Pertemuan Kedua : Dia yang Kembali

Pertemuan Kedua : Dia yang Kembali

last updateLast Updated : 2024-12-11
By:   ajengpttry  Updated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
24Chapters
40views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Ayumi dan Arkan adalah teman sekelas, mereka menjalin hubungan ketika duduk di bangku SMA. Perpisahan keduanya tak berjalan baik hari itu, Ayumi hanya meninggalkan secarik kertas tanpa penjelasan. Hal itu membuat Arkan membencinya. Dibalik sikapnya yang acuh, ternyata Ayumi menyimpan banyak kekecewaan. Bibi yang selama ini merawatnya jatuh sakit. Ayumi tidak memiliki uang, dengan terpaksa biaya kuliah yang selama ini ia kumpulkan digunakan untuk membayar tagihan rumah sakit. Setahun berlalu, Ayumi masih mendambakan kehidupan layaknya teman-teman sebaya. Dengan segala upaya ia bekerja lebih keras, merantau ke pusat kota untuk menghasilkan uang. Ia mengantarkan berbagai hidangan ke meja-meja di cafe dan terkadang menjadi penjaga perpustakaan kecil di sekitar bangunan yang menjulang tinggi. Seolah mendapatkan kembali kesempatan, Ayumi berhasil memasuki universitas impiannya. Dengan penuh kebahagiaan ia mencari Arkan yang sudah menjadi mahasiswa tahun kedua. Saat itu mentari bersinar sangat terang, seolah semesta menunjukkan betapa jauh perbedaan antara dirinya dan Arkan. Pria itu sangat pintar, punya banyak teman dan hidup berkecukupan. Lambat laun ia semakin merasa rendah diri. Kenangan tentang perpisahan hari itu kembali menghantui Ayumi, diam-diam dia kembali menjauh. 5 tahun kemudian mereka di pertemukan lagi. Arkan sudah menjadi komikus dan Ayumi bekerja di perusahaan webkomik. Saat itu ide Ayumi dicuri secara paksa oleh atasannya, karena tak ingin mengakui kekalahan Ayumi bertekad untuk mendapatkan ide baru. Tak disangka komikus yang selama ini ia incar ternyata adalah mantan kekasihnya.

View More

Latest chapter

Free Preview

Bukan Urusan Kamu

Untuk sebagian orang, masa putih abu adalah masa yang menyenangkan. Dan untuk sebagian orang lainnya, tak ada yang berbeda.____________________________________Juli, 2014Tahun pelajaran baru resmi digelar. Siswa-siswi yang beberapa waktu lalu menikmati hari liburnya mulai memasuki gerbang sekolah.Di sepanjang jalan menuju bangunan, ribuan bunga kencana menyambut dengan bahagia. Sosoknya yang bermekaran di pagi hari menjadi simbol semangat. Namun ketika malam tiba, mereka kehabisan tenaga dan memilih untuk menjatuhkan diri ke bumi. Meski begitu jangan ragukan kegigihannya, karena esok hari bunga kencana itu akan tumbuh lagi.Ayumi berjalan sembari membaca buku. Sebelah tangannya mengetuk dagu dengan hafalan yang terus dilontarkan.Gadis itu tidak tinggi, apalagi ukuran bajunya yang kebesaran membuat dia terlihat semakin kecil. Rambut hitam yang diikat menjadi satu pun menambah kesan biasa saja. Satu-satunya hal yang mencolok darinya hanyalah cekungan di kedua pipi yang timbul ketika

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
24 Chapters
Bukan Urusan Kamu
Untuk sebagian orang, masa putih abu adalah masa yang menyenangkan. Dan untuk sebagian orang lainnya, tak ada yang berbeda.____________________________________Juli, 2014Tahun pelajaran baru resmi digelar. Siswa-siswi yang beberapa waktu lalu menikmati hari liburnya mulai memasuki gerbang sekolah.Di sepanjang jalan menuju bangunan, ribuan bunga kencana menyambut dengan bahagia. Sosoknya yang bermekaran di pagi hari menjadi simbol semangat. Namun ketika malam tiba, mereka kehabisan tenaga dan memilih untuk menjatuhkan diri ke bumi. Meski begitu jangan ragukan kegigihannya, karena esok hari bunga kencana itu akan tumbuh lagi.Ayumi berjalan sembari membaca buku. Sebelah tangannya mengetuk dagu dengan hafalan yang terus dilontarkan.Gadis itu tidak tinggi, apalagi ukuran bajunya yang kebesaran membuat dia terlihat semakin kecil. Rambut hitam yang diikat menjadi satu pun menambah kesan biasa saja. Satu-satunya hal yang mencolok darinya hanyalah cekungan di kedua pipi yang timbul ketika
last updateLast Updated : 2024-11-06
Read more
Urutan Pertama dan Urutan Kedua
Seekor kupu-kupu mengelilingi ruang kelas. Orang bilang itu adalah tanda sebuah kedatangan, namun Ayumi tak peduli. Di atas meja yang bersih, ia meletakkan kepala dengan helaan napas. Ada begitu banyak kekesalan yang tersangkut di tenggorokannya, apalagi kejadian kemarin kembali melintas dengan kejam.“Hei.”Arkan berjalan dengan kaki panjangnya. Ia menarik kursi dan duduk menyamping. Senyuman di wajah tampannya terlihat mengerikan.“Hei.”Sekali lagi Arkan bersuara, menyapa Ayumi yang sibuk memalingkan muka.“Aku memanggilmu.”Sebuah tangan terulur cepat, Ayumi tidak memiliki waktu untuk bersembunyi lagi. Jadi, ia terpaksa bertemu tatap dengan Arkan.“Kamu menyebalkan!”Ayumi mendorong dada Arkan, dagunya kembali bertumpu di atas meja. Kicauan burung hari ini terdengar bising di telinganya. Mereka berterbangan dengan bebas di udara. Bulu-bulu gelapnya menari-nari bersama angin yang berhembus.Diam-diam Arkan memerhatikan gadis di hadapannya. Kedua tangan putih itu terlipat di meja, k
last updateLast Updated : 2024-11-06
Read more
Pemberontakan
Angin bertiup dari luar jendela, membawa aroma bunga yang berguguran di sekeliling bangunan.Pada saat ini, waktu istirahat sedang berlangsung. Teman-teman sekelas mulai berhamburan keluar. Tidak ada yang memerhatikan Ayumi meski pun gadis itu menunduk sangat dalam.Meta menarik kursi setelah memasukkan permen ke mulutnya. Diam-diam dia menatap Ayumi yang tengah berjuang menyelesaikan soal-soal Kimia.“Bahkan setelah kelas berakhir pun kamu akan tetap belajar?”Suara napasnya terdengar lembut, dagu runcing itu menubruk meja perlahan. Jari telunjuknya berkeliling di sekitar, menulis dengan acak apa yang terlintas di kepala.“Sekarang aku tahu mengapa aku membencimu,” gumamnya masih melanjutkan apa yang dilakukan.Setelahnya Meta tak lagi bersuara, wajahnya benar-benar tertanam di meja. Keheningan yang tercipta membuat Ayumi menoleh padanya.“Orang bilang ucapan dari musuh itu adalah kejujuran.”Tiba-tiba Ayumi mendekat, pena yang digenggamnya bergerak menyingkirkan anak rambut. Dia dan
last updateLast Updated : 2024-11-06
Read more
Jangan Mengikutiku
Jalanan setapak menuju gerbang sekolah dipenuhi guguran bunga kencana. Cokelatnya tanah tertimbun oleh lautan berwarna ungu, beberapa dedaunan juga turut menambah keindahan. Langit yang menaungi insan berlalu-lalang pun ikut berseri, menampilkan cahaya keemasan untuk hari yang akan segera berakhir.Ayumi melangkah semakin cepat, beban di pundaknya terlihat begitu berat. Kedua tangan putih itu ikut menyangga dari bawah, membagi penderitaan agar tetap merata.Tiba-tiba Ayumi berhenti berjalan, derap langkah di belakang berhasil menusuk pendengaran.“Jangan mengikutiku,” ujarnya setelah membalikkan badan.Rambut panjang terikatnya berputar mengikuti gerakan kepala. Jika saja Arkan tidak cepat menghindar, helaian yang menyatu itu pasti menampar wajahnya.Arkan menaikan alis dengan bingung, sebelah tangan ia masukan ke saku celana.“Apa yang kamu katakan? Rumahku juga ada di sana.”Telunjuk rampingnya mengarah ke jalan yang Ayumi punggungi. Karena tak ingin berdebat, gadis itu memilih untu
last updateLast Updated : 2024-11-06
Read more
Jangan Bawa Perasaan
Embun pagi menyelimuti dedaunan, dengan malu-malu sinar mentari menampakkan diri. Menemani ayam-ayam jantan untuk bersuara, membangunkan semua insan yang masih terlelap dalam tidurnya.Ayumi berjalan linglung sembari menyeret tas biru ke ruang tengah. Semalam ia tidur terlambat, jadilah sisa-sisa kantuk itu menggantung di bawah matanya."Ai, cepat!"Suara Ayumi menggelegar, memanggil anak laki-laki yang tengah kerepotan memasukkan buku."Pakai sepatumu," tuturnya setelah Airil tiba di samping kiri.Gerakan Ayumi memelan ketika menyadari panggilan dari Airil yang terdengar ragu. Masih dengan usahanya mengikat tali sepatu, ia menolehkan wajah."Kenapa?"Lama Airil terdiam, bibirnya bergerak-gerak menyusun kalimat."Apa Bibi itu ibuku?"Secarik kertas disodorkan ke hadapan Ayumi, tulisan Bibi Gadis terukir rapi di sana.[Untuk anakku tercinta, Airil. Selamat ulang tahun.]Buru-buru Ayumi meremas kertas itu. Kepalanya mendongak ke atas, mencari-cari pembelaan yang sepertinya sudah terkubu
last updateLast Updated : 2024-11-06
Read more
Tolong
Kicauan burung menghilang setelah Ayumi membereskan sisa makanan. Remahan roti menyelinap di sela bibir, dengan cepat ia menariknya ke dalam mulut. Tak lama, sepasang manusia memasuki ruang kelas, senyum berseri keduanya menyamarkan sinar mentari.Ayumi mendesah saat menyadari waktu istirahat masih panjang. Pandangannya berkeliling setelah suntuk membaca buku. Seperti magnet dengan kutub yang berbeda, mata Ayumi melirik selembar kertas di meja seberang. Lukisan setengah jadi itu berada di bawah pensil yang terbagi dua.“Dasar aneh,” cibirnya memalingkan muka.Sialnya karena pelarian tersebut, netra Ayumi harus beradu dengan Arkan. Pria itu kini berjalan santai ke arahnya. Jemari sebelah kanan miliknya bergerak-gerak menurunkan lipatan pada baju bagian lengan.“Bukankah ini sudah kali kedua kamu tertarik dengan hasil gambarku?”Mendengar itu Ayumi mendelik, bibirnya mengerut menahan umpatan.“Apakah sebagus itu?” tanya Arkan setelah membawa lukisannya ke hadapan Ayumi.Sketsa wajah seo
last updateLast Updated : 2024-11-06
Read more
Terima Kasih
Langit semakin pekat, angin semakin dingin. Namun gejolak di dada Ayumi tak kunjung membaik. Empat ban hitam itu melenggang perlahan, batu-batu kasar di sepanjang jalan menjadi penyebabnya. “Bi.” Suara Ayumi terdengar lirih. Pandangan gadis itu terpaku pada seorang wanita yang kini berbaring di pangkuannya. Diam-diam Bunda Rea mengambil alih kesedihan, menghibur Ayumi dengan genggaman tangan. “Jangan nangis ya,” tuturnya sembari menarik senyum. Pemeriksaan berlangsung lama, lalu-lalang di sekitar koridor sudah tak lagi terlihat. Hanya ada lampu remang-remang yang menerangi sebagian jalan. “Sekarang ada Bunda, kamu temani Airil saja.” Seolah baru tersadar, buru-buru Ayumi melempar pandangan. Mencari anak lelaki yang seharusnya ia jaga sekuat tenaga. “Ai!” Panggilan darinya berhasil membuat Airil turun dari pangkuan Arkan. Tanpa menjawab, anak kecil itu berlarian menghampiri Ayumi. “Maaf,” ungkap Ayumi di tengah pelukan yang tercipta. Dari kejauhan, Arkan menatap pe
last updateLast Updated : 2024-11-07
Read more
Seleksi Olimpiade
Suara bola memantul terdengar di seisi lapangan. Para siswa itu berlarian tanpa aturan, memperebutkan benda bulat yang menari ke sana kemari. Sinar mentari semakin menyengat, namun mereka tak kunjung menghentikan permainan. Padahal jam pelajaran pertama akan segera tiba.Ayumi hanya termenung, berjalan di sepanjang koridor dengan wajah linglung. Gumpalan hitam di bawah mata menjadi pertanda betapa tak menyenangkannya malam yang ia punya.“Kalian menipuku!”Suara Redo terdengar begitu bola melayang dari tangannya. Arkan dan Dean tertawa kencang sebelum akhirnya berlari tunggang-langgang. Membelah keramaian untuk menghindari ancaman dari belakang.“Awas!”Kedua lelaki itu berseru kencang ketika mendapati Ayumi yang melenggang dari arah berlawanan. Namun ketiganya tak cukup waspada untuk menghindari seember air yang baru saja keluar dari pintu kelas dua.Cipratan air kotor itu berterbangan dengan cepat. Menghujani dua insan yang ber
last updateLast Updated : 2024-11-08
Read more
Gangguan Kecil
Langit terlalu gelap untuk dikatakan pagi yang indah. Tetesan air masih menerpa bumi meskipun hari sudah berganti. Ayumi mengulurkan tangan untuk menggapai hujan. Lima menit sudah berlalu, namun rintik itu tak kunjung mereda. Ia terpaksa berlari dengan dikelilingi air yang menari-nari. Mendahului beberapa siswa yang sama-sama mengarah ke gerbang sekolah. "Hei, gadis monster!" Redo berteriak kencang begitu Ayumi menginjak genangan air di sampingnya. Karena kericuhan di sekitar, panggilan kesal itu mungkin tak mampu Ayumi dengar. Tangan Arkan terangkat, menutup mulut Redo yang terus saja mengumpat. "Berisik," ujarnya sembari mengambil langkah lebar. Menyusul Ayumi yang hampir mencapai jalan utama. Arkan menatap punggung gadis itu, lalu tiba-tiba tersenyum. "Apa kamu sengaja?" Tanpa ia duga, Ayumi berhenti dan berbalik dengan tenang. Matanya tersorot kesal, kedua tangan bertaut di dada. "Jika iya?" Melihat Arkan terdiam, Ayumi mulai menarik senyum. "Memang hanya kalian y
last updateLast Updated : 2024-11-09
Read more
Permainan
Tekstur bebatuan di sepanjang jalanan sempit Ayumi belai perlahan. Siapa sangka orang yang sejak semalam mengganggu tidurnya kini melambai senang."Ayo!"Dua pasang kaki saling mengejar, berburu tempat untuk membuktikan siapa pemenang.Mereka masih sangat muda, suasana hatinya bisa saja pasang surut dalam sekejap mata. Merasakan senang, sedih hanya karena hal-hal sederhana. Arkan membalik badan, melangkah mundur dengan senyum."Hati-hati," ujar Ayumi saat pria itu tak lagi memperhatikan jalan.Ada sepuluh anak tangga yang membentang ke bawah. Tiang listrik dengan kabel mengusut terletak di sebelah kanan."Ayo mulai permainan," bisik Arkan begitu Ayumi tiba di sampingnya. Gadis itu mengangguk, beberapa kali tangannya menyingkirkan anak rambut. "Gunting, kertas, batu!"Saat kalimat itu terlontar kencang, kedua tangan Arkan terangkat. Satu untuk permainan, sisanya membenarkan rambut Ayumi yang
last updateLast Updated : 2024-11-10
Read more
DMCA.com Protection Status