Beranda / Rumah Tangga / Istri Pesanan CEO / Kekurangan Aline Yang Paling Fatal

Share

Kekurangan Aline Yang Paling Fatal

Penulis: Zizara Geoveldy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-12 15:18:26

Dua minggu sudah berlalu sejak pernikahan Kanya dan Raven. Sedikit demi sedikit Kanya mulai beradaptasi dengan kehidupannya yang baru.

Raven mengizinkan Kanya melakukan aktivitas kecil-kecilan seperti memasak dan merawat tanaman hias di depan rumah. Raven juga lebih banyak menghabiskan waktu di rumah Kanya daripada di tempat istri pertamanya.

Siang itu Kanya sedang menyiapkan masakan untuk makan siang Raven. Ia hanya punya waktu satu jam lagi sebelum suaminya itu pulang. Tadi pagi Raven mengatakan akan makan siang di rumah dan me-request salah satu makanan kesukaannya yang lain, yaitu iga bakar. Raven memang menyukai olahan daging.

Setelah berkutat di dapur sendiri Kanya selesai memasak. Ia memandangi iga bakar hasil kreasinya dengan puas. Raven tidak pernah tidak memuji hasil masakannya. Dan sejujurnya hal itu membuat hati Kanya bahagia luar biasa.

Kanya terkejut ketika merasakan dekapan di tubuhnya. Ia hampir saja berteriak. Namun niat itu urung terjadi karena sebuah bisikan lembut lebih dulu membelai gendang telinganya.

“Jangan teriak, ini saya.”

Kanya menggerakkan kepalanya ke belakang. Senyum terbit di bibirnya menyaksikan wajah tampan suaminya. Tepat di saat yang sama Raven langsung menyambar bibir mungil Kanya dan melumatnya dengan lembut.

Pipi Kanya merona malu namun tak urung dibalasnya ciuman lelaki itu. Berpagut selama puluhan detik, Raven melepaskannya. Namun bukan berarti benar-benar lepas. Raven kembali menangkap bibirnya dan melumatnya lagi yang membuat Kanya tertawa.

“Raven, udah dong, nanti dilihat Bibi.”

“Biarin, namanya juga pengantin baru.” Raven membebaskan bibir Kanya dari perangkap mulutnya. Namun dekapannya bertambah erat di tubuh perempuan itu.

“Apanya yang baru. Udah dua minggu begini.”

“Mau dua minggu, mau dua bulan, mau dua tahun, mau dua puluh tahun, bagi saya kita tetap pengantin baru selamanya,” ucap laki-laki itu mesra di telinga Kanya.

“Gombal kamu …” Kanya mencubit mesra pinggang Raven yang membuat suaminya itu terkekeh.

“Saya bicara jujur begini malah dibilang gombal.”

“Saya baru ingat, ini kan baru jam dua belas, kenapa sudah pulang?” tanya Kanya setelah memandang jam dinding. Sepanjang ingatannya tadi pagi Raven mengatakan bahwa akan pulang jam satu siang.

“Kalau di rumah lebih menyenangkan kenapa harus lama-lama di kantor?” Sebuah kecupan bersarang di pipi Kanya di ujung ucapan Raven.

Kanya menyimpul senyum mesra. Ia tidak perlu bertanya apa yang Raven maksudkan. Apalagi kalau bukan dirinya.

Raven kemudian melepaskan Kanya ketika perutnya berbunyi.

“Saya lapar, siapin makanan sekarang ya.”

Kanya mengangguk pelan disambung dengan menyalin iga bakar ke wadah, sementara Raven lebih dulu menunggu di meja makan.

“Silakan, Rav.”

Kanya menanti dengan tegang apa komentar Raven setelah menyajikan makanan untuk laki-laki itu.

“Enak seperti biasa.” Komentar yang Kanya tunggu akhirnya meluncur dari bibir Raven.

Raven tidak berbohong. Istri kecilnya tidak hanya mampu membahagiakannya secara batin, namun juga secara lahir. Sangat berbeda dengan ... Aline.

Tanpa bermaksud membanding-bandingkan kedua wanitanya, namun tanpa disengaja Raven mulai mengurutkan kelebihan dan kekurangan Kanya dan Aline di dalam hati.

Sudah cukup lama Raven tidak menyentuh Aline. Dari luar perempuan itu memang tampak sempurna. Tapi tidak banyak yang tahu bahwa Aline memiliki kekurangan yang sangat fatal. Aline tidak mampu memenuhi kebutuhan batin Raven karena setelah operasi pengangkatan rahim lengkap dengan indung telur Aline selalu merasa sakit saat berhubungan intim. Alat vitalnya kering, yang disebabkan oleh penipisan dan penyusutan jaringan V yang juga disertai dengan penurunan lubrikasi di dinding V.

Banyak yang mengklaim bahwa kondisi V yang kering ini adalah suatu tanda impotensi pada wanita yang tentunya akan menurunkan performanya.

Oleh karena itulah Raven tidak sampai hati untuk menyentuhnya. Dan satu tahun sudah hal itu berlangsung. Sedangkan untuk menceraikan Aline Raven juga tidak tega. Aline adalah anak sahabat ibunya yang sudah meninggal dan sudah dianggap sebagai anak sendiri oleh Marissa.

Jadi tidak salah kan kalau Raven menikah lagi?

Terlepas dari alasan untuk mengklaim warisan dari ayahnya yang sudah meninggal, ia juga punya kebutuhan yang harus dipenuhi. Lagi pula dulu Raven dan Aline menikah karena dijodohkan. Bukan karena adanya perasaan cinta yang tumbuh sejak awal.

“Kanya, nanti saya akan mengenalkanmu dengan seseorang. Namanya Dola. Dia dari sekolah kepribadian. Nanti dia yang akan mengajarkan kamu semuanya. Setelah makan kamu siap-siap. Tidak lama lagi dia akan datang.”

Kanya mengiyakan saja meski di dalam hati ia bertanya-tanya.

Apa kepribadiannya sangat buruk? Apa dirinya tidak punya tata krama sampai harus mengikuti sekolah kepribadian?

Ternyata dugaan Kanya salah besar. Setelah Dola datang ia mengerti apa yang dimaksud dengan sekolah kepribadian.

Dola mengajarinya table manner. Cara berpakaian orang kaya, cara berjalan yang baik dan benar. Cara bersikap, berbicara dan lain sebagainya.

Raven menahan senyum geli melihat Kanya yang tampak canggung saat Dola mengajarinya berjalan menggunakan high heels dengan pundak tegak dan dagu terangkat.

“Pada dasarnya dia pintar. Ini hanya masalah waktu, Pak Raven,” kata Dola menjelaskan saat istirahat. Kala itu Kanya sedang mengambil air minum ke belakang.

“Kamu ajari dia sampai benar-benar bisa dan mengikuti gaya hidup saya,” jawab Raven.

“Siap, Pak. Saya pastikan dengan latihan yang intens selama satu minggu ini dia akan bertransformasi menjadi lebih moderat.”

“Okay, saya tunggu hasilnya.”

Raven meninggalkan Dola dan meminta melanjutkan mengajari Kanya, sementara ia akan menjawab telepon.

Raven menghela nafas lantas mengembuskan perlahan saat melihat nama Aline di layar gawai.

“Halo, Lin.”

“Rav, kamu di mana?” Aline bertanya setelah mendengar sapaan suaminya.

“Lagi di rumah selesai makan siang. Kanya tadi masak.”

Aline diam di seberang sana.

“Lin, kamu kenapa nelfon jam segini? Kamu di mana?”

“Aku lagi di rumah, rencananya juga masak untuk kamu, tapi ya sudahlah kubatalin aja.” Suara Aline terdengar sedih.

