Di usia yang masih sangat belia Kanya mengorbankan diri menikahi pria kaya-raya demi membayar utang orangtuanya. Kanya pikir setelah menjadi istri Raven semua masalah berlalu dari hidupnya. Nyatanya ia salah. Raven menikahinya hanya karena menginginkan anak dari Kanya. Dan mirisnya lagi, satu demi satu fakta yang terkuak membuat hati Kanya hancur. Ternyata ia sudah dijual orang tuanya pada lelaki yang sudah beristri, dan dirinya menjadi istri kedua. Penderitaan Kanya tidak kunjung berakhir. Istri pertama Raven yang iri padanya mencoba berbagai cara untuk menghancurkannya.
Lihat lebih banyakKanya mematut diri di muka cermin memandangi sekujur tubuhnya dari atas kepala hingga bawah kaki.Kalau saja Kanya narsis ia ingin mengatakan betapa jelita dirinya saat ini dengan balutan gaun broken white yang membalut tubuhnya. Layaknya pakaian yang digunakan untuk akad, gaun itu sopan dan tertutup tapi tetap saja tidak mengurangi kecantikan Kanya yang bersumber dari dalam.Pintu ruangan tiba-tiba dibuka dari luar bersamaan dengan munculnya Dita.Gadis itu melangkah ke dalam.“Cantik banget kamu, Nya. Aura pengantinnya keluar,” puji Dita mengomentari penampilan Kanya.Hari ini akhirnya tiba. Hari di mana Davva akan mengikat Kanya dalam ikatan yang suci dan sakral serta sah secara agama maupun negara.Bibir Kanya mengembangkan senyum tipis. Ingatannya lantas terseret mundur pada momen beberapa tahun yang lalu. Saat itu ia menikah dengan Raven dengan suasana yang tidak jauh berbeda dengan saat ini. Pernikahannya dengan Raven kala itu digelar secara tertutup. Sedangkan pernikahan kedua
Kanya tarik tangannya dari genggaman Raven setelah lelaki itu mengecupnya.Kanya hampir saja goyah dengan segala bentuk cara Raven meyakinkannya. Iya. Kanya percaya jika Raven sungguh-sungguh dengan ucapannya. Tapi yang menjadi masalah adalah terbuat dari apa hati Kanya jika membatalkan pernikahannya dan Davva justru di detik-detik terakhir? Apa Kanya tega menyakiti Davva yang merupakan malaikat penyelamat dalam hidupnya.“Maaf, Rav, pernikahan aku dan Davva nggak bisa dibatalkan lagi.”“Oke. Kalau pernikahan kamu nggak bisa dibatalkan, maka perasaan aku juga nggak bisa dibatalkan. Aku mencintai kamu, Kanya. Apa begitu sulit untuk memahami perasaanku?” ujar Raven gregetan. Raven sudah putus asa. Ia tidak tahu harus menggunakan cara apa lagi untuk mengubah pendirian Kanya agar membatalkan keputusannya.“Tentang cinta mungkin aku terlalu mentah. Tapi yang kutahu cinta tidak harus saling memiliki,” jawab Kanya bijaksana menirukan ungkapan yang sering digaungkan di kalangan para pencinta
Kanya dan Raven sudah berada di mobil Raven. Raven menutup rapat-rapat pintunya setelah menyalakan mesin.Raven tidak langsung menyampaikan maksudnya. Yang dilakukannya saat ini adalah memandangi Kanya selama hitungan detik.“Rav, kamu mau bicara apa?” tuntut Kanya karena Raven bergeming dan tidak melepaskan Kanya dari tatapannya.“Aku mau kamu klarifikasi soal tadi.”Kanya mengernyit. “Yang tadi mana?”“Soal pernikahan. Kamu yakin akan menikah lagi?”Jadi hanya untuk itu Raven datang dan mengajaknya bicara berdua?“Aku nggak pernah seyakin dari sekarang, Rav.” Kanya memberi jawaban yang membuat hati Raven patah.“Aku masih nggak percaya kalau kamu mengambil keputusan secepat ini. Aku yakin ini hanya keputusan emosional kamu,” vonis Raven yang masih berharap Kanya akan mengkaji ulang keputusannya lalu membatalkan rencana pernikahannya dengan Davva.“Tahu apa kamu tentang aku?” balas Kanya. Raven bersikap seolah sangat mengenal Kanya lalu dengan mudahnya mengatakan keputusan Kanya adal
Raven dan Aline serentak memandang ke arah Davva. Air muka Raven berubah seketika setelah mendengar ucapan laki-laki itu. Jadi mereka ke sini untuk membeli cincin nikah? Apa mereka akan menikah?Raven yang selama ini selalu tenang tidak kuasa menyembunyikan kegelisahan yang terlukis jelas di raut gagahnya.“Wedding ring untuk siapa? Siapa yang akan menikah?” Entah bagaimana tapi pertanyaan itu terlontar dari bibir Raven.“Kami yang akan menikah, aku dan Kanya.” Masih Davva yang menjawab.Raven memindahkan arah pandangnya pada Kanya seakan ingin meminta langsung penjelasan dari mantan istrinya itu. Raven ingin Kanya berbicara. Ia berharap Kanya menidakkan dan yang tadi didengarnya tadi hanyalah lanturan Davva saja.Kanya menundukkan kepala, tidak sanggup membalas tatapan Raven yang menghujamnya begitu dalam.“Kanya, apa itu benar? Apa kamu akan menikah?” Raven mengulangi pertanyaannya yang belum sempat Kanya jawab.“Kami memang akan menikah,” jawab Davva mewakili Kanya.“Aku bicara pad
Setelah keluar dari rumah, Davva langsung mengajak Kanya pergi. Kanya diam membeku di sebelah Davva. Peristiwa yang dialaminya barusan sangat mengguncangnya. Tuduhan keluarga Davva membuatnya lebih dari terhina.“Kanya …”Kanya diam saja saat Davva menyentuh pundaknya.“Jangan dimasukin ke hati ya kata-kata Mama tadi.”Larangan Davva sangat mengusik Kanya. Bagaimana mungkin Kanya tidak memasukkan ke hati? Toh Kanya adalah manusia yang memiki perasaan. Jika yang dulu-dulu Kanya masih bisa menahannya, tapi sekarang tidak lagi. Mereka sudah kelewatan. “Aku bukan robot, Dav. Aku punya hati. Nggak mungkin aku nggak tersinggung sedangkan keluarga kamu menuduhku yang bukan-bukan,” lirih Kanya sembari menaikkan tangan mengusap matanya. Bulir-bulir air bening itu kembali meluncur.Merasa masalah ini tidak bisa dibicarakan sambil menyetir, Davva menepi lalu berhenti di tepi jalan. Davva beringsut memiringkan duduknya mengarah pada Kanya.“Aku tahu kata-kata Mama sangat keterlaluan dan membuat
Rupanya dugaan Kanya terbukti benar. Tidak salah lagi. Ia akan mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari keluarga Davva. Sejujurnya Kanya merasa sangat sedih atas hinaan yang diterimanya. Tapi Davva yang mencintainya membuat Kanya memiliki keberanian untuk maju. Jika Davva saja tidak mempermasalahkan keadaannya, kenapa ia harus ambil pusing pada perkataan orang lain?Berdeham, Kanya membuka suaranya. “Maaf, Bu, mungkin saya akan terkesan tidak sopan di mata Ibu. Tapi saya tahu diri. Saya sadar kondisi dan keadaan saya. Menurut Ibu saya tidak pantas untuk Davva. Tapi tentang uang dan harta saya sama sekali tidak menginginkannya dari Davva. Saya punya pekerjaan dan saya cukup mapan. Masalahnya, Davva yang mengejar-ngejar saya. Saya sudah tolak berulang kali, tapi Davva tidak mengerti. Davva tetap ingin saya menerima cintanya. Jadi menurut Ibu apa ini adalah kesalahan saya?” Kanya tidak tahu entah dari mana memiliki keberanian untuk bicara selugas itu. Namun ia berhasil membuat perempua
Ada yang mengatakan bahwa cinta akan datang karena terbiasa. Itu pula yang kini ditanamkan Kanya pada dirinya. Ia mencoba untuk percaya bahwa nanti setelah terbiasa bersama maka cinta akan tumbuh dengan sendirinya. Oleh sebab itulah Kanya mencoba membuka pintu hatinya yang tertutup untuk Davva. Mungkin jika bukan sekarang, cinta akan tumbuh di hatinya suatu saat nanti.“Lagi ngelamunin apa, Nya?” Suara yang baru saja didengarnya membuat Kanya menoleh ke sebelah. Lensa matanya mendapati Davva sedang menyetir di sampingnya. Saat ini Davva dan Kanya sedang berada di dalam perjalanan menuju rumah orang tua Davva.Davva mengajak Kanya ke sana. Mereka akan berbicara face to face bertiga. Davva bermaksud menyampaikan niatnya untuk menata hubungan yang lebih serius dengan Kanya.Kanya tersenyum lalu menggelengkan kepalanya pelan. “Nggak ngelamunin apa-apa.”“Yakin? Kalau nggak ngelamun kenapa dari tadi kamu hanya diam?”“Aku agak grogi,” jawab Kanya berterus terang. Mendatangi rumah orang t
“Rav, aku kepikiran deh buat jodohin Ray dan Lavanya.”Celetukan yang berasal dari mulut Aline itu sontak membuat Raven mengangkat mukanya lalu memindahkan pandangannya pada istrinya itu. “Jodohin apa maksud kamu?” Alis Raven bertaut..“Ya dijodohin. Mereka kan nggak ada hubungan darah apa-apa. Daripada sama orang lain mending Ray sama Lavanya. Dia kan anak kita juga. Lagian aku lihat kalau kecilnya aja udah cantik gimana gedenya.”Raven geleng-geleng kepala mendengar ide Aline. Ray belum berumur dua tahun tapi pikiran Aline sudah ke mana-mana.“Mereka masih kecil tapi kamu mikirnya udah kejauhan.”“Sekarang mereka memang masih kecil tapi anak-anak gedenya nggak berasa lho, Rav. Tau-tau udah SMU, tau-tau udah kuliah, tau-tau udah tiga puluh tahun.”Raven diam saja, tidak menanggapi ocehan Aline. Ia kembali menekuri english breakfast-nya.“Aku pikir nggak ada salahnya kita rencanakan masa depan mereka sejak sekarang. Kita jodohin mereka dari kecil jadi dewasanya nggak akan ke mana-man
Kanya mulai berpikir untuk mencari pekerja baru di butiknya mengingat makin ke sini Monique semakin ramai sehingga ia dan Dita juga semakin kewalahan. Belum lagi Kanya juga harus mengasuh Monic yang sedang aktif-aktifnya.Kanya juga sedang mempertimbangkan rencananya untuk pindah ke butik dan memberikan kembali apartemen yang ditempatinya selama ini pada Davva. Pelan-pelan ia akan mengembalikan segala pemberian Davva padanya. Bukan sekaligus tapi bertahap. Karena Kanya juga tidak akan mampu mengembalikan semuanya secara langsung.Dan tentang Davva sendiri sudah beberapa hari ini Kanya tidak pernah lagi bertemu dengannya. Lebih tepatnya sejak di rumah sakit. Entah karena Davva masih sibuk mengurus mamanya atau mungkin karena pelan-pelan pikirannya mulai terbuka dan menyadari bahwa hubungan mereka tidak mungkin dilanjutkan. Apapun itu Kanya mensyukurinya.Beralih pikiran dari Davva, pandangan Kanya lalu tertuju pada Monic yang sedang main sendiri. Perasaan sedih terbersit di hatinya men
Kanya memandang ke sekelilingnya dengan tatapan bingung. Kamar besar tempatnya berada sekarang adalah tempat yang sangat asing baginya. Tadi ia baru saja dibawa ke sini setelah menjalani serangkaian prosesi pernikahan yang digelar secara tertutup.Kanya tidak mengenal siapa suaminya. Ia hanya tahu bahwa lelaki itu adalah pemilik perkebunan tempat orang tuanya bekerja. Raven namanya.Kanya terpaksa menikah dengan Raven demi melunasi hutang orang tuanya yang sudah menggunung. Bahkan rumah tempat tinggalnya yang dijadikan agunan terancam akan disita jika mereka masih tidak membayar hutang itu.Raven bersedia membantu melunasi semua hutang orang tua Kanya dengan syarat Kanya mau menikah dan menjadi istrinya.Awalnya Kanya menolak. Namun, setelah perperangan batin yang sangat hebat, ia pun bersedia. Semua demi menyelamatkan orang tua dan adik-adiknya yang masih kecil.Suara pintu yang dibuka membuyarkan lamunan Kanya. Ia sontak berdiri dari duduk ketika mengetahui Ravenlah yang masuk.Rave...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen