Share

Bab 5. Royan Diusir

Penulis: Bunda Umu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Kenapa malah diam melongo? Ayo jawab, siapa perempuan itu, Yan?" sentak Masita dengan wajah kesal.

"E ... aku ... mm ... biar aku makan dulu, ya. Habis makan aku jelasin semua deh, aku janji," jawab Royan beralasan.

Masita pun terdiam dengan tatapan tajam seakan tidak puas, tetapi semua harus ditahannya sesuai permintaan pemuda di depannya tersebut.

Royan dengan sigap menyantap makanan di depannya, dengan sesekali melirik Masita. Ada rasa segan dan rasa tidak enak terpancar dari wajahnya.

Masita pun menunggunya dengan sabar tetapi matanya berkaca-kaca. Ucapan wanita yang menelepon Royan masih terngiang di telinganya. Hatinya sakit tak Terperi karena harga dirinya seolah diinjak-injak oleh anak gadis kemarin sore.

Seketika terbayang kembali saat Royan menyatakan perasaan padanya sebulan yang lalu.

Saat itu, tatkala ia tengah memasak di dapur, Royan datang dan memeluk Masita dari belakang.

"Aku suka dan sayang sama Mama, aku jatuh cinta, apa itu salah?" ucap Royan sembari mempererat pelukannya.

Masita tersenyum lalu menoleh menatapnya, dan berusaha melepas lingkaran tangan pemuda belia itu. "Gak salah, hanya saja aku yang tidak sanggup menerimanya. Aku malu dan takut sama penilaian orang. Janda satu anak memacari anak kuliahan, nanti aku dikira janda gatal."

Royan menggeleng dan kembali ingin memeluknya. "Aku gak peduli apa kata orang, yang pasti aku cinta Mama, dan itu sudah cukup."

Air mata Masita pun menggenang mengingat bagaimana Royan meyakinkannya dahulu agar cintanya bisa diterima. Matanya nanar menatap pemuda tampan di depannya yang masih asik menikmati makanan.

Sampai akhirnya Royan pun selesai makan, dan Masita langsung angkat bicara.

"Semua yang aku khawatirkan dulu, sekarang sudah terjadi, semua orang menuduhku janda gatal," ucap Masita dengan berat, air matanya yang menggenang akhirnya tumpah.

Royan hampir saja tersedak air minum mendengar ucapannya. Namun, tidak ada yang bisa dikatakannya untuk membela diri, akhirnya memilih untuk tetap diam.

"Harga diri dan kehormatanku sekarang sudah raib, dilindas oleh sifat keras kepalamu, terima kasih, sudah membuat hidupku kacau balau," lanjut Masita sambil terisak lalu berbalik badan hendak meninggalkan Royan.

Melihat wanita itu hendak berlalu, Royan segera bangkit dari kursi dan segera memeluknya dari belakang.

"Ma, plis jangan ngomong gitu, aku benar-benar akan bertanggung jawab, gak akan kubiarkan siapa pun menghina kamu, aku janji," bisik Royan mencoba menenangkan Masita.

Namun, Masita bukannya tenang, justru semakin sedih. "Udah, cukup! jangan pernah mencoba meyakinkan aku lagi, aku muak!" sentak Masita seraya melepas paksa pelukan Royan.

"Aku gak mau lagi dengar apapun dari kamu." lanjut Masita dan beranjak pergi.

Sayangnya, pemuda itu tidak akan membiarkannya pergi. Dengan cepat ia menangkap lengan Masita.

"Ma, tunggu! tolong, sekali ini aja, dengarin aku. Aku benar-benar gak tahu kalau semuanya akan kacau begini, tapi percayalah rasa cintaku itu nyata, dan aku serius. Karena itu aku mau kita menikah, ayo kita buktikan sama mereka kalau cinta kita murni dan tulus, aku mohon," pinta Royan dengan wajah penuh keyakinan.

Masita kembali menghempaskan tangannya dengan kuat. "Gak, aku gak akan mau dengar apapun lagi dari kamu, tinggalin aku sendiri." Lagi-lagi Masita membentaknya dengan kuat dan kembali hendak berlalu pergi.

