Melukis itu menyenangkan. Selain untuk keindahan, kita juga bisa menuangkan segala perasaan kita disitu, dari kesedihan, kehilangan, rasa sakit, cinta, dan banyak lainnya ke dalam sebuah karya. Raina adalah gadis yang ramah, cantik, suka dengan melukis, dan ia menyukai Nio, kakak kelas nya di SMA. Tian, ia adalah sahabat Raina dari kecil, ia juga suka dengan melukis, dan tentunya ia juga menyukai Raina secara diam-diam.
View MoreHalo semua!! Pertama saya ingin meminta maaf kepada semua pembaca, dikarenakan sudah cukup lama saya belum memposting bab baru. Tentu penyebab utamanya karena saya sedang banyak kesibukan, dan kondisi tubuh terkadang menjadi kurang sehat, jadi belum sempat untuk melanjutkan cerita. Kedua, saya ingin berterima kasih kepada semua yang sudah membaca cerita saya, dan setia menunggu setiap bab baru (walaupun jadwal saya memposting sangat tidak teratur). Setelah kesibukan ini, saya akan berusaha melanjutkan cerita dengan baik, dan menyajikannya kepada para pembaca. Terakhir, untuk semuanya jangan lupa untuk selalu menjaga kesehatan, dan tidur yang cukup. Nantikan bab-bab yang akan tersedia selanjutnya ya~! Terima kasih banyak :)
Raina sampai di rumahnya lima menit sebelum pukul enam. "Ra, makasih ya udah mau jalan-jalan sama aku." "Iya, sama-sama kak. Makasih juga udah ngajak aku." "Yaudah aku pulang dulu ya, kamu masuk gih, bersih-bersih terus istirahat." Nio tersenyum. "Iya, hati-hati ya kak nyetirnya." Raina juga tersenyum. Nio melajukan motor nya, dan Raina pun segera masuk ke dalam rumahnya, ia membuka pintu perlahan, lalu berjalan melewati ruang tamu, disana tidak ada siapa pun. Ia memasuki ruang keluarga, terlihat adiknya yang sedang menonton televisi, Aruma. "Rum, yang lain dimana?" Raina bertanya pada adiknya, tapi tidak ada jawaban dari gadis itu, ia tetap asik dengan televisinya, seolah-olah tidak ada yang mengajak nya berbicara. "Aruma, jawab dong, kamu denger nggak sih." Raina terlihat sedikit jengkel, ia akhirnya menaiki anak tangga dan pergi ke kamarnya. Raina sudah selesai mandi, ia merebahkan badan
Pagi ini, ketika ayam mulai berkokok, dan burung-burung bernyanyi dengan riang, cahaya matahari pagi yang baru saja terbit masuk ke dalam kamar Raina, melalui celah-celah yang ada pada jendela, udara pagi yang sangat menyenangkan. Raina sudah bangun sejak pagi tadi, ia tidak bisa tidur dengan nyenyak, karena itu ia memutuskan untuk bangun dan tidak melanjutkan tidur nya. Sekarang Raina sedang duduk di sofa lantai kesukaan nya yang berwarna coklat, ia termenung beberapa saat dan memutuskan untuk melukis sejenak sebelum memulai rutinitas pagi nya.Sebelum melukis, ia mencari posisi ternyaman dan mengarahkan sofa nya untuk menyampingi jendela, agar cahaya matahari dapat menerangi dari sisi kiri nya dan ia bisa merasakan kehangatan dari cahaya itu. Raina ingin melukis untuk meluapkan segala perasaannya sekarang, perasaan yang bercampur aduk. Perlahan ia mulai memberi warna dan menuangkan satu persatu perasaannya ke dalam kanvas kecil itu. Sekarang jam menunjukkan pukul enam kuran
"Ian gue mau cerita." Raina menghentikan makan nya, ia terlihat bersemangat. "Yaudah cerita aja." Tian mengambil sesendok nasi dan menyuapkan ke mulut nya. "Soal kemarin gue jalan sama kak Nio." Raina menatap wajah Tian, yang ditatap terlihat tidak antusias untuk mendengarkan. Saat berbicara Raina memang lebih nyaman untuk melihat wajah lawan bicara nya, fakta itu tentu diketahui oleh Tian, tetapi ia malas untuk mendengarkan hal yang berhubungan dengan Nio. "Tian Pramana Putra liat ke arah gue dong." Raina menggoyangkan lengan kiri Tian, karena Tian masih asyik dengan makanannya. " Iya iya, ayo cerita sekarang." Tian yang melihat Raina mulai kesal, mengalihkan pandangan dari makanannya menjadi ke arah lawan bicara nya itu, lalu ia menempatkan kedua tangannya di bawah dagu. "Jadi habis pulang dari kelas lukis, dia beneran ngajak gue jalan dong, kita nonton bioskop, makan berdua, dan.... dia minta nomor telepon gu
Pagi hari setelah bangun tidur, Raina duduk dan menyandarkan tubuhnya di sandaran kasur, lalu ia mengambil gelas berisikan air di meja sebelah kiri kasur. Setelah minum, ia melakukan sedikit peregangan, beranjak dari kasur, lalu membuka jendela dan menghirup udara segar sebentar. Itu semua adalah rutinitas pagi Raina sebelum ia keluar kamar tidur nya di pagi hari. Raina menuruni anak tangga, ia segera berjalan menuju dapur untuk membantu mama nya memasak, menu hari ini cukup mudah yaitu nasi goreng daging sapi dengan telur orak-arik dan juga jus melon tanpa gula ataupun pemanis apapun. “Mah hari ini aku izin ya mau ke pameran.” Raina sedang membuat telur orak-arik. “Ke pameran apa kak, lukisan? sama siapa?” Mama menuturkan pertanyaan. “Iya pameran lukisan, sama Tian boleh kan mah?” Raina beralih menatap wajah mamahnya. “Mama sih boleh aja asalkan kamu tahu waktu, izin sama papa juga nanti ya.”
Hari sabtu pagi Raina pergi ke sekolah untuk ikut kelas melukis, bakat melukisnya itu sudah ada sedari ia duduk di Sekolah Dasar, ia pun juga sudah mengikuti berbagai perlombaan, ia bercita-cita untuk menjadi seorang pelukis. Sebelum ke sekolah ia bertemu dengan seseorang terlebih dahulu di cafe dengan mengendarai sepeda motor nya. Ia memasuki cafe dan melihat seorang pria melambaikan tangan, pria itu adalah teman sekolah sekaligus sahbatnya yang juga mengikuti kelas melukis, ia mengenakan kemeja lengan pendek berwarna hitam dan celana panjang denim. “Tian kok baju lo mirip sama gue, ngikutin ya.” Raina yang juga mengenakan kemeja hitam tetapi lengan panjang dan celana panjang denim. “Lo kali yang ngikutin gue, udah duduk cepetan.” Tian menyuruhnya. “Iya ini
Hari sabtu pagi Raina pergi ke sekolah untuk ikut kelas melukis, bakat melukisnya itu sudah ada sedari ia duduk di Sekolah Dasar, ia pun juga sudah mengikuti berbagai perlombaan, ia bercita-cita untuk menjadi seorang pelukis. Sebelum ke sekolah ia bertemu dengan seseorang terlebih dahulu di cafe dengan mengendarai sepeda motor nya. Ia memasuki cafe dan melihat seorang pria melambaikan tangan, pria itu adalah teman sekolah sekaligus sahbatnya yang juga mengikuti kelas melukis, ia mengenakan kemeja lengan pendek berwarna hitam dan celana panjang denim. “Tian kok baju lo mirip sama gue, ngikutin ya.” Raina yang juga mengenakan kemeja hitam tetapi lengan panjang dan celana panjang denim. “Lo kali yang ngikutin gue, udah duduk cepetan.” Tian menyuruhnya. “Iya ini ...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments