Home / Rumah Tangga / ISTRI PAPAKU (MASIH) KEKASIHKU / 2. Sarapan Milik Tuan Muda

Share

2. Sarapan Milik Tuan Muda

last update Last Updated: 2024-11-17 10:29:57

Pagi hari, Atmaja sudah rapi dengan pakaian kerja yang amat sangat pas membalut tubuh proporsionalnya. Ia berdiri di depan cermin full badan hingga pantulan keindahannya terlihat sempurna. Lisa berjalan menghampiri suaminya. 

“Bagaimana kamu tak semakin digilai oleh para karyawatimu, Mas? Apa tak bisa pergi ke kantor dengan tampilan biasa saja?”

Kalimat satir penuh nada cemburu itu membuat Atmaja tersenyum lebar. Ia berbalik dan menarik pinggang istrinya hingga wajah ayu Lisa terangkat dan menghadapnya. 

“Kamu cemburu? Hm?” tanya Atmaja dengan lembut. 

“Perempuan mana yang tak akan ketar-ketir melihat suaminya tampil sempurna ketika berangkat kerja? Bukan hanya ipar yang maut, Mas. Karyawati pun bisa menjadi maut untuk bos-nya yang super perfeksionis.”

Atmaja tergelak dan mengecup pelan bibir istrinya. 

“Apa istri Mas Maja yang jelita ini mau menjadi sekretaris suaminya?”

Lisa menggeleng. “Nanti Mas malah tak fokus bekerja.”

“Ya, tentu saja. Karena Mas akan lebih memilih bekerja denganmu sepanjang waktu.”

“Ih, gombal!”

“Kalau Mas mau, sudah sejak dulu Mas akan gilir para karyawati Mas satu persatu untuk kencan setiap hari, Sayang. Tapi, satu pun dari mereka tak ada yang membuatku bern*fsu.”

Lisa hanya mencebik walau itu memang benar adanya. Atmaja Gandhi, seorang pimpinan yang cukup setia pada mendiang sang istri. 

“Ah, aku jadi ingin cepat mengandung anakmu, Mas. Biar aku semakin yakin kalau saat ini dan seterusnya cintamu memang hanya untukku.”

“Pasti, Sayang. Kita akan segera berkonsultasi dengan dokter terbaik untuk program kehamilanmu nanti. Meminta vitamin terbaik dan pastinya harus sering lembur.”

Kerlingan Atmaja membuat Lisa tergelak renyah. Ia pun mulai ketagihan dengan permainan panas tapi penuh kelembutan yang Atmaja berikan. Ternyata benar opini orang-orang, bahwa yang matang memang jauh lebih menantang. Namun, terkadang hubungan itu menarik Lisa pada sebuah insiden di masa lalu. 

“Ya, sudah. Ayo kita turun. Temani Mas sarapan.”

"Sebentar, Mas. Aku pakai kerudung dulu."  

Tiga orang pelayan dengan pakaian khas sudah menunggu. Segala macam hidangan tertata di meja mahal dengan sentuhan warna gold. 

Awal-awal menjadi nyonya muda, Lisa pernah protes. Kenapa makanan di meja amat sangat banyak? Ternyata walau hanya makan berdua saja dengan porsi cukup, para karyawan di mansion megah Atmaja selalu makan dengan menu yang sama. Itu artinya sisa makanan tak akan terbuang percuma. 

“Terima kasih, Bik Darsih,” ucap Lisa lembut pada ketua pelayan. 

“Sama-sama, Nyonya.”

Kepala pelayan yang sengaja Atmaja bawa dari mansion sebelumnya ingin mengatakan sesuatu. Namun, bibirnya kembali terkatup rapat saat mengingat ucapan tuan muda yang baru datang semalam. 

“Kami permisi, Tuan, Nyonya.”

Atmaja hanya mengangguk, sementara Lisa tersenyum mempersilakan. 

“Kalau kamu bosan, ajak mereka berbincang,” ucap Atmaja di sela mengunyah. “Jangan pernah keluar rumah tanpa seizin Mas, ya, Sayang. Mas hanya tak ingin kepolosan, rasa simpati, dan juga empatimu akan dimanfaatkan orang-orang di luar sana.”

“Iya, Mas ...,” jawab Lisa lembut. 

“Kalau kamu mau belanja atau nyalon, ajak juga salah satu dari mereka. Bik Darsih, dia orang kepercayaan Elnara. Ajak dia atau pelayan lainnya ke mana pun kamu mau.”

Elnara Yildiz, mendiang istri Atmaja Gandhi yang berwajah ayu berdarah Turki. 

“Iya, Mas. Aku akan patuhi semua perintahmu dan akan mengingat apa-apa yang kamu larang padaku.”

“Kamu begitu manis, Sayang.” 

“Terima kasih, Mas.”

Keduanya melanjutkan sarapan dengan bahasa cinta yang indah. 

“Bik, Tuan Maja itu memang romantis, ya?” tanya Wati, pelayan junior yang belum ada enam bulan ikut bergabung. 

“Ya. Beliau selalu memperlakukan istrinya seperti ratu,” jawab Bik Darsih. 

“Tampan, kaya raya, menghormati wanita, apa masih ada stok pria seperti Tuan, ya, Bik?”

“Kamu mau?”

“Iyalah, Bik. Siapa juga yang tak mau diratukan oleh suaminya nanti? Lili aja juga ngiler itu.”

“Dih? Kenapa bawa-bawa nama saya?”

Wati terkikik.

“Sudah, sudah. Sebentar lagi Tuan dan Nyonya akan selesai makan.”

“Eh, iya, Bik. Tuan muda kenapa enggak dibangunkan juga?”

Bik Darsih langsung meletakkan jari telunjuk ke tengah bibirnya. Wati hanya mengangguk patuh setelah disenggol oleh Lili. 

“Biarkan Aden keluar kamar dan turun sesuai keinginannya. Kalau beliau memanggil, langsung datang dan tanya apa yang diinginkan.”

“Oh. Siap, Bik!”

Tak berapa lama, Atmaja berikut sang istri meninggalkan meja makan. Dengan penuh sayang, Atmaja merangkul pinggang Lisa dan keduanya berjalan ke depan. Atmaja akan segera pergi ke kantor. 

Sementara di kamarnya, wajah bantal Deva masih amat sangat kentara. Ia lapar, tapi matanya masih teramat sangat lengket dan ia sangat malas jika harus turun. Nomor ponsel Bik Darsih yang tak pernah diganti sejak dulu langsung Deva panggil. 

‘Iya, Den?’

“Aku lapar, Bik. Tapi, mataku masih lengket. Bisa bawakan makanan untukku?”

‘Bisa, Den,’ jawab Bik Darsih dengan sopan. 

“Makasih, Bik.”

Bik Darsih mengangguk. 

“Eh! Satu lagi. Bibik yang ngantar, ya. Jangan pelayan yang lain.”

'Siap, Den. Bibik langsung yang akan ke kamar Aden.'

“Hm.”

Klik! 

Bahkan suara Deva masih terdengar serak khas orang bangun tidur. Bik Darsih tersenyum dan segera menyiapkan nutrisi pagi favorit anak sang majikan. Roti gandum dan susu almond. 

“Buat siapa, Bik?” tanya Wati. 

“Tuan muda,” jawab Bik Darsih singkat. 

“Biar saya yang antar, Bik.”

Bik Darsih menggeleng. “Kalian sarapan saja. Panggil satpam dan pekerja lainnya sekalian. Tuan muda menyuruhku yang datang ke kamarnya untuk membawa sarapan ini.”

“Oh, begitu.”

Lili dan Wati mengangguk. Bik Darsih segera melangkah untuk menaiki tangga. Rumah mewah nan megah yang Wati sebut sebagai istana di awal bekerja itu cukup membuat para pelayan capek berjalan di dalamnya. Wati dan pekerja lainnya sering tersesat di dalam mansion tersebut. Namun, lama-lama mereka pun terbiasa. 

Langkah Bik Darsih pun sudah menginjak anak tangga pertama. Dan bersamaan dengan itu, keletuk sandal berbahan sintetis milik Lisa datang mendekat. 

“Bik, mau bawa makan untuk siapa?”

“Eh, Nyonya. I-ini untuk ....” Bik Darsih terdiam. 

Alis Lisa mengernyit. “Ada yang datang?” tebaknya. 

“E, a-anu, Nyonya. Semalam tuan muda sudah pulang. Tapi, beliau menyuruh kami semua untuk tidak memberitahu Tuan Besar dulu. Katanya, dia ingin istirahat dulu, tak mau diwawancarai oleh papanya.”

Lisa tersenyum tipis. Ia teringat ucapan suaminya jika sang putra sedikit nakal dan penuh kejutan. 

“Biar saya yang bawakan makanan untuk dia, Bik. Kami belum berkenalan,” ucap Lisa sembari meminta nampan yang dibawa oleh Bik Darsih. []

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • ISTRI PAPAKU (MASIH) KEKASIHKU   3. Kenangan Pahit

    Lisa tersenyum dan mengangguk kecil sembari mengulurkan kedua tangan. “Ayo, Bik! Berikan padaku.”“T-tapi, Nyonya. Tadi Aden bilang kalau—”“Enggak pa-pa, Bik. Dia enggak akan berani marahin Bibik. Nanti aku yang bakalan ngomong kalau aku yang minta nampannya ke Bibik. Hm?”Dengan rasa sungkan dan juga bingung, akhirnya kedua tangan Bik Darsih pun maju untuk menyerahkan nampan berisi sarapan milik sang tuan muda. “Makasih, Bik Darsih.”“Iya, Nyonya. Kembali kasih.”Lisa pun mulai melangkah hendak menuju kamar putra dari suaminya. Namun, baru sampai di undakan anak tanggal kelima, ponsel di saku gamisnya berdering. Refleks ia menghentikan langkah. Bik Darsih sigap mendekat. “Biar saya saja, Nyonya.”Tiba-tiba dering ponsel berakhir. “Kayaknya cuma orang iseng yang nelepon, Bik. Nih, udah mati,” ucapnya dengan senyum ramah. Sungguh. Pesona nyonya muda sangat menentramkan jiwa. Walau masih dua puluh lima tahun, tetapi Lisa bukan wanita matrealistis. Ia ada di rumah megah ini karena

    Last Updated : 2024-11-17
  • ISTRI PAPAKU (MASIH) KEKASIHKU   4. Aroma Vanila

    “Deva?” Lisa keluar dari kamarnya. Tuan Takur menatap Lisa, lalu beralih pada pria bertindik di salah satu telinganya itu. Deva melangkah dan ikut bergabung ke ruang tamu. “Berapa hutang suami Bu Rika? Aku yang akan melunasinya.”Tatang Kurnia tersenyum miring. “Bocah bau kencur mau ikut campur!”“Yang penting belum bau tanah dan enggak jadi lintah pengis*p darah,” balas Deva begitu berani. “Kurang ajar!”Kepalan tangan sang rentenir terangkat hendak memukul Deva. Namun, dengan gerakan cepat langsung ditangkap. Kekasih Lisa itu cukup berotot hingga beberapa detik kemudian pergelangan tangan Tatang Kurnia berhasil Deva putar. “Aooww! L-lepaskan, Anak Muda. Ini sangat sakit. Aoooww!”“Katakan, berapa uang yang harus aku lunasi?”“B-baik. Tapi, lepaskan dulu.”Bu Rika dan Lisa setengah memeluk. Mereka takut jika para pria sudah menggunakan aksi fisik untuk membereskan satu masalah. Deva pun segera menyodorkan ponsel setelah melepaskan tangan pria tersebut. “Catat nomor rekeningmu.

    Last Updated : 2024-11-17
  • ISTRI PAPAKU (MASIH) KEKASIHKU   5. Percakapan Dua Sahabat

    “Siapa dia?” ulang Bik Darsih. “Ya ... beliau istri baru papanya Aden.”“Iya. Aku tahu. Maksudku ... siapa namanya?”“Aden serius belum tahu siapa nama mama barunya Aden?”Deva menggeleng. Bahkan papanya tak mau memberitahu. Katanya, “Pulanglah, Jagoan. Kenalan langsung dengan mama barumu. Dia sangat jelita. Kamu pasti tak akan percaya jika papamu bisa menaklukkan hati seorang gadis.”Bik Darsih tersenyum. “Mandi dulu atuh. Terus ke bawah nemuin beliau. Kenalan langsung.”“Papa udah berangkat ke kantor, Bik?”“Udah, Den.”“Papa udah tahu kalau aku pulang?”Bik Darsih menggeleng. “Sesuai perintahnya Aden, kami yang tahu kalau Aden sudah pulang tak ada yang memberitahu Tuan. Hanya saja, tadi Bibik sempat kepergok sama Nyonya dan akhirnya beliau tanya. Ya sudah, Bibik jujur saja kalau anaknya Tuan sudah pulang. Makanya beliau mau kenalan dan sempat bawa nampan ini. Tapi, enggak jadi karena ada telepon.”Deva hanya mengangguk-angguk dan mulai mengunyah roti gandum yang sudah ia gigit. “

    Last Updated : 2024-11-17
  • ISTRI PAPAKU (MASIH) KEKASIHKU   6. Sedikit Terprovokasi

    “Bik Darsih!”“Eh? Saya, Nyonya?” Wanita paruh baya itu segera datang menghampiri istri tuannya. “Saya mau izin bawa Wati keluar. Boleh, Bik?”“Lah? Terserah Nyonya saja, atuh. Kenapa harus izin ke Bibik segala?”“Ya ... takutnya Bibik sama Lili kewalahan ngurus rumah.”“Ah. Enggak, Nyah. Santai saja.”“Enggak pa-pa, ya? Soalnya aku sekalian mau nyekar ke makam ibu sama bapak, Bik. Mungkin pulangnya bisa sampai sore.”“Iya, atuh. Enggak pa-pa.” Bik Darsih tersenyum. Lisa mengangguk. Ia mendongak sebentar ke arah lantai dua. “Deva sudah bangun, Bik?”“Sudah, Nyonya.”“Ya, sudah. Saya mau ke atas ganti baju dulu. Oh, iya. Sekalian minta tolong bilang sama Pak Bahrul, ya, Bik, buat siapin mobil.”“Baik, Nyonya.”Lisa tersenyum dan mulai melangkah menaiki undakan anak tangga. Saat melewati pintu kamar putra suaminya, Lisa memelankan langkah. Ada aura aneh yang mulai ia rasakan. Namun, Lisa menggeleng pelan. Di dunia ini banyak pria bernama Deva. “Hanya Deva, kan? Bukan Kadeva.” Lisa b

    Last Updated : 2024-12-06
  • ISTRI PAPAKU (MASIH) KEKASIHKU   7. Korban Pem3rk*saan

    Tangan Deva yang sudah hampir mengetuk pintu pun akhirnya hanya menggantung di udara dan kini sudah ia tarik lagi ke samping tubuhnya. Ia tersenyum aneh dan segera pergi dari depan pintu kamar tersebut. Lisa pun akhirnya membuka pintu saat langkah Deva sudah berada di undakan tangga paling bawah. Pria itu sudah berjalan hendak menuju carport. Di depan pintu utama, Deva malah bertemu dengan Pak Bahrul, sopir pribadi kepercayaan sang papa. “Den Deva?” “Halo, Pak Bahrul. Apa kabar?”“K-kabar baik, Den. Aden kapan sampai?”“Semalam, Pak.”Deva memerhatikan mobil dan juga badan tegap Pak Bahrul yang seperti sudah siap sedia. “Bapak nungguin saya?”“Eh? Ee, bukan, Den. Bapak nunggu nyonya. Beliau mau keluar,” jawab sang sopir apa adanya. Deva hanya mengangguk tanpa mau memperpanjang narasi dan juga durasi. Ia harus segera pergi. “Carport sebelah mana, Pak? Mobil saya dibawa ke sini, kan?”“Oh. Iya, Den. Pasti atuh mobil Aden dibawa ke sini.”Pak Bahrul menunjukkan carport megah yang

    Last Updated : 2024-12-07
  • ISTRI PAPAKU (MASIH) KEKASIHKU   8. Mama Lisa?