“Kamu sih nggak bilang. Tau gitu aku makan di sana.”

“Nggak apa-apa, Rav. Tapi nanti temenin aku ke dokter buat terapi hormon kayak biasa. Aku majuin jadwalnya soalnya dokterku mau ke luar negeri dan baliknya masih lama.”

“Jam berapa?”

“Jam tiga nanti.”

Raven menatap bimbang ke arah Kanya. Entah mengapa merasa berat untuk meninggalkannya karena setiap selesai terapi biasanya Raven akan menemani Aline semalaman.

***

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nunyelis
masa iya manggil suami nama doang.... mas atau abang gitu lho
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Pesanan CEO   Berbagi Suami

    “Rav, kamu dengar aku kan? Kamu masih di sana?” Aline menegur Raven lantaran tidak menjawab pertanyaannya.“Iya, bisa,” jawab Raven memutuskan. Walau hatinya berat tapi Raven menyadari bahwa ia harus mampu bersikap adil pada kedua wanitanya.“Beneran ya, Rav, jangan sampai telat.”“Iya, Lin, beneran.”“Aku tunggu ya, Rav.” Aline menekankan nada ucapannya yang berarti ia sangat menantikan kehadiran Raven.“Iyaaaa …” Raven ikut menekan nada suaranya, sedikit gemas pada Aline yang seakan tidak memercayainya.“Love you, Rav.”Raven tertegun dengan ponsel yang masih menempel di telinganya. Sudah cukup lama ia dan Aline tidak saling mengucapkan kata cinta. Dan sekarang tiba-tiba saja kalimat sakti itu meluncur dari bibir Aline.“Rav, kamu masih di sana?” Untuk kedua kalinya Aline bertanya untuk hal yang berbeda.“Iya, aku di sini.”“Kok nggak ngejawab aku?”Raven berdeham. Ia hanya perlu menjawab ucapan Aline. Namun kenapa terasa begitu berat?“Love you too.” Entah mengapa lidahnya sangat k

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • Istri Pesanan CEO   Kejutan

    Kanya memandangi layar gawainya dengan intens. Berkali-kali ia membaca balasan pesan yang dikirimkan Raven padanya. Kanya tidak menyangka akan mendapat jawaban kata-kata kasar yang membuat perasaannya menjadi sedih. Selama dua minggu pernikahan mereka lelaki itu tidak sekali pun berlaku kasar atau menunjukkan tindakan yang tidak menyenangkan padanya. Baru kali ini Raven melakukannya.Setengah mati Kanya memikirkan apa kesalahannya. Namun sampai buntu pikirannya Kanya tidak menemukannya. Bahkan tadi sebelum pergi Raven masih sempat meninggalkan kecupan lembut di keningnya. Lantas, apa kesalahannya?Rasanya Kanya ingin langsung menelepon Raven dan menanyakan apa kesalahannya. Namun, apa Raven tidak akan marah?Bermenit-menit lamanya Kanya mondar-mandir di kamar sembari mempertimbangkan apa sebaiknya menelepon Raven atau tidak. Setelah berdebat dengan batinnya Kanya memutuskan untuk menelepon Raven. Tapi panggilannya dijawab oleh suara operator. Raven mematikan ponsel. Ternyata pria itu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • Istri Pesanan CEO   Tinggal Satu Bulan

    Hari ini tepat dua bulan Kanya dan Raven menikah. Hingga sejauh ini Kanya bahagia dengan kehidupan pernikahannya bersama lelaki itu meskipun sesekali Raven meninggalkannya untuk bersama Aline.Selama tiga puluh hari ini pula Kanya sudah banyak berubah. Sekolah kepribadian yang diikutinya membuat Kanya menjadi ‘sosok yang baru’. Kanya bertransformasi menjadi perempuan moderat karena tuntutan lingkungan di sekitarnya. Tidak ada yang menyangka bahwa dia datang dari sebuah daerah perkebunan milik Raven yang terletak jauh dari kota. Meskipun penampilannya berubah tapi tidak ikut membuat sifat dan karakter Kanya jadi berganti. Kanya tetaplah Kanya, seorang perempuan muda berumur dua puluh tahun berparas manis yang lembut dan baik hati.“Apa sudah ada tanda-tanda?”Kanya mengernyit ketika Raven bertanya padanya.“Maksudnya apa ya, Rav?” Kanya balas bertanya pada sang suami atas pertanyaan yang tidak dimengertinya.Raven mencetak senyum. Ia tahu Kanya tidak sebodoh itu. Hanya kalimatnya yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • Istri Pesanan CEO   Bertukar Keringat

    PS: ada adegan 21. Skip saja bagi yang tidak suka.***Kanya memandang hampa pada hamparan air biru di sekelilingnya. Saat ini ia sedang duduk melamun sendiri di depan water villa yang ditempatinya bersama Raven. Iya, baru beberapa jam yang lalu mereka tiba di Maldives. Raven merealisasikan janjinya untuk mengajak Kanya berbulan madu. Harusnya saat ini Kanya merasa bahagia. Tapi yang terjadi hatinya gundah gulana. Perkataan Aline kemarin begitu meresahkan. Membuat Kanya tidak bisa berhenti memikirkannya. Jika Kanya tidak berhasil hamil dan memberi Raven anak maka pria itu akan menceraikannya dan mencampakkan Kanya. Kemudian Raven akan menikah lagi dengan perempuan lain yang jauh lebih subur dan menghasilkan. Kanya khawatir, jika Raven menceraikannya ia harus pergi ke mana? Kanya tidak lagi memiliki tempat tinggal. Kanya tidak ingin kembali pada orang tuanya. Pengalaman mengajarkan Kanya akan banyak hal. Bukan tidak mungkin kedua orang tuanya akan kembali menjual Kanya. Dan kali ini p

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • Istri Pesanan CEO   Saya Tidak Berani Mencintai Kamu

    Elusan Raven di punggung Kanya spontan berhenti. Jujur saja, pertanyaan yang diajukan istrinya mengagetkan Raven.Sesungguhnya Raven memesan Kanya pada bawahannya lantas membeli perempuan itu dan menikahinya semata-mata karena rahimnya. Namun kemudian Raven teringat pada pesan dokter Gatra. Dirinya atau pun Kanya jangan sampai stres agar program hamil tersebut berhasil. Jadi Raven cukup bijak untuk hal ini.“Kenapa bertanya begitu?” ucapnya kemudian.“Saya hanya bertanya. Saya takut usaha kita sia-sia dan kamu akan menceraikan saya. Saya udah nggak punya siapa-siapa.” Suara Kanya tenggelam di dada Raven.“Bagi saya tidak ada yang sia-sia. Yang penting kita sudah mencoba.” Raven menjawab sambil menghadiahkan kecupan di kepala Kanya.Namun bukan jawaban itu yang ingin Kanya dengarkan. Yang Kanya butuhkan adalah kepastian bahwa Raven tidak akan mencampakkannya jika Kanya gagal memberi keturunan. “Udah yuk, kita mandi dulu lalu makan.”Kanya terpaksa menyingkir dari pangkuan Raven setela

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • Istri Pesanan CEO   Ceraikan Perempuan Itu Setelah Anaknya Lahir!

    Raven mengusap tanda terima telepon di layar gawainya yang seketika langsung membuatnya terhubung dengan Aline. "Halo, Lin." Ia menyapa dengan gayanya yang khas. Tenang, cool, dan berwibawa."Rav, maaf aku mengganggu. Aku tahu kamu lagi happy-happy, tapi aku terpaksa menelepon." Suara Aline langsung terdengar tanpa salam pembuka.Entah mengapa Raven merasa kurang suka mendengar kata 'happy-happy' itu. Seakan Raven sengaja meninggalkan Aline dalam keadaan yang menyedihkan."Sama sekali nggak mengganggu, ada apa, Lin?""Aku cuma mau tanya obatku kamu letakkan di mana?"Raven melempar pandangannya menembus jendela jauh ke lautan lepas sembari mengingat obat yang dimaksud Aline. Tempo hari Raven memang menemani Aline berobat rutin seperti kebiasaannya selama ini."Bukannya kamu yang pegang?" ujar Raven kemudian."Memang sama aku tapi yang satunya kamu yang pegang. Masalahnya sekarang perutku sakit. Aku butuh obat itu." Aline mencerocos tanpa henti. Sesaat setelahnya barulah ia tersadar

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • Istri Pesanan CEO   Diusir

    Meskipun kaget atas kehadiran Kanya yang tidak diduganya, Raven tetap bersikap tenang seperti biasa.“Kamu sudah lama berdiri di sini?” tanyanya pada Kanya, jadi ia bisa memperkirakan sudah sebanyak apa Kanya mendengarkan percakapannya dengan Marissa tadi.Kanya menggeleng pelan. Ia baru berada di sana dan tidak bermaksud menguping.Mengetahuinya, Raven mengembuskan nafas lega. Syukurlah.“Rav, menurut saya gimana kalau kita pulang sekarang? Kasihan Aline.”“Tapi kita masih dua hari di sini. Kita belum melakukan banyak hal,” jawab Raven keberatan.“Nggak apa-apa, Rav. Walau Cuma sebentar tapi saya sangat senang. Lagi pula, kita nggak mungkin senang-senang di sini sedangkan Aline sakit di rumah. Dia butuh kamu.”Ucapan yang disampaikan Kanya membuat Raven tertegun. Betapa mulia hati istri mudanya ini. Tidak terlihat secercah pun rasa kesal di wajah jelitanya. Mungkin jika terjadi pada perempuan lain mereka akan jengkel setengah mati.“Baik.” Pada akhirnya Raven memutuskan menyudahi bul

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14
  • Istri Pesanan CEO   Sepi Tanpamu

    Kanya melangkah cepat keluar dari rumah Aline. Sedangkan Raven hanya bisa memandangi istrinya itu dengan sorot tak mengerti. Apa yang terjadi pada Kanya? Kenapa istrinya begitu? Tersadar dari ketermanguan, Raven berniat mengejar Kanya. Ia tidak mungkin membiarkan perempuan muda itu pulang sendiri. “Kanya, tunggu dulu!”“Raven, kamu mau ke mana?” Marissa mencekal lengan Raven agar tidak pergi.“Aku mau mengejar Kanya, Ma, dia nggak mungkin pulang sendiri.”“Kenapa tidak? Dia itu sudah besar dan sehat wal’afiat. Badannya segar bugar. Sedangkan Aline? Kamu nggak usah kejar dia. Dia nggak akan hilang. Aline yang lebih butuh kamu.” Marissa melarang sambil tetap mencekal lengan Raven.“Ma, tolong lepaskan tanganku. Aku harus mengantar Kanya dulu, nanti aku akan ke sini lagi.”“Mama nggak percaya. Kalau kamu sudah pulang ke sana kamu lupa balik ke sini. Entah pelet apa yang dikasih perempuan itu.”“Astaga, Ma. Mama boleh nggak suka sama Kanya, tapi tolong jangan tuduh dia yang macam-macam

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14

Bab terbaru

  • Istri Pesanan CEO   Bicara Empat Mata

    Raven dan Aline serentak memandang ke arah Davva. Air muka Raven berubah seketika setelah mendengar ucapan laki-laki itu. Jadi mereka ke sini untuk membeli cincin nikah? Apa mereka akan menikah?Raven yang selama ini selalu tenang tidak kuasa menyembunyikan kegelisahan yang terlukis jelas di raut gagahnya.“Wedding ring untuk siapa? Siapa yang akan menikah?” Entah bagaimana tapi pertanyaan itu terlontar dari bibir Raven.“Kami yang akan menikah, aku dan Kanya.” Masih Davva yang menjawab.Raven memindahkan arah pandangnya pada Kanya seakan ingin meminta langsung penjelasan dari mantan istrinya itu. Raven ingin Kanya berbicara. Ia berharap Kanya menidakkan dan yang tadi didengarnya tadi hanyalah lanturan Davva saja.Kanya menundukkan kepala, tidak sanggup membalas tatapan Raven yang menghujamnya begitu dalam.“Kanya, apa itu benar? Apa kamu akan menikah?” Raven mengulangi pertanyaannya yang belum sempat Kanya jawab.“Kami memang akan menikah,” jawab Davva mewakili Kanya.“Aku bicara pad

  • Istri Pesanan CEO   Panasnya Hati Raven

    Setelah keluar dari rumah, Davva langsung mengajak Kanya pergi. Kanya diam membeku di sebelah Davva. Peristiwa yang dialaminya barusan sangat mengguncangnya. Tuduhan keluarga Davva membuatnya lebih dari terhina.“Kanya …”Kanya diam saja saat Davva menyentuh pundaknya.“Jangan dimasukin ke hati ya kata-kata Mama tadi.”Larangan Davva sangat mengusik Kanya. Bagaimana mungkin Kanya tidak memasukkan ke hati? Toh Kanya adalah manusia yang memiki perasaan. Jika yang dulu-dulu Kanya masih bisa menahannya, tapi sekarang tidak lagi. Mereka sudah kelewatan. “Aku bukan robot, Dav. Aku punya hati. Nggak mungkin aku nggak tersinggung sedangkan keluarga kamu menuduhku yang bukan-bukan,” lirih Kanya sembari menaikkan tangan mengusap matanya. Bulir-bulir air bening itu kembali meluncur.Merasa masalah ini tidak bisa dibicarakan sambil menyetir, Davva menepi lalu berhenti di tepi jalan. Davva beringsut memiringkan duduknya mengarah pada Kanya.“Aku tahu kata-kata Mama sangat keterlaluan dan membuat

  • Istri Pesanan CEO   Aku Sudah Meniduri Dia

    Rupanya dugaan Kanya terbukti benar. Tidak salah lagi. Ia akan mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari keluarga Davva. Sejujurnya Kanya merasa sangat sedih atas hinaan yang diterimanya. Tapi Davva yang mencintainya membuat Kanya memiliki keberanian untuk maju. Jika Davva saja tidak mempermasalahkan keadaannya, kenapa ia harus ambil pusing pada perkataan orang lain?Berdeham, Kanya membuka suaranya. “Maaf, Bu, mungkin saya akan terkesan tidak sopan di mata Ibu. Tapi saya tahu diri. Saya sadar kondisi dan keadaan saya. Menurut Ibu saya tidak pantas untuk Davva. Tapi tentang uang dan harta saya sama sekali tidak menginginkannya dari Davva. Saya punya pekerjaan dan saya cukup mapan. Masalahnya, Davva yang mengejar-ngejar saya. Saya sudah tolak berulang kali, tapi Davva tidak mengerti. Davva tetap ingin saya menerima cintanya. Jadi menurut Ibu apa ini adalah kesalahan saya?” Kanya tidak tahu entah dari mana memiliki keberanian untuk bicara selugas itu. Namun ia berhasil membuat perempua

  • Istri Pesanan CEO   Menghadapi Keluarga Davva

    Ada yang mengatakan bahwa cinta akan datang karena terbiasa. Itu pula yang kini ditanamkan Kanya pada dirinya. Ia mencoba untuk percaya bahwa nanti setelah terbiasa bersama maka cinta akan tumbuh dengan sendirinya. Oleh sebab itulah Kanya mencoba membuka pintu hatinya yang tertutup untuk Davva. Mungkin jika bukan sekarang, cinta akan tumbuh di hatinya suatu saat nanti.“Lagi ngelamunin apa, Nya?” Suara yang baru saja didengarnya membuat Kanya menoleh ke sebelah. Lensa matanya mendapati Davva sedang menyetir di sampingnya. Saat ini Davva dan Kanya sedang berada di dalam perjalanan menuju rumah orang tua Davva.Davva mengajak Kanya ke sana. Mereka akan berbicara face to face bertiga. Davva bermaksud menyampaikan niatnya untuk menata hubungan yang lebih serius dengan Kanya.Kanya tersenyum lalu menggelengkan kepalanya pelan. “Nggak ngelamunin apa-apa.”“Yakin? Kalau nggak ngelamun kenapa dari tadi kamu hanya diam?”“Aku agak grogi,” jawab Kanya berterus terang. Mendatangi rumah orang t

  • Istri Pesanan CEO   Berjuanglah Bersamaku

    “Rav, aku kepikiran deh buat jodohin Ray dan Lavanya.”Celetukan yang berasal dari mulut Aline itu sontak membuat Raven mengangkat mukanya lalu memindahkan pandangannya pada istrinya itu. “Jodohin apa maksud kamu?” Alis Raven bertaut..“Ya dijodohin. Mereka kan nggak ada hubungan darah apa-apa. Daripada sama orang lain mending Ray sama Lavanya. Dia kan anak kita juga. Lagian aku lihat kalau kecilnya aja udah cantik gimana gedenya.”Raven geleng-geleng kepala mendengar ide Aline. Ray belum berumur dua tahun tapi pikiran Aline sudah ke mana-mana.“Mereka masih kecil tapi kamu mikirnya udah kejauhan.”“Sekarang mereka memang masih kecil tapi anak-anak gedenya nggak berasa lho, Rav. Tau-tau udah SMU, tau-tau udah kuliah, tau-tau udah tiga puluh tahun.”Raven diam saja, tidak menanggapi ocehan Aline. Ia kembali menekuri english breakfast-nya.“Aku pikir nggak ada salahnya kita rencanakan masa depan mereka sejak sekarang. Kita jodohin mereka dari kecil jadi dewasanya nggak akan ke mana-man

  • Istri Pesanan CEO   Berjuang Sendiri

    Kanya mulai berpikir untuk mencari pekerja baru di butiknya mengingat makin ke sini Monique semakin ramai sehingga ia dan Dita juga semakin kewalahan. Belum lagi Kanya juga harus mengasuh Monic yang sedang aktif-aktifnya.Kanya juga sedang mempertimbangkan rencananya untuk pindah ke butik dan memberikan kembali apartemen yang ditempatinya selama ini pada Davva. Pelan-pelan ia akan mengembalikan segala pemberian Davva padanya. Bukan sekaligus tapi bertahap. Karena Kanya juga tidak akan mampu mengembalikan semuanya secara langsung.Dan tentang Davva sendiri sudah beberapa hari ini Kanya tidak pernah lagi bertemu dengannya. Lebih tepatnya sejak di rumah sakit. Entah karena Davva masih sibuk mengurus mamanya atau mungkin karena pelan-pelan pikirannya mulai terbuka dan menyadari bahwa hubungan mereka tidak mungkin dilanjutkan. Apapun itu Kanya mensyukurinya.Beralih pikiran dari Davva, pandangan Kanya lalu tertuju pada Monic yang sedang main sendiri. Perasaan sedih terbersit di hatinya men

  • Istri Pesanan CEO   Hidup Bukan Tentang Aku, Kamu, Dan Cinta

    “Kanya! Tunggu dulu, Nya!” Davva berseru keras memanggil Kanya yang berjalan beberapa meter di depannya sambil menggendong Monic.Semakin dipanggil Kanya melangkah semakin cepat hingga Davva terpaksa mengejarnya agar tidak ketinggalan terlalu jauh.Davva akhirnya berhasil menangkap lengan Kanya, lalu mensejajarkan langkah dengan perempuan itu.“Eh, Dav,” kata Kanya seakan tidak terjadi apa-apa. Ia terpaksa menahan kakinya demi meladeni Davva bicara dengannya.“Kamu jangan salah paham dulu, Nya, kasih aku kesempatan untuk menjelaskannya.”“Apa yang mau dijelaskan, Dav?” Kanya masih menjaga ketenangan sikap meski ada sebagian diri yang terluka.“Tentang yang kamu dengar tadi, Nya. Aku harap kamu nggak salah paham.” Sungguh, Davva tidak ingin jika Kanya jadi salah mengartikannya. Ingin marah pada Wanda tapi wanita itu adalah ibu kandung tempat dirinya berasal.“Yang mana ya, Dav?”“Tentang Shella. Dia sama sekali nggak ada hubungan apa-apa sama aku. Dia anak sahabatnya Mama.” Davva berus

  • Istri Pesanan CEO   Terhina

    “Lagi sibuk banget ya, Dav?”Kanya menatap lekat layar gawainya sampai menggelap sendiri. Ia baru saja mengirim pesan pada Davva. Sudah beberapa hari ini Davva menghilang tanpa berkabar pada Kanya. Sikap Davva tersebut tentu saja membuat Kanya cemas. Dulu Davva juga pernah hilang-hilang timbul seperti ini. Hal itu terjadi cukup lama sebelum akhirnya Davva kembali muncul ke kehidupan Kanya.Ting!Denting dari notifikasi ponselnya membuat Kanya terkesiap. Pandangannya lalu turun pada ponsel yang berada dalam genggamannya. Ada balasan pesan dari Davva yang sejak tadi dinantinya.“Sorry baru ngabarin sekarang, aku lagi di rumah sakit, Nya. Mama sakit.” Tidak ada emoji atau emoticon dalam pesan yang Davva kirim. Tapi Kanya bisa merasakan getar kekhawatiran di sana. “Mama sakit apa, Dav?” tanyanya kemudian membalas pesan tersebut.Lama Kanya menanti balasannya sampai pesan kedua dari Davva kembali masuk ke ponselnya.“Hipertensi.”“Mama dirawat di rumah sakit mana, Dav?”Davva membalasny

  • Istri Pesanan CEO   Aku Sudah Punya Kekasih

    “Hueek … hueeek ... hueeek ..."Suara itu menggema di kamar. Kanya terhuyung. Tidak hanya merasa pusing tapi ia juga muntah sekarang. Melihat Kanya hampir saja terjatuh, Davva dengan sigap menangkap tubuh Kanya. Di saat yang sama Kanya mengeluarkan lagi muntahan dari perutnya dan mengenai baju Davva.“Sorry, Dav,” ucap Kanya tidak enak hati.“Nggak apa-apa,” jawab Davva pengertian. Ia membuka bajunya yang ternoda kemudian menuntun Kanya ke kamar mandi untuk muntah di sana.Kanya memuntahkan isi perutnya sedangkan Davva memijit tengkuknya, memperlakukan perempuan itu sebagaimana yang dilakukan orang-orang pada biasanya.Setelah tidak ada lagi yang bisa dikeluarkannya Kanya membersihkan mulut dan mukanya dengan nafas sedikit sesak.“Hamilnya nggak akan seekspres ini kan, Dav?” celetuk Kanya ketika Davva menggandengnya keluar dari kamar mandi.Tawa Davva berderai. “Iya kali, Nya, bikinnya baru tadi malam tapi paginya udah langsung jadi.”“Terus kenapa aku jadi muntah-muntah begini?”“It

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status