Royan, Pemuda 24 Tahun yang kekurangan kasih sayang orang tua, terpikat oleh kelembutan dan kehangatan seorang Janda 1 anak berusia 6 tahun lebih tua darinya. Karena tidak mendapat restu, Royan memilih pergi dari rumah untuk menikahi Si Janda Muda dan hidup sederhana. Blurb : "Aku suka dan sayang sama Kakak, aku jatuh cinta, apa itu salah?" ucap Royan sembari mempererat pelukannya. Royan yang selama ini kurang perhatian dari mamanya, merasa nyaman dan betah bersama Masita, janda satu anak yang cantik, menawan, juga lemah lembut. Perbedaan usia dan status membuat hubungan keduanya banyak yang menentang. Akankah ikatan keduanya mampu membawa mereka dalam ikatan cinta selamanya? Atau harus kandas di tengah jalan, dan menentukan jalan hidup masing-masing?
View More"Kayaknya ada yang gemetaran nih?" celetuk Indira sambil bersedekap dan tersenyum meremehkan.Sontak semua mata tertuju padanya tak terkecuali Royan."Apa maksud kamu, In?" seru Royan kurang senang."Kenapa nanya ke aku, tanya tuh istri kamu!" serunya pula.Royan pun menatap Masita yang tampak sedih. Melihat gelagat istrinya tersebut, dia sudah bisa memahami siapa pria tersebut."Mantan Mama?" bisiknya pelan.Masita hanya mengangguk menanggapinya kemudian membungkuk mengambil capitnya yang jatuh."Gak usah diladeni ya, Pa!" pintanya lalu melanjutkan melayani pembeli.Melihat dirinya diacuhkan, Yoga segera memanggil Kania yang tengah bermain di pangkuan teman Royan."Kania, sini sama Papa!" panggilnya membuat Kania langsung menoleh menatapnya demikian pula dengan teman-teman Royan.Kania tampak kaget dan shok melihatnya, sehingga gadis kecil itu bergeming. Yoga pun berinisiatif untuk mendekat padanya.Royan yang melihatnya hendak pula mendekati anak sambungnya untuk menghalangi. Namun,
Tidak ada yang memperhatikan kepergian Indira dari tempatnya. Mereka asik menikmati gorengan dan juga minuman yang disuguhkan khusus buat mereka.Sementara Masita kembali sibuk meladeni pembeli yang datang, Royan terlihat asik menemani teman-temannya bercengkerama."Yan, ini gimana sih ceritanya, kok bisa kecantol sama janda?" tanya salah seorang temannya.Beberapa temannya ikut mengangguk menanggapi pertanyaan yang seolah mewakili rasa penasaran mereka.Royan tampak tersenyum grogi mendapat pertanyaan seperti itu."Ekhm ..." Royan mendehem untuk melepaskan rasa groginya."Itu ... panjang sih ceritanya," ucap Royan agak ragu."Iya cerita dong, biar kita gak penasaran lagi," saran mereka lagi.Royan pun mulai menceritakan kisahnya.Saat itu, tepatnya sebulan yang lalu. Royan segera menemui mamanya yang baru kembali dari kantornya."Ma, ini ada surat panggilan dari kampus," ucap Royan sembari meletakkan amplop di meja ruang tengah rumahnya.Bu Rohana seketika berhenti dan mendekat di me
Selesai mandi, Royan segera berganti lalu ke dapur. Tidak lupa membawa Kania bersamanya. Masita sendiri sibuk menyiapkan makan malam untuk keluarga kecilnya meskipun jam makan malam masih jauh, tetapi karena hendak berjualan dan akan pulang sekitar jam sepuluh malam, maka Masita selalu menyiapkan makan malam sebelum berangkat. Agar setelah kembali nanti, tinggal makan.Royan mendudukkan Kania di kursi, kemudian dia ikut duduk pula dan langsung menyeruput kopi yang tadi disiapkan istrinya lengkap dengan kue yang terhidang di meja.Masita mendekat lalu ikut duduk pula di samping Kania yang sedang menikmati kue, menyeka mulut putrinya yang belepotan. Tiba-tiba Royan menyodorkan amplop padanya."Ini apa?" tanya Masita heran."Buka aja dulu," jawab Royan sambil tersenyum.Masita pun perlahan merobek amplop tersebut dengan wajah penasaran, sambil sebentar-sebentar melirik suaminya yang masih juga tersenyum.Masita pun terbeliak dan menganga melihat isi amplop tersebut."Waah duit banyak ama
"Jangan sentuh anakku!" teriak Masita dengan lantang. Dia kembali menarik Kania ke dalam pelukannya. Hal itu membuat Kania semakin ketakutan."Pergi dari sini, sebelum aku telepon omku!" lanjut Masita berapi-api."Heh, Sita. Kamu jangan begitu dong, bagaimana pun juga dia itu ayahnya Kania, lagian kamu kan sudah punya suami, mana pengangguran lagi, Kania mau dikasi makan apa coba? Mending kasi ayahnya biar hidupnya bisa lebih baik!" timpal salah seorang tetangga Masita yang sejak awal selalu paling depan beraksi setiap ada masalah yang terjadi pada Masita."Heh, Bu. Jangan sok ikut campur urusan orang, aku mau makan apa itu urusan kami, bukan urusan Ibu ya," sergah Masita membela diri."Dan kamu, pergi dari sini, pergi!!" teriak Masita untuk yang kesekian kalinya pada Yoga, mantan suaminya."Oke, kali ini aku biarkan, tapi lain kali aku akan ke sini lagi menjenguk Kania. Jangan pernah larang aku ketemu anakku." ucap Yoga mencoba mengalah."Kenapa baru sekarang, hahh? Kemana aja kamu s
Seperti biasanya Masita selalu ke pasar untuk membeli bahan untuk jualannya. Tidak lupa, Kania juga dibawa karena tidak mungkin meninggalkan anaknya sendirian di rumah.Sekembali dari pasar, Masita merasa heran dengan kehadiran sebuah mobil yang terparkir di tepi jalan depan rumahnya. Sambil terus mengawasi mobil tersebut, Masita membayar sewa ojek lalu mengangkat barang-barangnya. Sementara Kania dibiarkan berjalan di depan. Perhatiannya baru dialihkan saat hendak masuk pekarangan."Sita, tunggu!" Teriak seorang pria yang baru turun dari mobil yang terparkir tadi.Masita sontak menoleh ke asal suara,dan begitu tahu siapa orang tersebut, dia pun berdiri mematung seakan menahan napas. Keningnya mengerut menatap lurus orang itu dengan raut tidak senang.Pria tersebut melangkah masuk pekarangan dengan santai. Dan begitu mendekat, dia pun segera berjongkok di depan Kania. "Halo , Sayang. Papa kangen sama Kania," ucapnya sambil memegang bahunya kemudian mencium dan memeluknya. Kania hanya
Keesokan paginya, seperti biasanya Masita bangun lebih awal untuk membuat sarapan, kemudian membangunkan Royan. Sambil duduk menempel di punggung suaminya, Masita mencium lembut pipinya. "Yan, ayo bangun udah pagi! hari ini ada kuliah 'kan?" panggilnya sembari berbisik lembut.Namun, Royan tidak bergerak juga. Sekali lagi Masita memanggilnya lembut. "Yan, Royan, ayo bangun!" desaknya sambil meletakkan dagunya di lengan suaminya tersebut, sementara telunjuknya terus menoyor-noyor pipi sang suami.Seketika Royan membuka mata dengan wajah masam sambil mendengus keras, membuat Masita langsung menegakkan kepala. Keningnya mengerut heran menatap suaminya yang terlihat kurang senang. Perlahan Royan membalikkan badan menjadi telentang lalu menatap istrinya. "Kamu kenapa, kok kayak gak senang gitu sih?" tanya Masita sedikit tersinggung. Sekali lagi Royan menarik napas panjang sambil memutar bola mata. "Kenapa masih Yan, Yan, Yan?" Mendengar protes suaminya, Masita langsung menyadari kesa
"Mama!" Terdengar panggilan Kania.Kemesraan yang sedang panas-panasnya di dalam kamar mandi seketika buyar. Masita langsung mendongakkan kepala begitu pula Royan segera menyudahi permainan. "Aakh, Kania bangun," lenguh Masita mencoba mendorong dada bidang suaminya yang sepertinya enggan untuk berhenti. "Mama, Mama di mana?" Lagi-lagi terdengar teriakan Kania. Membuat Royan mau tak mau harus melepaskan Masita dari rengkuhannya sambil menggaruk kuping yang tak gatal. Masita hanya tersenyum geli melihat wajah masam suaminya tersebut. Dia pun segera memakai pakaian kemudian keluar dari kamar mandi. "Ya, mama di sini, Sayang!" seru Masita sambil menemui Kania yang sudah berdiri di ruang tengah sambil mengucek mata. "Ada apa, Sayang, tumben bangun malam-malam?" tanya Masita pada Kania sambil berjongkok di depannya. "Mau minum," ucap Kania lemas karena masih mengantuk. Masita langsung menepuk jidat. Dia baru sadar kalau Royan yang menidurkan Kania, sehingga lupa menyiapkan minum di
Tersirat penyesalan di wajah Masita, tetapi Royan justru tersenyum nakal menatap wanita di depannya. Dalam benaknya, adegan panas terlarang begitu segar terpampang di ingatannya.Kala itu, sekitar seminggu sebelumnya saat Masita baru kembali dari berjualan, setelah menidurkan Kania, dia pun membersihkan diri di kamar mandi. Royan yang juga baru pulang dari tongkrongannya merasa gerah karena telah menengguk sedikit minuman beralkohol. Ketika pemuda itu hendak masuk ke kamar mandi, Masita juga keluar dengan tubuh polos berbalut handuk sedada. Royan yang sedang gerah tak mampu menahan diri untuk tidak menyerbu wanita yang telah beberapa kali dicoba untuk dirayu, tetapi tetap ditolak. Namun, kali ini Royan seakan hilang kendali. Tanpa pikir panjang dia mendekati Masita dan langsung menarik pinggang dan tengkuk wanita itu lalu dengan cepat melabuhkan bibirnya dengan lembut. Semua berlaku begitu cepat sehingga Masita terlambat mengelak. Alhasil, dia hanya berusaha berontak dan mendorong
Indira tersenyum sinis menanggapi teriakan Masita seolah menantangnya."Ini nih, orang kalo ketahuan sedang bohong pasti panik kayak gini, heh Janda gatel, mending kamu jujur deh, Royan kamu umpetin di mana?""Kalian mau pergi atau aku teriakin kalian rampok?!" Sekali lagi masita memberi peringatan."Wah-wah, punya nyali juga ternyata, apa kamu gak tahu siapa kami, hah?" Sergah mamanya Indira dengan angkuh."Aku tahu siapa Tante, dan sekarang aku baru sadar ternyata keluarga Tante seperti ini sifatnya," sela Royan tiba-tiba membuat semua yang ada di dalam rumah langsung menoleh ke pintu, di mana Royan muncul."Royan?!" Seru Indira dan Masita hampir bersamaan."Nah 'kan bener, Ma, kalo janda ini umpetin Royan? Ibu-ibu lihat 'kan, Royan beneran ada di sini?" ucap Indira antusias sembari menatap semua orang dengan wajah penuh kemenangan."Jangan sembarangan ya, In kalo ngomong, aku baru aja datang, mana bisa diumpetin? ini juga Ibu-ibu, ngapain di rumah orang pagi-pagi, kayak gak ada kerj
"Hei, Janda Gatel!" teriak langsung seorang ibu.Teriakan itu mengagetkan wanita muda yang baru keluar dari rumah dengan menggandeng gadis kecil dan menjinjing sebuah keranjang belanjaan, sepertinya hendak ke pasar. ia pun mendongak menatap ke arah datangnya suara. Keningnya mengerut keheranan hingga berdiri mematung."Berapa yang harus aku bayar, biar anakku bisa kamu kembalikan, hahh?" tanya Ibu tersebut setengah berteriak sambil berjalan ke arahnya.Masita, janda satu anak itu hanya melongo ditanya demikian karena tidak mengerti apa maksud dari ucapannya."Kenapa cuma diam, ayo jawab, berapa?!"Masita pun gelagapan."A-apanya yang berapa , Bu? anak mana yang harus aku kembalikan? aku gak ngerasa ngambil anak Ibu loh." Dia terlihat bingung sembari melirik putri kecilnya, lalu kembali menatap ibu tersebut.Ibu itu tersenyum sinis. "Gak usah berkilah, aku sudah tahu kalo selama ini, Royan, anakku tinggal di rumah kamu, jadi sekarang katakan berapa yang harus aku bayar, agar kamu mau me...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments