[Sayembara! Dicari, anak perempuan yang hilang! Pewaris utama keluarga Rivaldo. perempuan, usia 19 tahun pada tahun ini. Ciri-ciri fisik, memiliki tahi lalat di bagian punggung! Bagi yang merasa memiliki tanda spesifik tersebut, silakan isi data di website dan sertakan lampiran data diri yang meyakinkan!] Ameera menatap postingan viral di salah satu sosial media. Sasha menunjukkan itu padanya. Dia diminta untuk daftar, secara sejak kecil, Ameera tidak tahu orang tuanya. Hanya saja, Ameera tidak berminat. Baginya hidupnya yang sekarang sudah nyaman. Lagipula, jika orang tuanya memang sayang, kenapa harus membuangnya. Karena itu, Ameera menolak untuk daftar meski tanda-tanda yang dicari oleh orang kelima terkaya di Indonesia itu, ada padanya. Namun, siapa sangka, Sasha---sahabatnya, diam-diam mendaftarkan Ameera. Apakah benar Ameera adalah putri konglomerat yang dibuang? Ataukah itu hanya postingan untuk mencari sensasi belaka? Bagaimana sikap Ameera ketika ternyata dirinya terpilih untuk bertemu dengan orang kelima terkaya itu untuk test DNA?
Lihat lebih banyak“Gimana kalau Tuan Rivaldo itu beneran ayah kamu, Ra! Apa kamu gak kepengen ketemu dengan Ayah dan Ibu kandung kamu sendiri, hmmm?” Sasha menatap lekat wajah sahabatnya itu. Dia terus berusaha meyakinkan Ameera agar mau ikut menjadi peserta sayembara itu.Ameera tersenyum getir. Dia menatap ke arah Sasha lalu bicara, “Jika dia memang ayahku? Ke mana saja dia selama ini? Kenapa baru hari ini mencari? Ke mana saja dia selama aku tertatih-tatih merindukannya? Ke mana mereka, Sha? Ke mana?” Suara Ameera bergetar. Akhirnya apa yang selama ini terpendam dalam benaknya kini dia luahkan. Bulir bening berjatuhan, tetapi dengan kasar dia hapus. Sasha terdiam. Dia tak pernah berpikir, jika sahabatnya seluka itu. “Di mana mereka, Sha? Di mana? Dari dulu hanya Bu Uti yang memeluk Ameera kecil yang nangis merindukan mama. Hanya Bu Uti yang memeluk Ameera kecil yang nangis, merindukan ayah. Sekarang, aku sudah dewasa … aku tak lagi butuh mereka.” Ameera bicara sambil terisak. Dari getaran suaranya
[Target sudah kami habisi, Nyonya!] Sebuah foto diterima Anesya. Foto seorang gadis belia yang tergeletak tak berdaya. Darah segar mengalir. Kerumunan orang terlihat sesak. [Bagus! Karena kalian mengerjakan perintah dengan baik, saya akan segera kirim bonus.] Hati Anesya yang sedang bahagia berbunga-bunga. Bahkan dia lekas membuka e-banking dan mengirim sejumlah uang. [Terima kasih Nyonya.] Balasan diterima. Anesya tersenyum puas. Hari ini dia baru mau menjemput Safiyya dan membawanya pulang. Misinya sudah selesai. Putri kandung dari suaminya sudah tidak ada lagi di dunia ini.“Lihat ‘kan, Mas? Aku jauh lebih pintar dari pada kamu,” batin Anesya sambil menyeringai. Dia lekas berjalan dan segera meraih kunci mobil. Hari ini, dia berencana mau menjemput Safiyya. Anesya berjalan ringan. Dia tak tahu jika para sindikat itu sudah melepaskan Ameera dan membawa kabur uang-uangnya. Foto itu hanya sebuah foto kecelakaan lalu lintas yang para sindikat itu kirim, korbannya entah siapa. “Kam
[Target sudah kami amankan, Nyonya! Tolong kirim pelunasannya!] Anesya tersenyum ketika membaca sederet kalimat itu. Lalu tampak foto seorang perempuan dengan lengan terikat dan foto tahi lalat pada punggungnya. Meskipun tak terlihat jelas wajah itu, tetapi Anesya cukup puas. [Oke, habisi! Jangan sampai suamiku bisa menemukannya!] Anesya cepat mengirim pesan itu. Senyum pada bibirnya tersungging. Tak rugi dia membayar mahal para sindikat itu. Rupanya, mereka bekerja jauh lebih hebat dari pada yang dia perkirakan. [Perjanjiannya, pelunasan dulu, Nyonya! Setelah itu baru action!] Pesan masuk, kembali diterima.Anesya menghela napas kasar. Dia pun mau tak mau bergegas mengirimkan uang. Sejumlah nominal yang cukup besar dia gelontorkan. Tak apa, yang penting langkah pertama sudah dijalankan.Andaipun langkah ini tak berhasil. Dia sudah mengantisipasinya dengan mendekati Gavin. Bukankah mudah saja, tinggal buat semua hasil test DNA untuk peserta sayembara terpilih digagalkan. Jika Gavin
"Gavin, tunggu! Saya mau bicara!" Sepasang mata Elang Gavin menatap Anesya. “Ya, Nyonya?” Gavin membungkuk hormat. Seperti apapun hubungan Anesya dengan Tuan Rivaldo. Perempuan itu tetaplah istri dari majikannya. “Ini hal yang sangat penting! Bisa ikut saya!” tutur Anesya sambil menatap wajah Gavin. “Baik, Nyonya!” Gavin pun mengikuti langkah Anesya yang menuju ke sebuah ruangan. Rupanya tujuannya adalah ruang baca. Kini keduanya sudah berdiri di antara deretan rak buku yang berjajar di sana. Anesya pun memulai kalimatnya. Gavin hanya terdiam dan mendengarkan dengan seksama.*** Ameera dan Sasha beriringan turun dari mobil bus warga baru. Gerah terasa menjalar ke seluruh badan. Meskipun tadi Ameera memandu pemain golf menggunakan golfcar tetap saja mengitari lapangan yang luasnya berhektar-hektar itu melelahkan. “Makan apa, Ra?” Sasha mengedarkan pandangan. Turun dari bus jemputan, selalu disuguhkan beragam pilihan makanan angkringan. “Hmmm … pecel ayam saja, Sha.” Sepasang ne
“Ardi! Kamu mama besarkan dengan baik! Kamu mama kuliahkan di tempat mahal! Kerjaan sudah mapan! Tiba-tiba kamu maksa mama suruh nerima gadis yatim piatu yang gak jelas asal-usulnya ini jadi menantu! Tanpa kamu tanya pun, harusnya kamu tahu apa jawaban mama?!” ketus perempuan dengan sanggul tinggi itu. Ameera yang malam ini diundang Ardi untuk makan malam, merasa tiba-tiba begitu kerdil. Apalagi adik dan Kakak Ardi menatapnya dengan pandangan remeh. “Ameera gadis baik, Ma! Tolong kasih kesempatan!” Ameera masih teringat jelas, suara Ardi bergetar. “Kasih kesempatan? Jangan mimpi!” Perempuan yang tadi dikenalkan sebagai kakanya Ardi menyeringai, lalu berdiri dan melempar sendok ke meja. “Jadi rusak selera makan, Mbak. Gara-gara kamu, Di!” tuturnya.“Iya, bener!” timpal adiknya.“Malas banget!” sambungnya lagi. Lalu, satu per satu mereka pergi meninggalkan meja makan, termasuk orang tua Ardi sendiri. Ameera yang masih mematung bersisian dengan Ardi mengelus dada. Hatinya terasa remu
“Ardi! Kamu mama besarkan dengan baik! Kamu mama kuliahkan di tempat mahal! Kerjaan sudah mapan! Tiba-tiba kamu maksa mama suruh nerima gadis yatim piatu yang gak jelas asal-usulnya ini jadi menantu! Tanpa kamu tanya pun, harusnya kamu tahu apa jawaban mama?!” ketus perempuan dengan sanggul tinggi itu. Ameera yang malam ini diundang Ardi untuk makan malam, merasa tiba-tiba begitu kerdil. Apalagi adik dan Kakak Ardi menatapnya dengan pandangan remeh. “Ameera gadis baik, Ma! Tolong kasih kesempatan!” Ameera masih teringat jelas, suara Ardi bergetar. “Kasih kesempatan? Jangan mimpi!” Perempuan yang tadi dikenalkan sebagai kakanya Ardi menyeringai, lalu berdiri dan melempar sendok ke meja. “Jadi rusak selera makan, Mbak. Gara-gara kamu, Di!” tuturnya.“Iya, bener!” timpal adiknya.“Malas banget!” sambungnya lagi. Lalu, satu per satu mereka pergi meninggalkan meja makan, termasuk orang tua Ardi sendiri. Ameera yang masih mematung bersisian dengan Ardi mengelus dada. Hatinya terasa remu
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen