ISTRI PAPAKU (MASIH) KEKASIHKU

ISTRI PAPAKU (MASIH) KEKASIHKU

last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-12
Oleh:   Wildatuz Zaqiyyah  Baru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
6 Peringkat. 6 Ulasan-ulasan
13Bab
96Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Andai waktu bisa diputar kembali, Khalisa tak akan mau dinikahi oleh Atmaja Gandhi. Duda tampan dan mapan yang tak lain adalah ayah kandung dari sang mantan kekasih. Dalam pernikahan penuh intrik, Khalisa dihadapkan pada cinta masa lalu yang tak kunjung padam. Apa yang akan terjadi ketika rahasia masa lalunya mulai terungkap? Mampukah Khalisa bertahan dalam permainan takdir? Dua pria, satu cinta. Siapa yang akan bertahan?

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Pratinjau Gratis

1. Teriakan Dari Kamar Pengantin

“KYAAA ...!” Teriakan yang cukup nyaring dari dalam kamar pengantin itu berhasil menghentikan langkah Deva. “Kenapa, Sayang? Mau pegang? Nih!” “Jangan, Mas!” “Coba, deh, kamu sentuh bentar. Dielus-elus aja. Enggak pa-pa, kok.” “Iiih ... geli, Mas. Gede banget itu!” Awalnya Deva ingin langsung rebah saja di kamarnya. Ia baru datang dan masih jet lag. Namun, mengingat jika ia pulang ke Indonesia lantaran kabar jika papanya telah menikah lagi dengan seorang gadis membuat Deva mendadak tersenyum geli. Apalagi setelah mendengar percakapan barusan. Dengan rasa penasaran, ia pun melangkah pelan dan menempelkan sebelah daun telinganya di pintu kamar sang papa dan mama barunya itu. “Jangan, Mas. Aku enggak mau, gak suka, gelay!” “Eh?” Deva menarik kembali kepalanya. “Suaranya merdu banget. Apa Papa nikah sama Nisa Sabyan, ya?” Ia loading sejenak, lalu terkekeh. “Gila, sih! Udah nikah hampir sebulan masih kaget aja lihat punya suami sendiri. Moga gak sawan aja itu cewek liat puny

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
Zudia
ceritanya seru abiis
2024-12-06 20:46:31
0
user avatar
Rosemala
wow cinta segitiga, pilih mana, ya?
2024-12-06 20:35:41
0
user avatar
Pusparani Surya
Mantap. Semangat, Thor!
2024-12-06 18:51:51
0
user avatar
Hardin
Mantap ceritanya keren...️.........
2024-12-06 18:47:07
0
user avatar
Firsyaka
Kereeen ceritanya, lanjuuutlah
2024-12-06 18:37:40
1
user avatar
Wildatuz Zaqiyyah
mampir yuk...
2024-12-06 18:30:44
0
13 Bab
1. Teriakan Dari Kamar Pengantin
“KYAAA ...!” Teriakan yang cukup nyaring dari dalam kamar pengantin itu berhasil menghentikan langkah Deva. “Kenapa, Sayang? Mau pegang? Nih!” “Jangan, Mas!” “Coba, deh, kamu sentuh bentar. Dielus-elus aja. Enggak pa-pa, kok.” “Iiih ... geli, Mas. Gede banget itu!” Awalnya Deva ingin langsung rebah saja di kamarnya. Ia baru datang dan masih jet lag. Namun, mengingat jika ia pulang ke Indonesia lantaran kabar jika papanya telah menikah lagi dengan seorang gadis membuat Deva mendadak tersenyum geli. Apalagi setelah mendengar percakapan barusan. Dengan rasa penasaran, ia pun melangkah pelan dan menempelkan sebelah daun telinganya di pintu kamar sang papa dan mama barunya itu. “Jangan, Mas. Aku enggak mau, gak suka, gelay!” “Eh?” Deva menarik kembali kepalanya. “Suaranya merdu banget. Apa Papa nikah sama Nisa Sabyan, ya?” Ia loading sejenak, lalu terkekeh. “Gila, sih! Udah nikah hampir sebulan masih kaget aja lihat punya suami sendiri. Moga gak sawan aja itu cewek liat puny
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-17
Baca selengkapnya
2. Sarapan Milik Tuan Muda
Pagi hari, Atmaja sudah rapi dengan pakaian kerja yang amat sangat pas membalut tubuh proporsionalnya. Ia berdiri di depan cermin full badan hingga pantulan keindahannya terlihat sempurna. Lisa berjalan menghampiri suaminya. “Bagaimana kamu tak semakin digilai oleh para karyawatimu, Mas? Apa tak bisa pergi ke kantor dengan tampilan biasa saja?”Kalimat satir penuh nada cemburu itu membuat Atmaja tersenyum lebar. Ia berbalik dan menarik pinggang istrinya hingga wajah ayu Lisa terangkat dan menghadapnya. “Kamu cemburu? Hm?” tanya Atmaja dengan lembut. “Perempuan mana yang tak akan ketar-ketir melihat suaminya tampil sempurna ketika berangkat kerja? Bukan hanya ipar yang maut, Mas. Karyawati pun bisa menjadi maut untuk bos-nya yang super perfeksionis.”Atmaja tergelak dan mengecup pelan bibir istrinya. “Apa istri Mas Maja yang jelita ini mau menjadi sekretaris suaminya?”Lisa menggeleng. “Nanti Mas malah tak fokus bekerja.”“Ya, tentu saja. Karena Mas akan lebih memilih bekerja denga
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-17
Baca selengkapnya
3. Kenangan Pahit
Lisa tersenyum dan mengangguk kecil sembari mengulurkan kedua tangan. “Ayo, Bik! Berikan padaku.”“T-tapi, Nyonya. Tadi Aden bilang kalau—”“Enggak pa-pa, Bik. Dia enggak akan berani marahin Bibik. Nanti aku yang bakalan ngomong kalau aku yang minta nampannya ke Bibik. Hm?”Dengan rasa sungkan dan juga bingung, akhirnya kedua tangan Bik Darsih pun maju untuk menyerahkan nampan berisi sarapan milik sang tuan muda. “Makasih, Bik Darsih.”“Iya, Nyonya. Kembali kasih.”Lisa pun mulai melangkah hendak menuju kamar putra dari suaminya. Namun, baru sampai di undakan anak tanggal kelima, ponsel di saku gamisnya berdering. Refleks ia menghentikan langkah. Bik Darsih sigap mendekat. “Biar saya saja, Nyonya.”Tiba-tiba dering ponsel berakhir. “Kayaknya cuma orang iseng yang nelepon, Bik. Nih, udah mati,” ucapnya dengan senyum ramah. Sungguh. Pesona nyonya muda sangat menentramkan jiwa. Walau masih dua puluh lima tahun, tetapi Lisa bukan wanita matrealistis. Ia ada di rumah megah ini karena
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-17
Baca selengkapnya
4. Aroma Vanila
“Deva?” Lisa keluar dari kamarnya. Tuan Takur menatap Lisa, lalu beralih pada pria bertindik di salah satu telinganya itu. Deva melangkah dan ikut bergabung ke ruang tamu. “Berapa hutang suami Bu Rika? Aku yang akan melunasinya.”Tatang Kurnia tersenyum miring. “Bocah bau kencur mau ikut campur!”“Yang penting belum bau tanah dan enggak jadi lintah pengis*p darah,” balas Deva begitu berani. “Kurang ajar!”Kepalan tangan sang rentenir terangkat hendak memukul Deva. Namun, dengan gerakan cepat langsung ditangkap. Kekasih Lisa itu cukup berotot hingga beberapa detik kemudian pergelangan tangan Tatang Kurnia berhasil Deva putar. “Aooww! L-lepaskan, Anak Muda. Ini sangat sakit. Aoooww!”“Katakan, berapa uang yang harus aku lunasi?”“B-baik. Tapi, lepaskan dulu.”Bu Rika dan Lisa setengah memeluk. Mereka takut jika para pria sudah menggunakan aksi fisik untuk membereskan satu masalah. Deva pun segera menyodorkan ponsel setelah melepaskan tangan pria tersebut. “Catat nomor rekeningmu.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-17
Baca selengkapnya
5. Percakapan Dua Sahabat
“Siapa dia?” ulang Bik Darsih. “Ya ... beliau istri baru papanya Aden.”“Iya. Aku tahu. Maksudku ... siapa namanya?”“Aden serius belum tahu siapa nama mama barunya Aden?”Deva menggeleng. Bahkan papanya tak mau memberitahu. Katanya, “Pulanglah, Jagoan. Kenalan langsung dengan mama barumu. Dia sangat jelita. Kamu pasti tak akan percaya jika papamu bisa menaklukkan hati seorang gadis.”Bik Darsih tersenyum. “Mandi dulu atuh. Terus ke bawah nemuin beliau. Kenalan langsung.”“Papa udah berangkat ke kantor, Bik?”“Udah, Den.”“Papa udah tahu kalau aku pulang?”Bik Darsih menggeleng. “Sesuai perintahnya Aden, kami yang tahu kalau Aden sudah pulang tak ada yang memberitahu Tuan. Hanya saja, tadi Bibik sempat kepergok sama Nyonya dan akhirnya beliau tanya. Ya sudah, Bibik jujur saja kalau anaknya Tuan sudah pulang. Makanya beliau mau kenalan dan sempat bawa nampan ini. Tapi, enggak jadi karena ada telepon.”Deva hanya mengangguk-angguk dan mulai mengunyah roti gandum yang sudah ia gigit. “
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-17
Baca selengkapnya
6. Sedikit Terprovokasi
“Bik Darsih!”“Eh? Saya, Nyonya?” Wanita paruh baya itu segera datang menghampiri istri tuannya. “Saya mau izin bawa Wati keluar. Boleh, Bik?”“Lah? Terserah Nyonya saja, atuh. Kenapa harus izin ke Bibik segala?”“Ya ... takutnya Bibik sama Lili kewalahan ngurus rumah.”“Ah. Enggak, Nyah. Santai saja.”“Enggak pa-pa, ya? Soalnya aku sekalian mau nyekar ke makam ibu sama bapak, Bik. Mungkin pulangnya bisa sampai sore.”“Iya, atuh. Enggak pa-pa.” Bik Darsih tersenyum. Lisa mengangguk. Ia mendongak sebentar ke arah lantai dua. “Deva sudah bangun, Bik?”“Sudah, Nyonya.”“Ya, sudah. Saya mau ke atas ganti baju dulu. Oh, iya. Sekalian minta tolong bilang sama Pak Bahrul, ya, Bik, buat siapin mobil.”“Baik, Nyonya.”Lisa tersenyum dan mulai melangkah menaiki undakan anak tangga. Saat melewati pintu kamar putra suaminya, Lisa memelankan langkah. Ada aura aneh yang mulai ia rasakan. Namun, Lisa menggeleng pelan. Di dunia ini banyak pria bernama Deva. “Hanya Deva, kan? Bukan Kadeva.” Lisa b
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-06
Baca selengkapnya
7. Korban Pem3rk*saan
Tangan Deva yang sudah hampir mengetuk pintu pun akhirnya hanya menggantung di udara dan kini sudah ia tarik lagi ke samping tubuhnya. Ia tersenyum aneh dan segera pergi dari depan pintu kamar tersebut. Lisa pun akhirnya membuka pintu saat langkah Deva sudah berada di undakan tangga paling bawah. Pria itu sudah berjalan hendak menuju carport. Di depan pintu utama, Deva malah bertemu dengan Pak Bahrul, sopir pribadi kepercayaan sang papa. “Den Deva?” “Halo, Pak Bahrul. Apa kabar?”“K-kabar baik, Den. Aden kapan sampai?”“Semalam, Pak.”Deva memerhatikan mobil dan juga badan tegap Pak Bahrul yang seperti sudah siap sedia. “Bapak nungguin saya?”“Eh? Ee, bukan, Den. Bapak nunggu nyonya. Beliau mau keluar,” jawab sang sopir apa adanya. Deva hanya mengangguk tanpa mau memperpanjang narasi dan juga durasi. Ia harus segera pergi. “Carport sebelah mana, Pak? Mobil saya dibawa ke sini, kan?”“Oh. Iya, Den. Pasti atuh mobil Aden dibawa ke sini.”Pak Bahrul menunjukkan carport megah yang
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-07
Baca selengkapnya
8. Mama Lisa?
“Jadi kamu ke sini karena ingin konfirmasi, Tuan Muda?” tebak Dali sembari membuka kulkas kecil di ujung ruangannya. Ia mengambil dua kaleng minuman.“Kenapa kalian seperti menutupi tentang dia?”“Bukan menutupi, Va. Kami hanya ingin menolong gadis itu agar semangatnya kembali. Kata dokter kejiwaan yang sempat khusus menanganinya, jiwa si gadis cukup terguncang. Ah, sorry. Ralat. Jiwa si wanita cukup terguncang.”Deva mengernyit. “Tidak mungkin korban pem3rk*saan masih gadis, kan, Va?”“Ya. Kamu benar.”“Ibunya ditemukan tak bernyawa agak jauh dari tempat dia ditemukan. Kalau saja papaku dan Om Atmaja tak jadi berburu, mungkin wanita itu sudah terkenal lewat berita. Terkenal karena diburu awak media dan mungkin mentalnya akan semakin sulit disembuhkan.”“Apa dia ... benar-benar diperk*sa?”“Entah. Sudah jadi dieksekusi apa belum. Tapi, Papa bilang penjahat itu berjumlah dua orang. Salah satu dari mereka sudah setengah naked dan keduanya lari terbirit-birit begitu Om Maja melepas anak
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-08
Baca selengkapnya
9. Bertemu Kembali
Deva benar-benar mual mendengar kalimat sang papa yang sedang menelepon istrinya. Sudah seperti ABG labil saja. Tanya sudah mandi apa belum. Sok mesra pula pakai bilang ‘Sambut Mas, ya?’. Benar-benar membagongkan. “Ya sudah, Sayang. Mas tutup dulu, ya. I love you, Lisa-ku.”‘Iya, Mas. Love you more, Mas Maja-ku.’Deva langsung menghela napas berat setelah pria tua di sebelahnya mengecup layar ponsel. “Apaan, sih, Pa? Lebay banget!”Atmaja terkekeh.“Sudah lama Papa tidak merasakan getaran-getaran cinta setelah mamamu pergi, Deva. Dan Lisa ... mampu mengembalikan getaran indah yang cukup menyiksa itu. Benar kata para pujangga, love is a sweet torment.”“Halah, pret!”Kini, Atmaja tergelak. Entah kenapa Deva tak suka mendengar nama Lisa disebut oleh sang papa. Walau ada jutaan nama perempuan yang sama, tetapi ... kenapa harus Lisa? Kenapa bukan Risa, Nisa, atau Rusa saja sekalian. “Menikahlah, Jagoan. Beri tahu Papa gadis mana yang mau Papa lamarkan untukmu, hm?”“Pasti, Pa. Setelah
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-09
Baca selengkapnya
10. Apa Ini Lelucon?
Jika bumi yang gersang karena kemarau akan bahagia karena turunnya hujan, tetapi berbeda dengan gersangnya hati Kadeva. Air hujan yang ia harap akan segera datang dan memadamkan gelegak dahaga akan kegersangan hatinya, ternyata malah datang dan menyegarkan tempat lain. Deva kalah. Hatinya yang gersang kini malah semakin retak. Tubuh itu, tatapan itu, wajah ayu itu, bahkan hati milik Khalisa pernah menjadi miliknya. Deva pernah berada dalam penjara hati Khalisa. Menyerahkan diri setulus-tulusnya dan ia bahagia pernah dijajah oleh cinta Khalisa. Namun ... apa yang terjadi? Kenapa kini Khalisa malah menjadi ibu sambungnya? Mama Lisa? Kadeva tersenyum miring. Ia meninju dinding kamarnya dengan kemarahan yang memuncak. “AAARGHHH!!!”Lebih dari seminggu Deva mengurung diri di apartemennya. Kondisinya cukup kacau dan berantakan. Wajahnya menunduk di antara kedua kaki yang ditekuk dengan punggung menyandar di headboar ranjang. Kedua tangan merangkul kakinya dan tiba-tiba ia mulai terisak.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-10
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status