Home / Romansa / Dekapan Dingin Suami Panas / 5. Mendadak Istriku Menjadi ….

Share

5. Mendadak Istriku Menjadi ….

Author: CacaCici
last update Last Updated: 2024-11-18 02:10:59

"Ya Tuhan, boleh nggak sih kalau aku mengatakan menyesal menikah dengan Mas Haiden? Dia sangat sempurna, sedangkan aku-- kurasa pengemis dijalanan lebih sukses dibandingkan aku. Mereka mah … modal duduk sama megang kemasan teh gelas saja bisa menghasilkan uang jutaan perhari. Aku? Kerja hasil giveaway, gaji besar karena yang memberi upah sahabat sendiri. Hah, itupun masih mengeluh. Manusia manusia … kebanyakan ngeluh!" pekik Lea, memukul kepala sendiri beberapa kali, tak peduli pada orang sekitar yang memperhatikan.

"Kenapa jadi tak nyambung? Ck, dah jam empat ternyata. Pantas kumat," gumamnya, menghela napas lalu mengeluh lagi.

Hingga tiba-tiba saja dia tiba di sebuah tempat yang ramai.

"Kebakaran."

"Kebakaran."

"Kebakaran."

Teriakan orang-orang memenuhi tempat tersebut. Melihat itu, Lea mendekat bahkan mendadak ikut dengan para pemuda dan bapak-bapak untuk gotong royong mengangkut air.

"Aku tidak bisa, Pak. Aku takut api." Ucap seseorang perempuan sembari melempar ID card. Setelah itu, perempuan tersebut berarti menjauh dari tempat tersebut.

Lea yang berlalu lalang untuk mengangkut air, memperhatikan. Sepertinya mereka tim atau kru televisi. Karena Lea adalah makhluk kepo, dia mendekat ke rombongan berpakaian serba hitam tersebut.

"Bagaimana sih? Tidak propesional sekali. Habis dari sini, pecat saja dia."

"Pak, bagaimana ini?! Kita tidak membawa reporter lain. Dan kantor cukup jauh, menghubungi pun kita akan terlambat menyiarkan berita sekarang."

"Ck, menyusahkan saja. Kalau begini kita bisa mati! Bos besar pasti akan mengamuk pada kita semua!"

Lea menggaruk pipi lalu  meletakkan ember kemudian mengambil ID card yang dilempar prempuan tadi. Sebetulnya Lea hanya kepo seperti apa proses syuting berita. Dan-- siapa tahu dia masuk kamera bukan, jika dia pura-pura nongol dengan memberikan ID card ini?!

Ah, tak masalah kalaupun masuk berita kebakaran, yang terpenting Lea masuk TV. Itu yang ada dipikiran Lea.

"Permisi, ini punya Bapak yah?" ucap Lea memberikan id card yang dilempar perempuan tadi pada seorang pria berpakaian hitam. Lea sedang caper supaya masuk kamera.

Pria tersebut meraih id card, akan tetapi tiba-tiba mengamati Lea secara teliti. "Cantik, lumayan tinggi dan bukan spesies pohon toge, penampilan oke, rapi, membawa map-- sepertinya sedang mencari pekerjaan dan … dek, kamu jadi reporter yah," ucap pria tersebut tiba-tiba pada Lea.

"Lah, aku tidak punya bakat, Pak." Lea menggelengkan kepala dengan panik.

Namun, pria tersebut tiba-tiba memasang jaket hitam pada Lea kemudian setelahnya berjabat tangan dengan Lea. "Selamat, Dek, kamu diterima bekerja. Ini micropon dan langsung saja," ucap pria dengan perut buncit tersebut, tersenyum manis pada Lea yang sudah memucat horor.

"Tapi, Pak. Aku tidak bakat membawa berita. Aku bakatnya bawa ember isi air saja." Lea yang sudah di tempat yang telah ditentukan oleh tim, terlihat panik dan gugup.

Kamera sudah diarahkan padanya. Itu membuat Lea memucat dan panik!

Memang betul! Lea ingin masuk TV, tetapi bukan jadi reporter dadakan juga. Help! Siapapun, tolong selamatkan Lea! Makhluk purba seperti Lea tidak bisa menjadi reporter!

"Tidak apa-apa. Senyamanmu saja membawakan beritanya, Dek. Enjoy," teriak pria tadi dari kejauhan. 

"Pak, kamu bersoda sekali woi!" teriak Lea, malah membuat kru dan pria itu tertawa geli.

"Berdosa, Dek. Bersoda mah minuman yang diboikot itu."

"Aelah, Pak." Lea mendengkus, pada akhirnya mau tak mau dia bersedia menjadi reporter dadakan.

Baiklah! Sebagai salah satu makhluk rimba yang telah berevolusi, Lea akan membuktikan diri. Dia akan menjadi reporter yang dikenang dalam sejarah pertelevisian.

***

Haiden menyeruput kopi secara pelan, dia berada di kantin penginapan–bersantai bersama Nanda. Setelah membahas pekerjaan yang menguras tenaga, akhirnya kini mereka bisa sedikit lebih santai.

Haiden sebenarnya merasa sedikit familiar dengan suara tv, nada cempreng dari televisi–yang sedang menyiarkan berita, Haiden seperti mengenalinya.

"Astaga! Co-coba lihat televisi, Bos," ucap Nanda heboh, menggoyangkan pundak Haiden sehingga dia mendapat tatapan tajam dari pria memarah itu.

Haiden berdecak pelan, kembali meraih gelas kopi lalu menyeruput perlahan cairan hitam tersebut. Entahlah! Kopi ini terasa membosankan, mungkin karena bukan Lea yang membuatkan.

Byuurrrr'

Haiden seketika menyemburkan kopi yang ia seruput dari mulut, mengenai wajah Nanda.

"Haiss, Bos Angry bird!" keluh Nanda, meraih tissue untuk me-lap muka.

Uhuk' uhuk' uhuk'

Haiden terbatuk-batuk setelahnya, menatap tak percaya pada layar televisi. Hell! Lengah dikit, istrinya mendadak menjadi reporter.

Dang it! Bagaimana bisa?!

"Anu-- itu … api sedang melahap rumah warga dipemukiman ***. Sekitar empat rumah terkena serangan api. Pemicu terjadinya kebakaran dikarenakan arus pendek. Arus pendek sangat dibenci oleh negara api sehingga negara api menyerang dan terjadilah kebakaran yang sangat … menyala! Untungnya-- kita lihat bersama para  suku air, suku Mbak Katara, telah tiba di sini. Yah, saksikanlah, pahlawan merah berani kita, sang pemadam kebakaran. Wahhh … daebak! Lihat cara Abang pemadam mengarahkan selang air ke api, tepat sasaran. Kemudian air keluar dan memberikan dorongan kuat. Untungnya Abang pemadam yang gagah dan tampan pemberani, dapat menahan selang dengan tekanan air yang sangat kuat tersebut. Ck ck ck, saranghae, Abang!" Di akhir kalimat, si pembawa berita yang tak lain adalah Lea, berteriak pada para pemadam kebakaran yang berada di belakang sana.

Haiden yang menonton mengepalkan tangan, terbakar sekujur tubuhnya melihat kelakuan istrinya.

"Bos, perlu kupanggilkan pemadam ke tempat ini?" ucap Nanda tanpa dosa–menjahili Haiden yang sepertinya juga kebakaran seperti rumah dalam berita. Namun, Nanda langsung bungkam karena mendapat tatapan marah dari Haiden.

"Horeeeee … Abang pemadam berhasil memadamkan api. Untungnya Cinta adinda tidak ikut padam."

Kepalan tangan Haiden semakin kuat, giginya bergemelutuk dan matanya memerah karena kemarahan.

"Sekian dari Azalea Ariva, istri Gojo Satoru. Saya kembalikan ke studio. Papai …."

"NANDA!" teriak Haiden marah.

Nada yang awalnya tertawa karena merasa lucu dengan Lea yang membawa berita, seketika tergelonjak kaget. Dia langsung berdiri dan mengambil posisi menghormat pada Haiden.

"Siap, Pak Bos!" ucap Nanda tegas. Dalam hati membaca doa keselamatan karena takut semburan dahsyat Haiden padanya.

"Siapkan kepulanganku sekarang juga," titah Haiden dingin.

"Ta-tapi, Tuan-- kita baru sehari di sini dan proyek belum ditin …-"

"Ambil alih. Katakan aku punya kesibukan darurat." Haiden melayangkan tatapan murka pada Nanda lalu setelah itu dia beranjak dari sana.

Haiden berpapasan dengan Citra, perempuan itu ingin mengatakan sesuatu akan tetapi Haiden langsung mengangkat tangan–isyarat jika dia tidak ingin diganggu. Haiden melewati Citra begitu saja.

Semoga suka dengan bab ini, MyRe. Oh iya, bagi yang belum membaca novel 'Sentuhan Panas Suami Dingin', silahkan baca yah. Karena kisah Lea dan Haiden sebelum menikah ada di sana.

I* Author:@deasta18

Comments (7)
goodnovel comment avatar
Mini Adae Jangkang
asli ngakak heh.. ada saja kelakuan si Lea , lengahsedikit jadi reporter......
goodnovel comment avatar
Amelia Rono
gak bosan bacanya
goodnovel comment avatar
Eka kikio
yoksi... uri makle... hopeless dikit jd reporter absurd.........
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dekapan Dingin Suami Panas   6. Nyonya Pergi Tuan

    "Terimakasih atas bantuannya, Lea." Lea tersenyum lebar, berjabat tangan dengan pria perut buncit tersebut–kepala tim yang tadi membuat Lea mendadak menjadi reporter. "Ini." Bapak tersebut memberikan sebuah kartu nama pada Lea. "Secepatnya, datanglah ke perusahaan Medi Zone. Bapak pastikan kamu mendapat pekerjaan di sana," ucap Raja, nama pria tersebut. Lea membulatkan mata, meraih kartu nama tersebut dengan semangat. Dia tersenyum lebar lalu kembali bersalaman secara semangat dengan Raja. "Terimakasih, Pak. Ini yang kubutuhkan.""Semangatmu sangat luar biasa anak muda." Raja tertawa begitu juga dengan Lea. "BTW, Pak." Lea dengan santai menepuk pelan pundak Raja, dia bersikap seolah Raja adalah teman lamanya. "Bagaimana tadi? Aku berbakat tidak jadi reporter?" "Ahahaha …." Raja tertawa cukup kencang, bukan karena menyetujui ucapan Lea akan tetapi karena merasa risau. Dia tak akan lagi menjadikan perempuan ini sebagai reporter, dia sudah jera dan sangat syok. Sekarang dia menyiapk

    Last Updated : 2024-11-29
  • Dekapan Dingin Suami Panas   7. Kenangan Malam Panas

    "Apa aku kurang cantik yah, oleh sebab itu Mas Haiden tidak mau menyentuhku." Lea menatap tampilan dirinya di depan cermin wastafel. Dia baru saja mandi, berendam cukup lama untuk merilekskan pikiran. Lea terus membohongi dirinya dengan berpura-pura enjoy menjalani kehidupan. Tetapi kenyataannya, pikirannya tak lepas dari suaminya. Kenapa setelah malam pertama, Haiden tak pernah lagi menyentuhnya? Adakah yang salah dari Lea? "Sebelum menikah, Mas Haiden terlihat begitu menginginkanku. Dia bahkan pernah hampir lepas kendali. Dan saat malam pertama, dia begitu bersemangat. Malam itu ...-" Lea terdiam sejenak, mengingat kembali kegiatan panas yang dia lakukan saat malam pertama dengan suaminya. Haiden menyentuh tubuhnya dengan begitu bersemangat, tak ada sedikitpun kulit Lea yang lepas dari sentuhan panas suaminya. 'Kau tidak akan bisa menghentikanku, Lea. Sekalipun kau menjerit kesakitan.' 'Selama ini kau terus menggodaku, dan malam ini-- akan kubuat kau merintih di bawahk

    Last Updated : 2024-12-11
  • Dekapan Dingin Suami Panas   8. Baju Seksiku

    Apakah Haiden akan menyentuhnya? Dari ciuman Haiden yang basah dan panas, sepertinya iya. Namun-- Gluk' Lea meneguk saliva secara kasar saat Haiden menyudahi permainan bibir mereka. "Bibirmu sangat manis, Sweetheart," ucap Haiden dengan nada tenang, mengusap bibir Lea secara lembut dan hati-hati. Setelah itu, dia beralih menepuk-nepuk pucuk kepala istrinya, "ganti pakaianmu. Kita akan pulang ke rumah kita." Lea tersenyum kaku, sebetulnya menutupi kesedihan dan perasaan dongkol yang larut dalam hatinya. Dia sudah berharap, tetapi ternyata Haiden tidak ingin menyentuhnya. 'Apa yang salah dari tubuhku, Tuhan? Kenapa suamiku tidak mau menyentuhku?' batin Lea, berjalan ke kamar mandi untuk mengganti pakaian. Setelah berganti pakaian, Lea mengemasi barang-barangnya dalam koper. Dia ingin membangkang dengan menolak pulang, akan tetapi dia takut Haiden marah seperti tadi. "Kenapa kau menginap di hotel?" tanya Haiden yang sekarang sedang duduk di sofa, menyender dengan bersedek

    Last Updated : 2024-12-11
  • Dekapan Dingin Suami Panas   9. Menghapus Noda di Bibirmu, Sweetheart

    Lea menatap miris pada lingerie yang telah habis terbakar tesebut. Bukan hanya itu, celana pendek serta crop top miliknya– semua Haiden bakar. Yang membuat Lea sangat sedih adalah celana pendek motif bunga-bunga miliknya, juga menjadi korban kebakaran. "Jahat sekali!" nanar Lea, terduduk lesu tak jauh dari tong sampah–bahan besih, yang menjadi wadah pakaiannya dilahap api. "Ke-kebakaran, kebakaran apa yang menyakitkan? kebakaran api cemburu? Enggaaaaak! Tapi melihat Celana pendek bunga-bungaku menjadi korban kebakaran. Aaaaa … i--itu celana pendekku yang kubeli saat masih kuliah. A-aku merawatnya sepenuh hati dan segenap jiwa, ngalahin Malika si kedelai hitam. Huaa … ahk'aaaa … aku susah-susah nawar biar dapat tiga seratus ribu, ta-tapi … aaaa … hiks … aaaa … dibakaaaar," tangis Lea pada akhirnya, sesenggukan karena merasa kehilangan teman lama. Tuk' Tiba-tiba saja ada yang mengetuk ubun-ubunnya, membuat Lea yang menangis langsung berhenti dan beralih mendongak untuk melihat sia

    Last Updated : 2024-12-11
  • Dekapan Dingin Suami Panas   10. Apakah Ini Perangkapmu, Mas?

    "Kau bosan menikah denganku?" Suara Haiden begitu menusuk, menembus hingga ke tulang-tulang–membuat tubuh Lea menegang kaku serta panas pada bagian punggung. Lea berdiri dari kursi, menatap campur aduk pada Haiden yang sudah menahan marah. Di satu sisi Lea menyesali ucapannya, tetapi di sisi lain dia ingin sekali berteriak 'ya tepat di depan wajah Haiden. "Kau diam. Itu artinya benar," Haiden mendekati Lea, membuat perempuan itu semakin gugup tetapi rasanya juga ingin melawan secara bersamaan. "Katakan, bagian mana yang membuatmu bosan?" Ketika Haiden berjalan mendekat, Lea bergerak mundur. Kepalanya tertunduk, tangannya meremas pinggiran dress yang dia kenakan. Selain takut, perasaan sedih kian menyelimuti hati. Setelah Haiden melamarnya di Paris, pria ini selalu memanjakannya. Sikapnya sangat manis dan seperti seorang pria yang sangat menginginkan wanitanya. Akan tetapi kenapa setelah menikah semua terasa hambar? Kemana Haiden yang manis? "Seingatku-- kau sangat ingin m

    Last Updated : 2024-12-11
  • Dekapan Dingin Suami Panas   11. Mengejar Impian

    Ketika sadar tangan kekar itu masih memegangnya, Lea langsung menoleh ke empunya. Haiden menunduk sedikit, menatap Lea yang mendongak padanya. Tatapan perempuan ini begitu cantik, air membuat bulu mata Lea terlihat lebih jelas. Apalagi pada bagian bulu mata bawah, sehingga mata bulat Lea terlihat jauh lebih cantik. Daya tarik istrinya sangat kuat, terlebih pada bagian mata Lea. Lea memilih memalingkan wajah, dia menenangkan diri–berusaha mengatur nafas karena oksigen yang saling berdesakan pada paru-parunya. Tiba-tiba saja Haiden menarik tubuh Lea, menggendongnya di depan dan melingkarkan kaki perempuan itu di pinggangnya. Lea kira pria ini akan membawanya ke pinggir, akan tetapi …- Cup' Haiden tiba-tiba mencium bibirnya, melumatnya cukup kasar dan penuh penuntutan. Lea tidak membalas sama sekali, terdiam dengan wajah memerah padam. "Kenapa kau tidak membalas ciumanku?" tanya Haiden dingin, melayangkan tatapan tajam pada Lea. Lea menoleh ke sana kemari, menatap bebe

    Last Updated : 2024-12-12
  • Dekapan Dingin Suami Panas   12. Apa Rumah Tidak Nyaman Sweetheart?

    "J--JVM …," gumam Lea, mulai panik dan gugup. Jantungnya bahkan sudah berdebar sangat kencang. JVM itu perusahaan … suaminya. Ya Tuhan!! "Ada apa, Neng?" tanya Raja, memperhatikan wajah tegang perempuan cantik yang duduk di sebelahnya–kursi penumpang. Lea menggelengkan kepala, nyengir konyol pada bos-nya. "Hehehe … hanya sedikit gugup, Pak. Ma-makluk, Pak, katanya CEO-nya ganteng. Siapa tahu nanti kami bertemu dan jodoh. Ya kaaaaann …," canda Lea, akan tetapi buru-buru merapalkan doa yang berlawanan dari perkataannya barusan. 'Ja-jangan sampai, Ya Allah. Jangan sampai aku bertemu dengan Mas Deden. Maksudku seperti di novel-novel, Ya Allah. Tunggu dulu aku menjadi artis terkenal, baru identitas rahasiaku sebagai artis papan atas terbongkar di depan Mas Den. Ini masih awal, masa sudah ketahuan.' batin Lea, semakin panik bahkan berkeringat dingin ketika mereka telah sampai di depan gedung perusahaan JVM yang terlihat sangat besar dan menjulang tinggi. *** Lea merapatkan topi

    Last Updated : 2024-12-12
  • Dekapan Dingin Suami Panas   13. Tidak Bersedia Lagi

    "Ekhem." Lea tiba-tiba berdehem, bergerak gelisah dan berusaha memutar otak supaya terhindar dari suaminya. "Meri ketumbar hei …," ucap Lea tiba-tiba, bernada dan dengan intonasi diimut-imutkan. Haiden menaikkan sebelah alis, masih duduk di kursi kekuasaannya. Jaraknya cukup jauh dari tempat istrinya berdiri, akan tetapi dia bisa mencium aroma tubuh istrinya yang khas. Dia sangat mengenali aroma ini, karena parfum tersebut adalah racikan Haiden sendiri--khusus untuk wanita bodohnya yang sangat suka berpetualang. Haiden menyender pada kursi, bersedekap dingin sembari mengamati perempuan yang menutupi wajah tersebut secara intens. Sebesar apapun usaha Lea menutupi wajahnya, Haiden tetap bisa mengenali, baik dari bentuk maupun aroma. Akan tetapi, Haiden memilih diam, mengamati sejauh mana perempuan ini akan bertindak absurd. "Meri ketumbar hei? Acha acha nehi nehi …-" Lea sejenak berhenti, gugup karena tatapan dingin Haiden. Tatapan suaminya seperti harimau yang mengintai mangsa

    Last Updated : 2024-12-12

Latest chapter

  • Dekapan Dingin Suami Panas   86. Antara Kebutuhan Pribadi dan Anak

    "Tu-Tuan." Haiden menatap maid dengan tampang muka penuh tanda tanya. Dia telah pulang kerja dan baru sampai di rumah, bahkan masih di ambang pintu. Namun, tiba-tiba tiga maid berlari terburu-buru kepadanya. Firasat Haiden menjadi tak enak, dia takut terjadi sesuatu pada istrinya. "Di mana Nyonya HaiLe?" Haiden langsung menanyakan istrinya, karena pikirannya langsung kepada istrinya. Ketika maid mendatanginya, Haiden seketika mencemaskan istrinya. "Di-di dapur basah, Tuan," jawab salah satu maid. "Nyonya memasak?" Wajah Haiden mulai terlihat marah. Meskipun dia tidak ingin anak, akan tetapi bukan berati dia membiarkan anak itu dalam keadaan buruk. Jika anak itu kenapa-napa, jelas Lea yang akan menanggung sakit dari semuanya. Oleh sebab itu, Haiden begitu overprotektif pada kehamilan Lea. Dia sudah memerintahkan pada maid supaya tidak membiarkan Lea untuk memasak. Yah, walau Haiden kurang rela sebab dia sangat suka masakan istrinya, akan tetapi dia terpaksa demi kebaikan Lea dan

  • Dekapan Dingin Suami Panas   85. Oleh-oleh yang tak diinginkan

    Tiada angin tiada hujan, Melody ingin bertemu dengannya? [Oke.] Lea membalas pelan tersebut, setelah itu Lea dilanjutkan langkahnya–memasuki sebuah toko es krim karena dia sedang sangat ingin memakan es krim. "Es krim rasa bon cabe level 50 satu yah, Bang," ucap Lea pada penjaga kasir, membuat kasir tersebut melongo–mata melotot dan mulut menganga. "Mohon maaf, Kak. Tetapi …-" Lea langsung memotong, "kalau rasa bon cabe tidak ada, rasa bon utang juga enggak apa-apa. Yang penting pedes."Kasir tersebut semakin dibuat pusing, hanya bisa menggaruk tengkuk karena tak tahu cara menghadapi makhluk cantik tetapi aneh tersebut. Hampir saja pria ini berniat menggombali perempuan cantik dengan mata bulat yang indah. Namun, dia mengurungkan niat karena reflek trauma oleh permintaan aneh si cantik yang terasa seperti makhluk alien. ***[Kapan kamu datang? Ini sudah sore.]Lea tersenyum manis, kemudian membalas pesan dari Melodi. [Sabar, Kak sayang. Ini saya lagi di jalan. Tapi macet.] Lea me

  • Dekapan Dingin Suami Panas   84. Dia Ingin Bertemu

    "Azalea, waktunya makan," ucap Haiden, akan tetapi melayangkan tatapan penuh peringatan pada adiknya. Lea menoleh cepat pada Haiden, dia cukup terkejut karena Haiden mendadak ada di sana. Lea memperlihatkan cengiran kemudian segera bangkit. "Mama dan Papa masih di sini kan?" tanya Lea saat akan beranjak dari sana. "Humm." Haiden menganggukkan kepala, mengusap pucuk kepala Lea saat perempuan itu akan lewat. Melihat Lea pergi, Ziea buru-buru menyusul. Dia menerobos untuk keluar akan tetapi Haiden menghadangnya. "Kak Deden, aku ingin lewat." Ziea mengerucutkan bibir, menatap mendongak pada kakaknya yang berdiri di depannya–menghadangnya. "Ember sekali mulutmu," marah Haiden, melayangkan tatapan tajam pada Ziea. "Bagiamana jika Azalea menghindariku setelah ini, Bocah?!" Ziea menggaruk pipi yang tak gatal, hanya kikuk bercampur gugup karena dimarahi oleh kakaknya. "Mana mungkin! Lea ke Kakak kan cinta mati." "Naif!" dengkus Haiden, menyentil cukup kuat kening adiknya. "Tutup

  • Dekapan Dingin Suami Panas   83. Kisah Ebrahim yang Terdahulu

    Setelah Lea keluar dari ruangan tersebut–di mana Haiden masih di sana, mengobrol dengan orangtua angkat Lea dan orangtuanya. Kini Lea berada di ruangan lain, bersama Ziea. Sedangkan bayi Ziea–si kembar Razie dan Zira, bersama dengan daddynya, Reigha. Saat ini mereka bercerita, lebih tepatnya Ziea yang menceritakan keluarganya. Awal mula, Lea bertanya pada Ziea mengenai Ebrahim, karena dulu Haiden pernah bilang padanya jika suatu saat mereka punya anak, maka Haiden ingin namanya adalah Ebrahim. Sejujurnya, Ziea sudah pernah menceritakan pasal siapa Ebrahim pada Lea, namun kurang rincih. Skalian Lea menanyakan kenapa suaminya–Haiden, bisa mode iblis. Pasti ada alasannya bukan? "Ebrahim itu nama adiknya Daddy dan aunty Keena. Dia si bungsu dan kesayangan keluarga ini. Seperti yang pernah ku beritahu padamu, Uncle Ebrahim telah meninggal dan menyisakan duka dan trauma di keluarga kami." Ziea menjeda sejenak, sedangkan Lea mendengar secara serius, "Sebenarnya, Kakek Jay itu punya tangan

  • Dekapan Dingin Suami Panas   82. Bertemu Mama Papa

    Lea diam-diam ke lantai bawah, dia pusing karena lama terkurung dalam kamar. Sedangkan Haiden, suaminya tertidur sangat pulas, dan oleh sebab itu Lea bisa diam-diam keluar. "Pak Rekq," ucap Lea, terkejut melihat pria yang membantunya selama penculikan ada di rumahnya. "Halo, Nona Lea. Senang bisa bertemu denganmu lagi." Rekq membungkuk hormat pada Lea, tak lupa sebuah senyuman manis menyungging di bibir. "Iya. Terimakasih untuk bantuannya, Pak Rekq," Lea mendekat lalu tersenyum balik pada Rekq. Saat itu dia belum sempat berterimakasih pada Rekq, dan untungnya mereka bertemu di sini. "Terimakasih kembali juga pada Nona. Jika bukan karena Nona, mungkin saya dan beberapa maid itu, sudah tak ada di dunia ini," jawab Rekq dengan begitu manis dan sopan. Tak ada rasa apapun selain hormat yang dia miliki pada perempuan ini. Yang membuat Rekq sangat salut pada Lea adalah karena keteguhannya dalam menjaga kehormatannya selama penculikan. Lea tidak tahu siapa suaminya yang sebenarnya di

  • Dekapan Dingin Suami Panas   81. Dengarkan Nasehat Rekq

    "Lalu apa yang kalian banggakan sedangkan kalian tak memiliki peran di keluarga Mahendra?" terang Denis, menatap para kerabat mertua putrinya dengan mimik muka tak bersahabat. Jelas ada pancaran kemarahan yang terlihat nyata karena dia tak menyangka putrinya difitnah oleh keluarga ini. Lea baru selamat dari kasus penculikan, bisa dikatakan kondisi putrinya belum baik-baik saja. Namun, mereka sangat keji dengan melempar ucapan jahat pada Lea. "Yang kami katakan fakta. Dan … bagiamana mungkin Lea lebih baik dari kami?" Ernio, suami Selly, melayangkan tatapan sinis pada Denis. "Jika bukan karena Ziea, memangnya putri yang kau banggakan tersebut memangnya bisa apa? Dia saja menikah dengan Haiden kami karena permintaan Ziea." "Kalian orang yang selalu merasa paling tahu." Kenzie angkat bicara, "fakta dan kebenarannya-- Ziea punya ide untuk bisnis cafenya karena melihat kemampuan Lea dalam memasak. Salah besar jika kalian mengira Lea mendapatkan pekerjaan karena diberi oleh Ziea, dia be

  • Dekapan Dingin Suami Panas   80. Sosok yang dirindukan Lea

    "Dan-- ja-jangan-jangan anak yang Lea kandung adalah anak Orion," cicit Selly pelan, cukup takut pada Haiden. Akan tetapi tatapan Kenzie juga mengerikan, membuatnya terpaksa bersuara. Nanda cengang mendengar ucapan tante dari Haiden. Bagaimana bisa dia berpikir demikian? "Kau yakin telah membawa otakmu sebelum datang ke sini?" Kenzie mengernyit, kesal mendengar ucapan iparnya. Bagaimana bisa dia berpikir anak yang Lea kandung milik Orion, sedangkan Lea diculik baru beberapa hari lalu. "Bi-bisa saja. Orion bertemu dengan Lea saat Haiden dan Lea berbulan madu, bukan?" Selly mencari pembenaran dan alasan lain. Intinya dia ingin membuat Lea hina dihadapan Kenzie dan Moza. Kenzie memijat pelipis, sakit kepala karena mendengar ucapan Selly. Tadi, menantunya difitnah hamil karena insiden penculikan, sekarang pindah karena bulan madu Haiden dan Lea. Semakin mereka ingin menjatuhkan Lea, semakin mereka terlihat blunder. "Kau juga ingin mati sepertinya!" geram Haiden. Syur' Tuk' Na

  • Dekapan Dingin Suami Panas   79. Air Es untuk Memadamkan Api

    "Ck." Haiden berdecak pelan, berkacak pinggang sembari memperhatikan istrinya yang sedang berbaring lemah di atas ranjang. Hari ini Haiden berniat ke kantor. Dia sudah rapi dengan setelah jas mahal. Dia terlihat mendekati kata 'sempurna melalui pancaran pesona dan karismanya. Haiden bahkan telah ada dalam mobil–akan berangkat ke kantor. Namun, maid berlari panik. Maid tersebut mengejar mobil yang akan keluar dari pekarangan rumah untuk menghentikan mobil yang membawa tuannya. Haiden menyuruh Nanda berhenti lalu menghampiri maid, di mana maid melapor secara tergesa-gesa, mengatakan kalau sang nyonya pingsang. Untungnya nyonya mereka pingsang dalam keadaan duduk di sofa, sehingga kecemasan mereka tak berkali-kali lipat. Sekarang Lea sudah diperiksa oleh dokter, kondisinya sangat memprihatinkan. Fisik Lea sangat lemah, begitu juga dengan kandungannya. Namun, dokter mengatakan supaya Haiden tidak khawatir berlebihan. Beberapa wanita hamil mengalami hal seperti ini--mudah drop dan j

  • Dekapan Dingin Suami Panas   78. Belum Selamat

    Namun, tiba-tiba saja Haiden muncul. Pria itu berjalan dengan langkah panjang, akan tetapi wajahnya menunjukkan mimik yang tenang sehingga sangat sulit bagi mereka untuk menebak apa yang sedang pria itu pikirkan serta rasakan. Mendengar langkah kaki, Lea menoleh ke arah belakang–menatap Haiden yang berjalan mendekat ke arahnya. Haiden melewatinya, akan tetap menyempatkan diri untuk mengusap pelan pucuk kepala Lea–saat dia melewati perempuan itu. Bug' Haiden langsung melayangkan tinju ke wajah tantenya, pukulannya sangat kuat sehingga perempuan itu terhempas kasar ke lantai kemudian berakhir tak sadarkan diri, di mana darah segar keluar dari hidung dan mulut. "Haiden!" bentak Tommi–suami dari Sania. Dia berlari ke arah istrinya dan langsung menggendongnya. Sedangkan Haiden, dia menggerakkan lengan–meregangkan otot lengan lalu kembali mengambil ancang-ancang untuk memukul Sania. Persetan, perempuan itu sudah tumbang. Jika dia masih terlihat oleh Haiden dalam bentuk utuh, maka H

DMCA.com Protection Status