Namira baru saja menikahi Daniel Bragastara, duda 45 tahun yang sudah cerai dua kali sekaligus ayah dari sahabatnya. Katanya, si duda matang itu mau punya anak lagi. Makanya dia menikahi Namira yang masih gadis. Kalau sudah seperti itu, Namira bisa apa selain menuruti "bimbingan" sang suami?
Lihat lebih banyak--Bianca serba salah ketika mendengar kabar Namira dan Daniel ke rumah sakit. Dia ingin ke rumah sakit, menemani Namira. Tapi, di rumah ada baby twins yang harus dijaga. Tidak mungkin Bianca membiarkan baby twins bersama Sus Melati. Suara dering dari handphone terdengar. Bianca melihat layar handphone, Evan menelepon. "Sayang, Papah koma?" tanya Evan saat sambungan telepon terhubung. "Iya, Mas. Tadi Mamih telepon. Katanya di jalan Papah jatuh pingsan sampe sekarang belum sadarkan diri. Dokter bilang, papah koma," jelas Bianca, suaranya terdengar bergetar. "Aku tau kabar itu dari Papah. Tadi Papah telepon Papah Daniel, yang angkat justru Mamih. Sayang, kamu sekarang di rumah?""Iya, Mas. Aku jagain Baby twins. Pengen banget ke rumah sakit tapi gak mau juga ninggalin anak-anak ini. Mas, kalau kamu udah beres kerjaannya, tolong cepat pulang, ya?" Pinta Bianca meneteskan air mata. Firasatnya kali ini sangat buruk tentang papahnya. Dia khawatir kalau papahnya itu.... "Ya Sayang, nant
"Bi ... BI Rusmiii ...." Teriakan Namira menggema ke sudut ruangan rumah. Ia tak menghiraukan ucapan suaminya. Dalam pikiran Namira, hanya ingin suaminya sembuh, sehat kembali dan merawat kedua anak mereka bersama. "Iya, Non. Ada apa?" tanya Bi Rusmi setelah di depan Namira. Napasnya naik turun. "Bi, kalau Bianca sudah pulang, tolong kasih tau dia, saya dan Mas Daniel mau ke rumah sakit dulu," ucap Namira panik. Raut wajah Daniel memucat. Kepalanya seperti berputar. Ia benar-benar merasa kepalanya sangat pusing. "Non Bianca udah pulang dari tadi. Sekarang lagi di kamar baby twins, Non.""Oh gitu. Ya udah, tolong Bibi sampein ke dia, ya? Saya dan Mas Daniel mau ke rumah sakit sekarang. Bi, saya titip anak-anak. Katakan pada Bianca, tolong jaga anak kami dengan baik. Tolong, Bi ...." pinta Namira. Air matanya semakin deras membasahi wajah cantiknya. Daniel lebih sering batuk-batuk."I-iya, Non. Nanti saya sampaikan.""Terima kasih, Bi.""Sama-sama, Non. Non, hati-hati.""Iya."Nami
Akhirnya Shella menyerah. Tidak bisa melarang Nida mendaki gunung padahal hatinya sangat cemas. Ia cemas, terjadi hal buruk yang menimpa ana sambungnya. Rasa takut Shella semakin besar ketika mendengar berita tentang hilangnya beberapa pendaki gunung. Mereka tidak ditemukan hingga saat ini. "Nida, kamu jangan mendaki, Nak... Di rumah aja, ya? Atau kita liburan ke luar kota atau luar negeri. Asal jangan mendaki. Mamah mohon.... " Shella tak menyerah membujuk Nida agar tidak berangkat. Terdengar helaan napas dari ujung telepon. "Mamah, aku mohon, Mah.... Izinin aku mendaki ya? Sekali aja. Kali ini aja, Mah." Nida tetap bersikukuh. Shella memejamkan kedua mata. Dia jadi berpikir, mungkin karena dirinya hanya ibu sambung, Nida tak mau mendengar perintahnya. Shella sadar diri. Sekuat apapun ia melarang Nida agar jangan berangkat, anak itu pasti tidak akan peduli. "Ya udah. Kamu hati-hati. Jangan bergadang. Kalau bisa, besok malam udah pulang ya?""Insya Allah, Mah. Udah dulu ya, assalam
"Mas Ayang, ke rumah sakit, ya? Batukmu kelihatannya makin parah." ajak Namira mengusap punggung suaminya. Daniel mengulas senyum tipis, membelai pipi cantik Namira. "Nanti aja, Sayang. Aku mau kasih tau kamu sesuatu dulu. Ikut aku!" Daniel menuntun istrinya ke ruang kerja. "Mau kasih tau apa, Mas?" tanya Namira penasaran saat mereka hendak menuju ruang kerja di rumah ini. "Masuk sini!" Namira duduk di kursi meja ruang kerja. Daniel berjalan ke lemari yang terdapat tumpukan beberapa berkas-berkas penting. Batuknya sesekali terdengar. Kondisi tubuh Daniel semakin renta dari hari ke hari. Namun, cinta Namira padanya tak pernah luntur sedikit pun. "Ini surat wasiatku. Nanti bilamana aku udah gak ada umur, kamu bacakan surat ini. Copy-an surat ini udah aku kasih ke ak Zovan." Hati Namira sangat sedih mendengar ucapan Daniel. Sebulir air mata membasahi wajahnya. Tidak dapat dipungkiri, sebetulnya ada firasat buruk dalam hati Namira. Entah akan terjadi hari ini, esok atau
Sampai di rumah sakit, Namira dibawa ke ruangan dokter kandungan terlebih dahulu. "Masya Allah, ini udah pembukaan tiga, Pak Daniel. Kalau begitu, kita langsung bawa saja ke ruang operasi,"ujar dokter Hana yang menangani kandungan Namira selama ini. Pasangan suami istri itu tidak dapat mengelak. Mereka langsung menuruti saran dari dokter. Di dalam ruang persalinan, Namira dan Daniel masuk ke dalamnya. Daniel ingin menemani melewati proses lahiran. "Pak Daniel, pembukaannya enggak naik-naik. Dan tampaknya, Ibu Namira sudah kelelahan. Bagaimana kalau kita melakukan operasi cesar saja?" Dokter Hana meminta pendapat Daniel yang sedari tadi tidak tega melihat istrinya kesakitan. "Lakukan saja yang terbaik untuk istri saya, dokter," imbuh Daniel mantap. Dia ingin istrinya selamat, tidak hanya anaknya yang selamat. Daniel masih menggenggam telapak tangan istrinya. Memberi kekuatan dan memanjatkan doa-doa untuk keselamatan istri serta kedua anaknya yang ada di dalam kandungan Namira. Bi
Siapa yang menyangka, Yuda dan Shella pada akhirnya menikah. Mereka benar-benar menikah dalam waktu secepatnya. Pernikahan yang tidak mewah, sederhana tapi penuh khidmat. Nida sangat bahagia memiliki ibu sambung seperti Shella. Nida yakin, Shella ibu sambung yang baik dan penyayang. Nida menggendong anak Shella yang masih balita. Namanya Cassandra. "Semoga pernikahanmu dengan Yuda, bahagia dan menjadi keluarga yang sakinah mawaddah warrohmah," ujar Daniel ketika baru selesai prosesi ijab qobul. "Aamiin. Terima kasih, Pak Daniel."Beberapa karyawan hadir dalam pernikahan Yuda dan Shella. Mereka turut bahagia menyaksikan Yuda menikah lagi. Paling tidak, sekarang ada orang yang menemani malam-malamnya. "Pah, Mamah Shella, nanti malam aku sama Cassandra nginap di rumah Om, ya?" ucap Nida ketika Daniel dan keluarganya hendak pulang ke rumah.Bianca dan Namira mengulum senyum, mengerti maksud ucapan Nida. "Nida, kalau kamu mau nginap, nginap aja, Tapi jangan ajak Cassandra. Nanti dia m
Shella sangat terkejut ketika melihat Yuda yang baru keluar dari lift. Ia melirik arloji dipergelangan, sudah jam dua siang. "Siang, Pak Yuda." Seperti biasa, Shella menyapa atasannya. Langkah kaki YUda terhenti, menoleh pada Shella yang merunduk dan tampak tersipu malu. "Shella, kamu sakit?" telisik Yuda memandangi wajah Shella yang memerah. Bukan memerah karena amarah, emosi atau sakit tapi memerah karena malu. "Enggak, Pak. Kenapa Pak Yuda nanya kayak gitu?" Shella tak dapat menyembunyikan sikap gugupnya. Sejak Yuda bertanya tentang pernikahan, Shella jadi malu dan merasa canggung pada Yuda. "Karena saya perhatian sama kamu," jawab Yuda meninggalkan Shella yang terkejut, mulutnya menganga lebar, dan matanya membeliak."Eh, beneran, Pak Yuda tadi bilang gitu? ya Allah, jangan sampe aku kegeeran," desis Shella menepuk-nepuk pelipisnya. Ia kembali masuk ke dalam ruangannya, membawa hasil laporan kerjaan Shella. "Duh, kok aku jadi canggung gini sih mau ketemu Pak Yuda. Ah, bodo
Shella tersentak mendengar pertanyaan Yuda. Sedikitpun tidak menyangka kalau Yuda menanyakan hal itu dan sedikitpun Shella tak menyangka kalau wanita yang di kantor itu adalah dirinya sendiri. "Tapi, saya rasa kamu gak akan mau punya suami macam saya. Saya ini udah tua. Pak Daniel itu ada-ada saja. Shella, kerjaan saya gak usah kamu yang ngerjain. Nanti biar saya saja yang menyelesaikan.""I-iya, Pak."Sambungan telepon terputus tanpa menunggu tanggapan Yuda. Hati Shella berdebar-debar, keringat dingin membasahi kedua tangannya. Ia sangat gugup. "Kok bisa sih, Pak Daniel bilang gitu ke Pak Yuda? lagian Pak Yuda ngajakin nikah di telepon, enggak romantis amat?" gumam Shella memandangi layar ponselnya. Setelah menerima telepon dari Shella, Yuda kembali mengemasi pakaian dan barang-barangnya. Ia ingin segera selesai supaya siang hari nanti masih bisa masuk kantor. Sampai rumah Pondok Indah, ada Nida, Daniel dan Namira yang sedang menunggu kedatangan Yuda. Mereka sangat bahagia karena
Esok harinya, Yuda tidak masuk kantor. Ia ingin mengurus perpindahannya ke rumah pondok indah. Berat memang, meninggalkan rumah yang penuh kenangan. Rumah yang dulu dihadiahkan Baragstara atas pernikahan Yuda dan Gita. Keluarga Bragastara sungguh baik padanya. Dia seperti bagian keluarga itu. Yuda mengeluarkan handphone, hendak menghubungi Evan. Namun, baru saja menekan nomor kontak Evan, satu panggilan masuk dari Shella. "Hallo, Shella?" sapa Yuda ketika sambungan telepon berlangsung. "Hallo, Pak. Hari ini Pak Yuda gak masuk kenapa? Apakah Pak Yuda lagi sakit? Lagi gak enak badan? Kepala pusing? Meriangin atau sedang sakit perut?" tanya Shella terdengar sangat mencemaskan Yuda. Lelaki yang telah berstatus duda itu menyandarkan tubuh di sofa, berpikir sejenak. Lalu, senyumannya terukir. "Shella, kamu mencemaskan saya?" Pertanyaan Yuda membuat Shella terkejut. Kedua matanya membeliak. Menelan saliva, lalu salah tingkah. "Hmm ... Iyalah, Pak. Sa-saya cemas. Pak Yuda kan atasan saya
"Om, sakit ...."Namira Rashid, gadis yatim piatu yang bersedia menikah dengan papa sahabatnya, Daniel Bragastara 45 tahun. "Lubang cincinnya sangat kecil. Tahan!" Daniel berusaha melepaskan cincin pada jari istrinya."Om, pelan-pelan ...." Namira meringis kesakitan."Ini udah pelan-pelan. Tahan sebentar!""Aduh, Om. Sakit banget. Lagian cincinnya aneh, bisa masuk kok susah keluar?" Daniel menghentikan gerakan memutar, ia menatap iba gadis yang baru dinikahinya tiga jam lalu. "Pake sabun ya biar licin.""Hah? Pake sabun? Emang kalau pake sabun cincinnya keluar?" Namira terkejut, kedua bola matanya membulat. "Insya Allah keluar. Ayok, ikut ke toilet."Bibir Namira cemberut, menahan rasa sakit dan perih pada jari manisnya. Semua ini gara-gara Bianca, sahabat sekaligus anak sambungnya. Ia membelikan cincin untuk Namira kekecilan. "Mana jarimu? Sini biar Om sabunin!"Namira pasrah, membiarkan suami yang usianya jauh lebih tua mengeluarkan cincin dari jari manisnya. "Nah, bisa kan? Al...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen