Share

Bab 4. Siapa Dia?

Author: Bunda Umu
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Mereka tampak bengong beberapa saat lalu menolah dan saling menatap satu sama lain kemudian kembali menatap Royan.

"Jangan asal bicara, Nak. Pernikahan bukan permainan yang bisa seenaknya kamu ucapkan, ada tanggung jawab yang besar di dalamnya, mengerti?" tegur tante Masita sembari menatap Royan begitu dalam.

"Aku tahu, Tante. Dan aku sudah siap untuk itu, karena aku sayang dan cinta sama Masita. Aku gak peduli dengan apa pun, asal Masita mau menerimaku apa adanya, itu sudah cukup," sanggah Royan.

Masita yang mendengarnya hanya bisa menunduk dan menutup wajah dengan kedua tangannya karena malu. Meskipun hatinya agak kesal, tetapi ucapan pemuda itu sanggup membuatnya berbunga-bunga sehingga rasa kesalnya pun hilang bagai ditiup angin.

"Apa kamu pikir hanya dengan bermodalkan cinta dan sayang lalu kamu bisa membina rumah tangga dengan mudah? dengar Nak! menikahi ponakanku ini berarti ada 2 nyawa yang harus kamu tanggung, meski sebenarnya anaknya bukanlah kewajiban kamu untuk menafkahinya, tetapi ketika kamu masuk dan menjadi bagian dari keluargannya maka secara otomatis kamu pun harus memberinya makan. Apa kamu sanggup?" Lanjut tante Masita menasehati.

"Aku sanggup Tante, aku janji."

Bu Fatma, tante Masita itu tersenyum sangsi mendengar janjinya.

"Dengan status kamu yang sekarang menggembel?"

Mendengar ucapan wanita itu, Royan seketika bungkam dan langsung tertunduk diam dengan menggigit bibir. ada raut malu dan sedih membayangi wajahnya.

Demikian pula dengan Masita yang tadinya sedang terlena kini tersentak seakan baru tersadar dari hayalannya.

Sejenak suasana hening, mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Namun tatapan Bu Fatma tidak sedikitpun beralih dari Royan.

Royan lantas mangangkat wajahnya lalu menarik napas panjang. "Aku akan cari kerja, Tante," lanjut Royan seraya menatap Bu Fatma dengan tegas.

"Kuliahmu aja belum kelar, bagaimana kamu bisa bekerja?" sanggah Bu Fatma meremehkannya.

Royan semakin merasa tersudut tetapi tidak juga mau menyerah. "Akan aku usahakan, aku bisa kerja apa aja yang penting halal, Tante."

Masita yang paham tabiat Royan yang keras kepala segera menengahi agar perdebatan itu seegera berakhir.

"Udahlah Tante, percuma juga berdebat dengan dia, gak bakal ada habisnya, mending suruh duduk, kasihan berdiri terus dari tadi," lerainya.

Tantenya hanya menghela napas panjang lalu mengangguk. "Ya udah, mari silakan duduk, Nak!"

Royan pun mendekat dan hendak duduk sambil melepas tas ransel berukuran sedang yang dibawanya di punggung. Masita pun dengan spontan bangun dan segera menyambut tas tersebut lalu meletakkannya di lantai.

Perlakuannya itu membuat tantenya menggeleng seraya menatapnya tidak senang.

Saat Royan telah duduk di sofa, Masita juga hendak duduk di sampingnya. Namun, Bu Fatma mencegatnya.

"Sita, kamu antar anak kamu ke kamar aja, gak baik kalau kalian duduk berdua di sini. perlakuan kamu itu sudah seperti istrinya, pantas kalau warga mencurigai kalian."

Masita pun tersentak dan langsung menegakkan punggung kembali seolah baru sadar dengan perilakunya sendiri. "Baik Tante."

Masita pun segera mendekati anaknya yang sejak tadi asik bermain di sudut ruangan.

"Yan, aku ke atas dulu ya. Maaf aku gak bisa menemani," pamitnya sambil menuntun anaknya menuju tangga.

"Kamu tunggulah di sini sampai Omnya Sita datang. kalau kamu berani, lamarlah Masita sama dia, dialah yang berhak menentukan kamu diterima atau tidak!" Ketus Bu Fatma lalu pergi meninggalkan Royan sendirian di ruangan itu.

Sepeninggal wanita itu, Royan hanya bisa mengeratkan gigi seraya menjambak rambutnya lalu menghempaskan punggungnya di sandaran sofa.

"Tuhaan, aku harus apa sekarang?" gumamnya lirih sambil menghembuskan napasnya dengan keras.

lama terdiam tak tahu apa yang harus diperbuat selain hanya pasrah menerima nasib, akhirnya pemuda itu merebahkan tubuhnya di sofa. Dengan berbantalkan kedua lengan, Royan menatap langit-langit, hingga akhirnya tertidur dengan pulas.

Waktu pun bergulir, Masita yang turun hendak makan siang menyadari jika Royan ternyata sedang tidur pulas, tak mau mengganggunya dan membiarkannya tertidur. hingga selesai makan siang, barulah ia mencoba membangunkannya untuk makan siang pula.

"Yan, bangun ... hei ... ayo bangun, waktunya makan siang, ayo bangunlah!" bisik Massita dengan lembut seraya menggoyang-goyangkan bahu Royan dengan pelan.

Tampak mata royan bergerak-gerak meski belum terbuka, tetapi dia tetap bergeming seolah masih terlelap. Hatinya begitu senang mendengar suara bisikan lembut dari wanita itu. Seakan-akan semua kesedihan dan kegalauan di hatinya hilang seketika.

Sayang, Masita menyadari jika dia sedang pura-pura, sehingga dengan gemas dijewernya telinga pemuda itu dengan kuat. "Apa kamu pikir aku gak tahu kalau kamu sudah bangun, haah?" decit Masita dengan gemas membuat Royan langsung membuka mata sambil terkekeh.

Masita pun semakin kuat menjewer telinganya, sehingga Royan harus memegangi telinganya. "Aduh, ampun Ma!" pekik Royan memnuhi seluruh ruangan.

Mendengar teriakan itu, Masita langsung terbelalak dan sontak melepas tangannya dari telinga Royan. "Ish, jangan panggil 'Ma' di sini, tahu!" Sentak Masita dengan berbisik sembari memukul bahu Royan dengan gemas.

Royan pun meringis sambil mengusap-usap bahunya yang tidak sakit sambil menatap Masita dengan manja.

"Kenapa emang? nama kamu kan Masita, jadi gak salah dong?" bantahnya.

Masita yang tidak mau berdebat dengannya, hanya bisa mendelik kesal menatapnya. "Sudah ah, aku gak mau berdebat, aku sudah nyiapin makan siang, ayo makan!" ajaknya sambil berlalu masuk ke dalam.

Royan pun tersenyum bahagia dan dengan penuh semangat bangkit dari sofa lalu mengikuti Masita ke dapur.

"Ayo duduk!" suruh Masita sambil menarik kursi untuk Royan.

pemuda itu menurut dan duduk sedang Masita mulai sibuk mengambilkan makanan di piring untuknya.

Dari jauh, tantenya hanya geleng-geleng kepala menyaksikan bagaimana perlakuan Masita yang sepeti sedang meladeni suaminya.

Saat tengah menuangkan air minum untuk Royan, tiba-tiba terdengar bunyi nada dering ponsel yang menbuat Royan sontak menatap Masita.

"Ponsel siapa yang bunyi?" tanya Royan penasaran.

Masita justru balik menatap Royan dengan wajah tak senang.

"Ya ponsel kamulah, tuh di saku!" ujar Masita yang menunjuk saku celana Jogger yang dikenakan Royan.