    “Jadi kamu ke sini karena ingin konfirmasi, Tuan Muda?” tebak Dali sembari membuka kulkas kecil di ujung ruangannya. Ia mengambil dua kaleng minuman.“Kenapa kalian seperti menutupi tentang dia?”“Bukan menutupi, Va. Kami hanya ingin menolong gadis itu agar semangatnya kembali. Kata dokter kejiwaan yang sempat khusus menanganinya, jiwa si gadis cukup terguncang. Ah, sorry. Ralat. Jiwa si wanita cukup terguncang.”Deva mengernyit. “Tidak mungkin korban pem3rk*saan masih gadis, kan, Va?”“Ya. Kamu benar.”“Ibunya ditemukan tak bernyawa agak jauh dari tempat dia ditemukan. Kalau saja papaku dan Om Atmaja tak jadi berburu, mungkin wanita itu sudah terkenal lewat berita. Terkenal karena diburu awak media dan mungkin mentalnya akan semakin sulit disembuhkan.”“Apa dia ... benar-benar diperk*sa?”“Entah. Sudah jadi dieksekusi apa belum. Tapi, Papa bilang penjahat itu berjumlah dua orang. Salah satu dari mereka sudah setengah naked dan keduanya lari terbirit-birit begitu Om Maja melepas anak

    Last Updated : 2024-12-08
  • ISTRI PAPAKU (MASIH) KEKASIHKU   9. Bertemu Kembali

    Deva benar-benar mual mendengar kalimat sang papa yang sedang menelepon istrinya. Sudah seperti ABG labil saja. Tanya sudah mandi apa belum. Sok mesra pula pakai bilang ‘Sambut Mas, ya?’. Benar-benar membagongkan. “Ya sudah, Sayang. Mas tutup dulu, ya. I love you, Lisa-ku.”‘Iya, Mas. Love you more, Mas Maja-ku.’Deva langsung menghela napas berat setelah pria tua di sebelahnya mengecup layar ponsel. “Apaan, sih, Pa? Lebay banget!”Atmaja terkekeh.“Sudah lama Papa tidak merasakan getaran-getaran cinta setelah mamamu pergi, Deva. Dan Lisa ... mampu mengembalikan getaran indah yang cukup menyiksa itu. Benar kata para pujangga, love is a sweet torment.”“Halah, pret!”Kini, Atmaja tergelak. Entah kenapa Deva tak suka mendengar nama Lisa disebut oleh sang papa. Walau ada jutaan nama perempuan yang sama, tetapi ... kenapa harus Lisa? Kenapa bukan Risa, Nisa, atau Rusa saja sekalian. “Menikahlah, Jagoan. Beri tahu Papa gadis mana yang mau Papa lamarkan untukmu, hm?”“Pasti, Pa. Setelah

    Last Updated : 2024-12-09
  • ISTRI PAPAKU (MASIH) KEKASIHKU   10. Apa Ini Lelucon?

    Jika bumi yang gersang karena kemarau akan bahagia karena turunnya hujan, tetapi berbeda dengan gersangnya hati Kadeva. Air hujan yang ia harap akan segera datang dan memadamkan gelegak dahaga akan kegersangan hatinya, ternyata malah datang dan menyegarkan tempat lain. Deva kalah. Hatinya yang gersang kini malah semakin retak. Tubuh itu, tatapan itu, wajah ayu itu, bahkan hati milik Khalisa pernah menjadi miliknya. Deva pernah berada dalam penjara hati Khalisa. Menyerahkan diri setulus-tulusnya dan ia bahagia pernah dijajah oleh cinta Khalisa. Namun ... apa yang terjadi? Kenapa kini Khalisa malah menjadi ibu sambungnya? Mama Lisa? Kadeva tersenyum miring. Ia meninju dinding kamarnya dengan kemarahan yang memuncak. “AAARGHHH!!!”Lebih dari seminggu Deva mengurung diri di apartemennya. Kondisinya cukup kacau dan berantakan. Wajahnya menunduk di antara kedua kaki yang ditekuk dengan punggung menyandar di headboar ranjang. Kedua tangan merangkul kakinya dan tiba-tiba ia mulai terisak.

    Last Updated : 2024-12-10

Latest chapter

  • ISTRI PAPAKU (MASIH) KEKASIHKU   60. Melepas Dengan Ikhlas (ENDING)

    Hati Lisa seperti direm4s-r3mas mendengar ucapan Deva. “Bahkan aku masih berharap semua ini adalah mimpi buruk yang akan segera usai ketika aku terbangun dari tidur panjangku, Lisa. Maaf, kalau aku masih memintamu pada Tuhan secara diam-diam. Kamu adalah ketidakmungkinan yang masih aku semogakan. Kamu masih menjadi alasanku untuk bertahan, walau harapan itu sudah enggak bisa lagi aku genggam. Kamu ....” Deva menunduk dan semakin tergugu. Derasnya air mata Deva cukup menjelaskan betapa ia sudah berusaha mati-matian mengikhlaskan. Deva sudah berusaha melebur semua kenangan indah mereka dengan kehadiran cinta baru yang sudah terikat oleh komitmen yang sakral. Namun, takdir memang terkadang cukup kejam. Ia tak mentolerir segenap luka yang masih basah, dan kini kembali berdarah-darah. Hening menjeda beberapa saat. Khalisa bahkan hanya bisa bungkam dengan air mata yang terus berjatuhan. Di sana, di luar kaca, Sekar menangis di dada mertuanya. Atmaja dan menantunya ikut menyaksikan i

  • ISTRI PAPAKU (MASIH) KEKASIHKU   59. Kejamnya Takdir

    “Pak Atmaja, setelah meninjau kondisi Bu Khalisa selama tiga hari ini, saya dan tim dokter khawatir bayi dalam kandungan istri Anda akan lahir lebih cepat dari yang diperkirakan. Ini berarti ... bayi Anda mungkin akan lahir secara prematur.”Dunia Atmaja seperti akan runtuh mendengar penjelasan dokter. “P-prematur, Dok?”Dokter mengangguk lemah.“Seberapa serius kondisinya, Dok? Apa yang harus kami lakukan?”“Tidak perlu terlalu khawatir, Pak. Bayi prematur memang memiliki risiko tertentu, tapi dengan penanganan medis yang tepat, banyak bayi prematur yang tumbuh dengan sangat baik. Seperti yang sudah kami sampaikan di awal soal kemungkinan paling akhir, kami menyarankan agar Bu Khalisa dirujuk ke rumah sakit di Singapura, di mana mereka memiliki fasilitas perawatan intensif yang sangat baik untuk bayi prematur.”Atmaja terdiam beberapa saat dan mencoba tenang serta mencerna kalimat sang dokter dengan baik. 

  • ISTRI PAPAKU (MASIH) KEKASIHKU   58. Jatuh Cinta Sendiri

    “Kami akan terus pantau ketat kondisi Bu Lisa hingga persalinan, Pak. Detak jantung janin sempat lemah karena sebelum kami berikan activated charcoal untuk menyerap racun, janin sudah sedikit terpapar.”Kadeva memejam, pun dengan Atmaja yang terus berusaha untuk tetap kuat. “Lalu gimana kondisi bayi saya, Dok?” Atmaja mengambil alih. “Tenang, Pak Atmaja. Bayi Anda hanya terpapar sedikit, Insya Allah masih bisa kami atasi. Tapi, kami pun harus menyampaikan kemungkinan paling akhir jika tiba-tiba kondisi Bu Lisa di luar prediksi kami.”“Dok, saya mohon ... lakukan yang terbaik untuk istri dan bayi kami. Berapa pun biayanya, kami siap.” Atmaja tampak memohon. “Itu sudah menjadi tugas utama kami, Pak. Dan opsi terakhir jika kondisi Bu Lisa menurun adalah, istri Bapak akan kami rujuk ke Mount Elizabeth Hospitals.”“Singapura?” ucap Atmaja dan Deva bersamaan. “Betul, Pak.”“

