Talita rela menikah dengan kakak iparnya demi kedua keponakannya yang masih kecil. Kakaknya meninggal saat melahirkan. Namun Talita tidak dianggap sebagai istri oleh suaminya dan ibu mertuanya. Kakaknya dituduh selingkuh dengan pria lain, itu alasan Emir membenci Talita. Ia berjuang mencari kebenaran kalau tuduhan suami dan ibu mertuanya, Talita berjanji akan membuktikan kalau sang kakak tidak pernah selingkuh. Apakah Hanum benar tidak pernah selingkuh? Mampukah kah Talita mengungkap kebenaran tentang kakaknya?
View MoreSaat perjalanan pulang dari kantor polisi Talita masih diam, melihat wajah Emir yang babak belur, ia merasa sangat sedih. Berpikir keras bagaimana caranya agar suaminya bisa keluar dari sana. Tidak adil rasanya bagi Emir ia seorang polisi karena ingin mengungkapkan kejahatan justru mendapat perlakukan tidak manusiawi, saat sedang sibuk dalam pikiran sendiri, Dimas menoleh ke arahnya dan bertanya;“Apa kamu baik-baik saja?”“Tidak, aku sedang tidak baik, melihat Emir seperti itu … dengan wajah yang hancur bekas pukulan, hatiku sedih,” ujar Talita tetapi di hadapan Dimas ia tampak tegar, berbeda saat di hadapan suaminya tadi.“Emir memintaku membawamu ke rumah kalian”“Rumah kami?”“Ya, dia bilang dia dan almarhum kakakmu, pernah membeli sebuah rumah di Kelapa Gading, kalian lebih aman di sana.”
Emir di posisi tidak berdaya saat itu. Ditempatkan dalam ruangan dan semua pergerakannya diawasi lewat camera pengawas. Emir sadar dirinya diawasi itu sebabnya ia memberitahukan Talita.Emir memeluk tubuh Talita semakin erat dan ia berbisik, “camera pengawasnya sedang mengawasi kita.”Talita mengangguk kecil tanda paham.“Mas … harus makan dengan banyak. Aku membelinya nasi padang, kertas nasinya sampai tiga lapis, karena ada kuahnya,” ujar Talita, Emir tahu kalau ada sesuatu di kertas bungkus nasi padang tersebut.“Baiklah, jaga dirimu baik.” Emir melepaskan pelukannya dan meminta Talita keluar dari ruangannya, sebelum Talita keluar emir memanggilnya lagi. “Ta …!”Wanita cantik itu berbalik dan menatap Emir.“Hati-hati ya … kalau Pak Dimas ada waktu, tolong katakan aku ingin bicara dengannya&
Dimas membawa mobil tersebut ke arah kantor polisi, tiba di sana masih terlalu pagi untuk berkunjung.Jadi mereka menunggu di dalam mobil. Talita sangat gelisah bolak –balik dia melirik jam di pergelangan tangan.“Mas, tidak bisakah kita minta tolong berkunjung lebih awal?”“Talita, kantor polisi punya peraturan dan aturan mari kita hargai.”“Mas, aku merasa tidak nyaman tinggal berduan di dalam mobil.”“Baiklah saya akan keluar,” ucap Dimas.Sebenarnya Talita merasa serba salah, takut ada orang yang melihat mereka berdua-duaan di dalam mobil.“Aku tunggu di luar aja ya Mas, aku takut orang salah paham pada kita.”“Sama saja kamu mengundang bahaya sama kamu,” tegur Dimas.Baru saja ia bicara seperti itu, ternyata orang yang mengikuti mereka malam itu b
Dimas membawa Talita ke sebuah klinik dua puluh empat jam untuk mengobati kakinya yang terluka. Hanya tempat itu yang terpikirkan olehnya. Sebelum masuk ke dalam klinik Dimas memikirkan banyak hal, ia menoleh kanan-kiri dan melihat sekeliling. Orang yang tadinya yang mengejar mereka tidak lagi mengikuti mereka.‘Tidak mungkin kami mencari tempat lagi’ ucap laki-laki itu dalam hati.Setelah berpikir sejenak ia bicara pada Talita.“Talita, gunakan ranjang rumah sakit untuk kamu istirahat malam ini. Besok pagi kita akan ke kantor polisi,” ujar Dimas.“Tapi aku, kan, tidak apa-apa Mas,” bisik Talita.“Sudah ... kamu istirahat saja, aku sudah katakan tadi kalau kamu juga pusing, dengan begitu, kita tidak perlu mencari hotel untuk tidur,” ujar Dimas.Ide Dimas sangat cemerlang, ia tidak perlu repot-repot mencari t
Dimas dan Talita berhasil keluar dari bahaya, walau ada drama antara ia dan Talita. Tadinya wanita cantik itu menolak digendong sama mantan kekasihnya. Apa dilakukan Talita dapat dimaklumi karena lelaki yang saat itu bersamanya bukan suaminya.Tetapi demi menghindari bahaya, Talita akhirnya setuju digendong Dimas.“Maaf jika aku melibatkanmu dalam masalahku Mas,” ujar Talita.Dimas menghela napas berat mendengar ucapan Talita, ia memilih tidak menjawab, karena ia sendiri tidak tahu , mau mengatakan apa.Hatinya tidak ingin Talita terluka dan tidak ingin melihat wanita yang dicintainya itu menangis, tetapi kenyataan memang lebih pahit. Wanita yang dicintainya dan dijaga selama ini, sudah menjadi istri orang lain.Mungkin jika wanita yang ia cinta hidup bahagia, mungkin ia akan ikhlas melepaskannya. Tetapi nyatanya, wanita baik dan soleha itu, dari awal sampai s
Sebagai seorang pria normal hal yang lumrah untuk Dimas bisa timbul hasrat seperti itu. Dibawah tubuhnya ada mahluk yang cantik, terlebih wanita itu orang yang paling ia cintai dan ia rindukan selama ini. Kulit mereka salling bersentuhan dan wajah mereka saling berdekatan.‘Kamu kuat, kamu bisa. Jangan mempermalukan dirimu’ ucap Dimas dalam hati.Dimas mengepal kuat gengaman tangannya untuk menahan sesuatu yang begejolak dalam tubuhnya.Talita bisa melihat Dimas membaca ayat-ayat untuk menjaga agar ia mampu mengendalikan tubuhnya. Keringatnya menetes ke wajah Talita, ia juga bisa mencium dengan jelas aroma tubuh Dimas, bau keringat yang selalu ia rindukan. Walau tubuh kedua saling bersentuhan dan raga keduanya tak berjarak. Namun, ada tembok pemisah untuk keduanya. Talita tidak bisa ia miliki lagi, wanita cantik itu sudah istri orang lain.‘Aku berharap, kamu sehat selalu Mas&rsqu
Dimas masih ingat saat Emir meninggalkan Talita di jalan saat mereka bertengkar hebat. Dimas tahunya dr. Irfan yang berjasa besar menyelamatkan Talita, begitulah kabar yang didengar pria tersebut. Ia tidak tahu ada tujuan licik yang direncanakan dr. Irfan pada Talita dan Emir. Bahkan Dimas sempat berpikir lebih baik dr. Irfan yang menikah dari pada Emir. Kabar saat Emir meninggalkan Talita di jalan saat malam, itu membuat laki-laki itu sampai murka.“Tunggu … Aku belum bisa mengerti, sebenarnya Dokter itu baik atau jahat?” tanya Dimas memperjelas lagi.Mengingat tentang dr. Irfan membuat kepala talita berdenyut pusing. “Mas … ternyata semuanya tidak sama seperti aku lihat selama ini,” tutur Talita.Dimas mengaruk ujung alisnya dengan raut bigung, “Maksudnya….?”Talita tidak tahan lagi, ia menceritakan semuanya tentang dr. Irfan pada Dimas. Laki-laki itu kage
Mereka berdua makan dengan diam. Talita makan dengan ikan yang sudah diambil durinya oleh Dimas, tidak ada obrolan, tidak ada canda yang keluar dari mulut mereka berdua. Dulu mereka berdua pasangan yang sangat serasi, romantis dan perhatian. Sekaran semuanya telah berubah setelah Talita memutuskan menikah dengan abang iparnya. Lebih tepatnya turun ranjang. Namun, semua itu bukan kemauan Talita, ia menikah karena dipakasa ibunya setelah sang kakak meninggal, menikah demi kedua kenponakannya yang malang.Sekarang seperti ada jarak pemisah untuk mereka berdua. Talita menjagamartabatnya sebagai seorang istri. Sementara Dimas lelaki baik hati itumenghormati keputusan Talita, ini namanya mencintai tidak harus memiliki.Saat sedang makan Talita baru menyadari kalau ada dua orang yang berbadantegap yang selalu melihat mereka, ia menoleh ke luar, ia baru nyadarternyata mobil hitam yang dari arah rumah Pak Bra
Brata mantan atasan Emir, pensiunan polisi itu, sepertinya mencari ketenangan di masa tuanya. Ia sengaja tinggal di Bogor di tempat yang jauh dari keramaian, dan untuk akses masuk ke rumahnya tidak ada angkot, karena itulah Talita kesusahan saat pulang dari sana.Walau ada rasa lelah di wajahnya, tetapi ia sedikit merasa lega, karena lelaki paruh baya itu setuju akan membantu Emir, seperti yang diminta Talita. Mereka berencana mengungkap ke media semua tentang penyiksaan yang dialami Emir, Talita masih berjuang untuk suaminya sebelum kasusnya akan dilimpahkan ke tahap selanjutnya. Jika kasus Emir sudah ke tahap persidangan. Talita khawatir Emir akan dipecat dari kepolisian secara tidak hormat.‘Aku akan berjuang untuk Mas, bertahanlah’ ucap Talita dalam hati.Sebenarnya saat pulang dari rumah mantan atasan suaminya , ia sudah sempat khawatir, ia takut karena hari sudah mulai sore,ternyata
“Tangisan kedua anak itu membuat ibu ingin meledak. Apa kamu tidak bisa membeli susu yang bagus supaya anak itu berhenti menangis!” bentak seorang wanita sambil berdecak pinggang.“Sudah Bu.”“Lalu kenapa mereka selalu menangis tiap malam, aku jadi terganggu tidur kepalaku sakit.”‘Astagfirullah, namanya juga bayi yang masih berusia dua bulan, wajar masih sering menangis,” ujar Talita dalam hati, tetapi tidak sekalipun ia melawan ataupun ia membantah omongan ibu mertuanya. Ia sudah memutuskan jadi ibu sambung untuk kedua bayi malang itu, itu artinya ia sudah siap dengan semua yang akan terjadi.“Bayi baru dua bulan memang sering rewel Bu.”“Tidak! kata siapa? Anak saya semuanya tidak ada yang rewel.”Talita diam, ia tidak menyahut lagi.Emir juga diam, ia menikmati makan malamnya tanpa membela Talita ataupun ibunya.Kadang Talita berpikir kalau mantan kakak iparnya punya penyakit jiwa, karena ia hanya diam.Talita merasa sangat kasihan pada mbaknya karena mendapat suami dan ibu mertu...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments