Share

Tinggal Satu Bulan

Penulis: Zizara Geoveldy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-12 15:36:22

Hari ini tepat dua bulan Kanya dan Raven menikah. Hingga sejauh ini Kanya bahagia dengan kehidupan pernikahannya bersama lelaki itu meskipun sesekali Raven meninggalkannya untuk bersama Aline.

Selama tiga puluh hari ini pula Kanya sudah banyak berubah. Sekolah kepribadian yang diikutinya membuat Kanya menjadi ‘sosok yang baru’. Kanya bertransformasi menjadi perempuan moderat karena tuntutan lingkungan di sekitarnya. Tidak ada yang menyangka bahwa dia datang dari sebuah daerah perkebunan milik Raven yang terletak jauh dari kota. Meskipun penampilannya berubah tapi tidak ikut membuat sifat dan karakter Kanya jadi berganti. Kanya tetaplah Kanya, seorang perempuan muda berumur dua puluh tahun berparas manis yang lembut dan baik hati.

“Apa sudah ada tanda-tanda?”

Kanya mengernyit ketika Raven bertanya padanya.

“Maksudnya apa ya, Rav?” Kanya balas bertanya pada sang suami atas pertanyaan yang tidak dimengertinya.

Raven mencetak senyum. Ia tahu Kanya tidak sebodoh itu. Hanya kalimatnya yang
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Istri Pesanan CEO   Bertukar Keringat

    PS: ada adegan 21. Skip saja bagi yang tidak suka.***Kanya memandang hampa pada hamparan air biru di sekelilingnya. Saat ini ia sedang duduk melamun sendiri di depan water villa yang ditempatinya bersama Raven. Iya, baru beberapa jam yang lalu mereka tiba di Maldives. Raven merealisasikan janjinya untuk mengajak Kanya berbulan madu. Harusnya saat ini Kanya merasa bahagia. Tapi yang terjadi hatinya gundah gulana. Perkataan Aline kemarin begitu meresahkan. Membuat Kanya tidak bisa berhenti memikirkannya. Jika Kanya tidak berhasil hamil dan memberi Raven anak maka pria itu akan menceraikannya dan mencampakkan Kanya. Kemudian Raven akan menikah lagi dengan perempuan lain yang jauh lebih subur dan menghasilkan. Kanya khawatir, jika Raven menceraikannya ia harus pergi ke mana? Kanya tidak lagi memiliki tempat tinggal. Kanya tidak ingin kembali pada orang tuanya. Pengalaman mengajarkan Kanya akan banyak hal. Bukan tidak mungkin kedua orang tuanya akan kembali menjual Kanya. Dan kali ini p

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • Istri Pesanan CEO   Saya Tidak Berani Mencintai Kamu

    Elusan Raven di punggung Kanya spontan berhenti. Jujur saja, pertanyaan yang diajukan istrinya mengagetkan Raven.Sesungguhnya Raven memesan Kanya pada bawahannya lantas membeli perempuan itu dan menikahinya semata-mata karena rahimnya. Namun kemudian Raven teringat pada pesan dokter Gatra. Dirinya atau pun Kanya jangan sampai stres agar program hamil tersebut berhasil. Jadi Raven cukup bijak untuk hal ini.“Kenapa bertanya begitu?” ucapnya kemudian.“Saya hanya bertanya. Saya takut usaha kita sia-sia dan kamu akan menceraikan saya. Saya udah nggak punya siapa-siapa.” Suara Kanya tenggelam di dada Raven.“Bagi saya tidak ada yang sia-sia. Yang penting kita sudah mencoba.” Raven menjawab sambil menghadiahkan kecupan di kepala Kanya.Namun bukan jawaban itu yang ingin Kanya dengarkan. Yang Kanya butuhkan adalah kepastian bahwa Raven tidak akan mencampakkannya jika Kanya gagal memberi keturunan. “Udah yuk, kita mandi dulu lalu makan.”Kanya terpaksa menyingkir dari pangkuan Raven setela

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • Istri Pesanan CEO   Ceraikan Perempuan Itu Setelah Anaknya Lahir!

    Raven mengusap tanda terima telepon di layar gawainya yang seketika langsung membuatnya terhubung dengan Aline. "Halo, Lin." Ia menyapa dengan gayanya yang khas. Tenang, cool, dan berwibawa."Rav, maaf aku mengganggu. Aku tahu kamu lagi happy-happy, tapi aku terpaksa menelepon." Suara Aline langsung terdengar tanpa salam pembuka.Entah mengapa Raven merasa kurang suka mendengar kata 'happy-happy' itu. Seakan Raven sengaja meninggalkan Aline dalam keadaan yang menyedihkan."Sama sekali nggak mengganggu, ada apa, Lin?""Aku cuma mau tanya obatku kamu letakkan di mana?"Raven melempar pandangannya menembus jendela jauh ke lautan lepas sembari mengingat obat yang dimaksud Aline. Tempo hari Raven memang menemani Aline berobat rutin seperti kebiasaannya selama ini."Bukannya kamu yang pegang?" ujar Raven kemudian."Memang sama aku tapi yang satunya kamu yang pegang. Masalahnya sekarang perutku sakit. Aku butuh obat itu." Aline mencerocos tanpa henti. Sesaat setelahnya barulah ia tersadar

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • Istri Pesanan CEO   Diusir

    Meskipun kaget atas kehadiran Kanya yang tidak diduganya, Raven tetap bersikap tenang seperti biasa.“Kamu sudah lama berdiri di sini?” tanyanya pada Kanya, jadi ia bisa memperkirakan sudah sebanyak apa Kanya mendengarkan percakapannya dengan Marissa tadi.Kanya menggeleng pelan. Ia baru berada di sana dan tidak bermaksud menguping.Mengetahuinya, Raven mengembuskan nafas lega. Syukurlah.“Rav, menurut saya gimana kalau kita pulang sekarang? Kasihan Aline.”“Tapi kita masih dua hari di sini. Kita belum melakukan banyak hal,” jawab Raven keberatan.“Nggak apa-apa, Rav. Walau Cuma sebentar tapi saya sangat senang. Lagi pula, kita nggak mungkin senang-senang di sini sedangkan Aline sakit di rumah. Dia butuh kamu.”Ucapan yang disampaikan Kanya membuat Raven tertegun. Betapa mulia hati istri mudanya ini. Tidak terlihat secercah pun rasa kesal di wajah jelitanya. Mungkin jika terjadi pada perempuan lain mereka akan jengkel setengah mati.“Baik.” Pada akhirnya Raven memutuskan menyudahi bul

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14
  • Istri Pesanan CEO   Sepi Tanpamu

    Kanya melangkah cepat keluar dari rumah Aline. Sedangkan Raven hanya bisa memandangi istrinya itu dengan sorot tak mengerti. Apa yang terjadi pada Kanya? Kenapa istrinya begitu? Tersadar dari ketermanguan, Raven berniat mengejar Kanya. Ia tidak mungkin membiarkan perempuan muda itu pulang sendiri. “Kanya, tunggu dulu!”“Raven, kamu mau ke mana?” Marissa mencekal lengan Raven agar tidak pergi.“Aku mau mengejar Kanya, Ma, dia nggak mungkin pulang sendiri.”“Kenapa tidak? Dia itu sudah besar dan sehat wal’afiat. Badannya segar bugar. Sedangkan Aline? Kamu nggak usah kejar dia. Dia nggak akan hilang. Aline yang lebih butuh kamu.” Marissa melarang sambil tetap mencekal lengan Raven.“Ma, tolong lepaskan tanganku. Aku harus mengantar Kanya dulu, nanti aku akan ke sini lagi.”“Mama nggak percaya. Kalau kamu sudah pulang ke sana kamu lupa balik ke sini. Entah pelet apa yang dikasih perempuan itu.”“Astaga, Ma. Mama boleh nggak suka sama Kanya, tapi tolong jangan tuduh dia yang macam-macam

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14
  • Istri Pesanan CEO   Kenyataan Pahit

    Kanya membuka matanya pelan-pelan. Ia memandang bingung ke sekelilingnya. Kanya tidak lagi berada di taman. Tidak ada meja dan kertas-kertas di atasnya. Ternyata saat ini ia sedang berada di kamarnya.“Kamu tadi pingsan, Kanya.” Dola memberitahu, menjawab pertanyaan yang menggantung di kepala Kanya.“Pingsan?” ulang Kanya bingung. Sesaat kemudian ia berhasil mengingat. Tadi mendadak ia merasa sakit perut. Karena tidak sanggup menahannya tiba-tiba Kanya tidak sadarkan diri. Dan di sinilah dirinya sekarang.“Kanya, mau aku panggilin dokter?” tanya Dola meminta pendapat Kanya.“Nggak usah, Dola. Saya udah nggak apa-apa. Tadi saya pingsannya berapa lama?”“Paling sekitar sepuluh menit.” Dola menjawab sambil memandang jam tangannya. “Kalau sampai lima menit lagi kamu nggak sadar aku beneran mau manggil dokter ke sini.”“Jangan, Dola, saya sudah baikan. Terima kasih banyak.” Kanya melarang dan tidak ingin bersikap berlebihan.“Kalau begitu nggak apa-apa kan kalau aku tinggal dulu?”“Nggak a

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14
  • Istri Pesanan CEO   Berapa Harga Saya?

    Kanya belum siap untuk menghadapi Raven. Ia sungguh tak sanggup melihat kekecewaan di raut gagah itu. Bukan itu saja. Bukan hanya Raven yang akan kecewa, tapi sejujurnya Kanya juga kecewa atas apa yang terjadi pada dirinya.Kanya mulai menghitung mundur dari sepuluh. Tepat pada hitungan ketiga pintu kamarnya terbuka bersamaan dengan wajah Raven yang menyembul dari luar. Muka pria itu tampak lelah seakan menggambarkan kekusutan pikirannya. Tapi bagi Kanya pesona Raven tidak memudar. Suaminya masih segagah biasa dalam balutan kemeja putih yang begitu ideal dengan body-nya. Badan Raven sangat bagus, otot-ototnya terbentuk dengan sempurna. Kanya tidak akan mengingkari hal tersebut.Raven mengayunkan kaki mendekati Kanya yang tampak gugup menyambut kedatangannya. Warna pucat di kulitnya masih bersisa di wajah Kanya saat Raven hanya berjarak hitungan sentimeter dengan istrinya itu.“Bibi bilang tadi kamu pingsan," ucap Raven pelan sambil menahan kecemasan jauh di dalam hati.Kanya kaget. Se

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-15
  • Istri Pesanan CEO   Jalan Yang Mulai Terbuka

    Tanpa terasa tujuh hari berlalu. Dan selama itu pula Raven tidak pulang. Lelaki itu benar-benar membuktikan kata-katanya. Raven seakan tahu bahwa Kanya masih terlarang untuk disentuh.Kanya masih menstruasi. Berbeda dengan biasanya volumenya jauh lebih sedikit akan tetapi rasa sakitnya sangat menggigit. Berkali-kali Kanya merasa hampir pingsan. Dan saat tidak tahan lagi Kanya langsung mengonsumsi obat pereda nyeri yang membuatnya sedikit lebih baik.Kanya juga mulai membiasakan diri hidup tanpa Raven. Sejak perkataan Raven yang menyakitkan Kanya berhenti berharap. Terserah laki-laki itu mau pulang atau tidak. Kalau dia datang Kanya akan terima baik-baik, tapi kalau tidak juga bukan masalah. Walau terkadang Kanya merasa kesepian. Kanya tidak akan mengingkari jika ia merindukan Raven. Tapi setiap teringat kejadian itu rasa sakit kembali menusuk.Kanya tahu sangat mustahil mengganti uang Raven yang jumlahnya tidak sedikit. Namun Kanya bertekad suatu saat akan mengganti uang itu entah ba

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-15

Bab terbaru

  • Istri Pesanan CEO   Happy Ending

    Raven termangu sekian lama sambil memandang nanar cincin yang diberikan Kanya langsung ke telapak tangannya.“Nggak bisa begitu, Nya. Kamu nggak bisa membatalkan pernikahan kita hanya karena Qiandra terbukti sebagai anak Davva. Kita sudah merencanakan semua ini dengan matang. Undangan sudah dicetak, gedung sudah di-booking, belum lagi yang lainnya,” tukas Raven tidak terima. Ini bukan hanya semata-mata perihal persiapan pernikahan, melainkan tentang perasaannya pada Kanya. Ia tidak rela melepas Kanya justru setelah perempuan itu berada di genggamannya.“Rav, mengertilah, aku nggak bisa,” jawab Kanya putus asa. Entah bagaimana lagi caranya menjelaskan pada Raven bahwa dirinya benar-benar tidak bisa melanjutkan hubungan mereka.“Kamu minta aku untuk mengerti kamu, tapi apa kamu mengerti aku? Alasan kamu nggak jelas. Kenapa baru sekarang kamu bilang nggak bisa menikah denganku? Kenapa bukan dari sebelum-sebelumnya? Kenapa setelah kedatangan Davva? Semua ini terlalu lucu untuk disebut hany

  • Istri Pesanan CEO   Cinta Saja Tidak Cukup

    Waktu saat ini menunjukkan pukul satu malam waktu Indonesia bagian barat, tapi tidak sepicing pun Kanya mampu memejamkan matanya. Adegan demi adegan tadi siang terus membayang. Saat ia bertemu dengan Davva, bicara berdua dari hati ke hati, serta mengungkapkan langsung kegalauannya pada laki-laki itu. Dan Davva dengan begitu bijak menjawab saat Kanya menanyakan apa ia harus memikirkan lagi hubungannya dengan Raven.“Aku rasa aku butuh waktu untuk mengkaji ulang hubungan dengan Raven. Aku nggak mau gagal lagi seperti dulu. Menurut kamu gimana kalau misalnya aku menunda atau membatalkan pernikahan itu?”Davva terlihat kaget mendengar pertanyaan Kanya. Ia memindai raut Kanya dengan seksama demi meyakinkan jika Kanya sungguh-sungguh bertanya padanya. Dan hasilnya adalah Davva melihat keraguan yang begitu kentara di wajah Kanya.“Aku bingung, aku nggak mau gagal lagi.” Kanya mengucapkannya sekali lagi sambil menatap Davva dengan intens.“Follow your heart, Nya. Ikuti apa kata hatimu. Dan ja

  • Istri Pesanan CEO   Kesadaran Yang Menghampiri

    Kanya tersentak ketika mendengar ketukan di depan pintu. Pasti itu Raven yang datang, pikirnya. Beberapa hari ini memang tidak bertemu dengan laki-laki itu. Bukan karena mereka ada masalah, tapi karena Kanya sedang butuh waktu untuk sendiri.Mengayunkan langkah ke depan, Kanya membuka pintu. Tubuhnya membeku seketika begitu mengetahui siapa yang saat ini berdiri tegak di hadapannya. Bukan Raven seperti yang tadi menjadi dugaannya, tapi ...“Dav ...”Davva membalas gumaman Kanya dengan membawa perempuan itu ke dalam pelukannya.“Aku baru tahu semuanya dari Raven. Aku minta maaf karena waktu itu ninggalin kamu. Aku nggak tahu kalau kamu hamil anak kita,” bisik Davva pelan penuh penyesalan.“Kamu nggak salah, Dav, aku yang salah. Aku pikir Qiandra anak Raven,” isak Kanya dalam dekapan laki-laki itu.Kenyataan bahwa Qiandra adalah darah daging Davva membuat Kanya begitu terpukul. Beberapa hari ini ia merenungi diri dan menyesali betapa bodoh dirinya yang tidak tahu mengenai hal tersebut.

  • Istri Pesanan CEO   Pulang

    Davva menegakkan duduknya lalu memfokuskan pendengarannya pada Raven yang menelepon dari benua yang berbeda dengannya.“Sorry, Rav, ini kita lagi membicarakan siapa? Baby girl apa maksudnya?” Davva ingin Raven memperjelas maksud ucapannya. Apa mungkin Raven salah orang? “Ini aku Davva. Kamu yakin yang mau ditelepon Davva aku? Atau mungkin Davva yang lain tapi salah dial?”“Aku nggak salah orang. Hanya ada satu Davva yang berhubungan dengan hidupku dan Kanya, yaitu kamu," tegas Raven.Perasaaan Davva semakin tegang mendengarnya, apalagi mendengar nada serius dari nada suara Raven.“Jadi maksudnya baby girl apa? Kenapa kasih selamat sama aku?” tanya Davva tidak mengerti. Justru seharusnya Davvalah yang menyampaikan ucapan tersebut pada Raven karena dialah yang berada di posisi itu.“Aku tahu semua ini nggak akan cukup kalau hanya disampaikan melalui telepon. Ceritanya panjang. Tapi aku harus bilang sekarang kalau Qiandra adalah anak kandung kamu, Dav. Dia bukan darah dagingku. Hasil tes

  • Istri Pesanan CEO   Karena Darah Lebih Kental Daripada Air

    Kanya mengajak Raven keluar dari ruangan dokter. Mereka tidak mungkin berdebat apalagi sampai bertengkar di sana.“Jawab pertanyaanku, Nya, siapa bapak anak itu?” Raven kembali mendesak setelah mereka tiba di luar.Kanya menggelengkan kepala. Bukan karena tidak tahu, tapi juga akibat syok mendapati kenyataan yang tidak disangka-sangka.“Jadi kamu nggak tahu siapa bapak anak itu? Memangnya berapa banyak lelaki yang meniduri kamu, Nya?” Kanya membuat Raven hampir saja terpancing emosi.“Jangan pernah menuduhkku sembarangan, Rav! Aku bukan perempuan murahan yang akan tidur dengan laki-laki sembarangan! Aku masih punya harga diri,” bantah Kanya membela diri.“Tapi hasil tes itu nggak mungkin berbohong, Kanya!” ucap Raven gregetan. “Ini rumah sakit internasional, tenaga medis di sini juga profesional. Mereka nggak akan mungkin salah menentukan hasil tes. Jangan kamu pikir mamaku yang mengacaukan agar hasilnya berbeda. Ini kehidupan nyata, Kanya, bukan adegan sinetron!”Suara tinggi Raven m

  • Istri Pesanan CEO   Hasil Tes DNA

    “Kanya, aku rasa sudah saatnya kita lakukan tes DNA. Aku nggak mau menunggu lagi. Aku nggak bisa melihat kamu mengurus anak-anak kita sendiri.”Kanya menolehkan kepalanya kala mendengar ucapan Raven.Hari ini baby Qiandra berumur satu bulan. Kanya sudah sejak lama pulang dari rumah sakit. Kondisinya pasca persalinan juga sangat baik.Setelah saat itu Raven datang ke rumah sakit, Davva pergi tiba-tiba. Padahal Raven ingin mengucapkan terima kasih padanya.“Siang ini aku harus pulang ke NY, Nya.” Itu alasan Davva saat Kanya menelepon menanyakan keberadaannya.“Tapi kenapa kamu pergi nggak bilang aku dulu?”“Maaf banget ya, Nya, aku ada panggilan mendadak dan nggak sempat bilang ke kamu.”Setelah hari itu Kanya tidak pernah lagi berkomunikasi dengan Davva. Davva sibuk dengan pekerjaannya, Kanya juga sedang menikmati hari-harinya memiliki buah hati yang baru.“Kanya! Gimana?” tegur Raven meminta jawaban lantaran Kanya tidak menjawab.“Harus banget ya tes DNA itu?” Kanya masih merasa keber

  • Istri Pesanan CEO   Tahu Diri

    Pria itu baru saja keluar dari mobil lalu menarik langkah cepat. Ia mengangguk sepintas pada seseorang saat berpapasan. Entah siapa orang itu tidak terekam di benaknya. Ia hanya ingin segera tiba secepatnya di kamar lalu beristirahat sepuasnya.Smart lock kamarnya berbunyi kecil saat mendeteksi kesesuaian. Pintu kamar pun terbuka.Raven—lelaki itu langsung masuk. Begitu melihat hamparan kasur ia langsung menghambur. Hari ini begitu melelahkan. Pertemuan serta dengar pendapat dengan pemerintah daerah tadi siang berlangsung dengan alot. Pemerintah setempat memberi banyak tuntutan yang kurang masuk akal kepada para pengusaha yang sebagian besar tidak bisa mereka penuhi.Tatapan Raven berlabuh pada benda seukuran telapak tangan yang terselip di antara bantal. Ternyata Raven lupa membawa ponselnya yang ternyata berada dalam keadaan mati.Sambil berbaring Raven menyalakannya. Beberapa detik kemudian setelah mendapat sinyal, notifikasinya berdenting. Raven terkesiap ketika membaca pesan dari

  • Istri Pesanan CEO   Segalanya Untuk Kanya

    Sedikit pun tidak terlintas di pikiran Kanya bahwa dirinya akan menghadapi hal menakjubkan di dalam hidupnya, yaitu melakukan persalinan sendiri tanpa bantuan tenaga medis dan terjadi di tempat yang sama sekali tidak disangka-sangka.Setelah melahirkan di toilet SPBU ditemani Davva, Kanya mendapat pertolongan dan dibawa ke rumah sakit terdekat. Cerita tentang persalinan di toilet tersebut menjadi buah bibir di sekitar tempat itu, tapi untung tidak sampai viral, karena Kanya tidak ingin populer dengan cara tersebut.Setelah proses observasi, saat ini Kanya berada di ruang rawat. Kondisi Kanya masih terlihat lemah karena kehilangan banyak energi. Tapi perasaan bahagia yang begitu dalam menyelimuti hatinya melihat bayi perempuan yang dilahirkannya begitu sehat, normal, serta lengkap seluruh organ tubuhnya. Bayi mungil itu saat ini berada di dalam box yang diletakkan di samping tempat tidur Kanya.Monic begitu gembira karena pada akhirnya keinginan anak itu untuk memiliki adik perempuan m

  • Istri Pesanan CEO   Melahirkan Anakmu Bersamamu

    “Kanya, maaf sekali, aku nggak bisa menemani kamu lahiran.”Kanya yang saat itu sedang menyesap juice apel refleks memandang ke arah Raven kala mendengar ucapan laki-laki itu. Bagaimana tidak, mereka sudah merencanakannya jauh-jauh hari. Bahkan Raven sudah mem-booking rumah sakit terbaik untuk proses persalinan Kanya. Lalu dengan seenaknya sekarang Raven mengatakan tidak bisa.Raven mengangkat tangan sebagai isyarat bahwa ia akan menjelaskan alasannya pada Kanya sebelum perempuan itu mengajukan aksi protes.“Aku baru mendapat telepon dari asistenku di daerah. Dia bilang ada undangan untuk pertemuan dari pemerintah daerah setempat, dan itu nggak bisa diwakilkan. Bukan hanya aku tapi semua pengusaha sawit yang berada di sana,” jelas Raven menyampaikan alasannya.Kanya memahami argumen Raven. Dalam hal ini ia tidak boleh egois dengan memikirkan dirinya sendiri. Ia juga harus mendukung karir Raven.“Nggak apa-apa, Rav, pergilah,” jawab Kanya merelakan.Raven memindai wajah Kanya, mencoba

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status