  • ISTRI PAPAKU (MASIH) KEKASIHKU   57. Dua Pria, Satu Luka

    Deva tak henti menangis walau Khalisa sudah mendapat tindakan di ruang IGD. Ia kembali membodoh-bodohi dirinya sendiri yang malah mengangkat telepon lebih dulu daripada mendekati Khalisa dan menjauhkan minuman beracun itu dari sisi sang mama sambung. Harusnya Deva segera membawa Lisa pergi ke rumah sakit sebelum wanita hamil itu pingsan daripada berdebat lebih dulu dengan Rukmi. Melihat Khalisa menjadi istri papanya memang sakit, tetapi melihat wanita yang tengah hamil itu sempat membiru dan pingsan membuat Deva merasa semakin sulit untuk bangkit. Ia tak mau kehilangan Khalisa walau hati dan raga sang mantan kekasih bukan lagi miliknya. Ya, Khalisa sudah menjadi mama sambungnya, istri dari pria yang Deva panggil Papa. “Harusnya aku duluin kamu, kan, Lis? Kenapa aku malah mengulur durasi sampai kamu akhirnya begini?” bisik Deva dengan pandangan menunduk. Atmaja baru datang bersama Bahrul. Deva mengangkat kepalanya dan kembali menunduk, men

  • ISTRI PAPAKU (MASIH) KEKASIHKU   56. Tumbuh Kembali

    “Mas, aku lapar ...,” rengek Khalisa setelah keluar dari gerai toko perlengkapan bayi. Atmaja tersenyum. Istrinya memang mengalami perubahan pola makan. Ia jadi sering lapar di jam-jam yang belum waktunya. Namun, Atmaja tak mempermasalahkan itu. Karena baginya, ibu dan calon anak yang dikandung Khalisa harus sehat dan tercukupi segala nutrisinya. “Hayuk! Anak Papa mau makan apa, hm?” Tangan kanan Atmaja mengelus perut istrinya dengan sayang. “Mau seafood, Mas. Pengen kepiting jumbo asam manis.”“ACC, Sayang ....”Khalisa tersenyum cantik dan mulai bergelayut manja di salah satu lengan Atmaja. Bahrul yang juga ikut mengawal sang majikan dan istrinya sibuk membawa belanjaan untuk ditaruh lebih dulu ke dalam mobil. Keduanya melangkah layaknya anak muda yang sedang kasmaran. Hanya berpindah satu lantai ke atas, restoran yang menawarkan aneka makanan laut sudah ditemukan. Khalisa semringah sambil meng

  • ISTRI PAPAKU (MASIH) KEKASIHKU   55. Bahaya Mengintai

    Khalisa memandangi etalase toko perlengkapan bayi dengan senyum di wajahnya. Tangannya mengelus lembut perut buncitnya yang berusia tujuh bulan lebih. Di sebelahnya, Atmaja sibuk memilih pakaian bayi berwarna netral, walau jenis kelamin bayi mereka sudah diketahui. Segala kemungkinan bisa saja terjadi nanti. "Sayang, kamu suka yang ini, enggak?" tanya Atmaja, mengangkat sepasang sepatu bayi mungil dengan corak bintang-bintang. Khalisa tersenyum dan mengangguk. "Suka, Mas. Imut banget," jawabnya. Tatapan matanya berbinar, penuh harapan dan kebahagiaan yang sederhana.Tak hanya Khalisa yang begitu excited berbelanja kebutuhan bayinya, Atmaja pun sama. Jika Khalisa terlihat begitu semangat dan antusias karena ini hal baru dan pertama baginya, berbeda dengan Atmaja yang begitu semangat karena ia mulai merasa jatuh cinta pada bayinya nanti. Bayi perempuan. Ah, Atmaja jadi tak sabar ingin segera bertemu dengan gadis kecilnya itu. 

  • ISTRI PAPAKU (MASIH) KEKASIHKU   54. Perhelatan Akbar

    “Papa serius, Pa?""Apa pria tampan di depanmu ini pernah main-main, Boy?”Deva tersenyum lebar. Ia langsung berdiri ingin memeluk sang papa. Atmaja pun ikut berdiri hingga keduanya berpelukan erat. “Makasih, Pa. Makasih. Sekar pasti seneng denger berita ini.”Atmaja merasakan ketulusan dari ucapan putranya. Namun, ia juga agak ragu apakah Deva benar-benar sudah melupakan Khalisa sebagai kekasihnya. Keputusan Atmaja merestui pernikahan Deva dengan Sekar juga tak begitu saja ia berikan. Atmaja sudah berpikir berulang kali hingga ia melihat sendiri bagaimana gadis kecil itu berinteraksi dengan para tamunya saat acara tujuh bulanan Lisa. Deva yang memperkenalkan Sekar sebagai calon istri membuat beberapa kolega Atmaja terkejut. Tentu tak hanya kabar yang terbilang dadakan, tetapi karena banyak rekan bisnis Atmaja yang diam-diam ingin menjadikan Kadeva sebagai menantunya. Bibit, bebet, dan bobot Deva

  • ISTRI PAPAKU (MASIH) KEKASIHKU   53. Pembawa Berkah

    Deva melangkah meninggalkan ruang tengah mansion yang sedang disulap menjadi singgasana sang papa dan mama sambungnya. Singgasana kebahagiaan dalam acara sakral sebagai wujud rasa syukur sebelum anak dalam kandungan Khalisa akan lahir dua bulan lagi. Deva duduk menyandar di salah satu tiang gazebo dekat kolam renang. Bayang-bayang masa lalu kembali menghantam pikirannya, seperti ombak yang menghantam karang tanpa henti. Meski ia berusaha kuat dan tampak tak tergoyahkan dari luar, sesungguhnya Deva sedang terombang-ambing dalam lautan kenangan yang tak kunjung memudar.Wanita yang dulu pernah menjadi pusat dunianya, kini telah menjadi milik orang lain. Orang yang begitu Deva banggakan, ialah Atmaja Gandhi, papa kandungan sendiri. Dan setiap kali Deva mencoba mengikhlaskan, kenangan tentangnya bersama Khalisa justru semakin menyesakkan. “Aku udah nyoba, Lis,” bisiknya pelan. “Berkali-kali aku nyoba nge-ikhlasin kamu buat Papa. Ngeyakinin diriku sendiri kalau semua tentang kita udah se

  • ISTRI PAPAKU (MASIH) KEKASIHKU   52. Tujuh Bulanan

    “Sayang?”Sekar menoleh ke samping. Deva tersenyum sangat tampan dengan balutan tuksedo yang pas membalut tubuh indahnya. “Rileks, dong. Jangan tegang begitu.”Senyum cantik Sekar sedikit mengembang. Keduanya sedang berada di dalam mobil hendak menuju tempat acara di mana perhelatan akbar tujuh bulanan kandungan Khalisa akan digelar. Tentu bukan tempat asing bagi Kadeva, karena itu adalah rumah papanya sendiri. Namun, bagi Sekar yang baru akan menginjakkan kakinya di sana, ini menjadi hal yang cukup mendebarkan. Melihat ketegangan yang belum berangsur sepenuhnya dari wajah cantik yang sudah dipoles oleh MUA itu, Deva segera menarik lembut sebelah tangan istrinya yang kuku-kukunya cukup cantik dengan sentuhan nail art. “Papa sendiri yang ngundang kita, Sayang. Insya Allah Papa udah bisa nerima kamu.”Sekar tersenyum. Usaha suaminya untuk membuat ia pantas dan layak menjadi menantu Atmaja Gandhi jug

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status