Tiga bulan setelah menikah, Azalea Ariva tak pernah lagi disentuh oleh suaminya–Haiden Mahendra. Padahal saat malam pertama, Haiden begitu bersemangat dan penuh hasrat. Haiden bahkan tak berhenti di saat Lea memohon karena sudah kelelahan. Hal itu membuat Lea bertanya-tanya dan overthinking. Adakah rahasia yang suaminya sembunyikan darinya? Karena sering kali, saat bangun pagi, perut Lea terasa nyeri. "Jangan nakal, Nyonya HaiLe, atau kau akan mendapat hukuman berat dariku." Haiden Mahendra. "Uuu … hukuman apa tuh? Mau dong dihukum Ayang." Azalea Ariva. "Lepaskan pakaianmu di hadapanku sekarang juga!"
View MoreMata Tia melebar mendengarkan perkataan Ebrahim. Dia mulai panik dan muali takut. "Ta-tapi … Alana jahat padaku, dan Tuan Ethan melakukan hal buruk padaku, Tu-Tuan Ebrahim," ucap Tia dengan nada gemetar, "anda terkenal baik dan selalu berpihak pada kebenaran." "Dan kebenarannya, kau berencana mencelakai adikku. Aku berniat merebut suami adikku, dan kau menusuk adikku dari belakang," jawab Ebrahim santai, "sekarang kutanya padamu, kau ingin mati di tanganku atau tetap hidup lebih lama dalam lingkar penderitaan yang Ethan ciptakan untukmu." Deg deg deg' Mata Tia melebar, reflek mundur bahkan berakhir terjatuh ke lantai karena lemas dan drop mendengar ucapan Ebrahim. Dia kira dia selamat bila meminta bantuan Ebrahim, akan tetapi status hidupnya malah diperjelas–hanya sebatas mati dan menderita. "Ku sarankan kau memilih Ethan, siapa tahu kau berobat dan Ethan melepasmu," ucap Ebrahim dengan menyunggingkan smirk tipis. Dia sedang menjebak perempuan ini. Faktanya, sekalipun Tia berub
"Lalu kenapa dia sok-sokan memecatku?" teriak Tia dengan nada menggelegar, melayangkan tatapan marah pada siapapun karena merasa disudutkan oleh mereka semua. "Memangnya siapa yang membayar gajimu?" tanya salah satu manager aktor, menatap aneh pada Tia. Dia kira perempuan ini perempuan naif dan lugu, tetapi mengejutkan-- Tia tak selugu yang mereka lihat. Sebetulnya, semua orang di ruangan ini tahu kenapa Alana memecat Tia, karena mereka sendiri menyaksikan Tia yang berupaya mencari perhatian pada Ethan–setiap kali Ethan berkunjung ke lokasi syuting. Tetapi di sini mereka tak ada yang berani menyinggung karena menghargai Alana yang juga tak menyinggung masalah tersebut. "Aku digaji oleh Tuan Ebrahim Mahendra," jawab Tia angkuh, mengangkat kepala sembari menatap siapapun dengan ekspresi arogan. Semua orang di sana seketika bersitatap, merasa semakin muak serta aneh pada Tia. Hell! Bukannya …- "Kamu sakit?" ucap salah satu aktor, menatap aneh dan sinis pada Tia. "Diam kalian!"
"Hueeek …." Alana mengeluarkan isi perutnya dan mengenai pakaian Ethan. Setelah memuntahi suaminya, Alana terlihat begitu panik. Ethan ingin ke kantor, pria ini sudah sangat rapi dan hanya tinggal mengenakan tuxedo. Namun, Alana malah memuntahi kemeja Ethan–mengenai celana pria itu juga. Ba-bagaimana jika Ethan marah? Alana menjauh dari Ethan, menutup mulut sambil menatap Ethan dengan mata membelalak. "Ma-mag … hueeek …." Alana berniat meminta maaf akan tetapi dia kembali muntah. Ethan menghampiri Alana kemudian menggiring perempuan itu ke kamar mandi. Setelah di sana, Alana kembali muntah di wastafel. Ethan tetap di sana, memijat tengkuk istrinya. Ethan juga membantu istrinya untuk membersihkan wajah. Setelah itu, menawa Alana keluar–mendudukkan Alana di atas ranjang. "Berbaringlah," ucap Ethan lembut. Alana menggelengkan kepala, "aku mau ganti pakaian, Kak. Ugh …-" Alana menutup mulut. "Kau mau muntah lagi?" Alana menganggukkan kepala. "Parfumnya … iyuhhh banget!
Namun, meskipun begitu dia merasa sedikit senang karena Ethan sepertinya peduli padanya. Buktinya Luke datang ke sini atas perintah Ethan. "Cih." Luke berdecis geli, sedikit merasa iba pada perempuan ini. "Kasihan sekali kau, Nona. Tuan Ethan lah yang membuatmu merasakan ini." "A-apa maksudmu?!" Tia memucat, menatap Luke dengan tampang gugup. "Padahal kau sudah sering mendengarnya, jika Tuan Ethan sangat keji pada orang-orang yang mengusiknya. Tetapi kau tetap nekat," ucap Luka, tersenyum tipis pada Tia. Air mata perempuan itu langsung jatuh, sekarang dia paham apa maksud dari perkataan Luke sebelumnya. Ethan yang membuatnya begini, sengaja menyuruh Luke menurunkannya di tempat sepi supaya menjadi santapan para preman di sini. Keji? Tidak! Ethan iblis! "A-aku melakukan kesalahan apa?" suara Tia bergetar hebat. Dia hancur dan orang yang menghancurkannya adalah Ethan–pria yang ia sukai. "Kesalahanmu? Ahaha …." Ethan tertawa jahat, "kurasa kau lebih hina dari preman tadi dan
"Hentikan!" dingin seseorang, berhasil membuat tiga pria yang sedang menyetubuhi seorang perempuan secara paksa, menyudahi perbuatan mereka. Ketiga orang tersebut bergegas mengenakan pakaian, terlihat marah dan kesal karena aksi mereka dihentikan oleh sosok pria dingin. Namun, melihat banyaknya pengawal di belakang pria itu, mereka tidak berani memukulnya. "Kau siapa?!" galak salah satu dari tiga pria. Dia mungkin bosnya, terlihat dari tampangnya yang lebih sangar dari dua pria di sampingnya. Perempuan yang menjadi korban pelecehan tersebut buru-buru memungut pakaiannya, menutupi tubuhnya yang telanjang sebisa mungkin lalu meringkuk ketakutan di sebelah tong sampah besar. Luke melihat sejenak pada sosok perempuan itu, tak lain adalah Tia. Bukan dia yang menyuruh ketiga pria ini, akan tetapi dia sangat senang dengan apa yang terjadi pada Tia. "Pergi dari sini atau kalian kujebloskan ke penjara." Luke berkata datar. "Cih." Pria berambut gondrong, yang berbicara sebelumnya pada Luk
"Bagaimana, Tuan Ethan?" tanya Tia kembali, terlihat begitu antusias karena dia yakin sekali Ethan akan menyetujui ucapannya. Secara dia teman dekat Alana. "Aku kan sudah bilang kalau kamu nggak bisa menginap di rumahku. Kak Ebrahim di sana!" jawab Alana dengan nada kesal, terkenal ketus karena benar-benar benci pada Tia. Ingin sekali dia menjambak rambut Tia, tetapi sayang Alana tak terlalu mahir jambak-jambakan sehingga dia memilih memendam perasaan tersebut. Tia menoleh ke arah Alana, tatapannya terlihat malas dan sedikit mencemooh. Alana yang melihatnya semakin kesal, entah kenapa juga Alana merasa Tia semakin memiliki keberanian padanya. "Aku bertanya pada Tuan Ethan, Al, bukan padamu. Lagipula-- apa kamu tega kalau aku harus menginap di hot--"Cittttt'BugLuke tiba-tiba me-rem mendadak, membuat Tia menghentikan ucapannya. Tubuhnya terpental ke depan dan kepala terbentur keras ke dasboard mobil. Kebetulan Tia tak memakai sabuk pengaman! "Maaf-- kucing menyeberang lagi, Tuan,
"Kurasa kau sedang jatuh cinta padaku," ucap Ethan tiba-tiba, mengabaikan perkataan Alana dan mengalihkan topik.Deg deg deg'Jantung Alana berdebar mendengar perkataan Ethan, wajahnya langsung merah keseluruhan–tak bisa menahan salah tingkah dan gugup yang berkolaborasi jadi satu. Kalimat tuduhan Ethan membuatnya seperti seorang tersangka dalam sebuah persidangan! "Kak Ethan ada-ada saja. Siapa yang jatuh cinta?" jawab Alana, mengelak dan tak mau mengaku. Dia menatap naskah dan kembali berpura-pura fokus mempelajari dialognya. "Aku punya bukti." Ethan tiba-tiba bangkit dari kursi kerja, berjalan menghampiri istrinya yang duduk di sofa. "Hah? A-apa? Bukti apa?" panik Alana. Dia takut menjadi terdakwa di persidangan ini. Sial, jangan sampai dia menjadi terpidana setelah ini. 'Oke, Alana. Calm dwon, Princess! Kamu kan tak mencintai Kak Ethan, jadi kamu nggak harus panik seperti ini.' batin Alana, berusaha menenangkan diri agar tidak gugup dan panik. "Kau diam-diam mengambil fotoku.
"Berkedip.""Eh." Alana tersentak kaget, reflek mengerjap dan menarik kepala karena jarak wajah Ethan yang begitu dekat dengannya. Sial! Sejak kapan Ethan sudah di dekatnya, dan … bagaimana bisa Alana tak menyadari itu?"Kau bengong karena apa?" tanya Ethan dengan nada rendah dan serak, menyentuh ujung hidung istrinya–menoelnya dengan pelan. "A-aku bengong karna sedang ingin bengong saja. Ada adegan bengong di skenario film, aku sedang belajar untuk mendalami karakter," alibi Alana, sedikit gugup karena pengaruh jantungnya yang berdebar dan jarak wajah Ethan yang masih dekat. Oh my god! Ethan sangat tampan dan … wow, rasanya Alana sulit mengedipkan mata."Berkedip." Ethan menegur agar istrinya berkedip. Alana berkedip lalu memalingkan wajah, pura-pura meraih ponsel dan memainkannya. Ethan beranjak dari sana, dia ke kamar mandi untuk menyegarkan tubuh. Alana sendiri, sebenarnya sudah fokus pada handphone. Akan tetapi, ketika mendengar pintu kamar mandi tersebut, entah kenapa kepala
"Tu-Tuan Ethan …." Hendru berujar panik, eksperisnya tegang dan wajahnya mulai pucat. "Melindungi Alana dari pria mesum? Maksudmu aku pria mesum?" ucap Ethan dengan nada tenang dan terkesan santai. Akan tetapi, orang-orang dalam ruangan itu membeku dan bergidik ngeri. Ethan berbicara pada pria aneh itu, tetapi mereka semua yang merasakan dampak horor-nya. "Atas dasar apa kau menyebutku mesum?" lanjut Ethan, masih berakat dengan nada tenang. Meski begitu, aura intimidasi menguar dari tubuhnya–mendominasi dan membuat siapapun di ruangan ini merasa tak nyaman. Termasuk Hendru tang sudah terlihat pucat dan gugup. 'Sialan kau, Tia. Kau bilang Tuan Ethan tidak di sini, tetapi …- argkkk! Kau menjebakku!' batin Ethan, sudah merinding dan ketakutan. Dia dalam masalah besar! "A-anda salah paham, Tuan. A-aku … aku pikir anda pria yang sedang menggangu Alana," ucap Hendru, berkata gugup karena dia sangat panik. Dia mencoba menyelamatkan diri, berharap Ethan memaklumi kesalahannya dan tak
"Kapan pulang, Mas Haiden?" tanya Azalea Ariva pada suaminya melalui sambungan telepon. Perempuan yang kerap kali disapa Lea tersebut terlihat berseri-seri, berdebar hatinya karena tak sabar menunggu kepulangan suaminya. Tiga bulan semenjak pernikahan, Lea tidak pernah disentuh oleh suaminya. Hanya di saat malam pertama saja Haiden menyentuhnya, setelahnya tak ada lagi sentuhan panas yang menyapa Lea. Yah, suaminya memang sibuk. Sehari setelah menikah, Haiden kembali bekerja. Lalu beberapa hari kemudian, Haiden ke luar negeri untuk mengurus bisnis. Hari terus berlalu dan Haiden semakin larut dalam pekerjaan. Hubungan pernikahan mereka begitu monoton dan cukup dingin bagi Lea yang mendambakan kehangatan dari suaminya. Di saat Haiden tak keluar negeri, Lea hanya bertemu dengan suaminya saat pagi–saat mereka sarapan bersama. Itupun tanpa pembicaraan. Ketika sarapan, Haiden selalu membawa tablet dan terus menatap tablet dengan tatapan serius, hal tersebut membuat Lea tak berani untuk s...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments