak manis tevlon. Semoga bisa dimakan," ujar Susi sambil berlalu meninggalkan ruang tamu, dan tak lama kemudian kembali dengan membawa sepiring martabak manis yang beraroma wangi. Susi meletakkan martabak manis itu di hadapan Agung. "Hm, kayaknya enak nih!" celetuk Agung tersenyum. "Enak! Ayo kita coba sama-sama! Kamu jangan ragu dengan masakan aku ya!" ujar Susi. Agung tertawa. "Asalkan tidak beracun dan tidak mentah saja, aku bisa nelen makanan, Yang," ujar Agung seraya mencomot martabak di hadapan nya. "Hm, enak kok, S

  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 47 A

    "Alhamdulillah, lancar ya acara lamaran mbak Ratna," ujar Agung sambil mengambil makanan di meja prasmanan. Di sebelah Agung, Ratna mengambil es buah dan tersenyum. "Iya, alhamdulillah, Gung. Semoga kamu cepet nyusul ya?!" sahut Ratna. Agung tersenyum dan mengangguk. "Aamiin, Mbak, makasih doanya. Semoga mbak Ratna juga dilancarkan sampai pernikahan," ujar Agung yang langsung diamini oleh Ratna. Ratna celingukan ke sekeliling taman tengah rumahnya. "Lho, Susi tidak kamu ajak kesini?" tanya Ratna."Hm, sudah. Tapi dia nggak bisa. Dia bilang mau nganter mamanya kontrol saja," sahut Agung, lalu menuju tempat duduk yang telah disediakan oleh pihak EO yang disewa oleh keluarga nya. Ratna mengerut kan kening nya. "Kok kamu biarkan Susi mengantarkan ibunya kontrol sendiri ke rumah sakit sih? Kenapa kamu nggak mengantarkan Susi dan ibunya, Gung?" tanya Ratna. "Kata Susi, ada saudara nya yang akan mengantarkan mereka kontrol. Jadi aku tidak diperlukan dulu," ujar Agung tertawa. "Hahaha,

  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 46 B

    "Kita akan melihat hal itu nanti, Bu. Jadi bapak dan ibu harus saya ke kantor polisi dulu untuk dimintai keterangan," ujar polisi itu tegas. Agustina melirik ke arah Dedi yang juga terlihat gamang. "Pak, saya tidak mungkin membunuh ibu saya sendiri, meskipun ibu saya selingkuh dengan suami saya. Saya hanya mengusir nya keluar dari rumah karena saya sangat sakit hati," ujar Agustina mencari aman dengan mengatakan permasalahan nya. Dedi mendelik mendengar ucapan Agustina. Sementara itu polisi semakin antusias melihat ke arah Agustina dan Dedi secara bergantian. "Kalau begitu kalian berdua segera ikut kami untuk penyelidikan lebih lanjut! Silakan ikut kami ke kantor polisi!" ujar polisi itu tegas. ***Agustina yang sudah selesai diinterogasi di kantor polisi, memutuskan untuk pulang ke rumahnya dulu. "Ck, sialan! Ini semua gara- gara mas Dedi! Mending aku jadi janda lagi aja deh. Aku nggak peduli dengan balas dendam mas Dedi pada Ratna, aku nggak mau lagi pura - pura kaya dan bahag

  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 46 A

    "Selamat malam, kami dari kepolisian, ibu anda tertabrak mobil dan meninggal seketika di jalan pahlawan. Dimohon anda segera kemari," sahut polisi itu membuat Agustina gemetaran seketika. "Hah, apa? Tidak mungkin, Pak!" desis Agustina tidak percaya. 'Jangan - jangan ibuk bun*h diri. Atau ibu sudah ada firasat kematian, jadi ibu menelepon ku dari tadi pagi untuk berpamitan,' batin Agustina dengan perasaan menyesal. "Kami dari kepolisian satlantas telah mengevakuasi korban dengan membawa korban kecelakaan ke rumah sakit terdekat. Kami juga melakukan olah tkp dan penyelidikan terhadap identitas korban. Hasilnya, kami menemukan KTP dan ponsel korban. Kontak paling atas di panggilan keluar yang dihubungi oleh korban, adalah nomor ibu. Jadi bisa kah ibu datang ke rumah sakit Sumber Sehat sekarang untuk memastikan tentang identitas korban kecelakaan?" tanya Polisi itu lagi. "Baiklah saya akan datang di Rumah Sakit Sumber Sehat. Bagaimana dengan orang yang menabrak ibu saya? Apakah orang

  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 45 B

    Suasana hening sejenak. Tina menunduk dan berjongkok membereskan cangkir yang dilemparkan sang anak. "Pergi dari sini, Bu!" usir Agustina dengan suara dingin. Dedi dan Tina menatap ke arah Agustina dengan terkejut. "Nak, tapi...""Pergi dari sini atau kuadukan pada warga bahwa kalian telah melakukan hal yang paling memalukan!" seru Agustina lagi. Dia menatap ke arah ibunya dengan mata berkaca. Tina menoleh ke arah Dedi. Berharap sang menantu membelanya. Namun sayang sekali, bukannya membela Tina, Dedi justru menatap ke arah pintu ruang tamunya, seolah mengisyaratkan dan menyetujui sang mertua untuk pergi dari rumah itu. Tina berdiri perlahan dan meletakan pecahan kaca di meja tamu, lalu menatap ke arah sang anak. "Baiklah, ibu akan pergi dari sini agar kamu memaafkan ibu, meskipun ibu tidak tahu akan pergi kemana," ujar Tina dengan nada putus asa sambil masuk ke dalam kamarnya dan membereskan semua pakaiannya kedalam tas nya. Dedi mendekati Agustina dan berusaha merayunya, tapi

  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 45 A

    "Astaga! Apa- apaan ini, Mas Dedi?! Ibuk!? Jadi begini kelakuan kalian saat aku tidak ada di rumah? B@jing*n kalian!" seru Agustina sambil menutup mata anaknya yang berdiri kebingungan di samping ibunya yang tengah mengumpat. Dedi segera menurunkan Tina dan melangkah mendekat sang istri. "Yang, aku bisa jelasin. Kamu bawa masuk dulu anak kamu ke kamar, dan aku akan menjelaskan nya," ujar Dedi meremas pelan bahu sang istri. Agustina mencebik. "Tidak ada yang perlu dijelaskan lagi. Semua sudah jelas. Kamu menjijikkan, Mas. Masa mertua sendiri pun diembat!" omel Agustina. Dia lalu menoleh pada ibunya. "Ibu juga malu - maluin! Bisa - bisanya tertarik dengan mantu sendiri. Ck, kayak enggak ada orang lain saja!" seru Agustina. "Agustina, maafkan ibu. Ibu khilaf, Nak!" ujar Tina sambil mendekat ke arah sang anak. Perempuan itu merentang kan tangannya dan bermaksud memeluk Agustina, tapi anaknya lebih dulu menepis tangan ibunya. "Aku nggak bakal maafin ibu! Ibu sudah mengkhianati dan m

  • NGAMAR ATAU BAYAR   bab 44 B

    "Hm, sepertinya buah saja. Buah dalam bentuk parcel yang mewah dan cantik."Paman Dedi menghela napas dan menjeda kalimat nya sejenak. "Oh ya, apa kamu tidak merasakan cemburu dan marah saat adik kamu akan menikah dengan mantan istri kamu? Om sendiri juga tidak menyangka bahwa Randi memilih mantan istri kamu sebagai istri nya. Padahal gadis dan lajang banyak," ujar paman Dedi. Dedi tertawa. "Enggak. Biarlah saja, Paman. Lagi pula saya sudah menikah dengan istri saya yang sekarang," ujar Dedi dengan mata menerawang. Sebenarnya perasaan nya campur aduk.'Seandainya saja aku tidak selingkuh, seandainya saja aku setia dan tidak bekerja sebagai debt collector, mungkin aku masih mempunyai keluarga, bahkan aku masih mempunyai anak. Dan... aku tidak perlu mengidap penyakit sialan ini!' batin Dedi menyesal. Dedi berjalan memasuki rumahnya dengan gontai. Di dalam pikiran nya masih tersisa berjuta tanda tanya, siapa yang menulari nya. Dedi masuk ke dalam rumah dan duduk di ruang tamu dengan

DMCA.com Protection Status