Jeruji Tanah Anarki

Jeruji Tanah Anarki

last updateLast Updated : 2024-05-30
By:  Maula Faza  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
9 ratings. 9 reviews
93Chapters
8.3Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Setelah kekacauan parah akibat peperangan dengan perompak bajak laut, Zanwan yang primitif membuka diri; berbaur dengan peradaban luar. Beberapa sistem diterapkan, sekolah dibangun, penduduk diajarkan bela diri & pengetahuan guna melindungi desa dan pulau mereka yang berharga. Namun semua tak secerah bayangan harapan kebanyakan penduduk, tersebab Zanwan memilih tetap bersembunyi dalam gelapnya. Ibarat malam yang semakin larut, Zanwan bangkit dengan segala sisi kelamnya. Perintah tanpa tapi dan hukuman tanpa kecuali menunggu siapapun yang melanggar aturan. “Aku yakin ... bumi yang kita pijak ini akan menemukan pelanginya. Kehidupan tanpa ancaman, bahagia tanpa ada pedih tersembunyi.” Shaw berujar suatu hari, menikmati akhir malam di ujung tebing bukit batu timur bersama Bailey. “Dan kau adalah titik balik dari semuanya. Harapan Zanwan, poros akan semua cahaya. Kelak, kau akan menjadi pemimpin yang dihormati dan disegani. Kesetiaan dan kasih sayang yang tulus dari semua penduduk akan memelukmu. Zanwan akan mencapai kejayaannya yang paling bersinar di bawah kepemimpinanmu,” tutur Shaw, menatap penuh keyakinan pada sang pewaris takhta Zanwan. Dengan senyum hangat ia kembali berujar, “Aku akan membantumu untuk mewujudkan itu. Mimpiku dan mimpimu. Selama napas ada dalam ragaku, dan selama aku mampu ... takkan kubiarkan kegelapan menggenggammu.” “Maka tetaplah bersamaku, tetaplah di sisiku.” Singkat Bailey berucap, namun tersirat berjuta makna yang dalam. Pagi itu, di ujung tebing bukit batu timur, persahabatan mereka bermula. Dua anak lelaki yang tidak sabar menanti mentari pagi menyinari Zanwan. Akankah mimpi keduanya terwujud? Ketika semesta semakin senang bermain dan bercanda, tanpa peduli luka, tanpa peduli air mata. Akankah sanubari penuh tekad dan sukma penuh keberanian itu mempertahankan keyakinan dan membuat keduanya tetap pada langkah meraih tujuan? Ketika takdir lagi dan lagi menempatkan mereka pada titik rapuh yang menyedihkan. Karena bagaimana pun, keduanya tetaplah anak-anak dengan segala keterbatasannya. Tak ubahnya kertas putih yang masih rapi nan bersih, lugu dengan mimpinya yang sederhana. Silakan dibaca.

View More

Latest chapter

Free Preview

Rencana Gila

"Kau yakin dengan keputusanmu, Shaw? Aku hanya mengajak, tidak memaksa." Seorang remaja tengah fokus merapikan barang-barang yang akan dibawa, menyusunnya rapi ke dalam tas."Hum!" Shaw mengangguk mantap."Baiklah. Tapi ingat yang kukatakan! Segera pergi begitu aku naik helikopter. Atau, setidaknya segera pergi begitu helikopter mengudara. Mengerti?" Daniel menoleh, bertanya lagi. Masih terlihat guratan ragu padanya, mengingat rencananya ini sangat beresiko. Shaw mengangguk kembali."Kita akan menyusuri perbatasan distrik Aloclya dan distrik Acilav di sisi barat. Sekolah, jembatan, rumah sakit, beberapa rumah makan dan rumah penduduk masih dalam tahap perbaikan di dekat perbatasan itu. Jadi, orang lain yang tidak berkepentingan dilarang untuk ke sana ... dan di sana akan sepi saat malam hari. Hanya beberapa pengawal yang berjaga." Daniel menjelaskan hati-hati. "Kau tahu, 'kan, resikonya? Jadi, sekali lagi aku bertanya pa

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Tiger
semangat pemuda yang tidak terduga
2022-02-27 22:33:02
1
user avatar
Lunetha Lu
Semagat authorrr, lanjut up~
2021-12-29 21:38:32
1
user avatar
Maula Faza
Berikutnya, "Game Begin" Sudah lihat beberapa kali, tapi baru petang tadi klik bukunya (≡^∇^≡) Ini tentang game, survival. Genrenya--menurut saya, thriller, mystery, horror, ada science dan romance juga (belum tahu seberapa detail karena belum baca semua bab). Recommend!
2021-09-12 23:24:27
4
user avatar
Maula Faza
Anoo ... maaf .... 3 mingguan ini saya lagi kurang fit, naik turun fitnya sama ada lebih fokus ke rl dulu, jadi update babnya juga naik turun (ᗒᗩᗕ) Tapi diusahakan up kalau bisa, dan diusahakan konsisten lagi, gak libur lama (ᗒᗩᗕ) Terima kasih (๑˃̵ ᴗ ˂̵)و
2021-08-29 21:09:16
4
user avatar
Jajaka
semangat terus kak ( ╹▽╹ )
2021-08-29 15:32:06
36
user avatar
Maula Faza
Kalau misal koinnya kebanyakan, nanti bisa dipotong lagi babnya. jadi yang biasanya 3,000 kata itu 2 bab, bisa dipotong dijadikan 3 bab. Biar koin yang dipakainya ngga banyak per babnya.
2021-08-22 14:09:34
5
user avatar
Maula Faza
Mau tanya buat yang sudah buka bab terkunci. Di sini kan sejauh ini per babnya yang dikunci kurang lebih 1,500 - 1,600 kata. Nah, untuk membuka satu bab di sini itu habis berapa koin?
2021-08-22 14:06:55
5
user avatar
Mocha Latte
Terus semangat nulisnya, kak Author. Saya masuk dalam library dulu ya. Malam baru baca......
2021-08-21 10:45:34
2
user avatar
Maula Faza
In need of krisan (。>_<。) Silakan yang mau eksekusi ceritanya, bedah sampai ke akar-akarnya ............ Kritik, saran, dan masukan sangat diterima! *˙︶˙*)ノ Yang mau share buku kalian untuk saya baca juga boleh :> Mari minum teh dulu! Nih ambil ( っ'-')╮ =͟͟͞͞...
2021-07-27 11:32:08
1
93 Chapters

Rencana Gila

"Kau yakin dengan keputusanmu, Shaw? Aku hanya mengajak, tidak memaksa." Seorang remaja tengah fokus merapikan barang-barang yang akan dibawa, menyusunnya rapi ke dalam tas. "Hum!" Shaw mengangguk mantap. "Baiklah. Tapi ingat yang kukatakan! Segera pergi begitu aku naik helikopter. Atau, setidaknya segera pergi begitu helikopter mengudara. Mengerti?" Daniel menoleh, bertanya lagi. Masih terlihat guratan ragu padanya, mengingat rencananya ini sangat beresiko. Shaw mengangguk kembali. "Kita akan menyusuri perbatasan distrik Aloclya dan distrik Acilav di sisi barat. Sekolah, jembatan, rumah sakit, beberapa rumah makan dan rumah penduduk masih dalam tahap perbaikan di dekat perbatasan itu. Jadi, orang lain yang tidak berkepentingan dilarang untuk ke sana ... dan di sana akan sepi saat malam hari. Hanya beberapa pengawal yang berjaga." Daniel menjelaskan hati-hati. "Kau tahu, 'kan, resikonya? Jadi, sekali lagi aku bertanya pa
Read more

Impresif

"Jika resiko tertangkap adalah seperti yang kau ceritakan, maka anak itu akan berada dalam masalah serius. Dia antara bodoh dan keren, menyerah hidup atau memiliki ide gila." Seseorang yang tadi menghampiri Daniel bersuara. Dari kursi depan di samping pilot, ia terus memperhatikan Shaw.Daniel diam tak mengatakan apapun. Mulutnya seakan terkunci melihat Shaw membalasnya dengan bahasa isyarat, "Aku tak akan lari. Aku tidak pantas dan tidak akan pernah mampu menjadi penakluk Zanwan jika aku lari." Lalu kembali menautkan tangan di belakang. "Apa yang kau lakukan, Bocah?!" Pekik tegas penuh amarah terdengar jelas dari arah belakang. Matanya memicing ke atas; menatap helikopter. Shaw berbalik, menatap tenang lima jagawana yang menghampirinya."Siapa yang di sana itu?" tanya ketua tim jagawana itu, masih memicingkan mata menatap helikopter yang terus menjauh. Tak mendapat jawaban, sang ketua menoleh pada Shaw. "Dan siapa namamu?"Shaw mengerjapkan mata, m
Read more

Hukum Zanwan

Note : Mulai dari bab ini ... mengandung unsur kekerasan, luka, dan darah! Mohon sikapi dengan bijak, yaa~!(๑˃̵ ᴗ ˂̵)و Kalau tidak, tulis komen minimal 30 kata!( ̄へ  ̄)   »»————>‧✧༺♡♡♡༻✧<————««     Ctash! Suara cambukan memenuhi ruangan rustic itu, diiringi isak tangis pilu wanita paruh baya di sana; nenek Shaw. Pagi buta, seorang penduduk memberitahu kakek Shaw yang sedang memotong kayu di belakang rumah bahwa Shaw ditangkap dan dibawa ke dungeon, sedang nenek Shaw tengah memotong sayuran di ranjang kayu dekat pintu. Setelah mengunci pintu, kakek dan nenek bergegas pergi ke dungeon. Ctash! "Kenakalan apa lagi yang kau lakukan, hah?" Pria bertubuh tegap melangkah mendekat
Read more

Sedekat itukah?

Bailey mengabaikannya. Yang ada dipikirannya saat ini adalah cepat keluar dari dungeon."Hukum Zanwan, memang, tegas. Namun juga keterlaluan!" Seorang dari jeruji lain menimpali. Bailey terus berjalan tanpa menoleh ke kanan kiri."Mau bagaimana lagi? Memasukkan toleransi dan sedikit hati ke dalam hukum Zanwan bagaikan mengharap oasis di tengah padang pasir." Lagi, seorang pria bersua dari balik jeruji yang baru saja dilalui Bailey, Shaw, kakek dan nenek."Benar. Itupun jika mungkin. Para cecunguk itu tentu tak akan tinggal diam," timpal tahanan yang lain.Semua tahanan di lorong ini adalah lelaki. Sel jeruji bagi perempuan terpisah; guna mencegah hal yang tidak diinginkan. Ada juga penjaga dan pengawal wanita, tetapi jumlahnya masih sebatas hitungan jari. Sedikit sekali.Lagi, Bailey mengeratkan pegangan tangannya, menaiki tangga dengan hati-hati. Kakek Shaw kembali berjalan ke depan
Read more

Berseteru

Suara kekehan lolos dari bibir Shaw. Membuat Bailey, Edvard, dan Spencer menoleh. Gracie yang baru kembali dari ruang tamu menatap Shaw dengan terharu. Ia mendekat; membantu Shaw yang berusaha duduk."Kau bilang kau punya uang?" tanya Shaw. Menatap Bailey yang dibalas anggukan sang tuan muda.Lagi, Shaw terkekeh. Menampilkan sedikit deretan gigi putihnya."Kalau uang yang kau maksud itu adalah pemberian dari ayah atau keluargamu yang lain, kerabatmu, petinggi desa atau lainnya, maka urungkan niatmu. Bagimu itu uangmu, tapi bagiku itu bukan uangmu.""Kenapa?" Bailey menatap polos penuh tanya."Semua uang itu, bisa saja menjadi pemicu ... bahan bakar masalah di kemudian hari, dan kau mungkin saja akan tersudutkan. Aku tidak ingin ada resiko, perintah atau hukuman yang tidak berdaya untuk ditentang ketika kita seharusnya mampu melakukannya." Shaw menjelaskan."Aku mengerti. Kalau begitu aku akan bekerja dan menghasilkan uangku sendiri." Bailey me
Read more

Peringatan

 Bailey berdecak."Ketahuilah, Ayah ... kebenaran adalah kebenaran. Tak ada seorangpun yang dapat membendung ketika kebenaran sudah tiba pada waktu untuk menunjukkan dirinya. Ayah tidak tahu, 'kan, apa yang sebenarnya diinginkan dan diharapkan penduduk Zanwan?" tanya Bailey seraya menatap lekat Ascal. Berharap ayahnya itu akan memahami maksud dari perkataan juga sorot matanya."Zaman sudah berubah. Aku menginginkan kebebasan sebagaimana orang lain menginginkannya." Suaranya lebih tenang kali ini.Sejenak Bailey menghela napas, mengalihkan pandangan; menatap roti di piring, lalu melanjutkan, "Akan kupikul beban berat di pundak Ayah. Aku ... Aku tak keberatan untuk menggantikan Ayah nantinya, meneruskan tahta Ayah seperti yang seharusnya. Aku tak keberatan mengorbankan hidupku untuk Zanwan, melupakan semua mimpi menjelajah dunia luar dan mengabdi pada Zanwan. Tapi--"Lagi, Bailey mengh
Read more

Lilin merah

 "Tidurlah dengan nyenyak ...." ucap Spencer lirih. Mengusap lembut kepala Shaw.Perapian di dapur sudah dinyalakan. Berat Spencer dan Gracie melajukan tungkai ke kamar, meninggalkan Shaw terbaring sendiri; bermalam di ranjang kayu di dapur, tanpa selimut. Bukan tak ada, hanya saja tak bisa dipakai sesuai fungsinya. Luka di punggung Shaw belum pulih.Derit pintu terdengar, menandakan Spencer dan Gracie sudah masuk ke ruang peristirahatan mereka. Perlahan Shaw membuka mata, mengerjap tak bersuara. Otak dan batinnya mulai kembali riuh. Kalbu merapal pelajaran yang disampaikan Bailey petang tadi."𝘛𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 𝘱𝘦𝘯𝘺𝘢𝘬𝘪𝘵 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘢𝘬 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘥𝘪𝘴𝘦𝘮𝘣𝘶𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘤𝘶𝘢𝘭𝘪 𝘬𝘦𝘮𝘢𝘭𝘢𝘴𝘢𝘯. 𝘛𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 𝘰𝘣𝘢𝘵 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘢𝘬 𝘣𝘦𝘳𝘨𝘶𝘯𝘢 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘪𝘯 𝘬𝘶𝘳𝘢𝘯𝘨𝘯𝘺𝘢 𝘱𝘦𝘯𝘨𝘦𝘵𝘢𝘩𝘶𝘢𝘯." Hanya sebuah kata mutiara dari Ibnu Sina, yang Bailey hafalkan dari buku yang
Read more

Menyusun rencana

 "Penjagaan di selatan lebih ketat ... aku tidak mungkin ke sana. Tapi jalan yang kulewati kemarin lalu bersama Kak Daniel pun tidak bisa kulewati lagi ... penjagaannya pasti ditambah." Mulutnya bergerak, bersahutan dengan pikirannya.".... Hilir sungai perbatasan di barat lebih mudah dicapai, tapi membutuhkan waktu lebih lama. Dan tentu penjagaannya pasti ditambah juga."Shaw menegakkan diri; melipat tangan, mengetuk-ngetuk pelan hidungnya dengan jari telunjuk tangan kanan. Pandangannya masih terarah pada peta, mencari celah sembari otaknya memikirkan cara terbaik untuk sampai ke pesisir dan kembali tanpa ketahuan; secepat mungkin. Sesekali meringis ia, merasakan gelenyar perih di punggungnya.Beberapa hari beristirahat total dengan makan dan obat teratur membuat lukanya berangsur membaik dengan cepat, namun belum bisa dikatakan sembuh 50%."Aha!" Shaw mengangkat jari telunjuk tangan kanannya. Matanya melebar cerah menanggapi ide yang terlin
Read more

Jika kau mati 5 menit setelah ini....

 "Baiklah, apa saja yang perlu kubawa untuk nanti?" Shaw bertanya pada dirinya sendiri. Melangkah lebar-lebar dengan riang dan semangat menuju kamar."Sepertinya aku harus mencatatnya dulu," ucapnya. Menghampiri meja dan meraih buku catatan. Namun tangannya terhenti saat matanya menatap sesuatu yang tidak asing. Tas pemberian Daniel!Mata Shaw membulat. Diraih lalu dirabanya tas yang terpampang di hadapan. Dicek pula isinya. Lalu dimiringkan ke depan, kiri, kanan, belakang. Memastikan itu adalah tas yang sama."Ini tas dari Kak Daniel!" ujarnya dengan nada tidak percaya."Tapi bagaimana bisa ada di sini? Siapa yang membawanya ke sini?" tanyanya. Mengangkat kepala melihat ke jendela yang tertutup. Keningnya berkerut."Aku." Sebuah suara muncul dari belakang. Shaw membalik badan; menatap waspada namun juga penuh tanda tanya pada sosok misterius yang bersandar pada lemari."Siapa?" tanya Shaw penasaran.Sosok itu maju bebera
Read more

Tuan, Anda berdarah!

 'Tetap pergi atau batalkan?' Gundah Shaw dalam hati. Tujuan utama pergi mencari panasea dan mengajak Bold adalah agar bisa kembali ke barat daya dan mengambil tas pemberian Daniel, tapi sekarang tas itu sudah kembali padanya."Jadi, kalian akan langsung pergi?" Spencer meletakkan sebuah keranjang penuh apel merah yang sudah dicuci. Ia masukkan apel itu ke dalam dua wadah."Benar, Kek. Kami akan langsung pergi ... biar tidak kesorean nanti pulangnya, soalnya ini sudah mau siang." Shaw menjawab. Merapikan pakaiannya. 'Pergi sajalah ... aku sudah terlanjur bilang, Bailey pun pasti sudah mengatakan itu pada orangtuanya.'"Ya sudah, berhati-hatilah. Ini ada apel yang sudah masak. Kakek memetiknya pagi-pagi sekali hari ini," ujar Spencer. Memberikan sekantung apel merah pada Bailey dan Edvard."Terima kasih, Kek." jawab Bailey dan Edvard.Kuda berpacu menjauh, membelah jenggala. Menuju distrik Aloclya.Shaw menengok ke arah kiri saat s
Read more
DMCA.com Protection Status