Royan ikut berkerut sambil ikut menatap celananya. Seketika senyumnya terbit saat tahu di sana masih tersimpan ponselnya.

"Aah, ternyata aku lupa meninggalkan ini di rumah," gumamnya seraya merogoh saku dan mengeluarkan ponsel.

Begitu ponsel sudah ditangan, Royan segera menjawab panggilan video yang masuk.

"Hai In, ada apa? Tumben nelpon siang-siang?" ucap Royan pada sipenelepon.

"Gak pa-pa, aku cuma khawatir kamu kesepian sekarang, mau gak makan siang sama aku?" tawar gadis yang menelepon itu.

Sambil tersenyum Royan mengarahkan ponselnya ke Masita yang baru saja berbalik hendak menaruh teko di dapur.

"Sorry ya, akugak lagi kesepian, aku bareng mama," celetuk Royan, membuat Masita langsung balik badan mendengarnya.

"Dia lagi, dia lagi. Apa kamu pikir aku gak tahu siapa dia, Yan? Dia itu mama palsu kan? Dasar janda gatal gak tahu diri!" umpat gadis di ponsel Royan.

Royan membelalakkan mata mendengar umpatannya dan langsung memutuskan panggulan.

"Siapa dia, Yan?" tanya Masita membuat Royan mematung dengan mata membulat.

Related chapters

  • Terjerat Cinta Janda Satu Anak   Bab 5. Royan Diusir

    "Kenapa malah diam melongo? Ayo jawab, siapa perempuan itu, Yan?" sentak Masita dengan wajah kesal."E ... aku ... mm ... biar aku makan dulu, ya. Habis makan aku jelasin semua deh, aku janji," jawab Royan beralasan.Masita pun terdiam dengan tatapan tajam seakan tidak puas, tetapi semua harus ditahannya sesuai permintaan pemuda di depannya tersebut.Royan dengan sigap menyantap makanan di depannya, dengan sesekali melirik Masita. Ada rasa segan dan rasa tidak enak terpancar dari wajahnya.Masita pun menunggunya dengan sabar tetapi matanya berkaca-kaca. Ucapan wanita yang menelepon Royan masih terngiang di telinganya. Hatinya sakit tak Terperi karena harga dirinya seolah diinjak-injak oleh anak gadis kemarin sore. Seketika terbayang kembali saat Royan menyatakan perasaan padanya sebulan yang lalu.Saat itu, tatkala ia tengah memasak di dapur, Royan datang dan memeluk Masita dari belakang."Aku suka dan sayang sama Mama, aku jatuh cinta, apa itu salah?" ucap Royan sembari mempererat p

  • Terjerat Cinta Janda Satu Anak   Didatangi pacar Royan

    Royan mematung sejenak menatap pria tua di depannya berharap dia menarik ucapan, tetapi tatapan orang itu terlihat tajam dan garang, membuat Royan segera mengalihkan pandangannya ke Masita seolah mengharap pembelaan.Namun, Janda satu anak itu justru menundukkan kepala karena takut pula pada om-nya. Akhirnya Royan mengalah."Baik, Om. Aku pergi, tapi aku ingin Om janji kalau aku kembali membawa mahar untuk Masita, Om akan menerima lamaranku," pintanya dengan tenang.Pak Burhan hanya mengangguk menanggapi permintaan pemuda itu. Sekali lagi Royan menoleh menatap wanita pujaannya yang masih menundukkan kepala, lalu berbalik dan mengambil tasnya di sofa kemudian berjalan gontai keluar dari rumah tersebut.Sepeninggal Royan, Pak Burhan segera mengantar Masita menuju rumah Pak RT untuk meluruskan permasalahan. Akhirnya Masita diizinkan kembali ke rumah.Kini Masita bisa bernapas lega karena bisa kembali ke rumahnya. Namun, hatinya tetap merasa sedih karena terus terpikir akan nasib Royan. B

  • Terjerat Cinta Janda Satu Anak   Menemui Masita

    Sudah berkali-kali ponsel Masita berdering, tetapi rasa sedih membuatnya malas untuk mengambil ponsel yang agak jauh darinya."Ma, ini ada yang menelepon!" Seru Kania, anaknya masita.Masita segera menyeka air mata lalu menoleh dan tersenyum menyambut ponsel yang dibawakan untuknya."Makasih ya, Sayang," ucap Masita sambil membelai kepala anaknya.Begitu melihat nama Royan terpampang di layar ponsel, Masita segera menolak panggilan itu. Air matanya kembali berlinang.Namun, panggilan dari Royan seakan tidak mau berhenti, akhirnya Masita memilih untuk menonaktifkan ponselnya. kemudian melanjutkan pekerjaannya dengan perasaan nelangsa.****Sudah seminggu lamanya Masita tetap tidak mau menerima panggilan telepon dari Royan. Hal itu membuat sang pemuda menjadi uring-uringan, hingga akhirnya memutuskan untuk menemui pujaan hatinya.seperti biasa, Masita yang bekerja sebagai penjual gorengan itu, tengah sibuk meladeni para pembeli. dia tidak sadar jika Royan tengah mengamatinya sambil ters

  • Terjerat Cinta Janda Satu Anak   Bab 8. Digerebek warga

    Royan yang memendam amarah segera menemui Indira di tempat tongkrongannya.Melihat kedatangannya, Indira segera berdiri sambil tersenyum manis menyambut kedatangan Royan."Indira! Kamu ngomong apa sama Masita, hah?" hardik Royan membuat Indira kaget.Beberapa teman Indira yang kebetulan ada bersamanya ikut terkejut mendengarnya. Indira pun merasa malu dihardik demikian, sehingga wajahnya memerah."Apaan sih, datang-datang main tuduh sembarangan, dianya aja yang tukang ngadu, idih gak level," kilahnya gak mau kalah sambil mencibir lalu kembali duduk di kursinya dengan wajah kesal."Bohong! bisa-bisanya kamu bilang kita pacaran, sejak kapan kita jadian, hah? sekarang aku minta kamu ke sana dan jelasin ke dia kalo kita gak ada hubungan selain cuma teman!" cecar Royan yang tidak terima dengan alasan Indira."Kalo aku gak mau, kamu mau apa, hahh? balas Indira tak kalah garangnya."Lagian aku memang sayang dan cinta sama kamu, jadi gak salah dong kalo aku ngaku sama dia kita pacaran, biar d

  • Terjerat Cinta Janda Satu Anak   Bab 9. Royan Datang

    Indira tersenyum sinis menanggapi teriakan Masita seolah menantangnya."Ini nih, orang kalo ketahuan sedang bohong pasti panik kayak gini, heh Janda gatel, mending kamu jujur deh, Royan kamu umpetin di mana?""Kalian mau pergi atau aku teriakin kalian rampok?!" Sekali lagi masita memberi peringatan."Wah-wah, punya nyali juga ternyata, apa kamu gak tahu siapa kami, hah?" Sergah mamanya Indira dengan angkuh."Aku tahu siapa Tante, dan sekarang aku baru sadar ternyata keluarga Tante seperti ini sifatnya," sela Royan tiba-tiba membuat semua yang ada di dalam rumah langsung menoleh ke pintu, di mana Royan muncul."Royan?!" Seru Indira dan Masita hampir bersamaan."Nah 'kan bener, Ma, kalo janda ini umpetin Royan? Ibu-ibu lihat 'kan, Royan beneran ada di sini?" ucap Indira antusias sembari menatap semua orang dengan wajah penuh kemenangan."Jangan sembarangan ya, In kalo ngomong, aku baru aja datang, mana bisa diumpetin? ini juga Ibu-ibu, ngapain di rumah orang pagi-pagi, kayak gak ada kerj

  • Terjerat Cinta Janda Satu Anak   Bab 10. Kebelet Nikah

    Tersirat penyesalan di wajah Masita, tetapi Royan justru tersenyum nakal menatap wanita di depannya. Dalam benaknya, adegan panas terlarang begitu segar terpampang di ingatannya.Kala itu, sekitar seminggu sebelumnya saat Masita baru kembali dari berjualan, setelah menidurkan Kania, dia pun membersihkan diri di kamar mandi. Royan yang juga baru pulang dari tongkrongannya merasa gerah karena telah menengguk sedikit minuman beralkohol. Ketika pemuda itu hendak masuk ke kamar mandi, Masita juga keluar dengan tubuh polos berbalut handuk sedada. Royan yang sedang gerah tak mampu menahan diri untuk tidak menyerbu wanita yang telah beberapa kali dicoba untuk dirayu, tetapi tetap ditolak. Namun, kali ini Royan seakan hilang kendali. Tanpa pikir panjang dia mendekati Masita dan langsung menarik pinggang dan tengkuk wanita itu lalu dengan cepat melabuhkan bibirnya dengan lembut. Semua berlaku begitu cepat sehingga Masita terlambat mengelak. Alhasil, dia hanya berusaha berontak dan mendorong

  • Terjerat Cinta Janda Satu Anak   Bab 11. Kania Terbangun

    "Mama!" Terdengar panggilan Kania.Kemesraan yang sedang panas-panasnya di dalam kamar mandi seketika buyar. Masita langsung mendongakkan kepala begitu pula Royan segera menyudahi permainan. "Aakh, Kania bangun," lenguh Masita mencoba mendorong dada bidang suaminya yang sepertinya enggan untuk berhenti. "Mama, Mama di mana?" Lagi-lagi terdengar teriakan Kania. Membuat Royan mau tak mau harus melepaskan Masita dari rengkuhannya sambil menggaruk kuping yang tak gatal. Masita hanya tersenyum geli melihat wajah masam suaminya tersebut. Dia pun segera memakai pakaian kemudian keluar dari kamar mandi. "Ya, mama di sini, Sayang!" seru Masita sambil menemui Kania yang sudah berdiri di ruang tengah sambil mengucek mata. "Ada apa, Sayang, tumben bangun malam-malam?" tanya Masita pada Kania sambil berjongkok di depannya. "Mau minum," ucap Kania lemas karena masih mengantuk. Masita langsung menepuk jidat. Dia baru sadar kalau Royan yang menidurkan Kania, sehingga lupa menyiapkan minum di

  • Terjerat Cinta Janda Satu Anak   Bab 12. Sarapan

    Keesokan paginya, seperti biasanya Masita bangun lebih awal untuk membuat sarapan, kemudian membangunkan Royan. Sambil duduk menempel di punggung suaminya, Masita mencium lembut pipinya. "Yan, ayo bangun udah pagi! hari ini ada kuliah 'kan?" panggilnya sembari berbisik lembut.Namun, Royan tidak bergerak juga. Sekali lagi Masita memanggilnya lembut. "Yan, Royan, ayo bangun!" desaknya sambil meletakkan dagunya di lengan suaminya tersebut, sementara telunjuknya terus menoyor-noyor pipi sang suami.Seketika Royan membuka mata dengan wajah masam sambil mendengus keras, membuat Masita langsung menegakkan kepala. Keningnya mengerut heran menatap suaminya yang terlihat kurang senang. Perlahan Royan membalikkan badan menjadi telentang lalu menatap istrinya. "Kamu kenapa, kok kayak gak senang gitu sih?" tanya Masita sedikit tersinggung. Sekali lagi Royan menarik napas panjang sambil memutar bola mata. "Kenapa masih Yan, Yan, Yan?" Mendengar protes suaminya, Masita langsung menyadari kesa

Latest chapter

  • Terjerat Cinta Janda Satu Anak   Bab 17. Galau

    "Kayaknya ada yang gemetaran nih?" celetuk Indira sambil bersedekap dan tersenyum meremehkan.Sontak semua mata tertuju padanya tak terkecuali Royan."Apa maksud kamu, In?" seru Royan kurang senang."Kenapa nanya ke aku, tanya tuh istri kamu!" serunya pula.Royan pun menatap Masita yang tampak sedih. Melihat gelagat istrinya tersebut, dia sudah bisa memahami siapa pria tersebut."Mantan Mama?" bisiknya pelan.Masita hanya mengangguk menanggapinya kemudian membungkuk mengambil capitnya yang jatuh."Gak usah diladeni ya, Pa!" pintanya lalu melanjutkan melayani pembeli.Melihat dirinya diacuhkan, Yoga segera memanggil Kania yang tengah bermain di pangkuan teman Royan."Kania, sini sama Papa!" panggilnya membuat Kania langsung menoleh menatapnya demikian pula dengan teman-teman Royan.Kania tampak kaget dan shok melihatnya, sehingga gadis kecil itu bergeming. Yoga pun berinisiatif untuk mendekat padanya.Royan yang melihatnya hendak pula mendekati anak sambungnya untuk menghalangi. Namun,

  • Terjerat Cinta Janda Satu Anak   Ba 16. Royan Berkisah

    Tidak ada yang memperhatikan kepergian Indira dari tempatnya. Mereka asik menikmati gorengan dan juga minuman yang disuguhkan khusus buat mereka.Sementara Masita kembali sibuk meladeni pembeli yang datang, Royan terlihat asik menemani teman-temannya bercengkerama."Yan, ini gimana sih ceritanya, kok bisa kecantol sama janda?" tanya salah seorang temannya.Beberapa temannya ikut mengangguk menanggapi pertanyaan yang seolah mewakili rasa penasaran mereka.Royan tampak tersenyum grogi mendapat pertanyaan seperti itu."Ekhm ..." Royan mendehem untuk melepaskan rasa groginya."Itu ... panjang sih ceritanya," ucap Royan agak ragu."Iya cerita dong, biar kita gak penasaran lagi," saran mereka lagi.Royan pun mulai menceritakan kisahnya.Saat itu, tepatnya sebulan yang lalu. Royan segera menemui mamanya yang baru kembali dari kantornya."Ma, ini ada surat panggilan dari kampus," ucap Royan sembari meletakkan amplop di meja ruang tengah rumahnya.Bu Rohana seketika berhenti dan mendekat di me

  • Terjerat Cinta Janda Satu Anak   Bab 15. Kehadiran Teman-teman Royan

    Selesai mandi, Royan segera berganti lalu ke dapur. Tidak lupa membawa Kania bersamanya. Masita sendiri sibuk menyiapkan makan malam untuk keluarga kecilnya meskipun jam makan malam masih jauh, tetapi karena hendak berjualan dan akan pulang sekitar jam sepuluh malam, maka Masita selalu menyiapkan makan malam sebelum berangkat. Agar setelah kembali nanti, tinggal makan.Royan mendudukkan Kania di kursi, kemudian dia ikut duduk pula dan langsung menyeruput kopi yang tadi disiapkan istrinya lengkap dengan kue yang terhidang di meja.Masita mendekat lalu ikut duduk pula di samping Kania yang sedang menikmati kue, menyeka mulut putrinya yang belepotan. Tiba-tiba Royan menyodorkan amplop padanya."Ini apa?" tanya Masita heran."Buka aja dulu," jawab Royan sambil tersenyum.Masita pun perlahan merobek amplop tersebut dengan wajah penasaran, sambil sebentar-sebentar melirik suaminya yang masih juga tersenyum.Masita pun terbeliak dan menganga melihat isi amplop tersebut."Waah duit banyak ama

  • Terjerat Cinta Janda Satu Anak   Bab 14. Kania Mengadu

    "Jangan sentuh anakku!" teriak Masita dengan lantang. Dia kembali menarik Kania ke dalam pelukannya. Hal itu membuat Kania semakin ketakutan."Pergi dari sini, sebelum aku telepon omku!" lanjut Masita berapi-api."Heh, Sita. Kamu jangan begitu dong, bagaimana pun juga dia itu ayahnya Kania, lagian kamu kan sudah punya suami, mana pengangguran lagi, Kania mau dikasi makan apa coba? Mending kasi ayahnya biar hidupnya bisa lebih baik!" timpal salah seorang tetangga Masita yang sejak awal selalu paling depan beraksi setiap ada masalah yang terjadi pada Masita."Heh, Bu. Jangan sok ikut campur urusan orang, aku mau makan apa itu urusan kami, bukan urusan Ibu ya," sergah Masita membela diri."Dan kamu, pergi dari sini, pergi!!" teriak Masita untuk yang kesekian kalinya pada Yoga, mantan suaminya."Oke, kali ini aku biarkan, tapi lain kali aku akan ke sini lagi menjenguk Kania. Jangan pernah larang aku ketemu anakku." ucap Yoga mencoba mengalah."Kenapa baru sekarang, hahh? Kemana aja kamu s

  • Terjerat Cinta Janda Satu Anak   Bab 13. Kehadiran Mantan

    Seperti biasanya Masita selalu ke pasar untuk membeli bahan untuk jualannya. Tidak lupa, Kania juga dibawa karena tidak mungkin meninggalkan anaknya sendirian di rumah.Sekembali dari pasar, Masita merasa heran dengan kehadiran sebuah mobil yang terparkir di tepi jalan depan rumahnya. Sambil terus mengawasi mobil tersebut, Masita membayar sewa ojek lalu mengangkat barang-barangnya. Sementara Kania dibiarkan berjalan di depan. Perhatiannya baru dialihkan saat hendak masuk pekarangan."Sita, tunggu!" Teriak seorang pria yang baru turun dari mobil yang terparkir tadi.Masita sontak menoleh ke asal suara,dan begitu tahu siapa orang tersebut, dia pun berdiri mematung seakan menahan napas. Keningnya mengerut menatap lurus orang itu dengan raut tidak senang.Pria tersebut melangkah masuk pekarangan dengan santai. Dan begitu mendekat, dia pun segera berjongkok di depan Kania. "Halo , Sayang. Papa kangen sama Kania," ucapnya sambil memegang bahunya kemudian mencium dan memeluknya. Kania hanya

  • Terjerat Cinta Janda Satu Anak   Bab 12. Sarapan

    Keesokan paginya, seperti biasanya Masita bangun lebih awal untuk membuat sarapan, kemudian membangunkan Royan. Sambil duduk menempel di punggung suaminya, Masita mencium lembut pipinya. "Yan, ayo bangun udah pagi! hari ini ada kuliah 'kan?" panggilnya sembari berbisik lembut.Namun, Royan tidak bergerak juga. Sekali lagi Masita memanggilnya lembut. "Yan, Royan, ayo bangun!" desaknya sambil meletakkan dagunya di lengan suaminya tersebut, sementara telunjuknya terus menoyor-noyor pipi sang suami.Seketika Royan membuka mata dengan wajah masam sambil mendengus keras, membuat Masita langsung menegakkan kepala. Keningnya mengerut heran menatap suaminya yang terlihat kurang senang. Perlahan Royan membalikkan badan menjadi telentang lalu menatap istrinya. "Kamu kenapa, kok kayak gak senang gitu sih?" tanya Masita sedikit tersinggung. Sekali lagi Royan menarik napas panjang sambil memutar bola mata. "Kenapa masih Yan, Yan, Yan?" Mendengar protes suaminya, Masita langsung menyadari kesa

  • Terjerat Cinta Janda Satu Anak   Bab 11. Kania Terbangun

    "Mama!" Terdengar panggilan Kania.Kemesraan yang sedang panas-panasnya di dalam kamar mandi seketika buyar. Masita langsung mendongakkan kepala begitu pula Royan segera menyudahi permainan. "Aakh, Kania bangun," lenguh Masita mencoba mendorong dada bidang suaminya yang sepertinya enggan untuk berhenti. "Mama, Mama di mana?" Lagi-lagi terdengar teriakan Kania. Membuat Royan mau tak mau harus melepaskan Masita dari rengkuhannya sambil menggaruk kuping yang tak gatal. Masita hanya tersenyum geli melihat wajah masam suaminya tersebut. Dia pun segera memakai pakaian kemudian keluar dari kamar mandi. "Ya, mama di sini, Sayang!" seru Masita sambil menemui Kania yang sudah berdiri di ruang tengah sambil mengucek mata. "Ada apa, Sayang, tumben bangun malam-malam?" tanya Masita pada Kania sambil berjongkok di depannya. "Mau minum," ucap Kania lemas karena masih mengantuk. Masita langsung menepuk jidat. Dia baru sadar kalau Royan yang menidurkan Kania, sehingga lupa menyiapkan minum di

  • Terjerat Cinta Janda Satu Anak   Bab 10. Kebelet Nikah

    Tersirat penyesalan di wajah Masita, tetapi Royan justru tersenyum nakal menatap wanita di depannya. Dalam benaknya, adegan panas terlarang begitu segar terpampang di ingatannya.Kala itu, sekitar seminggu sebelumnya saat Masita baru kembali dari berjualan, setelah menidurkan Kania, dia pun membersihkan diri di kamar mandi. Royan yang juga baru pulang dari tongkrongannya merasa gerah karena telah menengguk sedikit minuman beralkohol. Ketika pemuda itu hendak masuk ke kamar mandi, Masita juga keluar dengan tubuh polos berbalut handuk sedada. Royan yang sedang gerah tak mampu menahan diri untuk tidak menyerbu wanita yang telah beberapa kali dicoba untuk dirayu, tetapi tetap ditolak. Namun, kali ini Royan seakan hilang kendali. Tanpa pikir panjang dia mendekati Masita dan langsung menarik pinggang dan tengkuk wanita itu lalu dengan cepat melabuhkan bibirnya dengan lembut. Semua berlaku begitu cepat sehingga Masita terlambat mengelak. Alhasil, dia hanya berusaha berontak dan mendorong

  • Terjerat Cinta Janda Satu Anak   Bab 9. Royan Datang

    Indira tersenyum sinis menanggapi teriakan Masita seolah menantangnya."Ini nih, orang kalo ketahuan sedang bohong pasti panik kayak gini, heh Janda gatel, mending kamu jujur deh, Royan kamu umpetin di mana?""Kalian mau pergi atau aku teriakin kalian rampok?!" Sekali lagi masita memberi peringatan."Wah-wah, punya nyali juga ternyata, apa kamu gak tahu siapa kami, hah?" Sergah mamanya Indira dengan angkuh."Aku tahu siapa Tante, dan sekarang aku baru sadar ternyata keluarga Tante seperti ini sifatnya," sela Royan tiba-tiba membuat semua yang ada di dalam rumah langsung menoleh ke pintu, di mana Royan muncul."Royan?!" Seru Indira dan Masita hampir bersamaan."Nah 'kan bener, Ma, kalo janda ini umpetin Royan? Ibu-ibu lihat 'kan, Royan beneran ada di sini?" ucap Indira antusias sembari menatap semua orang dengan wajah penuh kemenangan."Jangan sembarangan ya, In kalo ngomong, aku baru aja datang, mana bisa diumpetin? ini juga Ibu-ibu, ngapain di rumah orang pagi-pagi, kayak gak ada kerj

DMCA.com Protection Status