Namira baru saja menikahi Daniel Bragastara, duda 45 tahun yang sudah cerai dua kali sekaligus ayah dari sahabatnya. Katanya, si duda matang itu mau punya anak lagi. Makanya dia menikahi Namira yang masih gadis. Kalau sudah seperti itu, Namira bisa apa selain menuruti "bimbingan" sang suami?
View MoreAlea sekarang sudah dapat menilai, cowok seperti apa yang boleh dekat dengannya. Arfan yang mendengar penuturan Bianca, hatinya berbunga-bunga. Lampu hijau sudah ia dapatkan. Selebihnya menaklukan hati Alea. 'Semoga saja aku bisa membuat Alea jatuh cinta,'ucap Arfan dalam hati."Fan, aku ke dalam dulu. Kamu mau minum apa?" Pertanyaan Alea membuat lamunan Arfan buyar. Lelaki itu berdehem, mengubah posisi duduk. "Apa aja. Yang penting dingin.""Oke. Tunggu sebentar!"Alea masuk ke dalam. Ia menuju dapur, hendak memberitahu asisten rumah tangga. "Bi?" panggil Alea saat berada di dapur. "Iya, Non Lea?""Tolong buatin jus jeruk dua. Nanti tolong anterin ke depan. Ada temenku.""Baik, Non."Alea membalikkan badan, hendak ke kamar. Menyimpan tas dan buku-buku novel.Sebelumnya Alea pikir, akan dimarahi Bianca karena pulang bersama lelaki. Ternyata sebaliknya. Bianca tampak menyukai Arfan. Mungkin karena Arfan memiliki kendaraan yang bagus dan berasal dari keluarga yang kaya raya. Entahl
Arfan tertawa lepas melihat reaksi wajah Alea yang berubah masam. Tampaknya Alea tak percaya akan ucapan Arfan. Mereka melanjutkan langkah menuju toko buku. Di dalam sana, Arfan mengikuti Alea ke jajaran buku novel. Alea menoleh, memicingkan kedua mata, menatap Arfan. "Ngapain kamu di sini? Katanya mau beli komik? Jajaran buku komik kan di sana," ujar Alea pada lelaki yang berdiri di hadapan. "Kalau aku ke sana, nanti kamu siapa yang jagain. Lebih baik kamu dulu pilih novelnya, habis itu baru ke jajaran komik." Alea memanyunkan bibir, tak menanggapi ucapan Arfan. Akhirnya Alea membiarkan Arfan mengikutinya. Membantu Alea memilih beberapa buku novel. Setelah Alea selesai memilih tiga buku novel, barulah mereka ke jajaran buku komik. "Kamu punya banyak koleksi komik detektif Conan?" tanya Alea berdiri di samping Arfan yang memilih komik. "Lumayan. Kenapa?" Arfan menoleh, menatap lekat gadis yang dicintainya. "Enggak kenapa-napa. Nanya doang," jawab Alea cuek. Kemudian, dua remaj
"Ngomong apa kamu? Udahlah, jangan bahas masalah itu lagi. Harusnya kamu berharap kita berjodoh, bukan sebaliknya, Cassandraaaa ...," timpal Axel terlihat kesal. Tak habis pikir, kenapa Cassandra tiba-tiba bicara seperti itu? Apa yang ada di dalam hatinya? Apa mungkin dia tidak yakin jika mereka akan berjodoh."Masalah jodoh kita kan enggak tau. Aku cuma pengen bahagia. Jangan hanya menganggapku sebagai cinta terakhirmu," jelas Cassandra berusaha menahan air mata yang ingin membuncah. Axel sendiri, pandangannya lurus ke depan. "Jangan dibahas lagi!' titah Axel membuat Cassandra bungkam. Setelahnya tidak ada yang bicara sampai mereka ke bioskop. Axel pun tampak enggan memulai obrolan. Ia masih kesal dengan ucapan Cassandra perihal jodoh. Sulit bagi Axel jatuh cinta lagi. *** Benar saja, jam sembilan pagi Arfan datang ke rumah. Sebelumnya Alea berpikir kalau ucapan kakaknya itu cuma bercanda. "Hai, Lea," sapa Arfan tersenyum manis saat Alea berdiri di hadapan. "Hai. Kamu ... kam
Mendengar ucapan mamanya, Cassandra tersenyum miring. Sedikit tidak percaya jika alasan Bianca tak menyukai hubungannya dengan Axel karena dirinya adik tiri Evan. "Jujur saja, Ma. Aku enggak percaya dengan alasan kak Bian. Enggak masuk akal.""Enggak masuk akal gimana, Sandra? Justru sangat masuk akal. Masa iya, nanti Mama akan jadi besannya anak tiri sendiri.""Ma!" sela Cassandra. "Axel dan Alea itu bukan anak kandung Kak Bian. Mereka adik-adiknya! Lagi pula misalnya mereka benar kedua orang tua kandung Axel, memangnya salah? Enggak dong, Ma! Aku ini cuma anak tiri papa! Adik tiri kak Evan!"Suara Cassandra meninggi menjelaskan tentang posisinya di dalam keluarga Yuda. Shella terdiam, merunduk dan memijat pelipisnya. Ia tak ingin menyakiti hati Cassandra jika mendengar alasan Bianca sebenarnya. "Kita ... kita ke ruangan papa lagi. Udah kelamaan," ajak Shella tanpa menunggu tanggapan Cassandra. Kepala gadis itu mendadak pening. Sedikit pun tak menduga jika Bianca tak menyukai hub
Cassandra pura-pura cemberut melihat Axel tertawa lepas. Mereka berjalan beriringan, menuju ruangan Yuda. Di depan pintu ruangan, Cassandra mengetuk pintu sambil mengucap salam. Begitu pintu terbuka, terlihat Yuda dan Shella sedang berbincang. Cassandra dan Axel masuk, menyalami kedua orang itu. "Geppa gimana kondisinya?" tanya Axel berdiri di samping kiri Yuda. "Alhamdulillah udah lebih baik. Insya Allah nanti sore sudah boleh pulang. Kalian ke sini berdua? Alea enggak ikut?" telisik Yuda melihat ke arah depan pintu. "Enggak ikut, Geppa. Alea ada janji sama temannya."Jawaban Axel ditanggapi anggukkan kepala Yuda. "Sandra, apa kamu udah berkemas?" tanya Shella pada anak kandungnya. Axel mengerutkan kening mendengar pertanyaan Shella. "Hm, belum, Ma," jawab Cassandra meringis. "Berkemas mau kemana, Gemma?" Axel bertanya kebingungan. Memandang Shella dan Cassandra bergantian. "Besok Sandra mau berangkat lagi ke LN."Axel terkejut mendengar jawaban Shella. Sepanjang jalan tad
Axel sudah tiba di depan rumah Yuda. Dia dan Cassandra membuat janji akan ke rumah sakit bersama. Axel ingin menjenguk lelaki yang selama ini dianggap kakek olehnya. "Wow, aku pikir kamu datang agak siangan. Pagi amat, Xel?" ucap Cassandra sumringah saat membuka pintu dan ternyata Axel yang datang. "Emang enggak boleh aku datang sepagi ini?" Bukannya menjawab, Axel justru bertanya sambil menaikkan sebelah alis. Cassandra tersenyum. "Boleh aja. Masuk deh!" Cassandra membuka pintu lebar, mempersilakan Axel masuk dan duduk di sofa ruang tamu. "Aku ke atas dulu. Mau ambil tas.""Oke."Cassandra meninggalkan Axel seorang diri di ruang tamu. Sebelum Cassandra hendak ke kamar, ia menyuruh asisten rumah tangga agar membuatkan teh manis hangat untuk lelaki yang dicintai. Setelah itu, barulah Cassandra ke kamarnya yang terletak di lantai dua. Selang beberapa lama, Cassandra sudah kembali ke ruang tamu, menemui Axel. "Aku udah siap! Berangkat sekarang yuk!""Okey!" Keduanya keluar rumah
"Kenapa kamu marah-marah?" tanya Nida heran melihat ekspresi Friska. "Gimana aku enggak marah? Mantan suamimu itu udah nyuri uangku!" Kedua mata Friska melotot seperti mau menelan Nida. Nida tersenyum miring. Memundurkan wajah agak ke belakang. "Lho kenapa harus marah? Bukannya kamu cinta banget sama mas Hanif?""Ya emang! Tapi aku enggak suka kalau dia nyuri uangku! Belum lama aku kirim uang ke mamanya sepuluh juta, eh kemarin uangku tiba-tiba hilang. Aku yakin banget, dia yang ngambil!"Tanpa permisi apalagi berucap terima kasih, Friska pergi meninggalkan Nida yang tersenyum sambil menggelengkan kepala. "Aku pikir ke sini mau ngapain? Ternyata ....""Nida!" Baru saja Nida hendak masuk ke dalam mobil, Friska kembali menghampiri. "Apalagi?""Aku minta nomor hapemu dong!" ucap Friska saat berdiri di depan Nida. "Buat apa?""Ck, buat nanya-nanya. Udah deh, cuma minta nomor hape doang masa gak boleh?"Meski Nida tak suka dipaksa, tapi pada akhirnya dia berikan juga nomor handphone-n
"Ada apa, Nida? Kenapa kamu kayak panik gitu?" tanya Shella melihat sikap Nida yang berubah. "Ma, Pa, aku minta maaf, ya? Aku harus pulang sekarang.""Ada apa memangnya?" Kali ini Yuda yang bertanya. "Barusan asisten rumah tanggaku telepon. Katanya di depan gerbang ada Friska. Selingkuhannya mas Hanif.""Apa?" Shella dan Yuda bertanya serempak. "Mau ngapain dia ke rumahmu?" Yuda terlihat sangat geram mendengar wanita yang telah merusak rumah tangga anaknya datang ke rumah. "Aku enggak tau, Pa. Makanya aku sekarang mau pulang dulu. Aku takut dia maksa masuk ke dalam rumah.""Ya udah kamu pulang dulu aja. Hati-hati."Shella dan Yuda berusaha memaklumi. "Aku minta maaf ya. Baru datang pulang lagi. Tapi, nanti kalau urusanku dengan Friska selesai, aku bakal balik ke sini.""Jangan, Nida. Nanti sore kalau dokternya datang, Papa udah diizinkan pulang," kata Yuda menenangkan anak kandungnya. "Baiklah. Nanti kabari aja. Aku pamit sekarang." Nida mencium punggung tangan Yuda dan Shella.
Hesti sangat terkejut mendengar tanggapan Bianca atas permintaannya. Tak menyangka jika Bianca berkata demikian. Dia pikir, Bianca dengan senang hati membawanya pulang dari tempat panti jompo."Bu-bukan begitu, Nak. Mama cuma ingin .. sisa hidup Mama bersamamu. Bersama suami dan anak-anakmu." Suara Hesti bergetar. Wanita tua itu pun tak mengetahui jika sebetulnya Bianca belum dikaruniai anak. Ia hanya tahu jika Axel dan Alea adalah cucunya yang dilahirkan Bianca. "Ck, jangan bohong, Ma! Aku tau betul, dari dulu Mama enggak pernah mau tinggal bersamaku kan? Udahlah, Ma! Jangan bikin aku pusing, jangan bikin aku repot lagi! Sekarang lebih baik Mama tinggal di sini. Di sini kan banyak tuh, teman-teman Mama. Tadi aku lihat di luar sana, banyak wanita tua yang kayak Mama." Tanpa memikirkan perasaan Hesti, Bianca berbicara. Sekarang Hesti sudah tua. Tak bisa memarahi anak semata wayangnya itu. Memang, Hesti tak berhak menyalahkan atas sikap Bianca padanya saat ini. Dulu, dia tidak pernah
"Om, sakit ...."Namira Rashid, gadis yatim piatu yang bersedia menikah dengan papa sahabatnya, Daniel Bragastara 45 tahun. "Lubang cincinnya sangat kecil. Tahan!" Daniel berusaha melepaskan cincin pada jari istrinya."Om, pelan-pelan ...." Namira meringis kesakitan."Ini udah pelan-pelan. Tahan sebentar!""Aduh, Om. Sakit banget. Lagian cincinnya aneh, bisa masuk kok susah keluar?" Daniel menghentikan gerakan memutar, ia menatap iba gadis yang baru dinikahinya tiga jam lalu. "Pake sabun ya biar licin.""Hah? Pake sabun? Emang kalau pake sabun cincinnya keluar?" Namira terkejut, kedua bola matanya membulat. "Insya Allah keluar. Ayok, ikut ke toilet."Bibir Namira cemberut, menahan rasa sakit dan perih pada jari manisnya. Semua ini gara-gara Bianca, sahabat sekaligus anak sambungnya. Ia membelikan cincin untuk Namira kekecilan. "Mana jarimu? Sini biar Om sabunin!"Namira pasrah, membiarkan suami yang usianya jauh lebih tua mengeluarkan cincin dari jari manisnya. "Nah, bisa kan? Al...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments