Share

8. Baju Seksiku

Author: CacaCici
last update Last Updated: 2024-12-11 06:45:04

Apakah Haiden akan menyentuhnya? Dari ciuman Haiden yang basah dan panas, sepertinya iya.

Namun--

Gluk'

Lea meneguk saliva secara kasar saat Haiden menyudahi permainan bibir mereka.

"Bibirmu sangat manis, Sweetheart," ucap Haiden dengan nada tenang, mengusap bibir Lea secara lembut dan hati-hati. Setelah itu, dia beralih menepuk-nepuk pucuk kepala istrinya, "ganti pakaianmu. Kita akan pulang ke rumah kita."

Lea tersenyum kaku, sebetulnya menutupi kesedihan dan perasaan dongkol yang larut dalam hatinya. Dia sudah berharap, tetapi ternyata Haiden tidak ingin menyentuhnya.

'Apa yang salah dari tubuhku, Tuhan? Kenapa suamiku tidak mau menyentuhku?' batin Lea, berjalan ke kamar mandi untuk mengganti pakaian.

Setelah berganti pakaian, Lea mengemasi barang-barangnya dalam koper. Dia ingin membangkang dengan menolak pulang, akan tetapi dia takut Haiden marah seperti tadi.

"Kenapa kau menginap di hotel?" tanya Haiden yang sekarang sedang duduk di sofa, menyender dengan bersedekap arogan di dada.

Lea yang masih berkemas menoleh pada Haiden, dia tersenyum cerah–katakanlah itu senyuman fake. "Mas Haiden pergi keluar kota, dan pastinya menginap di hotel. Jadi aku juga mau menginap di hotel supaya kita sama-sama tidak di rumah."

Haiden tak menjawab, hanya menatap Lea secara lekat. Saat perempuan itu sudah selesai mengemasi pakaian, Haiden langsung meraih koper lalu menyeretnya keluar.

Sedangkan Lea, dia buru-buru menyusul Haiden. Ketika sudah di lobi, Lea sengaja mempercepat langkah kaki–berjalan lebih dulu dari Haiden.

Beberapa petugas hotel cukup kaget melihat Lea telah check out hotel. Perempuan cantik dan lawak itu baru saja check in, kenapa sudah …-? Ya Tuhan! Random sekali makhluk itu.

Namun, melihat siapa pria di belakang wanita itu, mereka langsung panik. Dia adalah anak dari pemilik hotel ini–Haiden Mahendra! Pria berbahaya yang terkenal mudah marah itu menyeret koper perempuan random tadi. Mereka mengenali koper perempuan itu karena ditandai dengan stiker wajah Lea sendiri.

"Ah, sungguh … Bapak tidak mau tandatanganku?" tanya Lea pada penjaga hotel, ketika dia akan keluar dari hotel.

Bapak tersebut menggaruk tengkuk, cengar-cengir pada Lea. Masalahnya-- perempuan tengil ini artis dari negara mana? Sejak tadi dia terus menawarkan tanda tangan.

"Aku istri V BT--"

"Azalea!" tegur Haiden dingin.

Bukan hanya Lea yang terkejut, tetapi juga bapak penjaga tersebut.

Lea menoleh ke belakangnya, menatap suaminya cengengesan lalu buru-buru keluar dari hotel.

"Aku suaminya, jangan dengarkan apa yang istriku katakan tadi," ucap Haiden ketika melewati penjaga, takut penjaga tersebut percaya dengan ucapan Lea. Setelah itu, Haiden mempercepat langkahnya–menyusul Lea.

Bapak penjaga tersebut kembali menggaruk tengkuk. "Tak kusangka Tuan Haiden berbicara padaku. Dan … Ya Tuhan! Sungguh rencana darimu sangat luar biasa. Tuan Haiden yang pemarah menikah dengan perempuan tengil." Di akhir kalimat, bapak tersebut geleng-geleng kepala sembari mengelus dada. Dia tak menyangka jika tuan muda dari keluarga Mahendra yang terkenal dengan julukan bom sumbu pendek–saking mudannya meledak, ternyata punya istri bak korek api.

Bukankah itu perpaduan yang epik?

***

Sepanjang perjalanan pulang, Lea pura-pura tidur. Dia berniat mengindari pertengkarang dengan Haiden karena Lea sangat yakin setelah tiba di rumah, Haiden pasti akan memarahinya kembali. Namun, ini diluar dugaan Lea. Matanya yang awalnya tak kantuk sama sekali, mendadak terasa berat. Pada akhirnya dia tertidur.

Ketika dia bangun, hari sudah pagi. Lea berada di atas ranjang dengan pakaian sudah berganti–dia mengenakan piyama. Di sebelahnya tak ada Haiden sama sekali, mungkin pria itu sudah bergegas ke kantor.

Ini weekend. Namun, bisa saja suaminya yang gila kerja tersebut tetap bekerja.

Lea meregangkan badan yang terasa cukup pegal dan penat, dia menarik kepala ke kanan dan kiri kemudian bangkit dari ranjang. Setelah menikah, Lea memang suka melakukan peregangang tipis-tipis saat sudah bangun. Tempat tidur Haiden sangat nyaman, rasanya tubuhnya ingin terus berbaring di sana.

Sembari mengusap perut bawahnya yang sedikit sakit, Lea berjalan menuju balkon. Tirai ataupun gorden yang menutupi dinding kaca telah dibuka sehingga memperlihatkan keadaan luar yang sudah cerah.

Kening Lea mengerut. No! Ini bukan masalah dia terlambat bangun. Akan tetapi … ada asap yang mengepul dari luar. Seseorang sepertinya sedang membakar sesuatu di bawah sana.

Lea berjalan ke balkon, dia membuka pintu lalu keluar–menoleh ke bawah untuk melihat apa yang terjadi di sana.

Pada sebuah tong sampah yang terbuat dari besi, asap mengepul dan api menyala. Lea mengerutkan kening kembali. Siapa yang pagi-pagi begini telah mencemarkan udara?

"Sepertinya nih orang si Roy yang di Upin Ipin deh. Bakar bakar bakar! Pencemaran tahu," gerutu Lea, menoleh ke sana kemari untuk melihat siapa pelakunya.

Matanya melebar saat melihat Haiden berada tak jauh dari tong sampah tersebut. Pria itu terlihat berdiri dengan tangan bersedekap di dada. Dari jauh pun, Lea bisa merasakan aura angkuh yang menguar dari suaminya.

Mulut pedas, arogant, pemarah-- itu memang sifat yang sudah mendarah daging di diri suaminya.

"Ck ck ck!" Lea berdecak berulang kali sembari geleng-geleng kepala. Dia tak menyangka jika suaminya lah yang mencemarkan udara di pagi hari ini.

Tiba-tiba saja Haiden menoleh ke arah balkon–lebih tepatnya ke arah Lea.

Lea seketika mengambil gerakan senam, berjalan ke sana kemari dan pura-pura tak melihat Haiden. Setelah itu dia buru-buru masuk dalam kamar. Haiden belum ke kantor, dia harus bergegas untuk menyiapkan sarapan suaminya.

Ah tunggu! Lea belum tahu kenapa suaminya tiba-tiba pulang. Apa dia melakukan kesalahan? Feeling Lea begitu.

"Seperti ada yang kurang di sini," gumam Lea, memperhatikan lemari dalam walk in closet. Dia berusaha mengingat apa yang kurang dari sana, akan tetapi dia tak menemukannya. Pada akhirnya Lea mengedikkan pundak acuh tak acuh lalu segera menemui Haiden.

***

"Mas Haiden terlope-lope, kamu belum sarapan kan? Ayo, kita sarapan bersama," ajak Lea, sengaja mengeluarkan karakternya yang pecicilan untuk mengalihkan perhatian Haiden. Dia berharap dengan dia bertingkah seperti ini, Haiden akan lupa pada apapun yang membuatnya pulang ke sini.

Hah, sejujurnya jantung Lea berdebar kencang. Dia sebetulnya gugup karena dia merasa Haiden pulang pasti disebabkan olehnya. Pertanyaannya, kesalahan apa yang telah Lea lakukan?

"Hum." Haiden berdehem singkat, akan tetapi mengacak pucuk kepala Lea dengan penuh kasih sayang. Tak lupa juga pria itu menunjukkan sikap hangat dengan mencium kening istrinya secara khidmat.

Lea mengerutkan kening, menatap suaminya bingung bercampur cengang. Tu-tumben?!

"Tu-tunggu." Lea berlari kecil saat Haiden beranjak. Dia buru-buru menghalangi langkah suaminya–melewati Haiden kemudian berhenti di hadapan pria itu dengan merentangkan tangan.

"Ada apa, Azalea Sweetheart?" Haiden menaikkan sebelah alis, menatap istrinya intens.

Lea lagi-lagi dibuat kaget. Nada bicara Haiden terdengar lembut, berat dan seksi secara bersamaan. "Ya Habibi, kenapa … kamu baik? Maksudku-- tidak memarahiku. Katanya kemarin Mas ingin menghukumku. Ayo hukum aku," ucap Lea, menggoyangkan pundak dan pinggul, sengaja untuk memancing suaminya. Namun, ini juga sebagai uji coba apakah pria dihadapannya sungguh suaminya atau suami orang yang tertukar dengan miliknya.

Rasanya tak mungkin Haiden bersikap lembut padanya. Sebelum menikah, pria ini memang bersikap sangat hangat. Akan tetapi … hampir tiga bulan ini Lea merasakan musim salju. Dingin!

Tuk'

Haiden menejitak kening Lea cukup kuat, membuat Lea yang masih bergoyang seketika berhenti.

"Jangan kumat. Masih pagi," ucap Haiden datar, melanjutkan langkahnya ke dalam rumah.

"Wah, ternyata masih Haiden banteng. Heh," gumam Lea pelan, menatap punggung Haiden dengan tampang tengil, "tapi kenapa dia baik? Tadi malam dia sangat marah karena aku di hotel. Dia juga mendadak pulang. Jika bukan karena aku melakukan kesalahan, pasti dia tak akan pulang. Seharusnya pagi ini-- aku menerima dua kemungkinan. Kalau tidak es yah semburan lahar panas. Kalau tidak dicuekin tentunya dimarahi. Tapi …-" Lea mengusap dagu dengan jari telunjuk. Dia menoleh ke sana kemari hingga matanya terarah pada tong sampah yang masih menyala oleh api.

Karena penasaran apa yang sedang suaminya bakar, Lea mendekat ke sana. Dia menoleh ke dalam, untuk melihat apa yang Haiden bakar.

Mata Lea langsung melebar, buru-buru meraih sebuah kain di pinggir ting sampah–bagian yang tak terbakar.

"I--ini kan lingerie ku," kagetnya. Jantung Lea seketika berdebar kencang, dadanya mulai bergemuruh hebat dan rasanya dia sangat kacau. Lea mencari kayu dan setelah menemukannya, dia menggunakan kayu tersebut untuk mengorek tumpukan kain yang terbakar.

Deg'

Rasanya tubuh Lea lemas. Itu semua pakaian seksinya. Ke-kenapa Haiden membakarnya?

"A-apa karena Mas Haiden tidak menyukai tubuhku? Sejijik itukah dia padaku sampai-sampai … dia membakar semua pakaian seksi ku? Aku sengaja mengoleksinya untuk menyenangkannya, tapi …-"

Comments (2)
goodnovel comment avatar
CacaCici
Terimakasih, Kakakku. (⁠≧⁠▽⁠≦⁠)(⁠。⁠•̀⁠ᴗ⁠-⁠)⁠✧
goodnovel comment avatar
Nikma Pesek
semangat thoorr
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dekapan Dingin Suami Panas   9. Menghapus Noda di Bibirmu, Sweetheart

    Lea menatap miris pada lingerie yang telah habis terbakar tesebut. Bukan hanya itu, celana pendek serta crop top miliknya– semua Haiden bakar. Yang membuat Lea sangat sedih adalah celana pendek motif bunga-bunga miliknya, juga menjadi korban kebakaran. "Jahat sekali!" nanar Lea, terduduk lesu tak jauh dari tong sampah–bahan besih, yang menjadi wadah pakaiannya dilahap api. "Ke-kebakaran, kebakaran apa yang menyakitkan? kebakaran api cemburu? Enggaaaaak! Tapi melihat Celana pendek bunga-bungaku menjadi korban kebakaran. Aaaaa … i--itu celana pendekku yang kubeli saat masih kuliah. A-aku merawatnya sepenuh hati dan segenap jiwa, ngalahin Malika si kedelai hitam. Huaa … ahk'aaaa … aku susah-susah nawar biar dapat tiga seratus ribu, ta-tapi … aaaa … hiks … aaaa … dibakaaaar," tangis Lea pada akhirnya, sesenggukan karena merasa kehilangan teman lama. Tuk' Tiba-tiba saja ada yang mengetuk ubun-ubunnya, membuat Lea yang menangis langsung berhenti dan beralih mendongak untuk melihat sia

    Last Updated : 2024-12-11
  • Dekapan Dingin Suami Panas   10. Apakah Ini Perangkapmu, Mas?

    "Kau bosan menikah denganku?" Suara Haiden begitu menusuk, menembus hingga ke tulang-tulang–membuat tubuh Lea menegang kaku serta panas pada bagian punggung. Lea berdiri dari kursi, menatap campur aduk pada Haiden yang sudah menahan marah. Di satu sisi Lea menyesali ucapannya, tetapi di sisi lain dia ingin sekali berteriak 'ya tepat di depan wajah Haiden. "Kau diam. Itu artinya benar," Haiden mendekati Lea, membuat perempuan itu semakin gugup tetapi rasanya juga ingin melawan secara bersamaan. "Katakan, bagian mana yang membuatmu bosan?" Ketika Haiden berjalan mendekat, Lea bergerak mundur. Kepalanya tertunduk, tangannya meremas pinggiran dress yang dia kenakan. Selain takut, perasaan sedih kian menyelimuti hati. Setelah Haiden melamarnya di Paris, pria ini selalu memanjakannya. Sikapnya sangat manis dan seperti seorang pria yang sangat menginginkan wanitanya. Akan tetapi kenapa setelah menikah semua terasa hambar? Kemana Haiden yang manis? "Seingatku-- kau sangat ingin m

    Last Updated : 2024-12-11
  • Dekapan Dingin Suami Panas   11. Mengejar Impian

    Ketika sadar tangan kekar itu masih memegangnya, Lea langsung menoleh ke empunya. Haiden menunduk sedikit, menatap Lea yang mendongak padanya. Tatapan perempuan ini begitu cantik, air membuat bulu mata Lea terlihat lebih jelas. Apalagi pada bagian bulu mata bawah, sehingga mata bulat Lea terlihat jauh lebih cantik. Daya tarik istrinya sangat kuat, terlebih pada bagian mata Lea. Lea memilih memalingkan wajah, dia menenangkan diri–berusaha mengatur nafas karena oksigen yang saling berdesakan pada paru-parunya. Tiba-tiba saja Haiden menarik tubuh Lea, menggendongnya di depan dan melingkarkan kaki perempuan itu di pinggangnya. Lea kira pria ini akan membawanya ke pinggir, akan tetapi …- Cup' Haiden tiba-tiba mencium bibirnya, melumatnya cukup kasar dan penuh penuntutan. Lea tidak membalas sama sekali, terdiam dengan wajah memerah padam. "Kenapa kau tidak membalas ciumanku?" tanya Haiden dingin, melayangkan tatapan tajam pada Lea. Lea menoleh ke sana kemari, menatap bebe

    Last Updated : 2024-12-12
  • Dekapan Dingin Suami Panas   1. Aku Merindukan Sentuhanmu, Mas

    "Kapan pulang, Mas Haiden?" tanya Azalea Ariva pada suaminya melalui sambungan telepon. Perempuan yang kerap kali disapa Lea tersebut terlihat berseri-seri, berdebar hatinya karena tak sabar menunggu kepulangan suaminya. Tiga bulan semenjak pernikahan, Lea tidak pernah disentuh oleh suaminya. Hanya di saat malam pertama saja Haiden menyentuhnya, setelahnya tak ada lagi sentuhan panas yang menyapa Lea. Yah, suaminya memang sibuk. Sehari setelah menikah, Haiden kembali bekerja. Lalu beberapa hari kemudian, Haiden ke luar negeri untuk mengurus bisnis. Hari terus berlalu dan Haiden semakin larut dalam pekerjaan. Hubungan pernikahan mereka begitu monoton dan cukup dingin bagi Lea yang mendambakan kehangatan dari suaminya. Di saat Haiden tak keluar negeri, Lea hanya bertemu dengan suaminya saat pagi–saat mereka sarapan bersama. Itupun tanpa pembicaraan. Ketika sarapan, Haiden selalu membawa tablet dan terus menatap tablet dengan tatapan serius, hal tersebut membuat Lea tak berani untuk s

    Last Updated : 2024-11-18
  • Dekapan Dingin Suami Panas   2. Apa Tidurmu Nyenyak Azalea?

    "Azalea." Lea yang sedang mengoles roti seketika mengangkat pandangan. Seperti biasa, pagi harinya selalu diawali dengan sarapan bersama Haiden. Walau pria itu selalu sibuk dengan tabletnya. "Iya, Mas?" tanya Lea seadanya. Tak ingin antusias karena masih mengingat kejadian tadi malam. Dia begitu excited menunggu kepulangan Haiden dari tempat kerja. Dia pikir malam dingin akan menjadi hangat dan penuh cinta. Namun, dia salah besar. Haiden tak mengharapkan hal yang sama dengannya. Dia berakhir tidur, ditemani kepiluan hati serta kehampaan. Sungguh?! Inikah pernikahan indah dan romantis yang Lea impikan? Dia kira setelah berhasil menaklukan Haiden, dia akan menjadi wanita beruntung yang dimanjakan oleh pria ini. Sayangnya itu tak benar. "Roti untukku?" ucap pria itu, menoleh ke arah piring yang masih kosong lalu menatap Lea–isyarat agar perempuan itu memberinya roti. Lea yang sudah selesai mengoles roti dengan selai coklat campur kacang, bahkan ingin mengigitnya, seketika meletakkan

    Last Updated : 2024-11-18
  • Dekapan Dingin Suami Panas   3. Aku Benar-benar akan Menghukummu Sweetheart

    Hari ini Lea kembali berniat menggoda Haiden. Pernikahan yang masih berusia tiga bulan ini, sudah terlalu dingin. Lea tak ingin membuatnya semakin dingin, dia harus secepatnya menghangatkan hubungan antara dia dan suaminya. Sudah jam delapan malam, Lea telah mengenakan lingerie yang ia beli saat siang tadi. Sejujurnya Lea tak diperbolehkan keluar tanpa izin dari Haiden. Tadi siang dia sama sekali tak izin karena dia merasa tak perlu. Izin tak izin, sepertinya Haiden tak akan peduli untuk saat ini–pria itu hanya peduli pada pekerjaan. Lagipula Lea hanya sebentar, jalan-jalan ke mall untuk menenangkan pikiran sejenak. Tampilannya sudah seksi dan jauh lebih menggoda dari malam sebelumnya. Seperti tadi malam, Lea berias dan mengenakan parfum yang banyak. "Halo, Mas Haiden sayang. Malam ini kamu pulang jam berapa yah kalau boleh tahu?" tanya Lea dengan lembut dan manis. Namun, alih-alih mendapat sambutan hangat, dia malah dimarahi oleh Haiden. 'Kepala maid melapor jika kau keluar dari

    Last Updated : 2024-11-18
  • Dekapan Dingin Suami Panas   4. Menyesal?

    "Totalnya empat ratus lima puluh ribut," ucap Lea pada seorang pembeli yang saat ini melakukan transaksi pembayaran. Pembeli tersebut memberikan uang sebanyak lima lembar berwarna pink. Lea menerima uang tersebut kemudian memberi kembalian. "Kembalian lima puluh ribu lagi, Kak. Terimakasih sudah mengunjungi cafe kita, semoga harinya menyenangkan." Pembeli tersebut tersipu malu kemudian segera beranjak dari sana. Lea langsung menghela napas, memanggil salah satu staf dan menyuruhnya berganti tugas. "Ck, mungkin saja perempuan itu seorang model, sedangkan aku hanyalah seorang pelayan cafe. Oleh sebab itu Mas Haiden memilihnya. Ah, aku harus mencari pekerjaan lain intinya. Aku tidak boleh kalah. Menikah dengannya, bukan berarti aku berhenti berjuang. Semangat semangat semangat!" gumam Lea antusias pada akhirnya kalimat untuk mensugesti diri sendiri. Akan tetapi dia mengurungkan niat untuk masuk ke dapur karena ternyata cafe sedang ramai. Lea sebenarnya koki di cafe milik sahabatnya i

    Last Updated : 2024-11-18
  • Dekapan Dingin Suami Panas   5. Mendadak Istriku Menjadi ….

    "Ya Tuhan, boleh nggak sih kalau aku mengatakan menyesal menikah dengan Mas Haiden? Dia sangat sempurna, sedangkan aku-- kurasa pengemis dijalanan lebih sukses dibandingkan aku. Mereka mah … modal duduk sama megang kemasan teh gelas saja bisa menghasilkan uang jutaan perhari. Aku? Kerja hasil giveaway, gaji besar karena yang memberi upah sahabat sendiri. Hah, itupun masih mengeluh. Manusia manusia … kebanyakan ngeluh!" pekik Lea, memukul kepala sendiri beberapa kali, tak peduli pada orang sekitar yang memperhatikan. "Kenapa jadi tak nyambung? Ck, dah jam empat ternyata. Pantas kumat," gumamnya, menghela napas lalu mengeluh lagi. Hingga tiba-tiba saja dia tiba di sebuah tempat yang ramai. "Kebakaran.""Kebakaran.""Kebakaran."Teriakan orang-orang memenuhi tempat tersebut. Melihat itu, Lea mendekat bahkan mendadak ikut dengan para pemuda dan bapak-bapak untuk gotong royong mengangkut air. "Aku tidak bisa, Pak. Aku takut api." Ucap seseorang perempuan sembari melempar ID card. Setel

    Last Updated : 2024-11-18

Latest chapter

  • Dekapan Dingin Suami Panas   11. Mengejar Impian

    Ketika sadar tangan kekar itu masih memegangnya, Lea langsung menoleh ke empunya. Haiden menunduk sedikit, menatap Lea yang mendongak padanya. Tatapan perempuan ini begitu cantik, air membuat bulu mata Lea terlihat lebih jelas. Apalagi pada bagian bulu mata bawah, sehingga mata bulat Lea terlihat jauh lebih cantik. Daya tarik istrinya sangat kuat, terlebih pada bagian mata Lea. Lea memilih memalingkan wajah, dia menenangkan diri–berusaha mengatur nafas karena oksigen yang saling berdesakan pada paru-parunya. Tiba-tiba saja Haiden menarik tubuh Lea, menggendongnya di depan dan melingkarkan kaki perempuan itu di pinggangnya. Lea kira pria ini akan membawanya ke pinggir, akan tetapi …- Cup' Haiden tiba-tiba mencium bibirnya, melumatnya cukup kasar dan penuh penuntutan. Lea tidak membalas sama sekali, terdiam dengan wajah memerah padam. "Kenapa kau tidak membalas ciumanku?" tanya Haiden dingin, melayangkan tatapan tajam pada Lea. Lea menoleh ke sana kemari, menatap bebe

  • Dekapan Dingin Suami Panas   10. Apakah Ini Perangkapmu, Mas?

    "Kau bosan menikah denganku?" Suara Haiden begitu menusuk, menembus hingga ke tulang-tulang–membuat tubuh Lea menegang kaku serta panas pada bagian punggung. Lea berdiri dari kursi, menatap campur aduk pada Haiden yang sudah menahan marah. Di satu sisi Lea menyesali ucapannya, tetapi di sisi lain dia ingin sekali berteriak 'ya tepat di depan wajah Haiden. "Kau diam. Itu artinya benar," Haiden mendekati Lea, membuat perempuan itu semakin gugup tetapi rasanya juga ingin melawan secara bersamaan. "Katakan, bagian mana yang membuatmu bosan?" Ketika Haiden berjalan mendekat, Lea bergerak mundur. Kepalanya tertunduk, tangannya meremas pinggiran dress yang dia kenakan. Selain takut, perasaan sedih kian menyelimuti hati. Setelah Haiden melamarnya di Paris, pria ini selalu memanjakannya. Sikapnya sangat manis dan seperti seorang pria yang sangat menginginkan wanitanya. Akan tetapi kenapa setelah menikah semua terasa hambar? Kemana Haiden yang manis? "Seingatku-- kau sangat ingin m

  • Dekapan Dingin Suami Panas   9. Menghapus Noda di Bibirmu, Sweetheart

    Lea menatap miris pada lingerie yang telah habis terbakar tesebut. Bukan hanya itu, celana pendek serta crop top miliknya– semua Haiden bakar. Yang membuat Lea sangat sedih adalah celana pendek motif bunga-bunga miliknya, juga menjadi korban kebakaran. "Jahat sekali!" nanar Lea, terduduk lesu tak jauh dari tong sampah–bahan besih, yang menjadi wadah pakaiannya dilahap api. "Ke-kebakaran, kebakaran apa yang menyakitkan? kebakaran api cemburu? Enggaaaaak! Tapi melihat Celana pendek bunga-bungaku menjadi korban kebakaran. Aaaaa … i--itu celana pendekku yang kubeli saat masih kuliah. A-aku merawatnya sepenuh hati dan segenap jiwa, ngalahin Malika si kedelai hitam. Huaa … ahk'aaaa … aku susah-susah nawar biar dapat tiga seratus ribu, ta-tapi … aaaa … hiks … aaaa … dibakaaaar," tangis Lea pada akhirnya, sesenggukan karena merasa kehilangan teman lama. Tuk' Tiba-tiba saja ada yang mengetuk ubun-ubunnya, membuat Lea yang menangis langsung berhenti dan beralih mendongak untuk melihat sia

  • Dekapan Dingin Suami Panas   8. Baju Seksiku

    Apakah Haiden akan menyentuhnya? Dari ciuman Haiden yang basah dan panas, sepertinya iya. Namun-- Gluk' Lea meneguk saliva secara kasar saat Haiden menyudahi permainan bibir mereka. "Bibirmu sangat manis, Sweetheart," ucap Haiden dengan nada tenang, mengusap bibir Lea secara lembut dan hati-hati. Setelah itu, dia beralih menepuk-nepuk pucuk kepala istrinya, "ganti pakaianmu. Kita akan pulang ke rumah kita." Lea tersenyum kaku, sebetulnya menutupi kesedihan dan perasaan dongkol yang larut dalam hatinya. Dia sudah berharap, tetapi ternyata Haiden tidak ingin menyentuhnya. 'Apa yang salah dari tubuhku, Tuhan? Kenapa suamiku tidak mau menyentuhku?' batin Lea, berjalan ke kamar mandi untuk mengganti pakaian. Setelah berganti pakaian, Lea mengemasi barang-barangnya dalam koper. Dia ingin membangkang dengan menolak pulang, akan tetapi dia takut Haiden marah seperti tadi. "Kenapa kau menginap di hotel?" tanya Haiden yang sekarang sedang duduk di sofa, menyender dengan bersedek

  • Dekapan Dingin Suami Panas   7. Kenangan Malam Panas

    "Apa aku kurang cantik yah, oleh sebab itu Mas Haiden tidak mau menyentuhku." Lea menatap tampilan dirinya di depan cermin wastafel. Dia baru saja mandi, berendam cukup lama untuk merilekskan pikiran. Lea terus membohongi dirinya dengan berpura-pura enjoy menjalani kehidupan. Tetapi kenyataannya, pikirannya tak lepas dari suaminya. Kenapa setelah malam pertama, Haiden tak pernah lagi menyentuhnya? Adakah yang salah dari Lea? "Sebelum menikah, Mas Haiden terlihat begitu menginginkanku. Dia bahkan pernah hampir lepas kendali. Dan saat malam pertama, dia begitu bersemangat. Malam itu ...-" Lea terdiam sejenak, mengingat kembali kegiatan panas yang dia lakukan saat malam pertama dengan suaminya. Haiden menyentuh tubuhnya dengan begitu bersemangat, tak ada sedikitpun kulit Lea yang lepas dari sentuhan panas suaminya. 'Kau tidak akan bisa menghentikanku, Lea. Sekalipun kau menjerit kesakitan.' 'Selama ini kau terus menggodaku, dan malam ini-- akan kubuat kau merintih di bawahk

  • Dekapan Dingin Suami Panas   6. Nyonya Pergi Tuan

    "Terimakasih atas bantuannya, Lea." Lea tersenyum lebar, berjabat tangan dengan pria perut buncit tersebut–kepala tim yang tadi membuat Lea mendadak menjadi reporter. "Ini." Bapak tersebut memberikan sebuah kartu nama pada Lea. "Secepatnya, datanglah ke perusahaan Medi Zone. Bapak pastikan kamu mendapat pekerjaan di sana," ucap Raja, nama pria tersebut. Lea membulatkan mata, meraih kartu nama tersebut dengan semangat. Dia tersenyum lebar lalu kembali bersalaman secara semangat dengan Raja. "Terimakasih, Pak. Ini yang kubutuhkan.""Semangatmu sangat luar biasa anak muda." Raja tertawa begitu juga dengan Lea. "BTW, Pak." Lea dengan santai menepuk pelan pundak Raja, dia bersikap seolah Raja adalah teman lamanya. "Bagaimana tadi? Aku berbakat tidak jadi reporter?" "Ahahaha …." Raja tertawa cukup kencang, bukan karena menyetujui ucapan Lea akan tetapi karena merasa risau. Dia tak akan lagi menjadikan perempuan ini sebagai reporter, dia sudah jera dan sangat syok. Sekarang dia menyiapk

  • Dekapan Dingin Suami Panas   5. Mendadak Istriku Menjadi ….

    "Ya Tuhan, boleh nggak sih kalau aku mengatakan menyesal menikah dengan Mas Haiden? Dia sangat sempurna, sedangkan aku-- kurasa pengemis dijalanan lebih sukses dibandingkan aku. Mereka mah … modal duduk sama megang kemasan teh gelas saja bisa menghasilkan uang jutaan perhari. Aku? Kerja hasil giveaway, gaji besar karena yang memberi upah sahabat sendiri. Hah, itupun masih mengeluh. Manusia manusia … kebanyakan ngeluh!" pekik Lea, memukul kepala sendiri beberapa kali, tak peduli pada orang sekitar yang memperhatikan. "Kenapa jadi tak nyambung? Ck, dah jam empat ternyata. Pantas kumat," gumamnya, menghela napas lalu mengeluh lagi. Hingga tiba-tiba saja dia tiba di sebuah tempat yang ramai. "Kebakaran.""Kebakaran.""Kebakaran."Teriakan orang-orang memenuhi tempat tersebut. Melihat itu, Lea mendekat bahkan mendadak ikut dengan para pemuda dan bapak-bapak untuk gotong royong mengangkut air. "Aku tidak bisa, Pak. Aku takut api." Ucap seseorang perempuan sembari melempar ID card. Setel

  • Dekapan Dingin Suami Panas   4. Menyesal?

    "Totalnya empat ratus lima puluh ribut," ucap Lea pada seorang pembeli yang saat ini melakukan transaksi pembayaran. Pembeli tersebut memberikan uang sebanyak lima lembar berwarna pink. Lea menerima uang tersebut kemudian memberi kembalian. "Kembalian lima puluh ribu lagi, Kak. Terimakasih sudah mengunjungi cafe kita, semoga harinya menyenangkan." Pembeli tersebut tersipu malu kemudian segera beranjak dari sana. Lea langsung menghela napas, memanggil salah satu staf dan menyuruhnya berganti tugas. "Ck, mungkin saja perempuan itu seorang model, sedangkan aku hanyalah seorang pelayan cafe. Oleh sebab itu Mas Haiden memilihnya. Ah, aku harus mencari pekerjaan lain intinya. Aku tidak boleh kalah. Menikah dengannya, bukan berarti aku berhenti berjuang. Semangat semangat semangat!" gumam Lea antusias pada akhirnya kalimat untuk mensugesti diri sendiri. Akan tetapi dia mengurungkan niat untuk masuk ke dapur karena ternyata cafe sedang ramai. Lea sebenarnya koki di cafe milik sahabatnya i

  • Dekapan Dingin Suami Panas   3. Aku Benar-benar akan Menghukummu Sweetheart

    Hari ini Lea kembali berniat menggoda Haiden. Pernikahan yang masih berusia tiga bulan ini, sudah terlalu dingin. Lea tak ingin membuatnya semakin dingin, dia harus secepatnya menghangatkan hubungan antara dia dan suaminya. Sudah jam delapan malam, Lea telah mengenakan lingerie yang ia beli saat siang tadi. Sejujurnya Lea tak diperbolehkan keluar tanpa izin dari Haiden. Tadi siang dia sama sekali tak izin karena dia merasa tak perlu. Izin tak izin, sepertinya Haiden tak akan peduli untuk saat ini–pria itu hanya peduli pada pekerjaan. Lagipula Lea hanya sebentar, jalan-jalan ke mall untuk menenangkan pikiran sejenak. Tampilannya sudah seksi dan jauh lebih menggoda dari malam sebelumnya. Seperti tadi malam, Lea berias dan mengenakan parfum yang banyak. "Halo, Mas Haiden sayang. Malam ini kamu pulang jam berapa yah kalau boleh tahu?" tanya Lea dengan lembut dan manis. Namun, alih-alih mendapat sambutan hangat, dia malah dimarahi oleh Haiden. 'Kepala maid melapor jika kau keluar dari

DMCA.com Protection Status