Royan tetap tidak mau mengalah, dengan sigap meraih tangan wanita itu dan memeluknya dengan erat.

"Tolong, jangan marah padaku, Ma. Aku gak akan bisa memaafkan diriku kalau kamu terus marah begini, aku mohon."

"Lep-pasin!"

Masita berusaha kuat untuk mendorong tubuh kekar tesebut, tetapi tenaganya terlalu besar membuat wanita itu tidak mampu melepaskan diri. Dia pun terus memukulinya, tetapi pemuda itu seakan tidak merasakan apa-apa.

"Royan, lepasin!" Masita kembali berteriak, tetapi Royan kekeh tak mau melepasnya.

"Izinkan aku membuktikan besar dan tulusnya cintaku, Ma. Aku gak akan peduli apa kata orang, yang aku pedulikan hanya kamu, Kania, dan kita. Aku tahu mungkin aku gak bisa memberikan harta yang melimpah, tapi aku janji akan mencintai dan menyayangi kalian berdua, percayalah," jelas Royan dengan lembut.

Mendengar ucapan Royan, hati Masita kembali meleleh dan akhirnya luluh. Royan pun melonggarkan pelukannya lalu menangkup kedua pipi wanita itu kemudian menatapnya dengan penuh kasih.

"Mama percaya sama aku 'kan?"

Masita hanya mengangguk pelan sambil terisak. Royan segera menyeka air mata wanita itu lalu mengecup keningnya sehingga pipi janda satu anak itu merah merona. Senyum malu-malu tampak terukir di wajah cantiknya.

"Masita, siapa lelaki itu?!"

Sebuah teriakan keras membuat Royan dan Masita sontak menoleh dengan kaget.

Matanya pun membulat dengan jantung yang seakan berhenti berdetak.

"Om?" tanya Masita dengan wajah ketakutan.

Royan pun tersenyum kikuk. "Aku Royan, Om. A-aku ..." Royan semakin gugup untuk melanjutkan omongannya.

Pak Burhan-om Masita menatapnya dengan geram. "Apa yang kalian lakukan?" lanjutnya tanpa mengubah tatapan tajamnya.

Masita dan Royan saling tatap sejenak lalu kembali menatap pria setengah baya di depannya tanpa mampu menjawab.

"Tadi Pak RT menelpon Om, ngasih tahu kelakuan kamu sampai diusir dari kampung sana, tadinya aku gak percaya omongan Pak RT, tapi apa yang aku lihat sudah cukup meyakinkan, Om benar-benar gak nyangka, Sita. Ternyata kelakuan kamu seperti ini?!" sentak Pak Burhan dengan wajah merah padam.

Seketika Royan bersimpuh di hadapan Pak Burhan.

"Aku minta maaf, Om. Aku yang salah, aku janji, aku akan bertanggung jawab," ucap Royan dengan penuh keyakinan seraya menundukkan kepala di depan om Masita.

Pak Burhan semakin geram, matanya kini memerah. "Apa kamu pikir semua masalah akan selesai hanya dengan kata bertanggung jawab, hahh?!"

"Maafkan aku Om, aku salah," ucap Royan yang semakin tertunduk.

"Kamu tahu kamu salah, tapi bukannya menyesal malah datang ke sini dan pamer kemesraan di rumah orang, dasar tidak punya adab kamu, pergi dari sini Sekarang, sebelum kesabaranku habis!" sentak Pak Burhan sembari menunjuk ke luar dengan garang.

"Maafkan aku, Om. Biarkan aku bertanggung jawab sama Masita, Om. Aku mohon," sela Royan dengan cepat berharap orang di depannya akan meredakan amarah.

"Tanggung jawab? Tanggung jawab apa, hahh? Apa kamu mau datang ke kampung sana untuk menjelaskannya ke orang-orang, atau apa?" tanya Pak Burhan dengan beringas.

Royan pun memberanikan diri mendongak. "Izinkan aku menikahi Masita, Om," ucap Royan penuh keberanian.

Memdengar pernyataan Royan tersebut, seketika wajah Pak Burhan semakin murka dan langsung mengepalkan tangannya hendak menghantam wajah pemuda di depannya.

Masita yang melihatnya semakin ketakutan dengan wajah meringis hampir menangis.

Royan hanya memejamkan matanya seolah sudah siap menerima hantaman kepalan tangan tersebut, tetapi setelah beberapa saat tak ada sesuatu yang menimpa wajahnya, pemuda itu pun membuka mata.

Ternyata Pak Burhan menahan kepalan tangannya di depan wajah Royan dengan bibir bergetar tanda menahan amarah yang amat sangat.

"Pergi dari sini, sebelum aku benar-benar murka, pergi!" usir Pak Burhan dengan gigi gemeretak.

Royan bergeming dan dengan tenang menatap orang tua itu. "Aku gak akan pergi, sebelum Om mengizinkan aku membawa Masita sebagai istriku," ucapnya membuat Pak Burham semakin geram.

"Apa kamu pikir dengan menikahi Masita lantas namanya akan bersih?! Justru orang akan semakin menggunjingnya, paham!" teriak Pak Burhan dengan lantang.

"Aku gak mau kehilangan dia, Om. Aku sayang dan cinta sama dia, dan aku rela menerima hukuman apapun dari Om, asal aku diizinkan menikahinya." decit Royan tanpa gentar.

Melihat pemuda di depannya tidak gentar sedikit pun dengan bentakannya, Pak Burhan berusaha menarik napas untuk mengurangi rasa kesal.

"Hei anak muda, dengar! Masita itu bukan gadis belia yang tak punya tanggungan dan beban. Dia punya anak, nama, dan harga diri yang harus dijaganya, " ucapnya kemudian dengan suara yang berusaha ditekan.

"Aku tahu, Om. Dan aku sudah siap dengan semua tanggung jawab itu," kilah Royan semakin berani.

"Apa kerjaan kamu, berapa penghasilan kamu, apa yang kamu punya untuk menjaga dan melidungi anakku itu, hm?"

Royan terdiam dan tak mampu menjawabnya. Melihat pemuda itu terdiam, Pak Burhan melanjutkan.

"Kenapa diam, kamu gak punya apa-apa untuk melamar anakku? Huh, hanya bermodal nyali apa kamu pikir bisa menghidupinya? Jangan menghayal. Lebih baik kamu pergi dari sini, pergi!"

Royan tersentak kaget dan menatap Pak Burhan dengan nanar.

"Kenapa masih diam, pergi dari sini!"

Bab terkait

  • Terjerat Cinta Janda Satu Anak   Didatangi pacar Royan

    Royan mematung sejenak menatap pria tua di depannya berharap dia menarik ucapan, tetapi tatapan orang itu terlihat tajam dan garang, membuat Royan segera mengalihkan pandangannya ke Masita seolah mengharap pembelaan.Namun, Janda satu anak itu justru menundukkan kepala karena takut pula pada om-nya. Akhirnya Royan mengalah."Baik, Om. Aku pergi, tapi aku ingin Om janji kalau aku kembali membawa mahar untuk Masita, Om akan menerima lamaranku," pintanya dengan tenang.Pak Burhan hanya mengangguk menanggapi permintaan pemuda itu. Sekali lagi Royan menoleh menatap wanita pujaannya yang masih menundukkan kepala, lalu berbalik dan mengambil tasnya di sofa kemudian berjalan gontai keluar dari rumah tersebut.Sepeninggal Royan, Pak Burhan segera mengantar Masita menuju rumah Pak RT untuk meluruskan permasalahan. Akhirnya Masita diizinkan kembali ke rumah.Kini Masita bisa bernapas lega karena bisa kembali ke rumahnya. Namun, hatinya tetap merasa sedih karena terus terpikir akan nasib Royan. B

  • Terjerat Cinta Janda Satu Anak   Menemui Masita

    Sudah berkali-kali ponsel Masita berdering, tetapi rasa sedih membuatnya malas untuk mengambil ponsel yang agak jauh darinya."Ma, ini ada yang menelepon!" Seru Kania, anaknya masita.Masita segera menyeka air mata lalu menoleh dan tersenyum menyambut ponsel yang dibawakan untuknya."Makasih ya, Sayang," ucap Masita sambil membelai kepala anaknya.Begitu melihat nama Royan terpampang di layar ponsel, Masita segera menolak panggilan itu. Air matanya kembali berlinang.Namun, panggilan dari Royan seakan tidak mau berhenti, akhirnya Masita memilih untuk menonaktifkan ponselnya. kemudian melanjutkan pekerjaannya dengan perasaan nelangsa.****Sudah seminggu lamanya Masita tetap tidak mau menerima panggilan telepon dari Royan. Hal itu membuat sang pemuda menjadi uring-uringan, hingga akhirnya memutuskan untuk menemui pujaan hatinya.seperti biasa, Masita yang bekerja sebagai penjual gorengan itu, tengah sibuk meladeni para pembeli. dia tidak sadar jika Royan tengah mengamatinya sambil ters

  • Terjerat Cinta Janda Satu Anak   Bab 8. Digerebek warga

    Royan yang memendam amarah segera menemui Indira di tempat tongkrongannya.Melihat kedatangannya, Indira segera berdiri sambil tersenyum manis menyambut kedatangan Royan."Indira! Kamu ngomong apa sama Masita, hah?" hardik Royan membuat Indira kaget.Beberapa teman Indira yang kebetulan ada bersamanya ikut terkejut mendengarnya. Indira pun merasa malu dihardik demikian, sehingga wajahnya memerah."Apaan sih, datang-datang main tuduh sembarangan, dianya aja yang tukang ngadu, idih gak level," kilahnya gak mau kalah sambil mencibir lalu kembali duduk di kursinya dengan wajah kesal."Bohong! bisa-bisanya kamu bilang kita pacaran, sejak kapan kita jadian, hah? sekarang aku minta kamu ke sana dan jelasin ke dia kalo kita gak ada hubungan selain cuma teman!" cecar Royan yang tidak terima dengan alasan Indira."Kalo aku gak mau, kamu mau apa, hahh? balas Indira tak kalah garangnya."Lagian aku memang sayang dan cinta sama kamu, jadi gak salah dong kalo aku ngaku sama dia kita pacaran, biar d

  • Terjerat Cinta Janda Satu Anak   Bab 9. Royan Datang

    Indira tersenyum sinis menanggapi teriakan Masita seolah menantangnya."Ini nih, orang kalo ketahuan sedang bohong pasti panik kayak gini, heh Janda gatel, mending kamu jujur deh, Royan kamu umpetin di mana?""Kalian mau pergi atau aku teriakin kalian rampok?!" Sekali lagi masita memberi peringatan."Wah-wah, punya nyali juga ternyata, apa kamu gak tahu siapa kami, hah?" Sergah mamanya Indira dengan angkuh."Aku tahu siapa Tante, dan sekarang aku baru sadar ternyata keluarga Tante seperti ini sifatnya," sela Royan tiba-tiba membuat semua yang ada di dalam rumah langsung menoleh ke pintu, di mana Royan muncul."Royan?!" Seru Indira dan Masita hampir bersamaan."Nah 'kan bener, Ma, kalo janda ini umpetin Royan? Ibu-ibu lihat 'kan, Royan beneran ada di sini?" ucap Indira antusias sembari menatap semua orang dengan wajah penuh kemenangan."Jangan sembarangan ya, In kalo ngomong, aku baru aja datang, mana bisa diumpetin? ini juga Ibu-ibu, ngapain di rumah orang pagi-pagi, kayak gak ada kerj

  • Terjerat Cinta Janda Satu Anak   Bab 10. Kebelet Nikah

    Tersirat penyesalan di wajah Masita, tetapi Royan justru tersenyum nakal menatap wanita di depannya. Dalam benaknya, adegan panas terlarang begitu segar terpampang di ingatannya.Kala itu, sekitar seminggu sebelumnya saat Masita baru kembali dari berjualan, setelah menidurkan Kania, dia pun membersihkan diri di kamar mandi. Royan yang juga baru pulang dari tongkrongannya merasa gerah karena telah menengguk sedikit minuman beralkohol. Ketika pemuda itu hendak masuk ke kamar mandi, Masita juga keluar dengan tubuh polos berbalut handuk sedada. Royan yang sedang gerah tak mampu menahan diri untuk tidak menyerbu wanita yang telah beberapa kali dicoba untuk dirayu, tetapi tetap ditolak. Namun, kali ini Royan seakan hilang kendali. Tanpa pikir panjang dia mendekati Masita dan langsung menarik pinggang dan tengkuk wanita itu lalu dengan cepat melabuhkan bibirnya dengan lembut. Semua berlaku begitu cepat sehingga Masita terlambat mengelak. Alhasil, dia hanya berusaha berontak dan mendorong

  • Terjerat Cinta Janda Satu Anak   Bab 11. Kania Terbangun

    "Mama!" Terdengar panggilan Kania.Kemesraan yang sedang panas-panasnya di dalam kamar mandi seketika buyar. Masita langsung mendongakkan kepala begitu pula Royan segera menyudahi permainan. "Aakh, Kania bangun," lenguh Masita mencoba mendorong dada bidang suaminya yang sepertinya enggan untuk berhenti. "Mama, Mama di mana?" Lagi-lagi terdengar teriakan Kania. Membuat Royan mau tak mau harus melepaskan Masita dari rengkuhannya sambil menggaruk kuping yang tak gatal. Masita hanya tersenyum geli melihat wajah masam suaminya tersebut. Dia pun segera memakai pakaian kemudian keluar dari kamar mandi. "Ya, mama di sini, Sayang!" seru Masita sambil menemui Kania yang sudah berdiri di ruang tengah sambil mengucek mata. "Ada apa, Sayang, tumben bangun malam-malam?" tanya Masita pada Kania sambil berjongkok di depannya. "Mau minum," ucap Kania lemas karena masih mengantuk. Masita langsung menepuk jidat. Dia baru sadar kalau Royan yang menidurkan Kania, sehingga lupa menyiapkan minum di

  • Terjerat Cinta Janda Satu Anak   Bab 12. Sarapan

    Keesokan paginya, seperti biasanya Masita bangun lebih awal untuk membuat sarapan, kemudian membangunkan Royan. Sambil duduk menempel di punggung suaminya, Masita mencium lembut pipinya. "Yan, ayo bangun udah pagi! hari ini ada kuliah 'kan?" panggilnya sembari berbisik lembut.Namun, Royan tidak bergerak juga. Sekali lagi Masita memanggilnya lembut. "Yan, Royan, ayo bangun!" desaknya sambil meletakkan dagunya di lengan suaminya tersebut, sementara telunjuknya terus menoyor-noyor pipi sang suami.Seketika Royan membuka mata dengan wajah masam sambil mendengus keras, membuat Masita langsung menegakkan kepala. Keningnya mengerut heran menatap suaminya yang terlihat kurang senang. Perlahan Royan membalikkan badan menjadi telentang lalu menatap istrinya. "Kamu kenapa, kok kayak gak senang gitu sih?" tanya Masita sedikit tersinggung. Sekali lagi Royan menarik napas panjang sambil memutar bola mata. "Kenapa masih Yan, Yan, Yan?" Mendengar protes suaminya, Masita langsung menyadari kesa

  • Terjerat Cinta Janda Satu Anak   Bab 13. Kehadiran Mantan

    Seperti biasanya Masita selalu ke pasar untuk membeli bahan untuk jualannya. Tidak lupa, Kania juga dibawa karena tidak mungkin meninggalkan anaknya sendirian di rumah.Sekembali dari pasar, Masita merasa heran dengan kehadiran sebuah mobil yang terparkir di tepi jalan depan rumahnya. Sambil terus mengawasi mobil tersebut, Masita membayar sewa ojek lalu mengangkat barang-barangnya. Sementara Kania dibiarkan berjalan di depan. Perhatiannya baru dialihkan saat hendak masuk pekarangan."Sita, tunggu!" Teriak seorang pria yang baru turun dari mobil yang terparkir tadi.Masita sontak menoleh ke asal suara,dan begitu tahu siapa orang tersebut, dia pun berdiri mematung seakan menahan napas. Keningnya mengerut menatap lurus orang itu dengan raut tidak senang.Pria tersebut melangkah masuk pekarangan dengan santai. Dan begitu mendekat, dia pun segera berjongkok di depan Kania. "Halo , Sayang. Papa kangen sama Kania," ucapnya sambil memegang bahunya kemudian mencium dan memeluknya. Kania hanya

Bab terbaru

  • Terjerat Cinta Janda Satu Anak   Bab 17. Galau

    "Kayaknya ada yang gemetaran nih?" celetuk Indira sambil bersedekap dan tersenyum meremehkan.Sontak semua mata tertuju padanya tak terkecuali Royan."Apa maksud kamu, In?" seru Royan kurang senang."Kenapa nanya ke aku, tanya tuh istri kamu!" serunya pula.Royan pun menatap Masita yang tampak sedih. Melihat gelagat istrinya tersebut, dia sudah bisa memahami siapa pria tersebut."Mantan Mama?" bisiknya pelan.Masita hanya mengangguk menanggapinya kemudian membungkuk mengambil capitnya yang jatuh."Gak usah diladeni ya, Pa!" pintanya lalu melanjutkan melayani pembeli.Melihat dirinya diacuhkan, Yoga segera memanggil Kania yang tengah bermain di pangkuan teman Royan."Kania, sini sama Papa!" panggilnya membuat Kania langsung menoleh menatapnya demikian pula dengan teman-teman Royan.Kania tampak kaget dan shok melihatnya, sehingga gadis kecil itu bergeming. Yoga pun berinisiatif untuk mendekat padanya.Royan yang melihatnya hendak pula mendekati anak sambungnya untuk menghalangi. Namun,

  • Terjerat Cinta Janda Satu Anak   Ba 16. Royan Berkisah

    Tidak ada yang memperhatikan kepergian Indira dari tempatnya. Mereka asik menikmati gorengan dan juga minuman yang disuguhkan khusus buat mereka.Sementara Masita kembali sibuk meladeni pembeli yang datang, Royan terlihat asik menemani teman-temannya bercengkerama."Yan, ini gimana sih ceritanya, kok bisa kecantol sama janda?" tanya salah seorang temannya.Beberapa temannya ikut mengangguk menanggapi pertanyaan yang seolah mewakili rasa penasaran mereka.Royan tampak tersenyum grogi mendapat pertanyaan seperti itu."Ekhm ..." Royan mendehem untuk melepaskan rasa groginya."Itu ... panjang sih ceritanya," ucap Royan agak ragu."Iya cerita dong, biar kita gak penasaran lagi," saran mereka lagi.Royan pun mulai menceritakan kisahnya.Saat itu, tepatnya sebulan yang lalu. Royan segera menemui mamanya yang baru kembali dari kantornya."Ma, ini ada surat panggilan dari kampus," ucap Royan sembari meletakkan amplop di meja ruang tengah rumahnya.Bu Rohana seketika berhenti dan mendekat di me

  • Terjerat Cinta Janda Satu Anak   Bab 15. Kehadiran Teman-teman Royan

    Selesai mandi, Royan segera berganti lalu ke dapur. Tidak lupa membawa Kania bersamanya. Masita sendiri sibuk menyiapkan makan malam untuk keluarga kecilnya meskipun jam makan malam masih jauh, tetapi karena hendak berjualan dan akan pulang sekitar jam sepuluh malam, maka Masita selalu menyiapkan makan malam sebelum berangkat. Agar setelah kembali nanti, tinggal makan.Royan mendudukkan Kania di kursi, kemudian dia ikut duduk pula dan langsung menyeruput kopi yang tadi disiapkan istrinya lengkap dengan kue yang terhidang di meja.Masita mendekat lalu ikut duduk pula di samping Kania yang sedang menikmati kue, menyeka mulut putrinya yang belepotan. Tiba-tiba Royan menyodorkan amplop padanya."Ini apa?" tanya Masita heran."Buka aja dulu," jawab Royan sambil tersenyum.Masita pun perlahan merobek amplop tersebut dengan wajah penasaran, sambil sebentar-sebentar melirik suaminya yang masih juga tersenyum.Masita pun terbeliak dan menganga melihat isi amplop tersebut."Waah duit banyak ama

  • Terjerat Cinta Janda Satu Anak   Bab 14. Kania Mengadu

    "Jangan sentuh anakku!" teriak Masita dengan lantang. Dia kembali menarik Kania ke dalam pelukannya. Hal itu membuat Kania semakin ketakutan."Pergi dari sini, sebelum aku telepon omku!" lanjut Masita berapi-api."Heh, Sita. Kamu jangan begitu dong, bagaimana pun juga dia itu ayahnya Kania, lagian kamu kan sudah punya suami, mana pengangguran lagi, Kania mau dikasi makan apa coba? Mending kasi ayahnya biar hidupnya bisa lebih baik!" timpal salah seorang tetangga Masita yang sejak awal selalu paling depan beraksi setiap ada masalah yang terjadi pada Masita."Heh, Bu. Jangan sok ikut campur urusan orang, aku mau makan apa itu urusan kami, bukan urusan Ibu ya," sergah Masita membela diri."Dan kamu, pergi dari sini, pergi!!" teriak Masita untuk yang kesekian kalinya pada Yoga, mantan suaminya."Oke, kali ini aku biarkan, tapi lain kali aku akan ke sini lagi menjenguk Kania. Jangan pernah larang aku ketemu anakku." ucap Yoga mencoba mengalah."Kenapa baru sekarang, hahh? Kemana aja kamu s

  • Terjerat Cinta Janda Satu Anak   Bab 13. Kehadiran Mantan

    Seperti biasanya Masita selalu ke pasar untuk membeli bahan untuk jualannya. Tidak lupa, Kania juga dibawa karena tidak mungkin meninggalkan anaknya sendirian di rumah.Sekembali dari pasar, Masita merasa heran dengan kehadiran sebuah mobil yang terparkir di tepi jalan depan rumahnya. Sambil terus mengawasi mobil tersebut, Masita membayar sewa ojek lalu mengangkat barang-barangnya. Sementara Kania dibiarkan berjalan di depan. Perhatiannya baru dialihkan saat hendak masuk pekarangan."Sita, tunggu!" Teriak seorang pria yang baru turun dari mobil yang terparkir tadi.Masita sontak menoleh ke asal suara,dan begitu tahu siapa orang tersebut, dia pun berdiri mematung seakan menahan napas. Keningnya mengerut menatap lurus orang itu dengan raut tidak senang.Pria tersebut melangkah masuk pekarangan dengan santai. Dan begitu mendekat, dia pun segera berjongkok di depan Kania. "Halo , Sayang. Papa kangen sama Kania," ucapnya sambil memegang bahunya kemudian mencium dan memeluknya. Kania hanya

  • Terjerat Cinta Janda Satu Anak   Bab 12. Sarapan

    Keesokan paginya, seperti biasanya Masita bangun lebih awal untuk membuat sarapan, kemudian membangunkan Royan. Sambil duduk menempel di punggung suaminya, Masita mencium lembut pipinya. "Yan, ayo bangun udah pagi! hari ini ada kuliah 'kan?" panggilnya sembari berbisik lembut.Namun, Royan tidak bergerak juga. Sekali lagi Masita memanggilnya lembut. "Yan, Royan, ayo bangun!" desaknya sambil meletakkan dagunya di lengan suaminya tersebut, sementara telunjuknya terus menoyor-noyor pipi sang suami.Seketika Royan membuka mata dengan wajah masam sambil mendengus keras, membuat Masita langsung menegakkan kepala. Keningnya mengerut heran menatap suaminya yang terlihat kurang senang. Perlahan Royan membalikkan badan menjadi telentang lalu menatap istrinya. "Kamu kenapa, kok kayak gak senang gitu sih?" tanya Masita sedikit tersinggung. Sekali lagi Royan menarik napas panjang sambil memutar bola mata. "Kenapa masih Yan, Yan, Yan?" Mendengar protes suaminya, Masita langsung menyadari kesa

  • Terjerat Cinta Janda Satu Anak   Bab 11. Kania Terbangun

    "Mama!" Terdengar panggilan Kania.Kemesraan yang sedang panas-panasnya di dalam kamar mandi seketika buyar. Masita langsung mendongakkan kepala begitu pula Royan segera menyudahi permainan. "Aakh, Kania bangun," lenguh Masita mencoba mendorong dada bidang suaminya yang sepertinya enggan untuk berhenti. "Mama, Mama di mana?" Lagi-lagi terdengar teriakan Kania. Membuat Royan mau tak mau harus melepaskan Masita dari rengkuhannya sambil menggaruk kuping yang tak gatal. Masita hanya tersenyum geli melihat wajah masam suaminya tersebut. Dia pun segera memakai pakaian kemudian keluar dari kamar mandi. "Ya, mama di sini, Sayang!" seru Masita sambil menemui Kania yang sudah berdiri di ruang tengah sambil mengucek mata. "Ada apa, Sayang, tumben bangun malam-malam?" tanya Masita pada Kania sambil berjongkok di depannya. "Mau minum," ucap Kania lemas karena masih mengantuk. Masita langsung menepuk jidat. Dia baru sadar kalau Royan yang menidurkan Kania, sehingga lupa menyiapkan minum di

  • Terjerat Cinta Janda Satu Anak   Bab 10. Kebelet Nikah

    Tersirat penyesalan di wajah Masita, tetapi Royan justru tersenyum nakal menatap wanita di depannya. Dalam benaknya, adegan panas terlarang begitu segar terpampang di ingatannya.Kala itu, sekitar seminggu sebelumnya saat Masita baru kembali dari berjualan, setelah menidurkan Kania, dia pun membersihkan diri di kamar mandi. Royan yang juga baru pulang dari tongkrongannya merasa gerah karena telah menengguk sedikit minuman beralkohol. Ketika pemuda itu hendak masuk ke kamar mandi, Masita juga keluar dengan tubuh polos berbalut handuk sedada. Royan yang sedang gerah tak mampu menahan diri untuk tidak menyerbu wanita yang telah beberapa kali dicoba untuk dirayu, tetapi tetap ditolak. Namun, kali ini Royan seakan hilang kendali. Tanpa pikir panjang dia mendekati Masita dan langsung menarik pinggang dan tengkuk wanita itu lalu dengan cepat melabuhkan bibirnya dengan lembut. Semua berlaku begitu cepat sehingga Masita terlambat mengelak. Alhasil, dia hanya berusaha berontak dan mendorong

  • Terjerat Cinta Janda Satu Anak   Bab 9. Royan Datang

    Indira tersenyum sinis menanggapi teriakan Masita seolah menantangnya."Ini nih, orang kalo ketahuan sedang bohong pasti panik kayak gini, heh Janda gatel, mending kamu jujur deh, Royan kamu umpetin di mana?""Kalian mau pergi atau aku teriakin kalian rampok?!" Sekali lagi masita memberi peringatan."Wah-wah, punya nyali juga ternyata, apa kamu gak tahu siapa kami, hah?" Sergah mamanya Indira dengan angkuh."Aku tahu siapa Tante, dan sekarang aku baru sadar ternyata keluarga Tante seperti ini sifatnya," sela Royan tiba-tiba membuat semua yang ada di dalam rumah langsung menoleh ke pintu, di mana Royan muncul."Royan?!" Seru Indira dan Masita hampir bersamaan."Nah 'kan bener, Ma, kalo janda ini umpetin Royan? Ibu-ibu lihat 'kan, Royan beneran ada di sini?" ucap Indira antusias sembari menatap semua orang dengan wajah penuh kemenangan."Jangan sembarangan ya, In kalo ngomong, aku baru aja datang, mana bisa diumpetin? ini juga Ibu-ibu, ngapain di rumah orang pagi-pagi, kayak gak ada kerj

DMCA.com Protection Status