Lamaran untuk Bayi Tak Bernasab

Lamaran untuk Bayi Tak Bernasab

last updateLast Updated : 2023-02-17
By:  DuartaCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 rating. 1 review
91Chapters
4.5Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

Bak jatuh tertimpa tangga, kehidupan Anindia Pramastri tiba-tiba berubah 180 derajat. Wanita itu dijebak oleh rekan kerjanya hingga mengandung bayi kembar seorang diri. Ia ke sana ke mari mencari pekerjaan demi menyambung hidupnya bersama bayi di dalam kandungan. Sebuah insiden menimpanya, membuat Anin harus melahirkan bayi secara prematur. Tak hanya itu, salah satu bayinya juga mengidap sakit berbahaya dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Bak ksatria berkuda hitam, datanglah seorang pria yang menolongnya menawarkan bentuk kerja sama yang saling menguntungkan. Akankan Anin yang berada di ambang kegelisahan mempertahankan prinsipnya, atau menyelematkan nyawa bayinya?

View More

Chapter 1

Cuma Minum?

“Kasian ya mbak, dedeknya diajak ikut panas-panasan begini. Ke mana suaminya?” tutur salah seorang peserta job fair dengan sorot mata dan nada bicara yang mengejek. 

Sejak kedatangannya di tempat itu beberapa saat yang lalu, semua orang berfokus pada perutnya yang membuncit. Anin sadar betul akan hal itu, ia sudah berusaha menutupinya sayangnya tak berdampak banyak.

Kini Anin harus membiasakan diri untuk menerima tatapan sinis orang-orang terhadapnya juga mendengar kalimat sindiran. Seperti sekarang ini, ia mendengar seseorang menyebut kata ‘bunting nganggur.’

“Ayo, Nin. Masa udah jauh-jauh datang ke sini lo cuma minum air putih doang? Cobain nih, aman kok.” 

Ucapan terakhir yang ada di memori Anin sebelum dirinya terbangun di dalam kamar hotel tanpa mengenakan sehelai benang pun di tubuhnya. Jika saja malam itu ia tak menuruti permintaan temannya untuk datang ke acara ulang tahun tersebut, tentu nasibnya tak akan senaas ini. Ia tak akan hamil tanpa suami dan diberhentikan secara tidak hormat dari tempat kerjanya.

“Lihat deh, hamil besar gitu bukannya istirahat malah sempet-sempetnya ikutan job fair yang ramai begini. Gak kasihan apa, dengan bayinya sendiri?”

Belum selesai dengan sindiran tadi, kini terdengar kembali bisikan-bisikan dari wanita yang sedang duduk di seberangnya. Anin yakin sindiran itu ditujukan untuknya, karena dia satu-satunya pelamar yang sedang hamil. 

Ia pura-pura tidak mendengar, mencoba tetap tersenyum meskipun hatinya terasa panas. Anin tak bermaksud menyakiti buah hatinya, ia hanya berusaha untuk mendapatkan kehidupannya lagi. Keinginan terbesarnya adalah kembali memiliki penghasilan seperti sebelum ia berbadan dua.

Sebelumnya, Anin sudah mencari pekerjaan ke sana-sini, sayangnya semua lamaran Anin diabaikan atau ditolak mentah-mentah dengan alasan wanita itu tengah mengandung. 

[LOWONGAN PEKERJAAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR] 

Sambil  berusaha mengabaikan tatapan-tatapan sinis yang tertuju padanya. Anin mencoba fokus ke tujuannya datang ke job fair ini, dan akhirnya menemukan sebuah lowongan pekerjaan yang sesuai dengan pengalamannya. 

Netranya berbinar kala ia melihat bukan hanya satu, tapi beberapa perusahaan, dengan lowongan pekerjaan yang dia inginkan dan selaras dengan yang tertulis di CVnya.

“Mudah-mudahan ini rezeki kita ya, Nak,” ujarnya berharap sambil mengelus perutnya yang membesar.

Dengan percaya diri, Anin ikut mengantri di barisan pelamar yang akan mendaftar di perusahaan tersebut. Satu persatu maju ke depan untuk melakukan wawancara. Menurutnya, tidak ada pertanyaan yang sulit, pertanyaan yang dilontarkan oleh staff perusahaan cenderung umum.

Hal tersebut membuat Anin semakin yakin jika ia memiliki kesempatan untuk bekerja di sana. Setelah menunggu cukup lama, kini tibalah giliran Anin. Kedua staff tersebut sibuk memandangnya dari ujung rambut hingga ujung kakinya. Karena terus ditatap oleh dua orang tersebut, Anin pun mengoreksi penampilannya.

Rambut panjang tidak diikat, wajah polos tanpa make up, baju sedikit kusut, perut menonjol, celana hitam yang tampak kekecilan serta flat shoes murah kesayangannya. Penampilannya berbanding terbalik dengan pelamar lainnya. Meski begitu, ia tetap yakin bisa  diterima kerja di perusahaan tersebut.

“Silakan duduk,” ujar salah satu dari mereka yang tak enak hati karena membuat Anin berdiri lama. Anin menurut, ia duduk di kursi yang sudah disediakan, selanjutnya ia menyerahkan amplop coklat berisi data dirinya.

“Mbak, yakin mau melamar di perusahaan kami? Apalagi dengan kondisi Mbak yang lagi hamil begitu,” ujar salah satu staff yang mengomentarinya bahkan tanpa melihat berkas-berkas yang terisi dengan berbagai pengalaman kerjanya.  

“Saya yakin, Pak. Saya akan berusaha semaksimal mungkin. Meskipun saya memang sedang mengandung, tapi saya sudah cukup berpengalaman, dan masih bisa bertanggung jawab atas pekerjaan saya” jawab Anin, masih berusaha menunjukkan kepada dua orang di hadapannya bahwa kehamilannya tidak akan menjadikan hambatan untuk dirinya mencari nafkah.

“Oh, begitu. Tapi, pekerjaan di perusahaan kami juga cukup berat, Mbak. Selain ada target, Mbak juga harus siap dinas ke luar kota,” ujar staff yang lain menimpali.

“Saya akan melakukan semua kewajiban saya, Pak. Saya berjanji akan bekerja keras sehingga tidak mengecewakan perusahaan.” 

Mendengar jawaban Anin, kedua staff perusahaan itu hanya mengangguk pelan dengan ekspresi datar sambil  menumpuk surat lamaran Anin di atas meja. Mereka mempersilakan perempuan muda itu untuk meninggalkan tempatnya. Anin lantas berdiri, di dalam tasnya masih ada beberapa amplop coklat yang dia siapkan untuk mendaftar ke perusahaan lain. Ia duduk di luar ruangan, menunggu hasil wawancara yang baru saja dia lakukan.

Ia keluar dengan rasa percaya diri, tak gentar dengan, para pelamar perempuan yang berpenampilan lebih baik darinya. “Sepertinya aku menang pengalaman,” pikirnya. Anin memang tidak memiliki ijazah sarjana karena dirinya berhenti kuliah. Dengan ilmu yang sedikit itu, ia memutuskan untuk berani bersaing dengan mereka semua.

“Atas nama Mbak Anindia Paramastri” Seorang wanita berpakaian putih dan hitam kembali memanggilnya untuk masuk kembali. Anin merasa gugup, penasaran dengan hasil wawancara tadi.

Anin kembali duduk di depan staff perekrut pegawai perusahaan manufaktur yang sebelumnya mewawancarainya. Wajahnya menunjukkan raut penuh harap.

“Saya senang bertemu dengan Mbak Anin, Mbak sudah memiliki pengalaman bekerja untuk waktu yang lama. Tetapi, berhubung usia kehamilan mbak sudah mendekati hari kelahiran maka mohon maaf, kami tidak bisa menerima Mbak Anin untuk bekerja di perusahaan kami” tolak staff tersebut dengan bahasa sopan dan jelas. Anin mengangguk paham, ia lantas mengundurkan diri, diambilnya kembali amplop coklat tersebut.

Tak menyerah, Anin kembali mencari perusahaan yang mau mempekerjakan dirinya. Matanya menyipit membaca deretan perusahaan yang sekiranya cocok untuknya. Wajahnya pun kembali berseri setelah menemukan satu perusahaan garment. Kali ini, Anin sangat yakin jika dirinya akan diterima di sana karena perusahaan tersebut tengah mencari pegawai harian. 

Anin segera masuk dalam antrian, kali ini ia bisa bernapas lega. Penampilannya tak jauh berbeda dengan pelamar yang lain. Antrian kali ini lebih panjang daripada sebelumnya, membuat kaki Anin terasa sakit, begitu pula dengan perutnya yang mulai terasa kram.

“Sabar ya Nak, tinggal satu lagi. Habis ini kita istirahat ya,” ujarnya dalam hati, ia mengusap perutnya sekadar menenangkan janinnya. 

Sebenarnya, tak hanya istirahat yang dibutuhkan oleh Anin, tapi juga makanan. Wanita lupa bahwa perutnya belum terisi apapun selain air. Pasalnya sejak semalam, Anin hanya mengganjal perutnya dengan sepotong roti dan sebuah pisang. Mau bagaimana lagi, selama ia belum mendapatkan pekerjaan maka perempuan itu harus bisa menghemat pengeluarannya. 

“Selamat siang, Bu.” sapa Anin kepada staf perwakilan perusahaan tersebut. Seperti yang sudah-sudah, ia memperkenalkan diri kemudian menyerahkan berkas lamarannya. Mereka memeriksa dengan seksama.

“Begini Bu Anindia, karena anda sudah memiliki pengalaman bekerja maka kami menyarankan anda untuk datang langsung ke perusahaan kami,” kata staff tersebut. “Kami akan memberikan surat pengantar.”

“Maksudnya bagaimana ya Bu? Saya langsung diterima kerja?” tanya Anin antusias.

“Untuk pelamar yang sudah memiliki pengalaman bekerja, lebih baik datang langsung ke perusahaan karena akan diadakan interview dan tes tersendiri,” urai staff satu lagi seraya menyerahkan secarik kertas berkop perusahaannya. Anin tersenyum lebar, ini harapan  baru untuknya. Ia segera pamit dari hadapan keduanya, kaki kurusnya melangkah keluar dari gedung dengan cepat.

Tujuannya adalah halte bus, ia tak mempermasalahkan jaraknya yang jauh. Anin tak mau menyia-nyiakan kesempatan yang datang padanya.  Ia masih terus berjalan di bawah terik matahari yang menyengat kulit pucatnya.

Bunyi klakson bus mengejutkan Anin, dengan gerakan lambat wanita berambut sepunggung itu menoleh ke arah belakang.  Anin mempercepat  langkah kakinya, kala ia melihat bus tujuannya semakin dekat ke arah halte.

“Tunggu Pak ... Tunggu ....”

Ia tak mau jika harus tertinggal dan menunggu lebih lama lagi. Yang ada di benaknya adalah segera sampai ke perusahaan tersebut. Karena tak memperhatikan jalan, perempuan itu tersandung sebuah batu, menyebabkan dirinya jatuh membentur aspal yang keras.

“Aduh! Perutku ....”

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

default avatar
Kiyowo Girl
Sukaaaa sekali buku ini... Cuss masuk rak buku jadi favoritku setelah novel punya Kak Qeqe yang Istri pilihan pewaris lumpuh.
2023-02-09 16:22:13
1
91 Chapters
Cuma Minum?
“Kasian ya mbak, dedeknya diajak ikut panas-panasan begini. Ke mana suaminya?” tutur salah seorang peserta job fair dengan sorot mata dan nada bicara yang mengejek. Sejak kedatangannya di tempat itu beberapa saat yang lalu, semua orang berfokus pada perutnya yang membuncit. Anin sadar betul akan hal itu, ia sudah berusaha menutupinya sayangnya tak berdampak banyak.Kini Anin harus membiasakan diri untuk menerima tatapan sinis orang-orang terhadapnya juga mendengar kalimat sindiran. Seperti sekarang ini, ia mendengar seseorang menyebut kata ‘bunting nganggur.’“Ayo, Nin. Masa udah jauh-jauh datang ke sini lo cuma minum air putih doang? Cobain nih, aman kok.” Ucapan terakhir yang ada di memori Anin sebelum dirinya terbangun di dalam kamar hotel tanpa mengenakan sehelai benang pun di tubuhnya. Jika saja malam itu ia tak menuruti permintaan temannya untuk datang ke acara ulang tahun tersebut, tentu nasibnya tak akan senaas ini. Ia tak akan hamil tanpa suami dan diberhentikan secara tida
last updateLast Updated : 2022-12-01
Read more
Obat Bius Anin
“Da- darah ..." ujarnya wanita yang kini terbaring lemah ketika melihat merah darah yang menembus celana hitamnya. Ditambah lagi kepalanya ikut berdenyut, ia hanya menunduk lesu, air mata menetes di pipinya.“Kamu baik-baik saja?” Anin menggerakkan kepalanya ke atas, untuk melihat siapa yang bertanya padanya namun sayang, pandangannya kabur. Detik selanjutnya ia roboh, di atas tangan sang pria yang menghampirinya tadi.***“Suster‼” pekiknya mengalihkan pandangan setiap pengunjung rumah sakit. Mereka tak berkedip menatap pria tampan yang panik menggendong seorang wanita yang terbaring lemah tak sadarkan diri. Lelaki itu membaringkan tubuh anin di atas brankar lalu membantu suster mendorong ke arah ruang gawat darurat.“Pasien akan kami tangani, silakan Bapak mengurus administrasi terlebih dahulu,” ujar seorang perawat kepada pria berjas lengkap itu.Walaupun bingung pria itu tetap mengikuti instruksi perawat tersebut, kaki panjangnya melangkah menuju bagian administrasi. Setibanya d
last updateLast Updated : 2022-12-01
Read more
Dipaksa Menikah
Harris berjalan dengan cepat ke arah Anin yang tergeletak di lantai, tangan kekarnya mengangkat tubuh kurus itu kembali ke atas ranjang. Suster memasang jarum yang terlepas di tangan kiri Anin sedang rekan suster tersebut memanggil dokter, Haris sama sekali tak mengalihkan pandangannya dari Anin. “Bagaimana keadaannya, Dokter?” “Kondisi pasien semakin lemah, kami akan memantau keadaannya lebih intens lagi. Saya harap Bapak lebih mengawasi istri Bapak agar hal serupa tak terjadi kembali,” ujar sang Dokter. Harris menganggukkan kepalanya dengan cepat. Usai mengatakan hal tersebut, dokter dan suster keluar dari ruang rawat kelas VIP itu. Kini tinggal Harris berdua dengan wanita yang terlelap di hadapannya. Harris menatap Anin lekat-lekat, merasa familiar dengan wajah cantik wanita itu. "Mengapa aku merasa pernah bertemu denganmu?" batin Harris sambil memegangi kepalanya yang mulai berdenyut sakit. Perhatian Harris teralih pada ponselnya yang berdering panjang, ia segera meraih gawai
last updateLast Updated : 2022-12-01
Read more
Asi dan Moril?
“Maaf sus tetapi … Pak Haris bu –““Kamu sudah sadar?” potong Harris berdiri di ambang pintu ruangan Anin.Suster itu menunduk dan berjalan menjauhi ranjang Anin, ia melangkahkan kaki keluar membawa nampan berisi obat-obatan. Harris menggeser sedikit tubuhnya memberi ruang agar pekerja medis itu dapat keluar.Setelah kepergian suster itu, Harris berjalan menghampiri ranjang Anin. Ia melihat wanita itu menatapnya dengan tatapan yang tak bisa diartikan. “Ada apa? Apa ada yang salah?”“Tentu.” Anin berkata dengan singkat dan datar.Kerutan halus tercetak di kening pria berjas hitam itu. “Apa?”“Kedatanganmu, maksudnya kenapa kamu datang lagi?”Bukannya menjawab, Harris justru tertawa membuat matanya menyipit. “Rasa kemanusiaan … mungkin.”Anin memutar bola matanya malas. Ia memilih untuk diam dan tak membalas ucapan pria itu, yang Anin lakukan justru mengubah posisi tidurnya, ia memunggungi Harris dan bersikap seolah tak ada pria itu di sana. Karena merasa diabaikan, Harris memilih untuk
last updateLast Updated : 2022-12-01
Read more
Usulan Perjodohan Bodoh
“Mas!” panggilnya sekali lagi. Harris mencoba menetralkan air mukanya. “Mas kok di sini? Mas lagi sakit? Atau mas ke –““Saya tidak papa,” jawab Harris singkat tanpa menatap lawan bicaranya.Wanita yang memakai pakaian seksi dan dandanan menor itu tampak mengerucutkan bibirnya. “Kapan sih mas bisa menerima kehadiran aku di sini? Kita sebentar lagi akan menikah, kenapa Mas Harris selalu dingin denganku?” tanyanya dengan wajah memelas.Harris menyunggingkan senyum sinis, ia tak sedikitpun berniat menatap wanita seksi di depannya. “Sampai kapanpun saya tidak akan menikahimu.”“Tetapi kata Om Setya kita akan menikah bulan depan, Mas.”“Kalau begitu nikah saja dengan dia. Saya tak pernah menyetujui usulan perjodohan bodoh ini.” Harris kembali melangkahkan kakinya menjauhi wanita itu.“Mas, mas bisa saja jauhin atau bersikap dingin denganku. Tetapi bukan Clara kalau gak bisa mendapatkan apa yang dia mau,” pekik wanita bernama Clara membuat langkah Harris terhenti.Pria itu menoleh dan mena
last updateLast Updated : 2022-12-01
Read more
Mencari Wanita Sepadan
Harris membaca guratan sedih dan bingung di wajah Anin, ia curiga jika Anin adalah korban pemerkosaan. “Aku tak punya suami.” Untuk sepersekian detik, Harris tercengang mendengar jawaban Anin, otaknya yang cerdas mendadak hilang fungsi. “Maksudnya?” “Aku bilang, aku tidak punya suami.” ucap Anin sambil meyakinkan lelaki yang ada di hadapannya sekali lagi. “Iya aku tahu, maksudku ke mana suamimu? Kalian bercerai?” Anin menghela napas panjang, ia awalnya hanya ingin mengacuhkan pertanyaan dari Harris, namun dirinya tak enak hati untuk menutup diri dari pria yang telah menyelamatkan dia dan kedua bayinya itu. “Tidak. Aku hamil karena jebakan temanku. Ajakan dia berakhir menjadi keperawananku yang direnggut oleh pria yang bahkan tak pernah aku kenal hingga sekarang.” urai Anin mulai menceritakan sedikit kejadian malam itu. Hatinya tertusuk ngilu kala harus mengingat kejadian yang tak pernah terbayang olehnya, malam kelabu yang mengubah kehidupannya. “Seharusnya aku bisa menolak ajaka
last updateLast Updated : 2022-12-20
Read more
Jangan Dimainkan!!
“Apa?” tanya Anin menatap pria di depannya bingung.“Menikah denganku!” jawab Harris kesal karena wanita di depannya ini berpura-pura tak mendengar.“Bukan maksudku, apa kau sedang melamarku?”Harris tampak berpikir sejenak. “Bisa dibilang begitu. Mungkin lebih tepatnya membuat kerja sama?”“Maaf aku tak bisa!” jawab Anin cepat, kala mendengar maksud Harris.“Dengar dulu! Aku mengajakmu menikah demi kebaikan baby twin. Dia butuh kehadiran seorang ayah bukan?” Anin tampak berpikir sejenak kala mendengar ucapan Harris. “Kalau begitu, aku akan jadi ayahnya. Dan baby twin tidak akan kekurangan kasih sayang ataupun kebutuhan lainnya.”“Maksudmu aku tak bisa menghidupi anakku sendiri?” tanya Anin, air mukanya tampak kesal mendengar penjabaran pria kaya di depannya. “Walau saat ini aku masih mencari pekerjaan tetapi aku yakin, aku bisa menafkahinya.”“Dengan cara?”“Bekerja!” sahut Anin cepat.“Lantas siapa yang menjaga anakmu?” Pertanyaan Harris berhasil membungkam Anin, wanita itu termenun
last updateLast Updated : 2022-12-22
Read more
Om Ketimbang Suami!
Anin terus teringat ucapan Harris, ia tak menyangkal ucapan pria itu. Karena pada kenyataannya ia tak mungkin membiayai pengobatan putranya seorang diri. Batin dan otaknya berperang hebat, ia harus memutuskan secepat mungkin karena nyawa putranya berada pada pria yang kini tengah duduk di sofa kamarnya. Berulang kali, Anin menghela napas berat. “Tidak usah dipikirkan terlalu berat,” ujar Harris yang sedari tadi mengawasi pergerakan wanita berpakaian khas pasien rumah sakit. “Apa kau sengaja menjebakku dalam situasi ini?” Pertanyaan Anin mengintrupsi pria itu bangkit dari duduknya. Pria itu mengendikkan bahunya dan menyeret kursi ke samping ranjang Anin. “Bisa dibilang iya, bisa dibilang tidak. Bergantung kamu mau melihat dari sudut pandang yang mana.” “Mengapa harus begini?” tanya Anin lirih, tak ada sorot mata tajam tak ada wajah sinis yang ia tunjukka
last updateLast Updated : 2022-12-23
Read more
Calon Ayahnya?
"Anggap saja sebagai latihan sebelum kita menikah.” Anin memutar bola mata malas, ia tak tahu kenapa pria di depannya ini memaksa ia menikah.Ruangan yang di dominasi dengan warna putih itu kembali hening, Anin memilih untuk tidur sedangkan Harris memikirkan cara agar Anin mau menerima perjanjiannya. Ia sendiri tak tahu kenapa begitu yakin jika Anin adalah wanita yang tepat. Mungkin karena sikap yang wanita itu tunjukkan, di antara semua wanita yang pernah ia temui tak ada satupun yang melempar tatapan tajam dan dingin. Semua wanita menatapnya terpesona dan berebut mencari perhatiannya.Kicauan burung dan sinaran matahari yang menelusup melalui kaca jendela rumah sakit, menyilaukan penglihatan Anin. Wanita itu mengerjapkan matanya beberapa kali, dia melirik ke arah sofa di mana seorang pria tengah tertidur dengan berselimut jasnya.Ia melirik ke nakas di samping kasurnya, tangannya yang lentik terulur hendak meraih gelas tersebut. “Ah‼” pekik Anin kala tangannya tak sengaja menyenggol
last updateLast Updated : 2022-12-24
Read more
Jam Tangan Siapa?
Ucapan pria itu mengingatkan Anin pada jam tangan yang dikenakannya tempo hari. “Jam tanganmu ke … mana?” tanya Anin melenceng jauh dari pernyatan Harris. “Anin ….” Harris nyaris tak percaya dengan respon yang wanita itu berikan. “Bagaimana jika aku ayah baby twin?” ulang pria itu karena Anin tak merespon ucapannya. “Jawab aku dulu.” Harris menoleh dan melangkah kaki mendekati kursi roda Anin. “Kenapa? Kenapa dengan jam itu?” “Jawab saja, kenapa sih?” tanya Anin meninggikan volume suaranya. Harris menghela napas, ia lantas mengeluarkan jam tangan dari saku celananya. Pria itu sengaja melepasnya karena ia terlalu buru-buru. Anin mengamati jam tangan itu, manik matanya membulat sempurna. Wanita muda itu bahkan menjatuhkan jam berharga puluhan juta ke tanah berumput di bawahnya. 
last updateLast Updated : 2022-12-25
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status